Sunday, February 14, 2021

Qiyam


 

Salat merupakan kewajiban bagi setiap mukmin. Apabila kita akan melaksanakan salat, hendaknya kita menyempurnakan wudu terlebih dahulu. Setelah wudu kita sempurna, barulah kita mengerjakan salat. Ketika hendak melaksanakan salat, kita harus memastikan bahwa kita sudah dalam posisi qiyam. Hal tersebut merupakan suatu perintah yang mesti dilaksanakan ketika hendak melakukan ibadah salat. Adapun qiyam adalah berdiri tegak menghadap kiblat (Masjidil Haram/ Mekah). Hal tersebut sebagaimana firman Allah SWT berikut.

 

وَ مِنْ حَيْثُ خَرَجْتَ فَوَلّ وَجْهَكَ شَطْرَ اْلمَسْجِدِ اْلحَرَامِ. البقرة: 150

Artinya: Dan dimana saja kamu berada, hadapkanlah wajahmu (dikala salat) ke arah Masjidil Haram (Kiblat) (QS. Al Baqarah: 150).

 

Melalui Alquran Surat Al Baqarah ayat 150 dapat diketahui bahwa ketika melaksanakan salat hendaknya menghadap arah kiblat. Selain itu, Rasulullah juga menerangkan dalam hadis.

 

حَدَّثَنِي إِسْحَاقُ بْنُ مَنْصُورٍ حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِي سَعِيدٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ رَجُلًا دَخَلَ الْمَسْجِدَ فَصَلَّى وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي نَاحِيَةِ الْمَسْجِدِ فَجَاءَ فَسَلَّمَ عَلَيْهِ فَقَالَ لَهُ ارْجِعْ فَصَلِّ فَإِنَّكَ لَمْ تُصَلِّ فَرَجَعَ فَصَلَّى ثُمَّ سَلَّمَ فَقَالَ وَعَلَيْكَ ارْجِعْ فَصَلِّ فَإِنَّكَ لَمْ تُصَلِّ قَالَ فِي الثَّالِثَةِ فَأَعْلِمْنِي قَالَ إِذَا قُمْتَ إِلَى الصَّلَاةِ فَأَسْبِغْ الْوُضُوءَ ثُمَّ اسْتَقْبِلْ الْقِبْلَةَ فَكَبِّرْ وَاقْرَأْ بِمَا تَيَسَّرَ مَعَكَ مِنْ الْقُرْآنِ ثُمَّ ارْكَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ رَاكِعًا ثُمَّ ارْفَعْ رَأْسَكَ حَتَّى تَعْتَدِلَ قَائِمًا ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَسْتَوِيَ وَتَطْمَئِنَّ جَالِسًا ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَسْتَوِيَ قَائِمًا ثُمَّ افْعَلْ ذَلِكَ فِي صَلَاتِكَ كُلِّهَا. البخارى

Artinya: Telah menceritakan kepadaku Ishaq bin Manshur, telah menceritakan kepada kami Abu Usamah, telah menceritakan kepada kami Ubaidullah bin Umar, dari Said bin Abi Sa'id, dari Abu Hurairah, ada seorang laki-laki masuk masjid dan salat, sedang Rasulullah SAW ketika itu berada di pojok masjid. Kemudian lelaki tersebut datang menemui Nabi dan memberi salam, tapi beliau berujar: "Kembali dan salatlah, (karena) kamu belum melakukan salat!". Orang itu mengulangi salatnya dan mengucapkan salam. Nabi SAW bersabda lagi; "Kembalilah dan lakukan salat (lagi), sebab engkau belum melakukan salat!". Pada kali ketiganya, orang itu berujar; 'Ajarilah aku!' Nabi menjawab: "Jika kamu hendak melakukan salat, sempurnakanlah wudu dan menghadaplah ke kiblat, kemudian bertakbirlah dan bacalah Alquran yang mudah bagimu, kemudian rukulah hingga kamu lakukan rukumu dengan tenang, kemudian angkatlah kepalamu hingga engkau berdiri dengan tenang, kemudian sujudlah hingga engkau sujud dengan tenang, kemudian angkatlah hingga engkau betul-betul duduk lurus dan tenang, kemudian sujudlah hingga engkau sujud dengan tenang, kemudian angkatlah hingga engkau berdiri dengan tenang, lakukanlah yang demikian dalam semua salatmu semuanya." (HR. Bukhari, no. 6174).

 

Hadis riwayat Bukhari tadi memuat informasi bahwa Rasulullah mengajari seorang laki-laki tentang salat. Adapun pesan dalam hadis tadi diantaranya ketika hendak melakukan salat mesti menyempurnakan wudu dan kemudian menghadap kiblat. Barulah kemudian memulai salat dengan takbiratul ihram dan seterusnya. Namun demikian apabila salat di atas kendaraan yang sedang berjalan itu tidak memungkinkan selalu menghadap kiblat. Oleh karenanya, salat di atas kendaraan ketika sedang melaju/ berjalan dijelaskan sebagaimana hadis berikut.

 

و حَدَّثَنِي عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ الْقَوَارِيرِيُّ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ عَنْ عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ أَبِي سُلَيْمَانَ قَالَ حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ جُبَيْرٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي وَهُوَ مُقْبِلٌ مِنْ مَكَّةَ إِلَى الْمَدِينَةِ عَلَى رَاحِلَتِهِ حَيْثُ كَانَ وَجْهُهُ قَالَ وَفِيهِ نَزَلَتْ { فَأَيْنَمَا تُوَلُّوا فَثَمَّ وَجْهُ اللَّهِ }. و حَدَّثَنَاه أَبُو كُرَيْبٍ أَخْبَرَنَا ابْنُ الْمُبَارَكِ وَابْنُ أَبِي زَائِدَةَ ح و حَدَّثَنَا ابْنُ نُمَيْرٍ حَدَّثَنَا أَبِي كُلُّهُمْ عَنْ عَبْدِ الْمَلِكِ بِهَذَا الْإِسْنَادِ نَحْوَهُ وَفِي حَدِيثِ ابْنِ مُبَارَكٍ وَابْنِ أَبِي زَائِدَةَ ثُمَّ تَلَا ابْنُ عُمَرَ { فَأَيْنَمَا تُوَلُّوا فَثَمَّ وَجْهُ اللَّهِ }. وَقَالَ فِي هَذَا نَزَلَتْ. . مسلم

Artinya: Dan telah menceritakan kepadaku 'Ubaidullah bin Umar Al Qawariri, telah menceritakan kepada kami Yahya bin Said, dari Abdul Malik bin Abu Sulaiman katanya; telah menceritakan kepada kami Said bin Jubair, dari Ibnu Umar katanya; Rasulullah SAW pernah salat di atas kendarannya ke arah mana saja beliau menghadap, yaitu ketika berangkat dari Makkah menuju Madinah. Dan pada saat itu diturunkan pula ayat, "Kearah manapun engkau menghadap, maka engkau menghadap wajah Allah” (QS. Al Baqarah: 115). Telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah mengabarkan kepada kami Ibnu Al Mubarak dan Ibnu Zaidah (dan diriwayatkan dari jalur lain) telah menceritakan kepada kami Ibnu Numair (Muhammad bin 'Abdullah bin Numair), telah menceritakan kepada kami ayahku (Abdullah bin Numair), semuanya dari Abdul Malik dengan sanad seperti ini, namun dalam hadis Ibnu Al Mubarak dan Ibnu Abi Zaidah disebutkan; "Kemudian Ibnu Umar membacakan ayat "Kearah manapun engkau menghadap, maka engkau menghadap wajah Allah” (QS. Al Baqarah: 115). Dia lalu berkata; "Tentang masalah inilah ayat ini diturunkan." (HR. Muslim, no. 1131).

 

Melalui hadis riwayat Muslim tadi dapat diketahui bahwa ketika Rasulullah SAW salat di atas kendaraannya ke arah mana saja. Hal tersebut sebagaimana bunyi Surat Al Baqarah ayat 115. Pada dasarnya qiyam adalah berdiri, tetapi ketika salat tidak bisa berdiri dalam kondisi tertentu diperbolehkan salat dengan duduk atau berbaring. Hal tersebut sebagaimana hadis berikut.

 

حَدَّثَنَا عَبْدَانُ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ إِبْرَاهِيمَ بْنِ طَهْمَانَ قَالَ حَدَّثَنِي الْحُسَيْنُ الْمُكْتِبُ عَنْ ابْنِ بُرَيْدَةَ عَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: كَانَتْ بِي بَوَاسِيرُ فَسَأَلْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ الصَّلَاةِ فَقَالَ صَلِّ قَائِمًا فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَقَاعِدًا فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَعَلَى جَنْبٍ. البخارى

Artinya: Telah menceritakan kepada kami 'Abdan dari 'Abdullah, dari Ibrahim bin Thohman berkata, telah menceritakan kepada saya Al Husain Al Muktib, dari Abu Buraidah, dari 'Imrah bin Hushain RA berkata: "Suatu kali aku menderita sakit wasir lalu aku tanyakan kepada Nabi SAW tentang cara salat. Maka Beliau SAW menjawab: "Salatlah dengan berdiri, jika kamu tidak sanggup lakukanlah dengan duduk dan bila tidak sanggup juga lakukanlah dengan berbaring pada salah satu sisi badan". (HR. Bukhari, no. 1050).

 

Demikianlah diantaranya dalil tentang qiyam. Semoga senantiasa menambah khazanah keilmuan kita dan utamanya ilmu mampu menambah kesempurnaan dalam beramal.

 

No comments:

Post a Comment