Thursday, July 21, 2022

Beberapa Hal yang Dilakukan Makmum dalam Salat

Salat berjamaah terdiri dari imam dan makmum. Adapun makmum di dalam salat melakukan beberapa hal yang mesti dilakukan ketika mengikuti salat berjamaah. Hal tersebut tentu dilakukan demi menggapai kesempurnaan salat berjamaah. Beberapa hal yang mesti dilakukan makmum ketika salat berjamaah sebagaimana berikut berdasarkan dalil berupa dalil Al-Qur’an maupun hadis lengkap dengan sanad.

 

1. Merapikan saf serta meluruskan dan merapatkan saf

Dalil mengenai makmum yang merapikan saf serta meluruskan dan merapatkan saf adalah sebagaimana hadis berikut.

 

Hadis Pertama

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى وَابْنُ بَشَّارٍ قَالَا حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ قَالَ سَمِعْتُ قَتَادَةَ يُحَدِّثُ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: سَوُّوا صُفُوفَكُمْ فَإِنَّ تَسْوِيَةَ الصَّفِّ مِنْ تَمَامِ الصَّلَاةِ. مسلم

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Mutsanna dan Ibnu Basysyar, keduanya berkata: telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja'far, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, ia berkata: "Saya mendengar Qatadah bercerita dari Anas bin Malik, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda, "Ratakanlah saf-saf kalian, karena sesungguhnya meratakan saf itu termasuk dari kesempurnaan salat." (HR. Muslim, no. 658).

 

Hadis Kedua

حَدَّثَنَا أَبُو الْوَلِيدِ قَالَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: سَوُّوا صُفُوفَكُمْ فَإِنَّ تَسْوِيَةَ الصُّفُوفِ مِنْ إِقَامَةِ الصَّلَاةِ. البخاري

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abu Al Walid, ia berkata: telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Qatadah, dari Anas bin Malik dari Nabi SAW, beliau bersabda: “Ratakanlah saf kalian, karena sesungguhnya meratakan saf itu termasuk dari mendirikan salat.” (HR. Bukhari, no. 681).

 

Hadis Ketiga

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ عَنْ شُعْبَةَ ح و حَدَّثَنَا نَصْرُ بْنُ عَلِيٍّ حَدَّثَنَا أَبِي وَبِشْرُ بْنُ عُمَرَ قَالَا حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: سَوُّوا صُفُوفَكُمْ فَإِنَّ تَسْوِيَةَ الصُّفُوفِ مِنْ تَمَامِ الصَّلَاةِ. ابن ماجه

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basysyar, ia berkata: telah menceritakan kepada kami Yahya bin Sa'id, dari Syu'bah. Dalam jalur lain disebutkan, telah menceritakan kepada kami Nashr bin Ali, dari Bapakku (Ali bin Nasr bin Ali bin Shuhban) dan Bisyr bin Umar, keduanya berkata: telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Qatadah, dari Anas bin Malik, ia berkata: Ratakanlah saf-saf kalian, karena sesungguhnya meratakan saf itu termasuk dari kesempurnaan salat.” (HR. Ibnu Majah, no. 983).

 

Hadis Keempat

حَدَّثَنَا هَنَّادُ بْنُ السَّرِيِّ وَأَبُو عَاصِمِ بْنُ جَوَّاسٍ الْحَنَفِيُّ عَنْ أَبِي الْأَحْوَصِ عَنْ مَنْصُورٍ عَنْ طَلْحَةَ الْيَامِيِّ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَوْسَجَةَ عَنْ الْبَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَخَلَّلُ الصَّفَّ مِنْ نَاحِيَةٍ إِلَى نَاحِيَةٍ يَمْسَحُ صُدُورَنَا وَمَنَاكِبَنَا وَيَقُولُ لَا تَخْتَلِفُوا فَتَخْتَلِفَ قُلُوبُكُمْ وَكَانَ يَقُولُ إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى الصُّفُوفِ الْأُوَلِ. أبي داوود

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Hannad bin As Sariy dan Abu 'Ashim bin Jawwas Al Hanafi, dari Abu Al Ahwash, dari Manshur, dari Thalhah Al Yamiy, dari Abdurrahman bin Ausajah, dari Al Bara` bin 'Azib, ia berkata:  "Dahulu Rasulullah SAW mendatangi barisan saf dari sudut ke sudut, beliau meratakan dada-dada kami dan bahu-bahu kami sambil bersabda, "Janganlah kalian maju mundur, yang menyebabkan maju mundurnya hati kalian pula.” Dan beliau bersabda, “Sesungguhnya Allah dan para Malaikat-Nya berselawat kepada ahli saf yang pertama." (HR. Abu Dawud, 568).

 

2. Menyambung saf (menutup tempat yang longgar)

Makmum ketika salat berjamaah mesti menyambung saf dengan cara menutup tempat yang longgar. Adapun dalilnya adalah sebagimana berikut.

 

Hadis Kelima

حَدَّثَنَا عِيسَى بْنُ إِبْرَاهِيمَ الْغَافِقِيُّ حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ ح و حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا اللَّيْثُ وَحَدِيثُ ابْنِ وَهْبٍ أَتَمُّ عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ صَالِحٍ عَنْ أَبِي الزَّاهِرِيَّةِ عَنْ كَثِيرِ بْنِ مُرَّةَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ قَالَ قُتَيْبَةُ عَنْ أَبِي الزَّاهِرِيَّةِ عَنْ أَبِي شَجَرَةَ لَمْ يَذْكُرْ ابْنَ عُمَرَ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: أَقِيمُوا الصُّفُوفَ وَحَاذُوا بَيْنَ الْمَنَاكِبِ وَسُدُّوا الْخَلَلَ وَلِينُوا بِأَيْدِي إِخْوَانِكُمْ لَمْ يَقُلْ عِيسَى بِأَيْدِي إِخْوَانِكُمْ، وَلَا تَذَرُوا فُرُجَاتٍ لِلشَّيْطَانِ، وَمَنْ وَصَلَ صَفًّا وَصَلَهُ اللَّهُ، وَمَنْ قَطَعَ صَفًّا قَطَعَهُ اللَّهُ. قَالَ أَبُو دَاوُد أَبُو شَجَرَةَ كَثِيرُ بْنُ مُرَّةَ قَالَ أَبُو دَاوُد وَمَعْنَى وَلِينُوا بِأَيْدِي إِخْوَانِكُمْ إِذَا جَاءَ رَجُلٌ إِلَى الصَّفِّ فَذَهَبَ يَدْخُلُ فِيهِ فَيَنْبَغِي أَنْ يُلِينَ لَهُ كُلُّ رَجُلٍ مَنْكِبَيْهِ حَتَّى يَدْخُلَ فِي الصَّفِّ. أبي داوود

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Isa bin Ibrahim Al Ghafiqi, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb. Dari jalur lain, dan telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id, telah menceritakan kepada kami Al Laits dan hadis riwayat Ibnu Wahb lebih sempurna, dari Mu'awiyah bin Shalih dari Abu Az Zahiriyyah dari Katsir bin Murrah dari Abdullah bin Umar, Qutaibah berkata: dari Az Zahiriyah dari Abi Syajarah tanpa menyebutkan Ibnu Umar, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: "Luruskanlah saf, dan sejajarkanlah bahu, dan tutuplah tempat yang longgar, dan lembutkanlah terhadap tangan saudara kalian (apabila ditarik oleh tangan-tangan saudara-saudara kalian) Isa tidak menyebutkan: tangan saudara kalian, dan janganlah kalian biarkan celah-celah untuk setan. Dan barangsiapa menyambung saf, niscaya Allah menyambungnya dan barangsiapa memutus saf, niscaya Allah memutusnya." Abu Dawud berkata: Abu Syajarah adalah Katsir bin Murrah. Abu Dawud berkata: Makna dari kalimat lemah lembutlah kalian terhadap tangan saudara kalian adalah apabila ada seseorang yang baru datang dan masuk ke dalam saf, maka yang lain hendaknya melemaskan pundaknya hingga dia dapat masuk ke dalam saf. (HR. Abu Dawud, no. 570).

 

Hadis Keenam

أَخْبَرَنَا عِيسَى بْنُ إِبْرَاهِيمَ بْنِ مَثْرُودٍ قَالَ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ وَهْبٍ عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ صَالِحٍ عَنْ أَبِي الزَّاهِرِيَّةِ عَنْ كَثِيرِ بْنِ مُرَّةَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: مَنْ وَصَلَ صَفًّا وَصَلَهُ اللَّهُ، وَمَنْ قَطَعَ صَفًّا قَطَعَهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ. النسائي

Artinya: Telah mengabarkan kepada kami 'Isa bin Ibrahim bin Matsrud, dia berkata: telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Wahb, dari Mu'awiyah bin Shalih, dari Abu Az Zahiriyyah, dari Katsir bin Murrah, dari Abdullah bin 'Umar bahwasannya Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa yang menyambung saf, niscaya Allah menyambungnya, dan barangsiapa yang memutus saf, niscaya Allah ‘Azza wa Jalla memutusnya.” (HR. Nasa’i, no. 810).

 

3. Mengikuti segala gerak-gerik imam, tertib dan tidak mendahuluinya

Ketika salat berjamaah, makmum harus mengikuti segala gerak-gerik imam dengan cara tertib dan tidak mendahuluinya. Adapun dalilnya adalah sebagai berikut.

 

Hadis Ketujuh

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدٍ قَالَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ قَالَ أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ عَنْ هَمَّامِ بْنِ مُنَبِّهٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: إِنَّمَا جُعِلَ الْإِمَامُ لِيُؤْتَمَّ بِهِ فَلَا تَخْتَلِفُوا عَلَيْهِ. فَإِذَا رَكَعَ فَارْكَعُوا، وَإِذَا قَالَ {سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ} فَقُولُوا {رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ}، وَإِذَا سَجَدَ فَاسْجُدُوا وَإِذَا صَلَّى جَالِسًا فَصَلُّوا جُلُوسًا أَجْمَعُونَ. وَأَقِيمُوا الصَّفَّ فِي الصَّلَاةِ، فَإِنَّ إِقَامَةَ الصَّفِّ مِنْ حُسْنِ الصَّلَاةِ. البخاري

Artinya: Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Muhammad, ia berkata: telah menceritakan kepada kami Abdurrazaq, telah mengabarkan kepada kami Ma'mar, dari Hammam bin Munabbih, dari Abu Hurairah, dari Nabi SAW, beliau bersabda: ”Sesungguhnya dijadikannya imam itu untuk diturut, maka janganlah kalian menyelisihinya, Apabila imam rukuk, rukuklah kalian. Apabila imam mengucapkan sami’alloohu liman hamidah, ucapkanlah robbanaa lakal hamdu. Apabila imam sujud, sujudlah kalian. Apabila imam salat dengan duduk, salatlah kalian semua dengan duduk. Dan luruskanlah saf kalian dalam salat, karena meluruskan saf itu termasuk baiknya salat.” (HR. Bukhari, no. 680).

 

Hadis Kedelapan

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا اللَّيْثُ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّهُ قَالَ: خَرَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ فَرَسٍ فَجُحِشَ، فَصَلَّى بِنَا قَاعِدًا، فَصَلَّيْنَا مَعَهُ قُعُودًا. ثُمَّ انْصَرَفَ، فَقَالَ: إِنَّمَا الْإِمَامُ أَوْ إِنَّمَا جُعِلَ الْإِمَامُ لِيُؤْتَمَّ بِهِ، فَإِذَا كَبَّرَ فَكَبِّرُوا وَإِذَا رَكَعَ فَارْكَعُوا، وَإِذَا رَفَعَ فَارْفَعُوا، وَإِذَا قَالَ {سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ}، فَقُولُوا {رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ}، وَإِذَا سَجَدَ فَاسْجُدُوا، وَإِذَا صَلَّى قَاعِدًا فَصَلُّوا قُعُودًا أَجْمَعُونَ. قَالَ وَفِي الْبَاب عَنْ عَائِشَةَ وَأَبِي هُرَيْرَةَ وَجَابِرٍ وَابْنِ عُمَرَ وَمُعَاوِيَةَ قَالَ أَبُو عِيسَى وَحَدِيثُ أَنَسٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَرَّ عَنْ فَرَسٍ فَجُحِشَ حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ وَقَدْ ذَهَبَ بَعْضُ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى هَذَا الْحَدِيثِ مِنْهُمْ جَابِرُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ وَأُسَيْدُ بْنُ حُضَيْرٍ وَأَبُو هُرَيْرَةَ وَغَيْرُهُمْ وَبِهَذَا الْحَدِيثِ يَقُولُ أَحْمَدُ وَإِسْحَقُ و قَالَ بَعْضُ أَهْلِ الْعِلْمِ إِذَا صَلَّى الْإِمَامُ جَالِسًا لَمْ يُصَلِّ مَنْ خَلْفَهُ إِلَّا قِيَامًا فَإِنْ صَلَّوْا قُعُودًا لَمْ تُجْزِهِمْ وَهُوَ قَوْلُ سُفْيَانَ الثَّوْرِيِّ وَمَالِكِ بْنِ أَنَسٍ وَابْنِ الْمُبَارَكِ وَالشَّافِعِيِّ. الترمذي

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Qutaibah, ia berkata: telah menceritakan kepada kami Al Laits dari Ibnu Syihab dari Anas bin Malik bahwa ia berkata: Rasulullah SAW pernah terjatuh dari kuda sehingga terluka, kemudian beliau mengimami kami salat dengan duduk, maka kamipun bermakmum kepada beliau dengan duduk. Setelah selesai salat beliau bersabda, “Sesungguhnya imam itu,” atau beliau bersabda, “Sesungguhnya dijadikannya imam itu untuk diturut. Maka apabila imam bertakbir, bertakbirlah kalian, apabila imam rukuk maka rukuklah kalian, apabila imam mengangkat kepala bangkit dari rukuk maka angkatlah kepala kalian bangkit dari rukuk, apabila imam mengucap “sami’alloohu liman hamidah,” ucapkanlah “robbanaa walakal hamdu,” apabila imam bersujud, maka bersujudlah kalian, dan apabila imam salat dengan duduk, maka salatlah kalian semuanya dengan duduk.” Ia berkata: "Dalam bab ini juga ada riwayat dari 'Aisyah, Abu Hurairah, Jabir, Ibnu Umar dan Mu'awiyah." Abu Isa berkata: "Hadis Anas yang menyebutkan bahwa Rasulullah SAW jatuh dan terluka derajatnya adalah hasan shahih. Sebagian ahli ilmu dari kalangan sahabat Nabi SAW berpegangan dengan hadis ini. Di antaranya adalah: Jabir bin Abdullah, Usaid bin Hudlair, Abu Hurairah dan selainnya. Ahmad dan Ishaq juga berpegangan dengan hadis ini. Dan sebagian ahli ilmu berkata: "Jika imam salat dengan duduk maka orang-orang yang ada dibelakangnya tidak salat kecuali dengan berdiri, jika mereka salat dengan duduk maka salatnya tidak sah." Ini adalah pendapat yang diambil oleh Sufyan Ats Tsauri, Malik bin Anas, bin Al Mubarak dan Syafi'i. (HR. Tirmidzi, no. 329).

 

Hadis Kesembilan

حَدَّثَنَا إِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ وَابْنُ خَشْرَمٍ قَالَا أَخْبَرَنَا عِيسَى بْنُ يُونُسَ حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُعَلِّمُنَا يَقُولُ لَا تُبَادِرُوا الْإِمَامَ إِذَا كَبَّرَ فَكَبِّرُوا وَإِذَا قَالَ {وَلَا الضَّالِّينَ}، فَقُولُوا {آمِينَ}. وَإِذَا رَكَعَ فَارْكَعُوا، وَإِذَا قَالَ {سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ}، فَقُولُوا {اللَّهُمَّ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ}. حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ يَعْنِي الدَّرَاوَرْدِيَّ عَنْ سُهَيْلِ بْنِ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِنَحْوِهِ إِلَّا قَوْلَهُ {وَلَا الضَّالِّينَ}، فَقُولُوا {آمِينَ} وَزَادَ وَلَا تَرْفَعُوا قَبْلَهُ. مسلم

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Ibrahim dan Ibnu Khasyram keduanya berkata: telah mengabarkan kepada kami Isa bin Yunus, telah menceritakan kepada kami Al-A'masy dari Abu Shalih dari Abu Hurairah dia berkata: Dahulu Rasulullah SAW mengajarkan kepada kami, beliau bersabda, “Janganlah kalian mendahului imam. Apabila imam bertakbir, maka bertakbirlah kalian, apabila imam mengucap “waladldloolliin”, ucapkanlah “aamiin”, apabila imam rukuk, rukuklah kalian, dan apabila imam mengucap “sami’alloohu liman hamidah,” ucapkanlah “Alloohumma robbanaa lakal hamdu.” Telah menceritakan kepada kami Qutaibah, telah menceritakan kepada kami Abdul Aziz, yaitu ad-Darawardi, dari Suhail bin Abi Shalih dari Bapaknya dari Abu Hurairah dari Nabi SAW dengan hadis semisalnya kecuali perkataannya, "waladldloolliin” maka ucapkanlah “aamin.” Dan dia menambahkan, 'Dan janganlah kalian mengangkat kepala sebelumnya'." (HR. Muslim, no. 626).

 

Hadis Kesepuluh

حَدَّثَنَا خَلَفُ بْنُ هِشَامٍ وَأَبُو الرَّبِيعِ الزَّهْرَانِيُّ وَقُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ كُلُّهُمْ عَنْ حَمَّادٍ قَالَ خَلَفٌ حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ زِيَادٍ حَدَّثَنَا أَبُو هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ مُحَمَّدٌ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَمَا يَخْشَى الَّذِي يَرْفَعُ رَأْسَهُ قَبْلَ الْإِمَامِ أَنْ يُحَوِّلَ اللَّهُ رَأْسَهُ رَأْسَ حِمَارٍ؟. مسلم 

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Khalaf bin Hisyam dan Abu Ar-Rabi' Az-Zahrani serta Qutaibah bin Sa'id, semuanya meriwayatkan dari Hammad, Khalaf berkata: telah menceritakan kepada kami Hammad bin Zaid dari Muhammad bin Ziyad telah menceritakan kepada kami Abu Hurairah, ia berkata: Nabi Muhammad SAW bersabda: "Apakah orang yang mengangkat kepalanya sebelum imam (mengangkat kepala) itu tidak takut bahwa Allah akan merubah kepalanya menjadi kepala himar?" (HR. Muslim, no. 647).

 

Hadis Kesebelas

أَخْبَرَنَا قُتَيْبَةُ قَالَ حَدَّثَنَا حَمَّادٌ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ زِيَادٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ مُحَمَّدٌ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَلَا يَخْشَى الَّذِي يَرْفَعُ رَأْسَهُ قَبْلَ الْإِمَامِ أَنْ يُحَوِّلَ اللَّهُ رَأْسَهُ رَأْسَ حِمَارٍ؟. النسائي

Artinya: Telah mengabarkan kepada kami Qutaibah dia berkata: telah menceritakan kepada kami Hammad dari Muhammad bin Ziyad dari Abu Hurairah, ia berkata: Nabi Muhammad SAW bersabda, "Apakah orang yang mengangkat kepalanya sebelum imam (mengangkat kepala) itu tidak takut bahwa Allah akan merubah kepalanya menjadi kepala himar?" (HR. Nasa’i, no. 819).

 

4. Diam dan mendengarkan bacaan imam ketika imam membaca Al-Fatihah dan surat/ ayat Al-Qur'an dengan jahr

Terkait imam membaca Al-Fatihah secara jahr, ulama berbeda pendapat apakah makmum wajib membaca Al-Fatihah atau tidak. Masing-masing pendapat mempunyai alasan yang secara ringkas sebagai berikut:

 

a. Golongan Pertama

Pendapat golongan pertama adalah makmum wajib membaca Al-Fatihah di belakang imam, meskipun imamnya membaca jahr. Hal tersebut dengan alasan sebagai berikut:

 

Hadis Keduabelas

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدٍ النُّفَيْلِيُّ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ سَلَمَةَ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ إِسْحَقَ عَنْ مَكْحُولٍ عَنْ مَحْمُودِ بْنِ الرَّبِيعِ عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ قَالَ: كُنَّا خَلْفَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي صَلَاةِ الْفَجْرِ فَقَرَأَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَثَقُلَتْ عَلَيْهِ الْقِرَاءَةُ. فَلَمَّا فَرَغَ قَالَ: لَعَلَّكُمْ تَقْرَءُونَ خَلْفَ إِمَامِكُمْ؟ قُلْنَا: نَعَمْ هَذًّا يَا رَسُولَ اللَّهِ، قَالَ: لَا تَفْعَلُوا إِلَّا بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ، فَإِنَّهُ لَا صَلَاةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِهَا. أبي داوود

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Muhammad An Nufaili, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Salamah dari Muhammad bin Ishaq dari Makhul dari Mahmud bin Ar Rabi' dari 'Ubadah bin Ash Shamit, ia berkata: Dahulu aku pernah salat Subuh di belakang Rasulullah SAW, lalu ketika beliau membaca, tiba-tiba bacaan beliau menjadi berat (karena terganggu). Maka setelah selesai salat, Rasulullah SAW bersabda, "Saya merasa barangkali ada diantara kalian yang membaca di belakang Imam kalian?" Kami menjawab, "Betul ini ya Rasulullah." Beliau bersabda, "Janganlah kalian berbuat begitu, kecuali membaca Fatihatul Kitab (Al-Fatihah), karena sesungguhnya tidak sah salat bagi orang yang tidak membacanya." (HR. Abu Dawud, no. 701).

 

Hadis Ketigabelas

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرٍ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ سُلَيْمَانَ بْنِ الْأَشْعَثِ، ثنا الْمُؤَمَّلُ بْنُ هِشَامٍ، وَحَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ هُوَ ابْنُ عُلَيَّةَ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ إِسْحَاقَ، عَنْ مَكْحُولٍ، عَنْ مَحْمُودِ بْنِ الرَّبِيعِ الْأَنْصَارِيِّ، وَكَانَ يَسْكُنُ إِيلِيَا، عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ، قَالَ: صَلَّى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الصُّبْحَ فَثَقُلَتْ عَلَيْهِ الْقِرَاءَةُ، فَلَمَّا انْصَرَفَ قَالَ: إِنِّي لَأَرَاكُمْ تَقْرَءُونَ مِنْ وَرَاءِ إِمَامِكُمْ، قَالَ: قُلْنَا: أَجَلْ وَاللَّهِ يَا رَسُولَ اللَّهِ هَذَا، قَالَ: فَلَا تَفْعَلُوا إِلَّا بِأُمِّ الْقُرْآنِ، فَإِنَّهُ لَا صَلَاةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِهَا. هَذَا إِسْنَادٌ حَسَنٌ. الدارقطني

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar Abdullah bin Sulaiman bin Al Asy'ats, telah menceritakan kepada kami Muammal bin Hisyam, telah menceritakan kepada kami Isma'il bin Ulayyah, dari Muhammad bin Ishaq, dari Makhul, dari Mahmud bin Ar-Rabi' Al Anshari, yang mana ia pernah tinggal di Iliya‘, dari Ubadah bin Ash-Shamit, ia menuturkan: Rasulullah SAW pernah (mengimami) salat Subuh, lalu bacaan beliau terasa berat (karena terganggu). Maka setelah selesai salat beliau bersabda, "Sesungguhnya aku merasa bahwa ada diantara kalian membaca di belakang imam kalian." Ubadah bin Ash-Shaamit berkata: Kami menjawab, "Demi Allah, ini betul ya Rasulullah." Beliau bersabda, "Janganlah kalian berbuat begitu, kecuali membaca Ummul Qur'an (Al-Fatihah), karena sesungguhnya tidak sah salat bagi orang yang tidak membacanya." Ini isnad yang hasan. (HR. Daraquthni, no. 1200).

 

b. Golongan Kedua

Pendapat golongan kedua adalah makmum wajib mendengarkan bacaan imam ketika dibaca jahr. Adapun ketika imam membaca secara sir, makmum juga membaca secara sirr. Makmum hendaknya diam dan mendengarkan bacaan imam ketika imam membaca Al Fatihah dan surat/ ayat Al-Qur'an dengan jahr. Hal tersebut sebagaimana dalil berikut.

 

Dalil Al Qur’an Pertama

وَإِذَا قُرِئَ ٱلْقُرْءَانُ فَٱسْتَمِعُوا۟ لَهُۥ وَأَنصِتُوا۟ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ. الأعراف: ٢٠٤

Artinya: Dan apabila dibacakan Al-Qur'an, maka dengarkanlah dan diamlah, agar kamu mendapat rahmat. (QS. Al A’raf: 204).

 

Hadis Keempatbelas

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا أَبُو خَالِدٍ الْأَحْمَرُ عَنْ ابْنِ عَجْلَانِ عَنْ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّمَا جُعِلَ الْإِمَامُ لِيُؤْتَمَّ بِهِ، فَإِذَا كَبَّرَ فَكَبِّرُوا وَإِذَا قَرَأَ فَأَنْصِتُوا، وَإِذَا قَالَ {غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ}، فَقُولُوا {آمِينَ}. وَإِذَا رَكَعَ فَارْكَعُوا وَإِذَا قَالَ {سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ}، فَقُولُوا {اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ}، وَإِذَا سَجَدَ فَاسْجُدُوا، وَإِذَا صَلَّى جَالِسًا فَصَلُّوا جُلُوسًا أَجْمَعِينَ. ابن ماجه

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah berkata: telah menceritakan kepada kami Abu Khalid Al Ahmar, dari Ibnu 'Ajlan, dari Zaid bin Aslam, dari Abu Shalih, dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya dijadikannya imam itu untuk diturut, maka apabila imam bertakbir, bertakbirlah kalian, apabila imam membaca, maka diamlah (mendengarkan), apabila imam membaca “ghoiril maghdluubi ‘alaihim wa ladldloolliin,” ucapkanlah “aamiin.” Apabila imam rukuk, maka rukuklah kalian, apabila imam mengucap, “Sami’alloohu liman hamidah,” maka ucapkanlah, “Alloohumma robbanaa wa lakal hamdu,” apabila imam bersujud, maka bersujudlah kalian, dan apabila imam salat dengan duduk, maka salatlah kamu sekalian dengan duduk.” (HR. Ibnu Majah, no. 837).

 

Hadis Kelimabelas

حَدَّثَنَا الْقَعْنَبِيُّ عَنْ مَالِكٍ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ ابْنِ أُكَيْمَةَ اللَّيْثِيِّ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: انْصَرَفَ مِنْ صَلَاةٍ جَهَرَ فِيهَا بِالْقِرَاءَةِ، فَقَالَ: هَلْ قَرَأَ مَعِيَ أَحَدٌ مِنْكُمْ آنِفًا؟ فَقَالَ: رَجُلٌ نَعَمْ يَا رَسُولَ اللَّهِ. قَالَ: إِنِّي أَقُولُ مَالِي أُنَازَعُ الْقُرْآنَ؟ قَالَ: فَانْتَهَى النَّاسُ عَنْ الْقِرَاءَةِ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيمَا جَهَرَ فِيهِ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالْقِرَاءَةِ مِنْ الصَّلَوَاتِ حِينَ سَمِعُوا ذَلِكَ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. قَالَ أَبُو دَاوُد رَوَى حَدِيثَ ابْنِ أُكَيْمَةَ هَذَا مَعْمَرٌ وَيُونُسُ وَأُسَامَةُ بْنُ زَيْدٍ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَلَى مَعْنَى مَالِكٍ حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ وَأَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدٍ الْمَرْوَزِيُّ وَمُحَمَّدُ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ أَبِي خَلَفٍ وَعَبْدِ اللَّهِ بْنِ مُحَمَّدٍ الزُّهْرِيِّ وَابْنِ السَّرْحِ قَالُوا حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ الزُّهْرِيِّ سَمِعْتُ ابْنَ أُكَيْمَةَ يُحَدِّثُ سَعِيدَ بْنَ الْمُسَيِّبِ قَالَ سَمِعْتُ أَبَا هُرَيْرَةَ يَقُولُ صَلَّى بِنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَاةً نَظُنُّ أَنَّهَا الصُّبْحُ بِمَعْنَاهُ إِلَى قَوْلِهِ مَا لِي أُنَازَعُ الْقُرْآنَ قَالَ مُسَدَّدٌ فِي حَدِيثِهِ قَالَ مَعْمَرٌ فَانْتَهَى النَّاسُ عَنْ الْقِرَاءَةِ فِيمَا جَهَرَ بِهِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ و قَالَ ابْنُ السَّرْحِ فِي حَدِيثِهِ قَالَ مَعْمَرٌ عَنْ الزُّهْرِيِّ قَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ فَانْتَهَى النَّاسُ و قَالَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدٍ الزُّهْرِيُّ مِنْ بَيْنِهِمْ قَالَ سُفْيَانُ وَتَكَلَّمَ الزُّهْرِيُّ بِكَلِمَةٍ لَمْ أَسْمَعْهَا فَقَالَ مَعْمَرٌ إِنَّهُ قَالَ فَانْتَهَى النَّاسُ قَالَ أَبُو دَاوُد وَرَوَاهُ عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ إِسْحَقَ عَنْ الزُّهْرِيِّ وَانْتَهَى حَدِيثُهُ إِلَى قَوْلِهِ مَا لِي أُنَازَعُ الْقُرْآنَ وَرَوَاهُ الْأَوْزَاعِيُّ عَنْ الزُّهْرِيِّ قَالَ فِيهِ قَالَ الزُّهْرِيُّ فَاتَّعَظَ الْمُسْلِمُونَ بِذَلِكَ فَلَمْ يَكُونُوا يَقْرَءُونَ مَعَهُ فِيمَا جَهَرَ بِهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَبُو دَاوُد سَمِعْت مُحَمَّدَ بْنَ يَحْيَى بْنِ فَارِسٍ قَالَ قَوْلُهُ فَانْتَهَى النَّاسُ مِنْ كَلَامِ الزُّهْرِيِّ. أبي داوود

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Al Qa'nabi, dari Malik, dari Ibnu Syihab, dari Ibnu Ukaimah Al Laitsi, dari Abu Hurairah bahwasanya pernah Rasulullah SAW setelah selesai dari melaksanakan salat yang beliau baca dengan jahr (nyaring), lalu beliau bersabda, "Apakah tadi diantara kalian ada yang membaca bersamaku?" Lalu ada seorang laki-laki menjawab, "Betul, ya Rasulullah." Rasulullah SAW bersabda, "Aku bertanya, mengapa aku dilawan dalam membaca Al-Qur'an?" (Perawi) berkata, "Setelah peristiwa itu orang-orang berhenti dari membaca bersama Rasulullah SAW diwaktu salat yang Nabi SAW membacanya dengan jahr setelah mereka mendengar yang demikian itu dari Rasulullah SAW." Abu Daud berkata: "Hadis Ibnu Ukaimah ini juga telah di riwayatkan pula oleh Ma'mar dan Yunus serta Usamah bin Zaid dari Az Zuhri dengan makna hadisnya Malik. Telah menceritakan kepada kami Musaddad, Ahmad bin Muhammad Al Marwazi, Muhammad bin Ahmad bin Abu Khalaf, Abdullah bin Muhammad Az Zuhri dan Ibnu Sarh, mereka berkata: telah menceritakan kepada kami Sufyan dari Az Zuhri, saya mendengar Ibnu Ukaimah menceritakan kepada Sa'id bin Musayyib katanya: saya mendengar Abu Hurairah berkata: "Rasulullah SAW salat bersama kami (kami mengira salat tersebut adalah salat Subuh) semakna dengan hadis di atas, sampai pada sabdanya: "Mengapa aku dilawan dalam membaca Al-Qur'an?" Musaddad berkata dalam hadisnya: Ma'mar mengatakan: "Seketika itu orang-orang berhenti dari membaca dalam salat yang bacaannya di baca jahr (jelas, keras) oleh Rasulullah SAW." Ibnu As Sarh mengatakan dalam hadisnya: Ma'mar berkata dari Az Zuhri, Abu Hurairah berkata: "Orang-orang pun berhenti." Sedangkan Abdullah bin Muhammad Az Zuhri di antara mereka juga Sufyan berkata: lalu Az Zuhri mengatakan suatu perkataan yang tidak aku dengar." Ma'mar mengatakan: Bahwa Az Zuhri mengatakan: "Orang-orang berhenti." Abu Daud mengatakan: "Hadis ini juga di riwayatkan Abdurrahman bin Ishaq dari Az Zuhri dan hadisnya berhenti sampai sabdanya: "Mengapa aku dilawan dalam membaca Al-Qur'an?" Dan di riwayatkan pula oleh Al Auza'i dari Az Zuhri, dia mengatakan dalam masalah itu: "Maka kaum Muslimin pun mengambil pelajaran dari hal itu, sehingga mereka tidak lagi membaca bersama Beliau dalam salat yang bacaannya di baca jahr." Abu Daud mengatakan: "Saya mendengar Muhammad bin Yahya bin Faris berkata: "Mengenai perkataannya "Orang-orang pun berhenti" merupakan perkataan Az Zuhri." (HR. Abu Dawud, no. 703).

 

c. Golongan Ketiga

Pendapat golongan ketiga adalah makmum tidak boleh membaca apapun termasuk Al-Fatihah dibelakang imam. Hal tersebut baik imamnya membaca jahr maupun sir. Menurut pendapat golongan ketiga, bacaan imam adalah bacaan makmumnya pula, maka dengan bacaan Imam itu sudah mencakup bagi seluruh makmumnya. Pendapat golongan ketiga dengan alasan sebagai berikut.

 

Hadis Keenambelas

حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ مُحَمَّدٍ حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ مُوسَى عَنْ الْحَسَنِ بْنِ صَالِحٍ عَنْ جَابِرٍ عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ عَنْ جَابِرٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ كَانَ لَهُ إِمَامٌ فَقِرَاءَةُ الْإِمَامِ لَهُ قِرَاءَةٌ. ابن ماجه

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Ali bin Muhammad, ia berkata: telah menceritakan kepada kami Ubaidullah bin Musa dari Al Hasan bin Shalih dari Jabir (bin Yazid bin Al Harits) dari Abu Az Zubair dari Jabir (bin ‘Abdullah bin ‘Amru bin Haram), ia berkata: Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa (salat) bersama imam, maka bacaan imam itu menjadi bacaan baginya." (HR. Ibnu Majah, no. 840).

Keterangan: Hadis tersebut dlaif karena dalam sanadnya terdapat Jabir bin Yazid bin Al Harits. Ia merupakan tabi'in kalangan biasa. Komentar ulama tentang Jabir bin Yazid bin Al Harits diantaranya Yahya bin Ma'in mengomentari Kadzaab, Ahmad bin Hambal mengomentari mendustakan, Ibnu Hajar al 'Asqalani mengomentari dla'if seorang rafidah.

 

Hadis Ketujuhbelas

حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مُبَشِّرٍ، ثنا مُحَمَّدُ بْنُ حَرْبٍ الْوَاسِطِيُّ، ثنا إِسْحَاقُ الْأَزْرَقُ، عَنْ أَبِي حَنِيفَةَ، عَنْ مُوسَى بْنِ أَبِي عَائِشَةَ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ شَدَّادٍ، عَنْ جَابِرٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ كَانَ لَهُ إِمَامٌ فَقِرَاءَةُ الْإِمَامِ لَهُ قِرَاءَةٌ.لَمْ يُسْنِدْهُ عَنْ مُوسَى بْنِ أَبِي عَائِشَةَ غَيْرُ أَبِي حَنِيفَةَ، وَالْحَسَنُ بْنُ عُمَارَةَ وَهُمَا ضَعِيفَانِ. الدارقطني

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Ali bin Abdullah bin Mubasysyir, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Harb Al Wasithi, telah menceritakan kepada kami Ishaq Al Azraq, dari Abu Hanifah, dari Musa bin Abu Aisyah, dari Abdullah bin Syaddad, dari Jabir, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa (salat) bersama imam, maka bacaan imam itu menjadi bacaan baginya." Tidak ada yang menyandarkannya pada Musa bin Abu Aisyah selain Abu Hanifah dan Al Hasan bin Umarah, keduanya lemah. (HR. Daruquthni, no. 1220).

 

Hadis Kedelapanbelas

حَدَّثَنَا أَبُو عَبْدِ اللَّهِ مُحَمَّدُ بْنُ الْقَاسِمِ بْنِ زَكَرِيَّا الْمُحَارِبِيُّ بِالْكُوفَةِ، ثنا أَبُو كُرَيْبٍ مُحَمَّدُ بْنُ الْعَلَاءِ، ثنا أَسَدُ بْنُ عَمْرٍو، عَنْ أَبِي حَنِيفَةَ، عَنْ مُوسَى بْنِ أَبِي عَائِشَةَ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ شَدَّادِ بْنِ الْهَادِ، عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ، قَالَ: صَلَّى بِنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَخَلْفَهُ رَجُلٌ يَقْرَأُ، فَنَهَاهُ رَجُلٌ مِنْ أَصْحَابِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمَّا انْصَرَفَ تَنَازَعَا، فَقَالَ: أَتَنْهَانِي عَنِ الْقِرَاءَةِ خَلْفَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؟ فَتَنَازَعَا حَتَّى بَلَغَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ صَلَّى خَلْفَ إِمَامٍ فَإِنَّ قِرَاءَتَهُ لَهُ قِرَاءَةٌ. وَرَوَاهُ اللَّيْثُ، عَنْ أَبِي يُوسُفَ، عَنْ أَبِي حَنِيفَةَ. الدارقطني

Artinya: Telah Menceritakan kepada kami Abu Abdillah Muhammad bin Al Qashim bin Zakariyya Al Muharibi di Kufah, telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib Muhammad Al 'Ala', telah menceritakan kepada kami Asad bin Amr, dari Abu Hanifah, dari Musa bin Abu Aisyah, dari Abdullah bin Syaddad bin Al Had, dari Jabir bin Abdullah, ia menuturkan: Pernah Rasulullah SAW salat mengimami kami, sedangkan di belakang beliau ada seorang laki-laki yang membaca, lalu salah seorang dari sahabat Rasulullah SAW mencegahnya. Setelah selesai salat lalu kedua orang tersebut saling berbantah. Orang yang membaca di belakang Rasulullah SAW itu berkata, "Mengapa kamu melarangku membaca di belakang Rasulullah SAW?" Kedua orang tersebut masih saling berbantah, sehingga hal itu sampai kepada Rasulullah SAW. Lalu Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa salat di belakang imam, maka sesungguhnya bacaan imam itu menjadi bacaan baginya." Diriwayatkan juga oleh Al-Laits dari Abu Yusuf dari Abu Hanifah. (HR. Daraquthni, no. 1221).

 

Demikian diantaranya dalil tentang membaca Al-Fatihah di belakang imam yang membaca dengan jahr. Adapun penulis condong kepada pendapat golongan kedua, yaitu seorang makmum dibelakang imam yang membaca dengan jahr (nyaring) maka makmum wajib diam dan memperhatikan bacaan imam tersebut. Hal tersebut sebagaimana keterangan yang ada. Mengenai hadis-hadis yang menjelaskan tidak sah salat kecuali dengan membaca Al-Fatihah itu maksudnya adalah: (1) Bagi imam, baik ia membaca jahr atau sirr; (2) Bagi makmum yang imamnya membaca dengan sirr atau meskipun jahr tetapi tidak mendengar (misalnya sebab tempatnya terlalu jauh); dan (3) Bagi orang yang salat munfarid (sendirian). Wallahu a’lam.

 

5. Membaca Ta’min bersama imam ketika imam selesai membaca Al-Fatihah

Makmum hendaknya membaca ta’min bersama imam ketika imam selesai membaca Al-Fatihah secara nyaring (jahr). Adapun bacaan ta’min adalah dengan melafalkan aamiin. Dalil pelaksanaan tersebut sebagaimana hadis berikut.

 

Hadis Kesembilanbelas

حَدَّثَنَا نَصْرُ بْنُ عَلِيٍّ أَخْبَرَنَا صَفْوَانُ بْنُ عِيسَى عَنْ بِشْرِ بْنِ رَافِعٍ عَنْ أَبِي عَبْدِ اللَّهِ ابْنِ عَمِّ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا تَلَا { غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ }، قَالَ آمِينَ حَتَّى يَسْمَعَ مَنْ يَلِيهِ مِنْ الصَّفِّ الْأَوَّلِ . ابو داود

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Nashr bin Ali telah mengabarkan kepada kami Shafwan bin Isa dari Bisyr bin Rafi' dari Abu Abdullah anak paman Abu Hurairah dari Abu Hurairah dia berkata; "Apabila Rasulullah SAW membaca "Ghairil maghdluubi 'alaihim waladl dlaallin", beliau mengucapkan; "AAmiIn" sehingga orang yang berada di belakang beliau di saf pertama mendengar beliau ucapan beliau." (HR. Abu Daud, no. 799).

Keterangan: Sanad hadis tersebut dikatakan lemah karena terdapat rawi yang bernama Bisyir bin Rafi'. Ia dikatakan mungkarul hadits oleh Ad Daruquthni, dikomentari faqih dlaiful hadits oleh Ibnu Hajar, Al 'Uqaili mengomentari meriwayatkan hadis munkar. Namun Yahya bin Ma’in mengomentari tsiqah, Ahmad bin Hambal mengomentari laisa bi syai'.

 

Hadis Keduapuluh

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ قَالَ أَخْبَرَنَا مَالِكٌ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ وَأَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ أَنَّهُمَا أَخْبَرَاهُ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: إِذَا أَمَّنَ الْإِمَامُ فَأَمِّنُوا فَإِنَّهُ مَنْ وَافَقَ تَأْمِينُهُ تَأْمِينَ الْمَلَائِكَةِ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ. وَقَالَ ابْنُ شِهَابٍ وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ آمِينَ. البخاري

Artinya: Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Yusuf, ia berkata: telah mengabarkan kepada kami Malik dari Ibnu Syihab dari Sa'id bin Al Musayyab dan Abu Salamah bin 'Abdurrahman bahwa keduanya mengabarkan kepadanya dari Abu Hurairah bahwasannya Nabi SAW bersabda: “Apabila Imam membaca aamiin, maka bacalah aamiin. Karena barangsiapa yang bacaan aminnya itu bertepatan dengan bacaan aminnya para malaikat, niscaya diampuni baginya dari dosa-dosanya yang telah lalu.” Ibnu Syihab (perawi) berkata, “Dan Rasulullah SAW membaca aamiin. (HR. Bukhari, no. 738).

 

Hadis Keduapuluhsatu

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْلَمَةَ عَنْ مَالِكٍ عَنْ سُمَيٍّ مَوْلَى أَبِي بَكْرٍ عَنْ أَبِي صَالِحٍ السَّمَّانِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا قَالَ الْإِمَامُ { غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ }. فَقُولُوا آمِينَ فَإِنَّهُ مَنْ وَافَقَ قَوْلُهُ قَوْلَ الْمَلَائِكَةِ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ. تَابَعَهُ مُحَمَّدُ بْنُ عَمْرٍو عَنْ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَنُعَيْمٌ الْمُجْمِرُ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ. البخارى

Artinya: Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Maslamah dari Malik dari Sumayya mantan budak Abu Bakar, dari Abu Shalih As Siman dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Jika imam membaca GHAIRIL MAGHDLUUBI 'ALAIHIM WALADL DLAALLIIN, maka ucapkanlah 'AAMIIN'. Karena siapa yang ucapan 'AAMIIN'-nya bersamaan dengan 'AAMIIN'-nya Malaikat, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni." Hadis ini dikuatkan oleh Muhammad bin 'Amru dari Abu Salamah dari Abu Hurairah dari Nabi SAW, dan Nu'aim Al Mujmir dari Abu Hurairah." (HR. Bukhari, no. 704).

 

6. Cukup membaca "Robbanaa wa lakal hamdu" atau bacaan i'tidaal yang lain, setelah imam membaca "Sami'alloohu liman hamidah"

Ketika salat berjamaah, makmum cukup membaca "Robbanaa wa lakal hamdu" atau bacaan i'tidaal yang lain, setelah imam membaca "Sami'alloohu liman hamidah." Adapun hal tersebut sebagaimana dalil berikut.

 

Hadis Keduapuluhdua

حَدَّثَنَا إِسْحَقُ بْنُ مُوسَى الْأَنْصَارِيُّ حَدَّثَنَا مَعْنٌ حَدَّثَنَا مَالِكٌ عَنْ سُمَيٍّ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: إِذَا قَالَ الْإِمَامُ {سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ}، فَقُولُوا {رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ}، فَإِنَّهُ مَنْ وَافَقَ قَوْلُهُ قَوْلَ الْمَلَائِكَةِ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ. قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ وَالْعَمَلُ عَلَيْهِ عِنْدَ بَعْضِ أَهْلِ الْعِلْمِ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَنْ بَعْدَهُمْ أَنْ يَقُولَ الْإِمَامُ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ وَيَقُولَ مَنْ خَلْفَ الْإِمَامِ رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ وَبِهِ يَقُولُ أَحْمَدُ و قَالَ ابْنُ سِيرِينَ وَغَيْرُهُ يَقُولُ مَنْ خَلْفَ الْإِمَامِ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ مِثْلَ مَا يَقُولُ الْإِمَامُ وَبِهِ يَقُولُ الشَّافِعِيُّ وَإِسْحَقُ. الترمذي

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Musa Al Ashari, ia berkata: telah menceritakan kepada kami Ma'an (bin ‘Isa bin Yahya bin Dinar), ia berkata: telah menceritakan kepada kami Malik dari Sumai dari Abu Shalih dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: Apabila imam mengucap “sami’alloohu liman hamidah,” maka ucapkanlah “robbanaa wa lakal hamdu.” Karena barangsiapa yang ucapannya itu bertepatan dengan ucapan para malaikat, niscaya diampuni baginya dosa-dosanya yang telah lalu.” Abu Isa berkata: "Hadis ini derajatnya hasan shahih. Hadis ini diamalkan oleh sebagian ahli ilmu dari kalangan sahabat Nabi SAW dan orang-orang setelah mereka. Yaitu, anjuran bagi imam untuk mengucapkan: "sami’alloohu liman hamidah, robbanaa wa lakal hamdu (Semoga Allah mendengar pujian orang yang memuji-Nya. Wahai Tuhan kami, dan hanya bagi-Mu segala pujian)." Lalu orang-orang yang berada di belakang imam (makmum) mengucapkan: "robbanaa wa lakal hamdu (Wahai Tuhan kami, dan hanya bagi-Mu segala pujian)." Pendapat ini diambil juga oleh Imam Ahmad. Ibnu Sirin dan selainnya berkata: "Hendaknya makmum mengucapkan: "sami’alloohu liman hamidah, robbanaa wa lakal hamdu (Semoga Allah mendengar pujian orang yang memuji-Nya. Wahai Tuhan kami, dan hanya bagi-Mu segala pujian). Sebagimana yang diucapkan oleh imam." Pendapat ini diambil juga oleh Syafi'i dan Ishaq. (HR. Tirmidzi, no. 247).

Keterangan: Hendaknya makmum cukup membaca "Robbanaa wa lakal hamdu" atau bacaan i'tidaal yang lain, setelah imam membaca "Sami'alloohu liman hamidah." Hal tersebut sebagaimana redaksi hadis. Namun demikian tentang imam dan makmum sama-sama mengucap Sami'alloohu liman hamidah Robbanaa wa lakal hamdu, merupakan pendapat Ibnu Sirin dan selainnya.

 

Hadis Keduapuluhtiga

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ قَالَ أَخْبَرَنَا مَالِكٌ عَنْ سُمَيٍّ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: إِذَا قَالَ الْإِمَامُ {سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ}، فَقُولُوا {اللَّهُمَّ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ}، فَإِنَّهُ مَنْ وَافَقَ قَوْلُهُ قَوْلَ الْمَلَائِكَةِ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ. البخاري

Artinya: Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Yusuf, ia berkata: telah mengabarkan kepada kami Malik dari Sumayya dari Abu Shalih dari Abu Hurairah bahwasannya Rasulullah SAW bersabda: “Apabila Imam mengucapkan Sami'alloohu liman hamidah, maka ucapkanlah Alloohumma robbanaa lakal-hamdu, karena barangsiapa yang ucapannya itu bertepatan dengan ucapannya para malaikat, niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari, no. 754).

 

7. Memperingatkan Imam apabila keliru (bagi laki-laki dengan mengucap “Subhaanallooh,” dan bagi wanita dengan tashfiq/ tepuk tangan)

Makmum bertanggung jawab memperingatkan Imam apabila keliru. Hal tersebut berlaku bagi laki-laki dengan mengucap “Subhaanallooh,” dan bagi wanita dengan tepuk tangan. Hal tersebut sebagaimana dalil berikut.

 

Hadis Keduapuluhempat

حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ حَدَّثَنَا الزُّهْرِيُّ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ التَّسْبِيحُ لِلرِّجَالِ وَالتَّصْفِيقُ لِلنِّسَاءِ. البخاري

Artinya: Telah menceritakan kepada kami 'Ali bin 'Abdullah, telah menceritakan kepada kami Sufyan, telah menceritakan kepada kami Az Zuhriy dari Abu Salamah dari Abu Hurairah RA dari Nabi SAW bersabda: Tasbih itu bagi laki-laki dan bertepuk tangan itu bagi wanita." (HR. Bukhari, no. 1128).

 

Hadis Keduapuluhlima

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَعَمْرٌو النَّاقِدُ وَزُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ قَالُوا حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ح و حَدَّثَنَا هَارُونُ بْنُ مَعْرُوفٍ وَحَرْمَلَةُ بْنُ يَحْيَى قَالَا أَخْبَرَنَا ابْنُ وَهْبٍ أَخْبَرَنِي يُونُسُ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ أَخْبَرَنِي سَعِيدُ بْنُ الْمُسَيَّبِ وَأَبُو سَلَمَةَ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ أَنَّهُمَا سَمِعَا أَبَا هُرَيْرَةَ يَقُولُا، قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ التَّسْبِيحُ لِلرِّجَالِ وَالتَّصْفِيقُ لِلنِّسَاءِ. زَادَ حَرْمَلَةُ فِي رِوَايَتِهِ قَالَ ابْنُ شِهَابٍ وَقَدْ رَأَيْتُ رِجَالًا مِنْ أَهْلِ الْعِلْمِ يُسَبِّحُونَ وَيُشِيرُونَ و حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا الْفُضَيْلُ يَعْنِي ابْنَ عِيَاضٍ ح و حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْبٍ حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ ح و حَدَّثَنَا إِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ أَخْبَرَنَا عِيسَى بْنُ يُونُسَ كُلُّهُمْ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمِثْلِهِ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ رَافِعٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ عَنْ هَمَّامٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمِثْلِهِ وَزَادَ فِي الصَّلَاةِ. مسلم

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abi Syaibah dan Amru An-Naqid serta Zuhair bin Harb, mereka berkata: telah menceritakan kepada kami Sufyan bin Uyainah, dari Az-Zuhri dari Abu Salamah dari Abu Hurairah dari Nabi SAW. Lewat jalur periwayatan lain, dan telah menceritakan kepada kami Harun bin Ma'ruf dan Harmalah bin Yahya, keduanya berkata: telah mengabarkan kepada kami Ibnu Wahb telah mengabarkan kepadaku Yunus dari Ibnu Syihab, telah mengabarkan kepadaku Sa'id bin al-Musayyab dan Abu Salamah bin Abdurrahman bahwa keduanya mendengar Abu Hurairah berkata: "Rasulullah SAW bersabda, ' Tasbih itu bagi laki-laki dan tashfiq (bertepuk tangan) itu bagi wanita." Harmalah telah menambahkan dalam riwayatnya, "Ibnu Syihab berkata: 'Aku telah melihat sekelompok laki-laki dari ahli ilmu bertasbih dan memberi isyarat'." Dan telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id, telah menceritakan kepada kami Al-Fudhail, yaitu Ibnu 'Iyadh. Lewat jalur periwayatan lain, dan telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah menceritakan kepada kami Abu Muawiyah. Lewat jalur periwayatan lain, dan telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Ibrahim, telah mengabarkan kepada kami Isa bin Yunus semuanya meriwayatkan dari Al-A'masy dari Abu Shalih dari Abu Hurairah dari Nabi SAW dengan yang semisalnya. Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Rafi', telah menceritakan kepada kami Abdurrazzaq, telah mengabarkan kepada kami Ma'mar dari Hammam dari Abu Hurairah dari Nabi SAW dengan hadis semisalnya dan menambahkan "dalam salat." (HR. Muslim, no. 641).

 

PENJELASAN SINGKAT

Melalui berbagai dalil berupa hadis lengkap dengan sanad yang ada, dapat diambil beberapa pelajaran. Adapun pelajaran yang diambil bagi kita semua sebagai makmum salat berjamaah adalah sebagai berikut: (1) Merapikan saf serta meluruskan dan merapatkan saf; (2) Menyambung saf (menutup tempat yang longgar); (3) Mengikuti segala gerak-gerik imam, tertib dan tidak mendahuluinya; (4) Diam dan mendengarkan bacaan imam ketika imam membaca Al-Fatihah dan surat/ ayat Al-Qur'an dengan jahr; (5) Membaca Ta’min bersama imam ketika imam selesai membaca Al-Fatihah; (6) Cukup membaca "Robbanaa wa lakal hamdu" atau bacaan i'tidaal yang lain, setelah imam membaca "Sami'alloohu liman hamidah"; (7)  Memperingatkan imam apabila keliru (bagi laki-laki dengan mengucap “Subhaanallooh,” dan bagi wanita dengan tashfiq/ tepuk tangan). Berbagai poin yang ada berdasarkan berbagai dalil yang ditemukan penulis berupa hadis lengkap dengan sanad dan beberapa pendapat imam yang ada sebagai pendukung keterangan dalam hadis. Namun demikian tidak menutup kemungkinan terdapat dalil shahih maupun sharih lain yang dapat dijadikan landasan makmum ketika salat berjamaah. Semoga yang sedikit ini mampu menjadi perhatian kita semuanya sehingga meraih kesempurnaan pahala dalam salat berjamaah. Aamiin.