Tuesday, September 29, 2020

Doa Naik Kendaraan

 


 

Sudah menjadi kebutuhan kita akan transportasi di masa kini. Kita sering menggunakan suatu kendaraan untuk ke tempat yang hendak kita tuju. Banyak diantara kendaraan yang digunakan sebagai alat transportasi masa kini, antara lain sepeda motor, mobil, bus umum, kereta, kapal, pesawat terbang, dan lain sebagainya. Kita sebagai orang muslim diajarkan supaya berdoa ketika naik kendaraan. Banyak diantara doa naik kendaraan yang ada pada Alquran maupun hadis. Diantara doa yang dimaksud adalah:

 

Dari Alquran

وَ الَّذِيْ خَلَقَ اْلاَزْوَاجَ كُلَّهَا وَ جَعَلَ لَكُمْ مّنَ اْلفُلْكِ وَ اْلاَنْعَامِ مَا تَرْكَبُوْنَ. لِتَسْتَوا عَلى ظُهُوْرِه ثُمَّ تَذْكُرُوْا نِعْمَةَ رَبّكُمْ اِذَا اسْتَوَيْتُمْ عَلَيْهِ وَ تَقُوْلُوْا سُبْحَانَ الَّذِيْ سَخَّرَ لَنَا هذَا وَ مَا كُنَّا لَه مُقْرِنِيْنَ. وَ اِنَّا اِلى رَبّنَا لَمُنْقَلِبُوْنَ. الزحرف:12-14

Dan yang menciptakan semua yang berpasang-pasangan dan menjadikan untukmu kapal dan binatang ternak yang kamu tunggangi. Supaya kamu duduk di atas punggungnya, kemudian kamu ingat nikmat Tuhanmu apabila kamu telah duduk di atasnya, dan supaya kamu mengucapkan, “Maha Suci Tuhan yang telah menundukkan semua ini bagi kami, padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya. Dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami. [QS. Az-Zukhruf: 12-14]

 

Dari Hadis-Hadis

Hadis Pertama

اَنَّ بْنَ عُمَرَ عَلَّمَهُمْ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص كَانَ اِذَا اسْتَوَى عَلَى بَعِيْرِهِ خَارِجًا اِلَى سَفَرٍ كَبَّرَ ثَلاَثًا ثُمَّ قَالَ: سُبْحَانَ الَّذِى سَخَّرَ لَنَا هذَا وَ مَا كُنَّا لَه مُقْرِنِيْنَ وَ اِنَّا اِلَى رَبّنَا لَمُنْقَلِبُوْنَ. اَللّهُمَّ اِنَّا نَسْأَلُكَ فِى سَفَرِنَا هذَا اْلبِرَّ وَ التَّقْوَى وَ مِنَ اْلعَمَلِ مَا تَرْضَى، اَللّهُمَّ هَوّنْ عَلَيْنَا سَفَرَنَا هذَا وَاطْوِ عَنَّا بُعْدَهُ، اَللّهُمَّ اَنْتَ الصَّاحِبُ فِى السَّفَرِ وَ اْلخَلِيْفَةُ فِى اْلاَهْلِ، اَللّهُمَّ اِنّى اَعُوْذُ بِكَ مِنْ وَعْثَاءِ السَّفَرِ وَ كَآبَةِ اْلمَنْظَرِ وَ سُوْءِ اْلمُنْقَلَبِ فِى اْلمَالِ وَ اْلاَهْلِ. وَ اِذَا رَجَعَ قَالَهُنَّ وَ زَادَ فِيْهِنَّ: آيِبُوْنَ تَائِبُوْنَ عَابِدُوْنَ لِرَبّنَا حَامِدُوْنَ. مسلم 2: 978

Sesungguhnya Ibnu ‘Umar mengajarkan kepada orang-orang (ia berkata): Adalah Rasulullah SAW apabila telah berada di atas untanya akan bepergian beliau bertakbir tiga kali, lalu berdoa,”Subhaanalladzii sakhkhoro lanaa haadzaa wa maa kunnaa lahuu muqriniina wa innaa ilaa robbinaa lamunqolibuun. Alloohumma innaa nas-aluka fii safarinaa haadzal birro wat taqwaa, wa minal ‘amali maa tardloo. Alloohumma hawwin ‘alainaa safaronaa haadzaa wathwi ‘annaa bu’dahu. Alloohumma antash shoohibu fis safari wal kholiifatu fil ahli. Alloohumma innii a’uudzu bika min wa’tsaa-is safari wa kaabatil mandhori, wa suu-il munqolabi fil maali wal ahli (Maha suci Allah yang telah menundukkan semua ini bagi kami padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya. Dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami. Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kepada-Mu dalam perjalanan kami ini kebaikan, taqwa dan amal yang Engkau ridlai. Ya Allah, berikanlah kemudahan kepada kami dalam perjalanan kami ini, dan dekatkanlah bagi kami jauhnya perjalanan. Ya Allah, Engkaulah yang bersama kami dalam perjalanan dan yang memelihara keluarga yang ditinggal. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kesulitan perjalanan dan dari pandangan yang menyedihkan dan tempat kembali yang tidak menyenangkan pada harta dan keluarga). Apabila beliau kembali, beliau membaca seperti itu pula dan beliau menambahkan “Aayibuuna taaibuuna ‘aabiduuna lirobbinaa haamiduun” (Kami kembali, kami bertaubat, kami beribadat dan kepada Tuhan kami, kami memuji) (HR. Muslim juz 2, hal. 978)

 

Hadis Kedua

عَنْ اْلبَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ اَنَّ النَّبِيَّ ص كَانَ اِذَا قَدِمَ مِنْ سَفَرٍ قَالَ: آئِبُوْنَ تَائِبُوْنَ عَابِدُوْنَ لِرَبّنَا حَامِدُوْنَ. الترمذى 5: 161 حديث حسن صحيح

Dari Baraa’ bin ‘Aazib, bahwasanya Nabi SAW apabila kembali dari bepergian beliau berdoa, “Aaibuuna taa-ibuuna ‘aabiduuna lirobbinaa haamiduun” (Kami kembali, kami bertaubat, kami beribadat dan kepada Tuhan kami, kami memuji) (HR. Tirmidzi juz 5, hal. 161, hadits hasan shahih)

 

Hadis Ketiga

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا أَبُو الْأَحْوَصِ عَنْ أَبِي إِسْحَقَ عَنْ عَلِيِّ بْنِ رَبِيعَةَ قَالَ: شَهِدْتُ عَلِيًّا أُتِيَ بِدَابَّةٍ لِيَرْكَبَهَا فَلَمَّا وَضَعَ رِجْلَهُ فِي الرِّكَابِ قَالَ: بِسْمِ اللَّهِ، ثَلَاثًا فَلَمَّا اسْتَوَى عَلَى ظَهْرِهَا قَالَ: الْحَمْدُ لِلَّهِ، ثُمَّ قَالَ: سُبْحَانَ الَّذِي سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ وَإِنَّا إِلَى رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُون ثُمَّ قَالَ: الْحَمْدُ لِلَّهِ ثَلَاثًا وَاللَّهُ أَكْبَرُ ثَلَاثًا سُبْحَانَكَ إِنِّي قَدْ ظَلَمْتُ نَفْسِي فَاغْفِرْ لِي فَإِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ، ثُمَّ ضَحِكَ قُلْتُ: مِنْ أَيِّ شَيْءٍ ضَحِكْتَ يَا أَمِيرَ الْمُؤْمِنِينَ؟ قَالَ: رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَنَعَ كَمَا صَنَعْتُ ثُمَّ ضَحِكَ. فَقُلْتُ: مِنْ أَيِّ شَيْءٍ ضَحِكْتَ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: إِنَّ رَبَّكَ لَيَعْجَبُ مِنْ عَبْدِهِ إِذَا قَال:َ رَبِّ اغْفِرْ لِي ذُنُوبِي إِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ غَيْرُكَ. وَفِي الْبَاب عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ. الترمذي

Telah menceritakan kepada kami Qutaibah, telah menceritakan kepada kami Abu Al Ahwash, dari Abu Ishaq, dari Ali bin Rabi'ah, ia berkata; aku menyaksikan Ali diberi hewan untuk ia tunggangi, kemudian tatkala ia telah meletakkan kakinya di dalam sanggurdi, ia mengucapkan; BISMILLAAH tiga kali, dan ketika telah berada di atas punggungnya ia mengucapkan; Al HAMDULILLAAH, kemudian ia mengucapkan; SUBHAANALLADZII SAKHKHARA LANAA HAADZAA WA MAA KUNNAA LAHUU MUQRINIIN, WA INNAA ILAA RABBINAA LAMUNQALIBUUN (Maha Suci Dzat yang telah menundukkan untuk kami hewan ini, dan tidaklah kami dapat memaksakannya, dan kepada Tuhan kami niscaya kami akan kembali). Kemudian ia mengucapkan; Al HAMDULILLAAH tiga kali, WALLAAHU AKBAR tiga kali, SUBHAANAKA INNII QAD ZHALAMTU NAFSII FAGHFIR LII, FAINNAHU LAA YAGHFIRUDZ DZUNUUBA ILLAA ANTA (Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku telah menzalimi diriku maka ampunilah aku. Karena sesungguhnya tidak ada yang dapat mengampuni dosa kecuali Engkau). Kemudian ia tertawa. Aku katakan; karena apakah engkau tertawa wahai Amirul mukminin? Ia berkata; aku melihat Rasulullah SAW melakukan seperti apa yang aku lakukan kemudian beliau tertawa dan aku katakakan; karena apakah anda tertawa wahai Rasulullah? Beliau bersabda: "Sesungguhnya Tuhanmu sungguh merasa kagum kepada hamba-Nya apabila mengucapkan; ya Allah, ampunilah dosa-dosaku, karena sesungguhnya tidak ada yang mengampuni dosa selain-Mu." Dalam bab ini terdapat riwayat dari Ibnu Umar RA. Abu Isa berkata; hadis ini adalah hadis hasan shahih (HR. Timidzi, no. 3368).

 

Demikian diantara doa naik kendaraan. Semoga kita senantiasa mampu mengamalkan doa naik kendaraan di setiap kita hendak berpergian naik kendaraan.

 

Wallahu a’lam bishshawab

Monday, September 28, 2020

Doa Masuk Pasar

 


 

Kita sebagai masyarakat tentu berusaha memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sudah menjadi kebiasaan kita sebagai masyarakat di Indonesia untuk memenuhi kebutuhan pangan maupun sandang ke pasar. Tentu kita sudah biasa mengunjungi pasar. Tahukah kita bahwa terdapat amalan ketika hendak masuk pasar? Begitu mulianya Agama Islam, hingga kita sebagai seorang muslim diajari do’a masuk pasar oleh Rasulullah SAW. Do’a masuk pasar salah satunya sebagaimana hadis berikut:

 

حَدَّثَنَا بِذَلِكَ أَحْمَدُ بْنُ عَبْدَةَ الضَّبِّيُّ حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ وَالْمُعْتَمِرُ بْنُ سُلَيْمَانَ قَالَا حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ دِينَارٍ وَهُوَ قَهْرَمَانُ آلِ الزُّبَيْرِ عَنْ سَالِمِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ قَالَ فِي السُّوقِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِي وَيُمِيتُ وَهُوَ حَيٌّ لَا يَمُوتُ بِيَدِهِ الْخَيْرُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ كَتَبَ اللَّهُ لَهُ أَلْفَ أَلْفِ حَسَنَةٍ وَمَحَا عَنْهُ أَلْفَ أَلْفِ سَيِّئَةٍ وَبَنَى لَهُ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ قَالَ أَبُو عِيسَى وَعَمْرُو بْنُ دِينَارٍ هَذَا هُوَ شَيْخٌ بَصْرِيٌّ تَكَلَّمَ فِيهِ بَعْضُ أَصْحَابِ الْحَدِيثِ وَرَوَاهُ يَحْيَى بْنُ سُلَيْمٍ الطَّائِفِيُّ عَنْ عِمْرَانَ بْنِ مُسْلِمٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ دِينَارٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلَمْ يَذْكُرْ فِيهِ عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ. الترمذي

 

Artinya: Telah menceritakan kepada kami dengan hal tersebut Ahmad bin 'Abdah Adh Dhabbi(1), telah menceritakan kepada kami Hammad bin Zaid(2) serta Al Mu'tamir bin Sulaiman(3), mereka berkata; telah menceritakan kepada kami 'Amr bin Dinar(4), ia adalah bendahara keluarga Az Zubair, dari Salim bin Abdullah bin Umar(5) dari ayahnya(6), dari kakeknya(7) bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Barangsiapa yang di pasar mengucapkan; LAA ILAAHA ILLALLAAHU WAHDAHU LAA SYARIIKA LAHU LAHUL MULKU WA LAHUL HAMDU YUHYII WA YUMIITU LAA YAMUUTU BIYADIHIL KHAIRU WA HUWA 'ALAA KULLI SYAI-IN QADIIR (Tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah semata tidak ada sekutu bagi-Nya, milik-Nya semua kerajaan dan bagi-Nya seluruh pujian, Dia Yang menghidupkan, dan mematikan, di tangan-Nya segala kebaikan, dan Dia Maha Mampu melakukan segala sesuatu), maka Allah mencatat baginya satu juta kebaikan, dan menghapus darinya satu juta kesalahan, dan membangunkan rumah untuknya di Surga." Abu Isa serta 'Amr bin Dinar berkata; orang ini adalah Syekh dari Bashrah, sebagian ulama hadis membicarakan mengenai dirinya. Dan hadis tersebut telah diriwayatkan oleh Yahya bin Sulaim Ath Thai(8), dari Imran bin Muslim(9), dari Abdullah bin Dinar(10), dari Ibnu Umar(11), dari Nabi SAW dan beliau tidak menyebutkan padanya dari Umar RA. (HR. Tirmidi, no. 3351)

 

Daftar Rawi:

(1) Ahmad bin 'Abdah bin Musa, Adl Dlabbiy, Abu 'Abdullah , Tabi'ul Atba' kalangan tua, wafat tahun 245 H, hidup di Bashrah.

(2) Hammad bin Zaid bin Dirham, Abu Isma'il, Al Azraq, Tabi'ut Tabi'in kalangan pertengahan, wafat tahun 179 H, hidup di Bashrah, wafat di Bashrah.

(3) Mu'tamir bin Sulaiman bin Thurkhan, At Taymiy, Abu Muhammad, Ath Thufail, Tabi'in kalangan pertengahan, wafat tahun 187 H, hidup di Bashrah, wafat di Bashrah.

(4) Amru bin Dinar, Al Bashriy, Abu Yahya, Qahraman (kepala rumah tangga) keluarga, Tabi'in (tdk jumpa Shahabat), hidup di Bashrah.

(5) Salim bin 'Abdullah bin 'Umar bin Al Khaththab, Al 'Adawiy Al Qurasyiy, Abu 'Umar, Tabi'in kalangan pertengahan, wafat tahun 106 H, hidup di Madinah.

(6) Abdullah bin 'Umar bin Al Khaththab bin Nufail, Al 'Adawiy Al Qurasyiy, Abu 'Abdur Rahman, Shahabat, wafat tahun 73 H, hidup di Madinah, wafat di Marur Rawdz.

(7) Umar bin Al Khaththab bin Nufail, Al Qurasyiy Al 'Adawiy, Abu Hafsh, Al Faruq Amirul Mu'minin, Shahabat, wafat tahun 23, hidup di Madinah, wafat di Madinah.

(8) Yahya bin Sulaim, Ath Tha'ifiy Al Qurasyiy, Abu Muhammad, Tabi'ut Tabi'in kalangan biasa, wafat tahun 193 H, hidup di Marur Rawdz, wafat di Marur Rawdz.

(9) Imran bin Muslim, Al Minqariy, Abu Bakar, Al Qashir, Tabi'in (tdk jumpa Shahabat), hidup di Bashrah.

(10) ‘Abdullah bin Dinar, maula Ibnu 'Umar", Al 'Adawiy Al Madaniy, Abu 'Abdur Rahman, Tabi'in kalangan biasa, wafat tahun 127 H, hidup di Madinah.

(11) Abdullah bin 'Umar bin Al Khaththab bin Nufail, Al 'Adawiy Al Qurasyiy, Abu 'Abdur Rahman, Shahabat, wafat tahun 73 H, hidup di Madinah, wafat di Marur Rawdz.

PENJELASAN SINGKAT

Hadis riwayat Tirmidzi di atas merupakan hadis marfu’ (disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW) dan memiliki beberapa jalur sanad. Hadis tersebut dikabarkan dengan tiga jalur sanad. Hal tersebut sebagaimana jalur sanad berikut:

 

Jalur Pertama:

‘Umar bin Al Khaththab bin Nufail – Abdullah bin ‘Umar bin Al Khaththab bin Nufail – Salim bin Umar bin Al Khaththab – Amru bin Dinar – Hammad bin Zaid bin Dirham – Ahmad bin ‘Abdah bin Musa

 

Keterangan:

Pada jalur pertama lemah karena terdapat rawi yang bernama Amru bin Dinar. An Nasaa’iy mengomentari laisa bi tsiqah. Sedang Ad Daruquthni mendudukkannya pada kualitas dlaif. Hammad bin Zaid bin Dirham dikomentari tsiqah tsabat faqih oleh Ibnu Hajar Al ‘Asqalani.

 

Jalur Kedua:

‘Umar bin Al Khaththab bin Nufail – Abdullah bin ‘Umar bin Al Khaththab bin Nufail – Salim bin Umar bin Al Khaththab – Amru bin Dinar – Mu’tamir bin Sulaiman bin Turkhan - Ahmad bin ‘Abdah bin Musa

 

Keterangan:

Pada jalur kedua lemah karena terdapat rawi yang bernama Amru bin Dinar. An Nasaa’iy mengomentari laisa bi tsiqah. Sedang Ad Daruquthni mendudukkannya pada kualitas dlaif. Rawi yang bernama Mu’tamir bin Sulaiman bin Turkhan dikomentari shaduq tsiqah oleh Abu Hatim.

 

Jalur Ketiga:

Abdullah bin ‘Umar bin Al Khaththab bin Nufail – ‘Abdullah bin Dinar maula Ibnu ‘Umar – Imran bin Muslim – Yahya bin Sulaim

 

Keterangan:

Jalur ketiga memiliki jalur yang lebih baik. Hal tersebut dikarenakan rawi-rawinya tsiqah, kecuali rawi yang bernama Imran bin Muslim. Ia dikomentari laisa bihi ba’s oleh An Nasaa’iy, tetapi Adz Dzahabi mengomentari tsiqah. Selain itu terdapat rawi yang bernama Yahya bin Sulaim. Ia dikomentari tsiqah oleh Adz Dzahabi. Namun dikomentari shaduq, buruk hapalan oleh Ibnu Hajar Al ‘Asqalani.

 

Melalui penjelasan singkat dapat kita ketahui bahwa hadis marfu’ riwayat Tirmidzi tersebut adalah hadis hasan. Hal tersebut karena bila kita runut dari jalur periwayatan yang ketiga. Sehingga bisa dipahami bahwa ketika kita hendak masuk pasar bisa melafalkan doa ketika hendak masuk pasar. Fadilah mengamalkan doa masuk pasar disebutkan dalam hadis adalah akan Allah catat baginya satu juta kebaikan, dan menghapus darinya satu juta kesalahan, dan membangunkan rumah untuknya di Surga.  Semoga kita semua mampu mengamalkannya dan meraih rida Allah SWT.

 

Wallahu a’lam bishshawab