Tuesday, April 9, 2019

Bacaan Zikir Setelah Salat



Keseharian kita sebagai umat muslim adalah menjalankan salat lima waktu. Hukum dari salat pada lima waktu adalah wajib bagi setiap muslim untuk menunaikannya, kecuali bagi yang berhalangan secara syariat. Sebagai penambah amal kebaikan kita, maka disunnahkan membaca zikir seusai salat fardu. Berikut diantaranya contoh zikir yang diajarkan oleh Rasulullah SAW lengkap dengan sanadnya dan bisa kita amalkan di kehidupan sehari-hari:

 

1. Membaca Istigfar Sebanyak Tiga Kali

Kita disunnahkan membaca istighfar sebanyak tiga kali sebagai perwujudan kita memohon ampunan Allah SWT. Bacaan istigfar yang dilafalkan adalah astaghfirullooh yang artinya aku memohon ampun kepada Allah. Adapun dalil pelaksanaannya adalah sebagai berikut:

 

Hadis Pertama

حَدَّثَنَا دَاوُدُ بْنُ رُشَيْدٍ حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ عَنْ الْأَوْزَاعِيِّ عَنْ أَبِي عَمَّارٍ اسْمُهُ شَدَّادُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ أَبِي أَسْمَاءَ عَنْ ثَوْبَانَ قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا انْصَرَفَ مِنْ صَلَاتِهِ اسْتَغْفَرَ ثَلَاثًا وَقَالَ: اللَّهُمَّ أَنْتَ السَّلَامُ وَمِنْكَ السَّلَامُ تَبَارَكْتَ ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ. قَالَ الْوَلِيدُ فَقُلْتُ لِلْأَوْزَاعِيِّ كَيْفَ الْاسْتِغْفَارُ؟ قَالَ تَقُولُ: أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ. مسلم

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Dawud bin Rusyaid, telah menceritakan kepada kami Al Walid, dari Auza'i, dari Abu 'Ammar namanya Syaddad bin Abdullah, dari Abu Asma`, dari Tsauban, ia berkata: Adalah Rasulullah SAW apabila selesai dari salatnya membaca istighfar tiga kali. Dan beliau membaca: "Alloohumma antas-salaam wa minkas-salaam tabaarokta dzal-jalaali wal-ikroom" (Ya Allah, Engkaulah Assalam dan dari Mu-lah keselamatan, Engkau Maha Tinggi wahai Tuhan yang memiliki keagungan dan kemulyaan). Berkata Al-Walid, lalu saya bertanya kepada Al-Auza'i: "Bagaimana istighfar itu?" Dia menjawab: "Kamu mengucapkan Astaghfirullooh, astaghfirullooh". (Aku mohon ampun kepada Allah, aku mohon ampun kepada Allah). (HR. Muslim, no. 931).

 

2. Memohon Keselamatan

Setelah membaca istigfar, kita disunnahkan memohon keselamatan kepada Allah. Bacaan dalam memohon keselamatan sudah ditentukan oleh Rasulullah. Bacaan yang dimaksud adalah Alloohumma antas salaam, wa minkas salaam, tabaarokta dzal jalaali wal ikroom. Arti dari bacaan tersebut ialah: Ya Allah, Engkau Maha Selamat, dan dari Engkaulah datangnya keselamatan. Engkau Maha Berkah, wahai Tuhan Yang Maha Agung lagi Maha Mulia.  Atau menggunakan lafal Alloohumma antas salaam, wa minkas salaam, tabaarokta yaa dzal jalaali wal ikroom“ (Ya Allah, Engkau Maha Selamat, dan dari Engkaulah datangnya keselamatan, Engkau Maha Berkah, wahai Tuhan Yang Maha Agung lagi Maha Mulia). Dalil dari amalan tersebut adalah sebagai berikut:

 

Hadis Kedua

حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ عَمَّارٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْحَمِيدِ بْنُ حَبِيبٍ حَدَّثَنَا الْأَوْزَاعِيُّ ح و حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ إِبْرَاهِيمَ الدِّمَشْقِيُّ حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ بْنُ مُسْلِمٍ حَدَّثَنَا الْأَوْزَاعِيُّ حَدَّثَنِي شَدَّادٌ أَبُو عَمَّارٍ حَدَّثَنِي أَبُو أَسْمَاءَ الرَّحَبِيُّ حَدَّثَنِي ثَوْبَانُ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا انْصَرَفَ مِنْ صَلَاتِهِ اسْتَغْفَرَ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ يَقُولُ: اللَّهُمَّ أَنْتَ السَّلَامُ وَمِنْكَ السَّلَامُ تَبَارَكْتَ يَا ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ. ابن ماجه

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Hisyam bin Ammar, ia berkata: telah menceritakan kepada kami Abdul Hamid bin Habib, ia berkata: telah menceritakan kepada kami Al Auza'i. Dalam jalur lain disebutkan, telah menceritakan kepada kami 'Abdurrahman bin Ibrahim Ad Dimasyqi, ia berkata: telah menceritakan kepada kami Al Walid bin Muslim, ia berkata: telah menceritakan kepada kami Al Auza'i, ia berkata: telah menceritakan kepadaku Syaddad Abu Ammar, ia berkata: telah menceritakan kepadaku Abu Asma Ar Rahabi, ia berkata: telah menceritakan kepadaku Tsauban, Dahulu Rasulullah SAW apabila selesai dari salat, beliau memohon ampun (membaca istigfar) tiga kali. Lalu beliau membaca, “Alloohumma antas salaam, wa minkas salaam, tabaarokta yaa dzal jalaali wal ikroom“. (Ya Allah, Engkau Maha Selamat, dan dari Engkaulah datangnya keselamatan, Engkau Maha Berkah, wahai Tuhan Yang Maha Agung lagi Maha Mulia). (HR. Ibnu Majah, no. 918)

 

Hadis Ketiga

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَابْنُ نُمَيْرٍ قَالَا حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ عَنْ عَاصِمٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الْحَارِثِ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا سَلَّمَ لَمْ يَقْعُدْ إِلَّا مِقْدَارَ مَا يَقُولُ: اللَّهُمَّ أَنْتَ السَّلَامُ وَمِنْكَ السَّلَامُ تَبَارَكْتَ ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ. وَفِي رِوَايَةِ ابْنِ نُمَيْرٍ يَا ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ. و حَدَّثَنَاه ابْنُ نُمَيْرٍ حَدَّثَنَا أَبُو خَالِدٍ يَعْنِي الْأَحْمَرَ عَنْ عَاصِمٍ بِهَذَا الْإِسْنَادِ وَقَالَ: يَا ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ. و حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَارِثِ بْنُ عَبْدِ الصَّمَدِ حَدَّثَنِي أَبِي حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ عَاصِمٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الْحَارِثِ وَخَالِدٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الْحَارِثِ كِلَاهُمَا عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ بِمِثْلِهِ غَيْرَ أَنَّهُ كَانَ يَقُولُ: يَا ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ. مسلم

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah dan Ibn Numair, dia berkata: telah menceritakan kepada kami Abu Muawiyah, dari 'Ashim, dari Abdullah bin Harits, dari 'Aisyah, ia berkata: “Dahulu Nabi SAW apabila selesai salam, beliau tidak duduk kecuali sekedar membaca, “Alloohumma antas salaam, wa minkas salaam, tabaarokta dzal jalaali wal ikroom”. (Ya Allah, Engkau Maha Selamat, dan dari Engkaulah datangnya keselamatan. Engkau Maha Berkah, wahai Tuhan Yang Maha Agung lagi Maha Mulia). Dan dalam riwayat Ibnu Numair Yaa dzal jalaali wal ikroom.  Dan telah menceritakan kepada kami Ibnu Numair, telah menceritakan kepada kami Abu Khalid yaitu Al Ahmar, dari 'Ashim dengan isnad ini, yaitu beliau bersabda dengan redaksi " Yaa dzal jalaali wal ikroom." Dan telah menceritakan kepada kami Abdul Warits bin Abdushshamad, telah menceritakan kepadaku Bapakku, dari Syu'bah, dari 'Ashim, dari Abdullah bin Al Harits dan Khalid dari Abdullah bin Al Harits, keduanya dari Aisyah bahwa Nabi SAW bersabda sebagaimana di atas. Hanya saja dengan tambahan redaksi " Yaa dzal jalaali wal ikroom." (HR. Muslim, no. 932).

 

Dari hadis di atas bisa kita petik pelajaran bahwa menurut riwayat Ibnu Numair terdapat sedikit tambahan dalam redaksi bacaannya. Tambahannya adalah Yaa dzal jalaali wal ikroom, sehingga bacaan utuhnya adalah Alloohumma antas salaam, wa minkas salaam, tabaarokta yaa dzal jalaali wal ikroom. Selain itu juga bisa menggunalan lafal Alloohumma antas salaam, wa minkas salaam, tabaarokta dzal jalaali wal ikroom.

 

3. Membaca Tasbih, Tahmid, dan Takbir

Kita disunnahkan membaca tasbih, tahmid, dan takbir ketika setelah salat. Ada yang memahami bahwa bacaan tasbih, tahmid, dan takbir yang dimaksud adalah masing-masing sebanyak 10 kali. Ada yang memahami bahwa bacaan tasbih, tahmid, dan takbir yang dimaksud adalah sebanyak 33 tasbih, 33 tahmid, dan 34 takbir. Selain itu ada juga yang memahami bahwa 33 tasbih, 33 tahmid, 33 takbir, dan sekali tahlil. Adapun dalil membaca tasbih, tahmid, dan takbir masing-masing sebanyak 10 kali adalah berdasarkan hadis berikut.

 

Hadis Keempat

حَدَّثَنَا حَفْصُ بْنُ عُمَرَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ عَطَاءِ بْنِ السَّائِبِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو، عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ خَصْلَتَانِ أَوْ خَلَّتَانِ لَا يُحَافِظُ عَلَيْهِمَا عَبْدٌ مُسْلِمٌ إِلَّا دَخَلَ الْجَنَّةَ هُمَا يَسِيرٌ وَمَنْ يَعْمَلُ بِهِمَا قَلِيلٌ يُسَبِّحُ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ عَشْرًا وَيَحْمَدُ عَشْرًا وَيُكَبِّرُ عَشْرًا فَذَلِكَ خَمْسُونَ وَمِائَةٌ بِاللِّسَانِ وَأَلْفٌ وَخَمْسُ مِائَةٍ فِي الْمِيزَانِ وَيُكَبِّرُ أَرْبَعًا وَثَلَاثِينَ إِذَا أَخَذَ مَضْجَعَهُ وَيَحْمَدُ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ وَيُسَبِّحُ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ فَذَلِكَ مِائَةٌ بِاللِّسَانِ وَأَلْفٌ فِي الْمِيزَانِ فَلَقَدْ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعْقِدُهَا بِيَدِهِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ كَيْفَ هُمَا يَسِيرٌ وَمَنْ يَعْمَلُ بِهِمَا قَلِيلٌ قَالَ يَأْتِي أَحَدَكُمْ يَعْنِي الشَّيْطَانَ فِي مَنَامِهِ فَيُنَوِّمُهُ قَبْلَ أَنْ يَقُولَهُ وَيَأْتِيهِ فِي صَلَاتِهِ فَيُذَكِّرُهُ حَاجَةً قَبْلَ أَنْ يَقُولَهَا. حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ صَالِحٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ وَهْبٍ قَالَ حَدَّثَنِي عَيَّاشُ بْنُ عُقْبَةَ الْحَضْرَمِيُّ عَنْ الْفَضْلِ بْنِ حَسَنٍ الضَّمْرِيِّ أَنَّ ابْنَ أُمِّ الْحَكَمِ أَوْ ضُبَاعَةَ ابْنَتَيْ الزُّبَيْرِ حَدَّثَهُ عَنْ إِحْدَاهُمَا أَنَّهَا قَالَتْ أَصَابَ رَسُولُ اللَّهِ سَبْيًا فَذَهَبْتُ أَنَا وَأُخْتِي فَاطِمَةُ بِنْتُ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَشَكَوْنَا إِلَيْهِ مَا نَحْنُ فِيهِ وَسَأَلْنَاهُ أَنْ يَأْمُرَ لَنَا بِشَيْءٍ مِنْ السَّبْيِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَبَقَكُنَّ يَتَامَى بَدْرٍ ثُمَّ ذَكَرَ قِصَّةَ التَّسْبِيحِ قَالَ عَلَى أَثَرِ كُلِّ صَلَاةٍ لَمْ يَذْكُرْ النَّوْمَ. أبي داوود

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Hafsh bin Umar berkata: telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Atha bin As Saib, dari Bapaknya, dari Abdullah bin ‘Amr, dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Ada dua perkara, tidaklah seorang muslim menjaga atas keduanya kecuali dia masuk surga. Dua perkara itu mudah, tetapi orang yang mengamalkannya sedikit, yaitu setiap sehabis salat (fardu) membaca tasbih sepuluh kali, membaca tahmid sepuluh kali, dan membaca takbir sepuluh kali. Maka yang demikian itu adalah seratus lima puluh di lisan, dan seribu lima ratus pada timbangan amal. Dan apabila akan tidur membaca takbir tiga puluh empat kali, membaca tahmid tiga puluh tiga kali, dan membaca tasbih tiga puluh tiga kali. Maka yang demikian itu adalah seratus di lisan, dan seribu pada timbangan amal.” (Abdullah bin ‘Amr) berkata, “Sungguh aku melihat Rasulullah SAW menghitungnya dengan tangannya.” Para sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, bagaimana keduanya itu mudah sedang orang yang mengamalkannya sedikit?” Rasulullah SAW menjawab, “Datang kepada seseorang diantara kalian (yaitu setan) pada tempat tidurnya, lalu ia menidurkannya sebelum orang itu sempat membacanya, dan (setan) datang kepadanya di dalam salatnya, lalu mengingatkan orang itu pada kebutuhannya sebelum orang itu sempat membacanya”. Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Shalih berkata: telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Wahb, ia berkata: telah menceritakan kepadaku Ayyasy bin Uqbah Al Hadlrami, dari Al Fadll bin Hasan Adl Dlamri bahwa Ibnu Ummul Hakam atau Dlaba'ah (keduanya puteri Az Zubair), ia menceritakan kepadanya dari salah seorang dari mereka, bahwa ia berkata: "Rasulullah SAW mendapatkan tawanan, lalu aku dan saudaraku Fathimah binti Nabi SAW, pergi menemui Nabi SAW. Kemudian kami mengadukan semua permasalahan kami dan minta agar beliau memerintahkan (petugasnya) memberikan budak kepada kami. Rasulullah SAW kemudian bersabda: "Kalian telah di dahului oleh anak-anak yatim Badr (anak-anak yang bapaknya meninggal di Badr)." Kemudian ia menyebutkan kisah hadts tasbih. Beliau bersabda: "Setiap selesai dari melaksanakan salat." Namun tidak menyebutkan ketika akan tidur. (HR. Abu Dawud, no. 4404).

Keterangan: Sehabis salat wajib membaca tasbih sepuluh kali, membaca tahmid sepuluh kali, dan membaca takbir sepuluh kali. Oleh karena itu, setiap salat wajib membaca sebanyak tiga puluh kali, sedangkan sehari semalam salat wajib itu lima kali. Jadi semuanya ada seratus lima puluh kali (seratus lima puluh di lisan). Satu kebaikan itu pahalanya sepuluh. Seratus lima puluh di lisan sama dengan seribu lima ratus pada timbangan amal. Ketika akan tidur, membaca tasbih tiga puluh tiga kali, membaca tahmid tiga puluh tiga kali, dan membaca takbir tiga puluh empat kali. Semuanya menjadi seratus di lisan, dan pahalanya seribu pada timbangan amal. Sehari semalam mengamalkan dua ratus lima puluh di lisan, yang pahalanya dua ribu lima ratus pada timbangan amal.

 

Adapun dalil membaca sebanyak 33 tasbih, 33 tahmid, dan 34 takbir adalah berdasarkan hadis berikut.

 

Hadis Kelima

و حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ عِيسَى أَخْبَرَنَا ابْنُ الْمُبَارَكِ أَخْبَرَنَا مَالِكُ بْنُ مِغْوَلٍ قَالَ سَمِعْتُ الْحَكَمَ بْنَ عُتَيْبَةَ يُحَدِّثُ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي لَيْلَى عَنْ كَعْبِ بْنِ عُجْرَةَ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مُعَقِّبَاتٌ لَا يَخِيبُ قَائِلُهُنَّ أَوْ فَاعِلُهُنَّ دُبُرَ كُلِّ صَلَاةٍ مَكْتُوبَةٍ ثَلَاثٌ وَثَلَاثُونَ تَسْبِيحَةً وَثَلَاثٌ وَثَلَاثُونَ تَحْمِيدَةً وَأَرْبَعٌ وَثَلَاثُونَ تَكْبِيرَةً. مسلم

Artinya: Dan telah menceritakan kepada kami Al Hasan bin Isa, telah mengabarkan kepada kami Ibnul Al Mubarak, telah mengabarkan kepada kami Malik bin Mighwal, katanya: Aku mendengar Al Hakam bin 'Utaibah menceritakan dari Abdurrahman bin Abu Laila dari Ka'b bin 'Ujrah, dari Rasulullah SAW, beliau bersabda, “Beberapa bacaan yang dibaca setiap habis salat fardu yang tidak akan membuat rugi bagi orang yang membacanya atau mengerjakannya ialah tiga puluh tiga kali tasbih, tiga puluh tiga kali tahmid, dan tiga puluh empat kali takbir.” (HR. Muslim, no. 937).

 

Hadis Keenam

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَبِي بَكْرٍ قَالَ حَدَّثَنَا مُعْتَمِرٌ عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ عَنْ سُمَيٍّ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ جَاءَ الْفُقَرَاءُ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالُوا ذَهَبَ أَهْلُ الدُّثُورِ مِنْ الْأَمْوَالِ بِالدَّرَجَاتِ الْعُلَا وَالنَّعِيمِ الْمُقِيمِ يُصَلُّونَ كَمَا نُصَلِّي وَيَصُومُونَ كَمَا نَصُومُ وَلَهُمْ فَضْلٌ مِنْ أَمْوَالٍ يَحُجُّونَ بِهَا وَيَعْتَمِرُونَ وَيُجَاهِدُونَ وَيَتَصَدَّقُونَ قَالَ أَلَا أُحَدِّثُكُمْ إِنْ أَخَذْتُمْ أَدْرَكْتُمْ مَنْ سَبَقَكُمْ وَلَمْ يُدْرِكْكُمْ أَحَدٌ بَعْدَكُمْ وَكُنْتُمْ خَيْرَ مَنْ أَنْتُمْ بَيْنَ ظَهْرَانَيْهِ إِلَّا مَنْ عَمِلَ مِثْلَهُ تُسَبِّحُونَ وَتَحْمَدُونَ وَتُكَبِّرُونَ خَلْفَ كُلِّ صَلَاةٍ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ فَاخْتَلَفْنَا بَيْنَنَا فَقَالَ بَعْضُنَا نُسَبِّحُ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ وَنَحْمَدُ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ وَنُكَبِّرُ أَرْبَعًا وَثَلَاثِينَ فَرَجَعْتُ إِلَيْهِ فَقَالَ تَقُولُ سُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَاللَّهُ أَكْبَرُ حَتَّى يَكُونَ مِنْهُنَّ كُلِّهِنَّ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ. البخاري

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abu Bakar berkata: telah menceritakan kepada kami Mu'tamir, dari 'Ubaidullah, dari Sumayyah, dari Abu Shalih dari Abu Hurairah, ia berkata: Orang-orang faqir datang kepada Nabi SAW lalu berkata, “Orang-orang kaya dan berharta bisa mendapatkan derajat yang tinggi dan kenikmatan yang kekal. Mereka salat sebagaimana kami salat, mereka berpuasa sebagaimana kami berpuasa, mereka mempunyai kelebihan harta sehingga bisa berhaji, berumrah, berjihad dan bersedekah.” Nabi SAW bersabda, “Maukah aku beritahukan kepada kalian dengan sesuatu yang apabila kalian lakukan, kalian akan mendapatkan apa yang didapatkan orang-orang yang mendahului kalian (dalam beramal) dan tidak seorangpun sesudah kalian yang menyusul kalian (beramal), dan kalian menjadi sebaik-baik orang diantara kalian, kecuali orang yang mengamalkan seperti itu juga. Yaitu kamu bertasbih, bertahmid, dan bertakbir setiap selesai salat sebanyak tiga puluh tiga kali.” Lalu diantara kami ada perbedaan pendapat. Sebagian ada yang berpendapat bertasbih tiga puluh tiga kali, bertahmid tiga puluh tiga kali, dan bertakbir tiga puluh empat kali. Lalu aku (tanyakan) kembali kepada beliau, maka beliau bersabda, “Bacalah Subhaanallooh, wal hamdu lillaah, walloohu akbar”. Sehingga masing-masingnya itu dibaca tiga puluh tiga kali.” (HR. Bukhari, no. 798).

 

4. Membaca Tasbih, Tahmid, dan Takbir, serta Membaca Tahlil

Membaca tasbih, tahmid, takbir, dan ditutup dengan tahlil memiliki fadilah yaitu diampuninya dosa-dosa yang membacanya meskipun sebanyak buih di lautan. Bacaan tasbih adalah subkhanallooh yang artinya Maha Suci Allah, bacaan tahmid adalah alkhamdulillah yang berarti segala puji bagi Allah, dan bacaan takbir ialah alloohu akbar yang artinya Allah Maha Besar. Bacaan tasbih, tahmid, dan takbir, dilafalkan sebanyak 33 kali, sehingga jumlahnya adalah 99. Kemudian ditutup dengan bacaan tahlil, yakni laa ilaaha illalloohu wahdahu laa syariika lah, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ‘alaa kulli syai-in qodiir, sehingga genap 100. Arti dari bacaan tersebut adalah tidak ada Tuhan selain Allah yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya segala kerajaan dan bagi-Nya segala puji dan Dia atas segala sesuatu Berkuasa. Adapun bacaan tahlil yang lainnya dijelaskan dalam berbagai hadis yang ditemukan. Dalil pelaksanaannya adalah sebagai berikut:

 

Hadis Ketujuh

حَدَّثَنِي عَبْدُ الْحَمِيدِ بْنُ بَيَانٍ الْوَاسِطِيُّ أَخْبَرَنَا خَالِدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ سُهَيْلٍ عَنْ أَبِي عُبَيْدٍ الْمَذْحِجِيِّ قَالَ مُسْلِم أَبُو عُبَيْدٍ مَوْلَى سُلَيْمَانَ بْنِ عَبْدِ الْمَلِكِ عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَزِيدَ اللَّيْثِيِّ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ سَبَّحَ اللَّهَ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ وَحَمِدَ اللَّهَ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ وَكَبَّرَ اللَّهَ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ فَتْلِكَ تِسْعَةٌ وَتِسْعُونَ وَقَالَ تَمَامَ الْمِائَةِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ، غُفِرَتْ خَطَايَاهُ وَإِنْ كَانَتْ مِثْلَ زَبَدِ الْبَحْرِ. و حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الصَّبَّاحِ حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ بْنُ زَكَرِيَّاءَ عَنْ سُهَيْلٍ عَنْ أَبِي عُبَيْدٍ عَنْ عَطَاءٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمِثْلِهِ. مسلم

Artinya: Telah menceritakan kepadaku Abdul Hamid bin Bayan Al Wasithi, telah mengabarkan kepada kami Khalid bin Abdullah, dari Suhail, dari Abu 'Ubaid Al Madzhiji. Muslim menjelaskan bahwa Abu Ubaid adalah mantan budak Sulaiman bin Abdul Malik, dari 'Atha` bin Yazid Al Laitsi, dari Abu Hurairah, dari Rasulullah SAW, beliau bersabda, “Barangsiapa yang setiap habis salat membaca tasbih sebanyak tiga puluh tiga kali, tahmid sebanyak tiga puluh tiga kali, takbir sebanyak tiga puluh tiga kali, yang demikian itu berarti sembilan puluh sembilan kali.” Nabi SAW bersabda, “Dan genap seratusnya ia mengucap, Laa ilaaha illalloohu wahdahu laa syariika lah, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ‘alaa kulli syai-in qodiir. (Tidak ada Tuhan selain Allah yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya segala kerajaan dan bagi-Nya segala puji dan Dia atas segala sesuatu berkuasa), maka akan diampuni dosa-dosanya sekalipun sebanyak buih di laut.” Dan telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Shabh, telah menceritakan kepada kami Ismail bin Zakariya, dari Suhail, dari Abu 'Ubaid, dari Atha`, dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda seperti hadis di atas. (HR. Muslim, no. 939).

 

Hadis Kedelapan

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يُوسُفَ قَالَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ عُمَيْرٍ عَنْ وَرَّادٍ كَاتِبِ الْمُغِيرَةِ بْنِ شُعْبَةَ قَالَ أَمْلَى عَلَيَّ الْمُغِيرَةُ بْنُ شُعْبَةَ فِي كِتَابٍ إِلَى مُعَاوِيَةَ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُولُ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ مَكْتُوبَةٍ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ. اللَّهُمَّ لَا مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ وَلَا مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ وَلَا يَنْفَعُ ذَا الْجَدِّ مِنْكَ الْجَدُّ. وَقَالَ شُعْبَةُ عَنْ عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ عُمَيْرٍ بِهَذَا وَعَنْ الْحَكَمِ عَنْ الْقَاسِمِ بْنِ مُخَيْمِرَةَ عَنْ وَرَّادٍ بِهَذَا وَقَالَ الْحَسَنُ الْجَدُّ غِنًى. البخاري

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Yusuf, ia berkata: telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari 'Abdul Malik bin 'Umair, dari Warrad juru tulisnya Al Mughirah bin Syu'bah, ia berkata: Al-Mughirah bin Syu’bah mendiktekan kepadaku untuk menulis surat yang akan dikirim kepada Mu’awiyah, bahwasanya dahulu Nabi SAW sesudah salat wajib membacaa Laa ilaaha illalloohu wahdahu laa syariika lah, lahul mulku wa lahul hamdu, wa huwa ‘alaa kulli syai-in qodiir. Alloohumma laa maani’a limaa a’thoita, wa laa mu’thiya limaa mana’ta, wa laa yanfa’u dzal jaddi minkal jaddu. (Tidak ada Tuhan selain Allah yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya segala kerajaan, dan bagi-Nya segala puji, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Ya Allah, tidak ada yang bisa menghalangi terhadap apa yang Engkau berikan, dan tidak ada yang bisa memberi terhadap apa yang Engkau halangi, dan tidaklah bermanfaat orang yang mempunyai kekayaan, dari Engkau lah kekayaan itu).” Syu'bah berkata dari 'Abdul Malik bin 'Umair dengan lafadh seperti ini. Dan dari Al Hakam dari Al Qasim bin Mukhaimirah dari Warrad dengan seperti ini juga. Al Hasan berkata: "Al Jaddu artinya adalah kekayaan." (HR. Bukhari, no. 799).

 

Hadis Kesembilan

و حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ نُمَيْرٍ حَدَّثَنَا أَبِي حَدَّثَنَا هِشَامٌ عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ قَالَ: كَانَ ابْنُ الزُّبَيْرِ يَقُولُ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ حِينَ يُسَلِّمُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَلَا نَعْبُدُ إِلَّا إِيَّاهُ لَهُ النِّعْمَةُ وَلَهُ الْفَضْلُ وَلَهُ الثَّنَاءُ الْحَسَنُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ. وَقَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُهَلِّلُ بِهِنَّ دُبُرَ كُلِّ صَلَاةٍ. و حَدَّثَنَاه أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا عَبْدَةُ بْنُ سُلَيْمَانَ عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ مَوْلًى لَهُمْ أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ الزُّبَيْرِ كَانَ يُهَلِّلُ دُبُرَ كُلِّ صَلَاةٍ بِمِثْلِ حَدِيثِ ابْنِ نُمَيْرٍ وَقَالَ فِي آخِرِهِ ثُمَّ يَقُولُ ابْنُ الزُّبَيْرِ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُهَلِّلُ بِهِنَّ دُبُرَ كُلِّ صَلَاةٍ و حَدَّثَنِي يَعْقُوبُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ الدَّوْرَقِيُّ حَدَّثَنَا ابْنُ عُلَيَّةَ حَدَّثَنَا الْحَجَّاجُ بْنُ أَبِي عُثْمَانَ حَدَّثَنِي أَبُو الزُّبَيْرِ قَالَ سَمِعْتُ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ الزُّبَيْرِ يَخْطُبُ عَلَى هَذَا الْمِنْبَرِ وَهُوَ يَقُولُ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِذَا سَلَّمَ فِي دُبُرِ الصَّلَاةِ أَوْ الصَّلَوَاتِ فَذَكَرَ بِمِثْلِ حَدِيثِ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ و حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ سَلَمَةَ الْمُرَادِيُّ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ وَهْبٍ عَنْ يَحْيَى بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ سَالِمٍ عَنْ مُوسَى بْنِ عُقْبَةَ أَنَّ أَبَا الزُّبَيْرِ الْمَكِّيَّ حَدَّثَهُ أَنَّهُ سَمِعَ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ الزُّبَيْرِ وَهُوَ يَقُولُ فِي إِثْرِ الصَّلَاةِ إِذَا سَلَّمَ بِمِثْلِ حَدِيثِهِمَا وَقَالَ فِي آخِرِهِ وَكَانَ يَذْكُرُ ذَلِكَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. مسلم

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abdullah bin Numair, telah menceritakan kepada kami Bapakku, telah menceritakan kepada kami Hisyam, dari Abu Zubair, ia berkata: Dahulu Ibnuz Zubair setiap sesudah salat (wajib), yaitu sesudah salam, membaca “Laa ilaaha illalloohu wahdahu laa syariikalah, lahul mulku wa lahul hamdu, wa huwa ‘alaa kulli syai-in qodiir. Laa haula wa laa quwwata illaa billaah, laa ilaaha illallooh, wa laa na’budu illaa iyyaah, lahun ni’matu wa lahul fadllu, wa lahuts tsanaa-ul hasan. Laa ilaaha illalloohu mukhlishiina lahud-diina walau karihal kaafiruun (Tidak ada Tuhan selain Allah Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya segala kerajaan, dan bagi-Nya segala puji, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Tidak ada daya dan tidak ada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah. Tidak ada Tuhan selain Allah, kami tidak menyembah kecuali hanya kepada-Nya, bagi-Nya segala keni’matan, bagi-Nya segala keutamaan, dan bagi-Nya segala sanjungan yang baik. Tidak ada Tuhan selain Allah, kami menjalankan agama ini setulusnya kepada-Nya, sekalipun orang-orang kafir membencinya).” Dan (Ibnuz Zubair) berkata, “Dahulu Rasulullah SAW mengucapkan demikian setiap sesudah salat (wajib).” Dan telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah, telah menceritakan kepada kami 'Abdah bin Abu Sulaiman, dari Hisyam bin 'Urwah, dari Abu Zubair mantan budak mereka, bahwa Abdullah bin Zubair biasa bertahlil sehabis salat dengan seperti hadis Ibnu Numair, dan di akhir beliau berkata: "Kemudian Ibnu Zubair mengatakan: "Rasulullah SAW mengeraskan suaranya dengan kalimat ini sehabis salat." Dan telah menceritakan kepadaku Ya'kub bin Ibrahim Ad Dauraqi, telah menceritakan kepada kami Ibnu 'Ulayyah, telah menceritakan kepada kami Al Hajjaj bin Abu Usman, telah menceritakan kepadaku Abu Zubair katanya: Aku mendengar Abdullah bin Zubair berkhotbah di atas mimbar ini seraya berkata: "Apabila Rasululah SAW selesai salam yaitu sehabis salat, atau beberapa salat…" lalu ia menyebutkan seperti hadis Hisyam bin 'Urwah. Dan telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Salamah Al Muradi, telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Wahb, dari Yahya bin Abdullah bin Salim, dari Musa bin 'Uqbah, bahwa Abu Az Zubair Al Makki menceritakan bahwa ia mendengar Abdulah bin Zubair mengatakan: "Yaitu seusai salat setelah mengucapkan salam, seperti hadis keduanya. Dan ia katakan di akhir hadisnya: "Abu Zubair selalu membaca bacaan ini dari Rasulullah SAW." (HR. Muslim, no. 935).

 

Melalui hadis yang ada, ditemukan beberapa tahlil yang biasa diamalkan setelah salat fardu. Adapun lafal tahlil yang ditempukan dalam hadis yang ada adalah sebagai berikut.

a. Laa ilaaha illalloohu wahdahu laa syariika lah, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ‘alaa kulli syai-in qodiir. (Tidak ada Tuhan selain Allah yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya segala kerajaan dan bagi-Nya segala puji dan Dia atas segala sesuatu berkuasa)

b. Laa ilaaha illalloohu wahdahu laa syariika lah, lahul mulku wa lahul hamdu, wa huwa ‘alaa kulli syai-in qodiir. Alloohumma laa maani’a limaa a’thoita, wa laa mu’thiya limaa mana’ta, wa laa yanfa’u dzal jaddi minkal jaddu. (Tidak ada Tuhan selain Allah yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya segala kerajaan, dan bagi-Nya segala puji, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Ya Allah, tidak ada yang bisa menghalangi terhadap apa yang Engkau berikan, dan tidak ada yang bisa memberi terhadap apa yang Engkau halangi, dan tidaklah bermanfaat orang yang mempunyai kekayaan, dari Engkau lah kekayaan itu)

c. Laa ilaaha illalloohu wahdahu laa syariikalah, lahul mulku wa lahul hamdu, wa huwa ‘alaa kulli syai-in qodiir. Laa haula wa laa quwwata illaa billaah, laa ilaaha illallooh, wa laa na’budu illaa iyyaah, lahun ni’matu wa lahul fadllu, wa lahuts tsanaa-ul hasan. Laa ilaaha illalloohu mukhlishiina lahud-diina walau karihal kaafiruun (Tidak ada Tuhan selain Allah Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya segala kerajaan, dan bagi-Nya segala puji, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Tidak ada daya dan tidak ada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah. Tidak ada Tuhan selain Allah, kami tidak menyembah kecuali hanya kepada-Nya, bagi-Nya segala keni’matan, bagi-Nya segala keutamaan, dan bagi-Nya segala sanjungan yang baik. Tidak ada Tuhan selain Allah, kami menjalankan agama ini setulusnya kepada-Nya, sekalipun orang-orang kafir membencinya).

 

5. Membaca Ayat Kursi

Setelah salat kita juga disunnahkan membaca ayat kursi. Bacaan ayat kursi yang dimaksud adalah surat Al Baqarah ayat 255. Fadilah membaca ayat kursi setelah salat fardu adalah tidak ada yang menghalangi seseorang yang membacanya masuk surga kecuali setelah mati. Adapun dalil yang bisa jadi rujukan amalan ini adalah sebagai berikut:

 

Hadis Kesepuluh

حدثنا محمد بن الحسن كيسان المصيصي ثنا ابن بشر الطرسوسي ( ح ) وحدثنا عمرو بن إسحاق بن العلاء بن زبريق الحمصي ثنا عمي محمد بن إبراهيم ( ح ) وحدثنا موسى بن هارون ثنا هارون بن داود النجار الطرسوسي قالوا ثنا محمد بن حمير حدثني محمد بن زياد الألهاني قال سمعت أبا أمامة يقول : قال رسول الله صلى الله عليه و سلم: مَنْ قَرَأَ آيَةَ اْلكُرْسِيّ دُبُرَ كُلّ صَلاَةٍ مَكْتُوْبَةٍ لَمْ يَمْنَعْهُ مِنْ دُخُوْلِ اْلجَنَّةِ اِلاَّ اْلمَوْتُ. زاد محمد بن إبراهيم في حديث : وقل هو الله أحد. الطبرانى، فى المعجم الكبير

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Hasan Kisan Al-Musaisi, telah menceritakan kepada kami Ibnu Bisyr Ath Tharsusi. Dalam jalur riwayat lain, dan telah menceritakan kepada kami ‘Amr bin Ishaq bin Al-Ala’ bin Zubaiq Al-Khamsi, telah menceritakan kepada kami pamanku yaitu Muhammad bin Ibrahim. Dalam jalur riwayat lain, dan telah menceritakan kepada kami Musa bin Harun, telah menceritakan kepada kami Harun bin Dawud An Najar Ath Tharsusi, ia berkata: telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Himyar, telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Ziyad Al-Alhaniy, ia berkata: Saya mendengar Abu Umamah mengatakan: Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa membaca ayat Kursi pada setiap sesudah salat wajib, maka tidak ada yang menghalanginya untuk masuk surga kecuali mati.” Muhammad bin Ibrahim menambahkan dalam sebuah hadis: dan katakanlah, Qulhualloohu ahad. (HR. Thabrani dalam Al-Mu’jamul Kabir, no. 9510).

 

Adapun lafal ayat kursi yang dimaksud adalah ayat pada Surat Al Baqarah ayat 255 sebagaimana berikut:

 

Surat Al Baqarah ayat 255

اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ ۚ لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ ۚ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ ۗ مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ ۚ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ ۖ وَلَا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلَّا بِمَا شَاءَ ۚ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ ۖ وَلَا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا ۚ وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ. البقرة: 255

 

Artinya: Alloohu laa ilaaha illaa huwal hayyul qayyuum, laa ta`khudzuhuu sinatuw wa laa na`um, lahuu maa fis-samaawaati wa maa fil ard, man dzalladzii yasyfa'u 'indahuu illaa bi`idznih, ya'lamu maa baina aidiihim wa maa khalfahum, wa la yuhiithuuna bisyai`im min 'ilmihii illaa bimaa syaa`, wasi'a kursiyyuhus-samaawaati wal-ard, wa laa ya`uuduhuu hifdzuhumaa, wa huwal-'aliyyul-'adziim (Allah, tidak ada tuhan selain Dia. Yang Mahahidup, Yang terus menerus mengurus (makhluk-Nya), tidak mengantuk dan tidak tidur. Milik-Nya apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Tidak ada yang dapat memberi syafaat di sisi-Nya tanpa izin-Nya. Dia mengetahui apa yang di hadapan mereka dan apa yang di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui sesuatu apa pun tentang ilmu-Nya melainkan apa yang Dia kehendaki . Kursi-Nya meliputi langit dan bumi. Dan Dia tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Dia Mahatinggi, Mahabesar). (QS. Al Baqarah: 255)

 

6. Membaca Al-Mu’awwidzaat

Setelah selesai salat fardu, kita membaca Al-Mu’awwidzaat. Adapun Al-Mu’awwidzaat yang dimaksud adalah surat Al-Ikhlas, Al-Falaq dan An-Nas. Dalil mengenai membaca Al-Mu’awwidzaat setelah salat wajib adalah sebagai berikut.

 

Hadis Kesebelas

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ سَلَمَةَ الْمُرَادِيُّ حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ عَنْ اللَّيْثِ بْنِ سَعْدٍ أَنَّ حُنَيْنَ بْنَ أَبِي حَكِيمٍ حَدَّثَهُ عَنْ عَلِيِّ بْنِ رَبَاحٍ اللَّخْمِيِّ عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ قَالَ: أَمَرَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ أَقْرَأَ بِالْمُعَوِّذَاتِ دُبُرَ كُلِّ صَلَاةٍ. أبي داوود

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Salamah Al Muradi, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb dari Al Laits bin Sa'd bahwa Hunain bin Abu Hakim telah menceritakan kepadanya dari Ali bin Rabah Al Lakhmi dari 'Uqbah bin 'Amir, ia berkata: “Rasulullah SAW menyuruhku supaya membaca Al-Mu’awwidzaat (Al-Ikhlas, Al-Falaq dan An-Nas) sesudah setiap salat (wajib). (HR. Abu Dawud, no. 1302).

Keterangan: Terkait rawi Ali bin Rabah Al Lakhmi (wafat: 114 H) yang bernama Ali bin Rabbah bin Qumair ada yang menilai tsiqah, dan ada yang mengatakan mereka men-dlaif-kannya. Ia merupakan tabi'in kalangan pertengahan dengan kunyah Abu 'Abdullah. Adapun ulama yang berkomentar mengenai dirinya diantaranya adalah Ibnu Saad yang mengomentari tsiqah, Al 'Ajli mengomentari tsiqah, An Nasa'i mengomentari tsiqah, Ibnu Hajar mengomentari tsiqah, Adz Dzahabi mengomentari mereka men-dlaif-kannya, dan Ibnu Hibban mengomentari disebutkan dalam 'ats tsiqaat. Rawi ini daiantaranya ditemui di hadis Bukhari sebanyak sekiar 1 hadis, Muslim sekitar 5 hadis, Tirmidzi sekitar 6 hadis, Abu Daud sekitar 8 hadis, An Nasa'i sekitar 7 hadis, Ibnu Majah sekitar 7 hadis, Darimi sekitar 6 hadis, dan Ahmad sekitar 48 hadis.

 

Surat Al-Ikhlas

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ اَللّٰهُ الصَّمَدُۚ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْۙ وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ. الإخلاص

Artinya: Qul huwalloohu ahad, alloohush-shamad, lam yalid wa lam yuulad, wa lam yakul lahuu kufuwan ahad (Katakanlah (Muhammad), “Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah tempat meminta segala sesuatu. (Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia).” (QS. Al-Ikhlas: 1-4)

 

Surat Al-Falaq

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

قُلْ اَعُوْذُ بِرَبِّ الْفَلَقِۙ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَۙ وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ اِذَا وَقَبَۙ وَمِنْ شَرِّ النَّفّٰثٰتِ فِى الْعُقَدِۙ وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ اِذَا حَسَدَ. الفلق

Artinya: Qul a'uudzu birabbil-falaq, min syarri maa khalaq, wa min syarri ghaasiqin idzaa waqab, wa min syarrin-naffaats-tsaati fil-'uqad, wa min syarri haasidin idza hasad (Katakanlah, “Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai subuh (fajar), dari kejahatan (makhluk yang) Dia ciptakan, dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita, dan dari kejahatan (perempuan-perempuan) penyihir yang meniup pada buhul-buhul (talinya), dan dari kejahatan orang yang dengki apabila dia dengki).” (QS. Al-Falaq: 1-5).

 

Surat An-Nas

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

قُلْ اَعُوْذُ بِرَبِّ النَّاسِۙ مَلِكِ النَّاسِۙ اِلٰهِ النَّاسِۙ مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ ەۙ الْخَنَّاسِۖ الَّذِيْ يُوَسْوِسُ فِيْ صُدُوْرِ النَّاسِۙ مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ. الناس

Artinya: Qul a'uudzu birabbin-naas, malikin-naas, ilaahin-naas, min syarril-waswaasil-khannaas, alladzii yuwaswisu fii shuduurin-naas, minal-jinnati wan-naas (Katakanlah, “Aku berlindung kepada Tuhannya manusia, Raja manusia, sembahan manusia, dari kejahatan (bisikan) setan yang bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia).” (QS. An-Nas: 1-6).

 

7. Berdo’a

Setelah melakukan salat fardu, kita juga disunnahkan untuk berdo’a. Do’a yang bisa kita baca adalah do’a bisa berasal dari Al Qur’an, bisa sesuai yang dicontohkan Rasulullah, maupun do’a sesuai dengan apa yang kita inginkan dan kita yakin do’a tersebut akan dikabulkan. Adapun dalil berdo’a setelah melaksanakan salat fardu adalah sebagai berikut:

 

Hadis Keduabelas

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى الثَّقَفِيُّ الْمَرْوَزِيُّ حَدَّثَنَا حَفْصُ بْنُ غِيَاثٍ عَنْ ابْنِ جُرَيْجٍ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ سَابِطٍ عَنْ أَبِي أُمَامَةَ قَالَ: قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الدُّعَاءِ أَسْمَعُ قَالَ جَوْفَ اللَّيْلِ الْآخِرِ وَدُبُرَ الصَّلَوَاتِ الْمَكْتُوبَاتِ. قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ وَقَدْ رُوِيَ عَنْ أَبِي ذَرٍّ وَابْنِ عُمَرَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ جَوْفُ اللَّيْلِ الْآخِرُ الدُّعَاءُ فِيهِ أَفْضَلُ أَوْ أَرْجَى أَوْ نَحْوَ هَذَا. الترمذي

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Yahya Ats Tsaqafi Al Marwazi, telah menceritakan kepada kami Hafsh bin Ghiyats, dari Ibnu Juraij, dari Abdurrahman bin Sabith, dari Abu Umamah, ia berkata: (Rasulullah SAW) ditanya, “Ya Rasulullah, do’a yang bagaimana yang paling didengar?” Beliau menjawab, “Doa di tengah malam yang akhir dan sesudah salat-salat fardu.” Abu Isa berkata: hadis ini hasan dan telah diriwayatkan dari Abu Dzar serta Ibnu Umar dari Nabi SAW bahwa beliau bersabda: "Doa di tengah malam terakhir lebih baik dan lebih diharapkan…." Atau seperti itu. (HR. Tirmidzi, no. 3421).

 

Adapun do’a yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW diantaranya adalah do’a supaya senantiasa ingat kepada Allah, bersyukur, dan memperbagus ibadah. Hadis yang memuat do’a yang dimaksud terdapat dalam hadis berikut.

 

Hadis Ketigabelas

حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ بْنِ مَيْسَرَةَ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يَزِيدَ الْمُقْرِئُ حَدَّثَنَا حَيْوَةُ بْنُ شُرَيْحٍ قَالَ سَمِعْتُ عُقْبَةَ بْنَ مُسْلِمٍ يَقُولُ حَدَّثَنِي أَبُو عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْحُبُلِيُّ عَنْ الصُّنَابِحِيِّ عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَخَذَ بِيَدِهِ وَقَالَ: يَا مُعَاذُ، وَاللَّهِ إِنِّي لَأُحِبُّكَ وَاللَّهِ إِنِّي لَأُحِبُّكَ، فَقَالَ: أُوصِيكَ يَا مُعَاذُ، لَا تَدَعَنَّ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ تَقُولُ: اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ. وَأَوْصَى بِذَلِكَ مُعَاذٌ الصُّنَابِحِيَّ وَأَوْصَى بِهِ الصُّنَابِحِيُّ أَبَا عَبْدِ الرَّحْمَنِ. أبي داوود

Artinya: Telah menceritakan kepada kami 'Ubaidullah bin Umar bin Maisarah, telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Yazid Al Muqri`, telah menceritakan kepada kami Haiwah bin Syuraih, ia berkata: aku mendengar 'Uqbah bin Muslim, ia berkata: telah menceritakan kepadaku Abu Abdurrahman Al Hubuli dari Ash Shunabihi dari Mu'adz bin Jabal bahwasanya Rasulullah SAW memegang tangannya, lalu bersabda, “Hai Mu’adz, demi Allah aku menyukaimu, demi Allah aku menyukaimu.” Kemudian beliau bersabda, “Aku wasiatkan kepadamu, ya Mu’adz, janganlah kamu tinggalkan pada setiap selesai salat (wajib) kamu berdoa, “Alloohumma a’innii ‘alaa dzikrika wa syukrika wa husni ‘ibaadatik” (Ya Allah, tolonglah aku untuk mengingat-Mu, bersyukur kepada-Mu, dan memperbagus ibadahku kepada-Mu). Mu'adz mewasiatkan dengan hal tersebut kepada Ash Shunabihi dan Ash Shunabihi mewasiatkan hal tersebut kepada Abdurrahman. (HR. Abu Dawud, no. 1301).

 

Bacaan zikir sesudah salat yang sudah diuraikan merupakan contoh yang diajarkan oleh Rasulullah. Penjelasan bacaan zikir sesudah salat tergolong mudah dilakukan kita setelah salat fardu. Selain itu masih ada bacaan-bacaan zikir sesudah salat yang tidak disebutkan di sini. Semoga yang sedikit ini dapat menambah semangat kita dalam beramal salih. Aamiin.