Sunday, August 25, 2019

Kultum: Enam Perkara Perusak Amal



Ma’asyiral muslimin wal muslimat rakhimakumullah.
Kaum muslim yang taat senantiasa mengharap rida Allah SWT. Demi menggapai rida Allah SWT, seorang hamba akan berusaha mendekatkan diri kepada Rabb-nya. Oleh sebab itu, mau tidak mau seorang hamba itu senantiasa menyandarkan diri pada nilai-nilai ke-Islam-an. Nilai-nilai ke-Islam-an telah diajarkan oleh Rasulullah dan Rasulullah-lah yang tahu persis bagaimana cara mendekatkan diri kepada Allah. Oleh sebab itu, untuk meniti jalan pendekatan diri kepada Allah, seorang hamba hendaknya mengikuti apa yang diajarkan oleh Rasulullah. Diantara cara mendekatkan diri kepada Allah adalah menambah kebaikan dengan beramal.
Kata amal (عَمَلَ) berasal dari bahasa Arab yang berarti berbuat, bekerja. Sedangkan arti kata amal menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah perbuatan baik atau buruk. Bisa kita ambil pengertian bahwa amal adalah segala perbuatan atau pekerjaan yang berasal dari manusia dan dilakukan dengan sengaja. Amal sebagai perbuatan ada yang baik dan ada yang buruk. Sepertihanya dijelaskan di dalam Alquran di dalam surat Fushilat ayat 46. Allah SWT berfirman:
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلِنَفْسِه وَ مَنْ اَسَآءَ فَعَلَيْهَا، وَ مَا رَبُّكَ بِظَلاَّمٍ لّلْعَبِيْدِ. فصلت:46
Barangsiapa yang mengerjakan amal yang salih, maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa yang berbuat jahat, maka (dosanya) atas dirinya sendiri, dan sekali-kali tidaklah Tuhanmu menganiaya hamba-hamba-(Nya). [QS. Fushilat: 46]
Melalui surat Fushilat ayat 46 tadi bisa kita petik pelajaran bahwa seseorang yang berbuat kebaikan, maka kebaikannya untuk dirinya sendiri dan bila seseorang berbuat jahat, maka dosanya untuk dirinya sendiri. Tentu kita sebagai seorang yang beriman menghendaki berbuat baik atau beramal salih demi mengharap rida Allah. Perbuatan baik seorang yang beriman akan kembali kepada dirinya sendiri. Perbuatan baik seorang yang beriman akan menghantarkannya ke surga. Oleh sebab itu, kita sebagai insan yang beriman diperintahkan untuk menjaga segala amal perbuatan kita agar senantiasa bernilai amal salih. Allah SWT berfirman:
ياَيُّهَا الّذِيْنَ امَنُوْآ اَطِيْعُوا اللهَ وَ اَطِيْعُوا الرَّسُوْلَ وَ لاَ تُبْطِلُوْآ اَعْمَالَكُمْ. محمد:33
Hai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul dan janganlah kamu merusakkan (pahala) amal-amalmu. [QS. Muhammad: 33]
Surat Muhammad ayat 33 telah menerangkan supaya kita mentaati Allah dan Rasulullah, serta berupaya menjaga pahala amal-amal yang telah kita kerjakan. Semua pahala amal-amal yang telah kita kerjakan janganlah sampai rusak. Oleh sebab itu, mari kita telusuri bersama bab-bab yang menyebabkan suatu amalan bisa rusak. Rasulullah sebagai utusan Allah yang paham betul tentang risalah Islam pernah bersabda:
سِتَّةُ اَشْيَاءَ تُحْبِطُ اْلاَعْمَالِ: اْلاِشْتِغَالُ بِعُيُوْبِ النَّاسِ، وَ قَسْوَةُ اْلقُلُوْبِ، وَ حُبُّ الدُّنْيَا، وَ قِلَّةُ اْلحَيَاءِ، وَ طُوْلُ اْلاَمَلِ، وَ ظَالِمٌ لاَ يَنْتَهِى. الديلمى عن عدى بن حاتم
Ada enam perkara yang dapat menggugurkan amal: (1) sibuk mencari cela dan kesalahan orang lain: (2) kerasnya hati; (3) cinta dunia; (4) sedikit sekali perasaan malunya; (5) panjang angan-angan; dan (6) terus-menerus berbuat aniaya. [HR. Dailamiy dari ‘Adiy bin Hatim]
Menurut hadis riwayat Dailamiy dari ‘Adiy bin Hatim tersebut, terdapat enam perkara yang mampu merusak amal salih seorang hamba. Sebisa mungkin kita dapat menghindari enam perkara tersebut. Agar lebih jelasnya, mari kita simak penjelasan singkat berikut:
1.     Sibuk mencari cela dan kesalahan orang lain (اْلاِشْتِغَالُ بِعُيُوْبِ النَّاسِ)
Sebagai umat muslim, kita dilarang untuk mencari kesalahan orang lain. Larangan tersebut tertuang pada Alquran surat Al Hujurat ayat 12. Allah SWT berfirman:
يٰۤاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اجْتَنِبُوْا كَثِيْرًا مّنَ الظَّنّ اِنَّ بَعْضَ الظَّنّ اِثْمٌ وَّ لَا تَجَسَّسُوْا وَ لَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا، اَيُحِبُّ اَحَدُكُمْ اَنْ يَّأْكُلَ لَحْمَ اَخِيْهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوْهُ، وَ اتَّقُوا اللهَ، اِنَّ اللهَ تَوَّابٌ رَّحِيْمٌ. الحجرات: 12
Hai orang-orang yang beriman, jauhkanlah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang diantara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. [QS. Al Hujuraat: 12]
Melalui surat Al Hujurat ayat 12 bisa kita ketahui bahwa Allah SWT memerintahkan orang yang beriman untuk menjauhi prasangka, melarang untuk tajassus atau mencari kesalahan aib orang lain, dan menggunjing orang lain. Perbuatan yang disebutkan di dalam surat Al Hujurat diibaratkan memakan daging saudaranya yang telah mati itu menegaskan bahwa perbuatan-perbuatan tersebut tidak layak dilakukan oleh orang yang mengaku sebagai seorang muslim. Sebab kaum muslim itu akan senantiasa menjaga perbuatannya sehingga saudaranya tidak terluka karenanya. Suatu hadis menyebutkan:
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو عَنِ النَّبِيّ ص قَالَ: الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُوْنَ مِنْ لِسَانِهِ وَ يَدِهِ. وَ الْمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللهُ عَنْهُ. البخارى 1: 8
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Orang Islam itu ialah orang yangmana orang-orang Islam yang lain selamat dari perbuatan lisan dan tangannya. Dan orang yang berhijrah ialah orang yang meninggalkan apa-apa yang dilarang oleh Allah. [HR. Bukhari juz 1, hal. 8]
2.     Kerasnya hati (قَسْوَةُ اْلقُلُوْبِ)
Hati yang keras tidak mampu menerima kebenaran yang dibawa oleh Rasulullah. Oleh sebab itu berbahagialah orang yang hatinya ditundukkan Allah agar mampu menerima kebenaran yang dibawa Rasulullah. Umat Rasulullah Muhammad SAW diajak berpikir oleh Allah di dalam surat Al Hadid ayat 16. Allah berfirman:
اَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِيْنَ امَنُوْآ اَنْ تَخْشَعَ قُلُوْبُهُمْ لِذِكْرِ اللهِ وَ مَا نَزَلَ مِنَ اْلحَقّ، وَ لاَ يَكُوْنُوْا كَالَّذِيْنَ اُوْتُوا اْلكِتبَ مِنْ قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ اْلاَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوْبُهُمْ، وَ كَثِيْرٌ مّنْهُمْ فسِقُوْنَ. الحديد: 16
Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Alkitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka, lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan diantara mereka adalah orang-orang yang fasik. [QS. Al-Hadiid: 16]
Melalui surat Al Hadid ayat 16 bisa kita ketahui bahwa Allah mengajak orang-orang beriman untuk berpikir bahwa apakah belum tiba saatnya manusia itu menerima kebenaran Allah dan Rasulullah. Penerimaan kebenaran Allah dan Rasulullah membuat orang beriman tidak terjerumus kedalam kefasikan. Orang fasik adalah orang yang melanggar ketentuan-ketentuan agama, baik berupa ucapan maupun perbuatan.
3.     Cinta dunia (حُبُّ الدُّنْيَا)
Sebagai umat musim, kita diperintahkan untuk tidak menjadikan dunia sebagai tujuan. Dunia hanya kesenangan yang sedikit (مَتَعٌ قَلِيلٌ). Dibanding dunia, ada tujuan yang lebih hakiki, yaitu akhirat. Allah SWT berfirman:
 مَن كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الْاٰخِرَةِ نَزِدْ لَهُۥ فِى حَرْثِهِۦ ۖ وَمَن كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الدُّنْيَا نُؤْتِهِۦ مِنْهَا وَمَا لَهُۥ فِى الْاٰخِرَةِ مِن نَّصِيبٍ. الشورى: 20
Barangsiapa menghendaki keuntungan di akhirat akan kami tambahkan keuntungan itu baginya, dan barangsiapa menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian darinya (keuntungan dunia), tetapi dia tidak akan mendapat bagian di akhirat. [QS. Asy Syura: 20]
Melalui surat Asy Syura ayat 20 bisa kita ambil pelajaran bahwa apabila kita menginginkan keuntungan akhirat, maka keuntungan di dunia akan Allah sertakan. Namun apabila menjadikan dunia ini sebagai tujuan, maka Allah akan memberikan sebagian keuntungan dunia dan Allah tidak akan memberinya keuntungan di akhirat.
4.     Sedikit rasa malu (قِلَّةُ اْلحَيَاءِ)
Akhlak seorang muslim adalah rasa malu. Sebagian cabang iman adalah malu. Suatu hadis menyebutkan:
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: َاْلحَيَاءُ مِنَ اْلاِيْمَانِ وَ اْلاِيْمَانُ فِى اْلجَنَّةِ. وَ اْلبَذَاءُ مِنَ اْلجَفَاءِ وَ اْلجَفَاءُ فِى النَّارِ. الترمذى و قال هذا حديث حسن صحيح،
Dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda, “Malu itu sebagian dari iman, dan iman itu di surga. Perkataan kotor itu termasuk perangai yang kasar dan perangai yang kasar itu di neraka”. [HR Tirmidzi, ia berkata, “Ini hadits hasan shahih”, juz 3, hal. 247, no. 2077]

Melalui hadis riwayat Tirmidzi tersebut bisa kita ambil pelajaran bahwa malu adalah sebagian dari iman yang menghantarkan ke surga. Sebaliknya,perkataan kotor adalah perangai atau sikap kasar yang menjerumuskan ke dalam neraka. Oleh sebab itu, kita sebagai seorang muslim hendaknya menghindari hilangnya rasa malu pada diri kita.
5.     Panjang angan-angan (طُوْلُ اْلاَمَلِ)
Umat muslim dilarang untuk panjang angan-angan. Sebab dengan panjangnya angan, setan menyesatkan manusia sehingga terjerumus ke dalam kekafiran. Tidak ada tempat layak bagi orang yang ingkar kepada Allah kecuali neraka.  Allah SWT berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ ارْتَدُّوا۟ عَلَىٰٓ أَدْبٰرِهِم مِّنۢ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ الْهُدَى ۙ الشَّيْطٰنُ سَوَّلَ لَهُمْ وَأَمْلَىٰ لَهُمْ. محمد:25
Sesungguhnya orang-orang yang berbalik (kepada kekafiran) setelah petunjuk itu jelas bagi mereka, setanlah yang merayu mereka dan memanjangkan angan-angan mereka. [QS. Muhammad: 25]
Melalui surat Muhammad ayat 25 tadi kita ambil pelajaran bahwa kita sebisa mungkin menghindari perilaku panjang angan, sehingga hati kita senantiasa mampu menerima dan menghayati kebenaran petunjuk ayat-ayat Alquran.
6.     Terus menerus berbuat aniaya/ zalim (ظَالِمٌ لاَ يَنْتَهِى)
Berbuat aniaya atau disebut zalim. Sementara lawannya zalim adalah adil. Orang yang adil adalah orang yang mampu menempatkan sesuatu hal pada tempatnya. Sedangkan zalim bisa diambil pengertian bahwa seseorang yang tidak mampu menempatkan sesuatu hal pada tempatnya. Perbuatan zalim ini baik terhadap diri sendiri, orang lain, lingkungan dan bahkan Allah dan Rasulullah. Perbuatan zalim tersebut telah dilarang oleh Allah dan Rasulullah. Sebab perbuatan zalim merupakan perbuatan keji dan hina. Sebagai seorang muslim tidaklah pantas berbuat zalim. Suatu hadis menjelaskan:
عَنْ عَلِيّ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: يَقُوْلُ اللهُ: اِشْتَدَّ غَضَبِى عَلَى مَنْ ظَلَمَ مَنْ لاَ يَجِدُ لَهُ نَاصِرًا غَيْرِى. الطبرانى فى الصغير و الاوسط، فى الترغيب و الترهيب 3: 188
Dari Ali RA, ia berkata: Rasulullah SAW pernah bersabda: Allah berfirman, “Aku sangat murka kepada orang yang berbuat zalim terhadap orang lain yang orang itu tidak mempunyai penolong selain Aku”. [HR. Thabarani di dalam Ash-Shaghir dan Al-Ausath, dalam Targhib wat Tarhib juz 3, hal. 188]
Melalui hadis riwayat Thabarani bisa kita pahami bahwa Allah sangat murka kepada orang zalim terhadap orang yang beriman. Padahal kita tahu ketika Allah murka terhadap sesuatu, maka akah ditimpakan azab terhadapnya, baik di dunia maupun diakhirat. Oleh sebab itu, mari semaksimal mungkin kita menjauhi perbuatan zalim.
Ma’asyiral muslimin wal muslimat rakhimakumullah.
Melalui hadis yang menerangkan enam perkara perusak amal, kita berupaya untuk menjauhi perilaku: (1) sibuk mencari cela dan kesalahan orang lain (اْلاِشْتِغَالُ بِعُيُوْبِ النَّاسِ): (2) kerasnya hati (قَسْوَةُ اْلقُلُوْبِ); (3) cinta dunia (حُبُّ الدُّنْيَا); (4) sedikit sekali perasaan malunya (قِلَّةُ اْلحَيَاءِ); (5) panjang angan-angan (طُوْلُ اْلاَمَلِ); dan (6) terus-menerus berbuat aniaya (ظَالِمٌ لاَ يَنْتَهِى).

Wallahu A'lam


Penyampai: Revolusi Prajaningrat Saktiyudha, S.Si., M.Pd.

Friday, August 9, 2019

Khotbah Jum'at: Berjuang dan Berkorban di Jalan Allah




بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
·      اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِى لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَ اْلاَرْضِ وَ هُوَ عَلَى كُلّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ. نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه. فَقَالَ اللَّهُ تَعَالَى فِى كِتَابِهِ الْكرِيْم:
·      يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ.
·      يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً. وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا.
·      يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا.
·         أَمَّا بَعْدُ: فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللَّهَ وَخَيْرُ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّي اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَرَّالْأُمُوْرِ مُحْدَثاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعُةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ وَكُلَّ ضَلَالَةٍ فِىالنَّارِ.
·         اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ ، وَعَلَى آلِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.

Ma'asyiral muslimin rahimakumullah
Syukur alkhamdulillah pada siang kali ini kita diberi kesempatan untuk melaksanakan rangkaian ibadah salat Jum’at. Kesempatan ini merupakan sebagian dari nikmat-Nya yang dianugerahkan kepada kita.  Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah SAW yang telah membawa risalah Islam ke hadapan umatnya.
Selanjutnya dari mimbar ini saya serukan kepada diri saya sendiri dan umumnya pada jama’ah sekalian agar senantiasa menjaga, mempertahankan, dan terus berupaya meningkatkan iman dan takwa. Sebab dengan berbekal iman dan takwa, kita dapat selamat kelak di hari perhitungan.
Ma'asyiral muslimin rahimakumullah.
Kesempatan khutbah ini saya akan menyampaikan tentang: Berjuang dan Berkorban di Jalan Allah.  Melalui penghayatan dalam memaknai Berjuang dan Berkorban di Jalan Allah, kita mampu memupuk iman serta ketakwaan, mampu memperbaiki dan membentuk diri pribadi yang tangguh dalam berjihad fii sabilillah. Berbagai hal tersebut merupakan perwujudan ketaatan kita kepada Allah dan Rasulullah.
Ma'asyiral muslimin rahimakumullah.
Harta dan jiwa yang kita punya adalah milik Allah SWT. Harta dan jiwa telah Allah berikan kepada manusia sebagai modal di dalam mengarungi romantika bahtera kehidupan. Bagi yang rela mengorbankan harta dan jiwa mereka demi kepentingan fii sabilillah dan mengharap rida Allah, maka Allah memberi kasih sayang yang besar dan penghargaan-Nya kepada hamba-Nya itu. Baginya akan memperoleh keuntungan yang tidak tertandingi, yaitu syurga. Kabar ini sudah tertuang dalam Alquran Surat At Taubah ayat 111. Melalui pengorbanan harta dan jiwa yang diikuti keyakinan yang mantap merupakan predikat keimanan yang paripurna. Sebagaimana sudah tertulis dalam Alquran Surat Al Hujjurat ayat 15 yang artinya: “Sesungguhnya orang-orang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar (imannya)” (QS. Al Hujjurat: 15).
Perjuangan dan pengorbanan di jalan Allah telah dicontohkan oleh Nabi Ibrahim AS. dan Nabi Ismail AS. Kisah tersebut telah tertuang dalam Alquran Surat As Saffat ayat 102 sampai dengan 107. Peristiwa kala itu Nabi Ibrahim mengabarkan tentang mimpinya kepada anaknya, yaitu Ismail. Nabi Ibrahim berkata, “Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!”. Mendengar pertanyaan sang ayah, Ismail pun menjawab, “Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; Insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar”. Hingga tiba waktunya, mereka pun melaksanakan apa yang diperintahkan Allah. Padahal Ismail merupakan anak yang dicintai Nabi Ibrahim, anak yang selama ini menjadi salah satu kesenangan hidup Nabi Ibrahim di dunia, seorang anak yang kehadirannya dinanti untuk melanjutkan risalah dakwahnya. Saat keduanya siap melaksanakan mimpi itu dan berserah diri, Allah pun melarang Nabi Ibrahim menyembelih Ismail. Untuk meneruskan qurban, Allah menggantinya dengan seekor sembelihan yang besar. Peristiwa ini menjadi dasar disyariatkannya Qurban yang dilaksanakan pada Hari Raya Haji. Peristiwa tersebut senantiasa menjadi pelajaran bagi umat di akhir zaman untuk senantiasa berjuang dan berkorban di jalan Allah. Berjuang untuk beramal salih sesuai perintah Allah. Berkorban dengan apa yang dicintainya di dunia ini demi fii sabilillah. Oleh sebab itu marilah senantiasa kita pegang secara kuat-kuat sehingga kita mampu menggapai rida-Nya dan termasuk orang yang bertakwa serta sabar.
Ma'asyiral muslimin rahimakumullah.
Demi menggapai rida Allah dan menggapai predikat takwa dan sabar, salah satu upaya yang kita lakukan adalah menunaikan Ibadah Qurban di Bulan Dzulhijjah. Ibadah Qurban adalah usaha pendekatan diri dari seorang hamba kepada Penciptanya dengan jalan menyembelih binatang ternak dan dilaksanakan dengan tuntunan, dalam rangka mencari rida-Nya. Dalil pelaksanaan Ibadah Qurban diantaranya dijelaskan dalam Alquran Surat Al Hajj ayat 37 yang artinya: “Daging (hewan kurban) dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaan kamu. Demikianlah dia menundukkannya untukmu agar kamu mengagungkan Allah atas petunjuk (hidayah) yang Dia berikan kepadamu. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik” (QS. Al Hajj: 37). Hukum pelaksanaan ibadah Qurban adalah sunnah muakkadah/ sunnah yang ditekankan dan penyembelihan hewan Qurban dilaksanakan pada tanggal 10, 11, 12, dan 13 Dzulhijjah. Adapun keutamaan ibadah Qurban salah satunya tertuang dalam hadis berikut:
عَنْ عَائِشَةَ اَنَّ النَّبِيَّ ص قَالَ: مَا عَمِلَ ابْنُ ادَمَ يَوْمَ النَّحْرِ عَمَلاً اَحَبَّ اِلَى اللهِ عَزَّ وَ جَلَّ مِنْ هِرَاقَةِ دَمٍ، وَ اِنَّهُ لَيَأْتِى يَوْمَ اْلقِيَامَةِ بِقُرُوْنِهَا وَ اَظْلاَفِهَا وَ اَشْعَارِهَا، وَ اِنَّ الدَّمَ لَيَقَعُ مِنَ اللهِ عَزَّ وَ جَلَّ بِمَكَانٍ قَبْلَ اَنْ يَقَعَ عَلَى اْلاَرْضِ، فَطِيْبُوْا بِهَا نَفْسًا. ابن ماجه 2: 1045، رقم: 3126، ضعيف، لانه فى اسناده ابو المثنى و اسمه سليمان بن يزيد

Dari ‘Aisyah bahwasanya Nabi SAW bersabda, “Tidak ada amal anak Adam pada hari Nahr ('Iedul Adlha) yang paling disukai Allah ‘Azza wa Jalla selain daripada menyembelih qurban, qurban itu akan datang kepada orang-orang yang melakukannya pada hari kiamat seperti semula, yaitu lengkap dengan anggotanya, tanduk, kuku dan bulunya. Darah qurban itu lebih dahulu jatuh ke suatu tempat yang disediakan Allah ‘Azza wa Jalla sebelum jatuh ke atas tanah. Oleh sebab itu, berkurbanlah kalian dengan senang hati. [HR. Ibnu Majah juz 2, hal. 1045, no. 3126, dlaif, karena dalam sanadnya ada perawi bernama Abul Mutsanna, yang nama aslinya Sulaiman bin Yazid]
Ma'asyiral muslimin rahimakumullah.
Hadis yang diriwayatkan Ibnu Majah tadi dikatakan dlaif atau lemah karena terdapat perawi bernama Abul Mutsanna, yang nama aslinya Sulaiman bin Yazid. Namun demikian, meskipun hadis dlaif, masih bisa digunakan sebagai penguat dalil yang kuat, yakni dalil dari Alquran. Memang secara sanad terdapat cacat, tetapi secara isi masih sejalan dengan dalil dalam Alquran. Bila kita memahami leterlek hadis tersebut, sembelihan Qurban akan kembali secara lengkap baik tanduk, kuku, dan bulunya kepada orang-orang yang menunaikan ibadah Qurban pada hari kiamat. Sedang ibadah Qurban dilaksanakan setiap tahun oleh umat muslim. Sepintas dalam pikiran kita bahwa nanti di akhirat akan dipenuhi oleh kambing, sapi, ataupun onta. Namun demikian, hal tersebut bisa kita pahami sebagai permisalan atau gambaran. Secara umum, maksud dari ”... qurban itu akan datang kepada orang-orang yang melakukannya pada hari kiamat seperti semula, yaitu lengkap dengan anggotanya, tanduk, kuku dan bulunya” adalah kebaikan-kebaikan dari semua anggota tubuh hewan Qurban akan kembali secara utuh kepada orang-orang yang melaksanakan Qurban saat hari akhir nanti.
Ma'asyiral muslimin rahimakumullah.
Demikianlah salah satu upaya yang kita perjuangkan dan korbankan di jalan Allah untuk menggapai rida Allah SWT. Semoga limpahan taufik dan hidayah Allah tetap dicurahkan kepada kita, sehingga mampu meningkatkan kualitas keimanan, ketakwaan, dan kesabaran. Semoga yang sedikit ini mampu memotivasi kita semua sebagai umat muslim untuk berupaya melaksanakan ibadah Qurban dengan ikhas. Sehingga kita mampu menggapai rida Allah dan tergolong hamba-Nya yang bertakwa dan sabar.
أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ. بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. إِنَّاۤ اَعْطَيْنٰكَ الْكَوْثَرَ. فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ. اِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْاَبْتَرُ. وَقُلْ رَّبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَاَنْتَ خَيْرُ الرَّ حِمِيْنَ.

اَلْحَمْدُ ِللهِ حَمْدًا كَثِيْرًا وَ خَيْرًا مَجِيْدًا، هُوَ الَّذِى اَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِاْلهُدَى وَ دِيْنِ اْلحَقّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدّيْنِ كُلّهِ وَ لَوْ كَرِهَ اْلمُشْرِكُوْنَ. وَ الصَّلاَةُ وَ السَّلاَمُ عَلَى اَشْرَفِ اْلاَنْبِيَاءِ وَ اْلمُرْسَلِيْنَ وَ عَلَى آلِهِ وَ اَصْحَابِهِ اَجْمَعِيْنَ، اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَ اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ الَّذِى لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ. اَمَّا بَعْدُ.
Ma'asyiral muslimin rahimakumullah.
Pada khotbah kedua ini saya mengajak pada diri pribadi saya dan jama’ah semuanya untuk bermujahadah dan istiqomah dalam berjuang dan berkorban di jalan Allah. Banyak cara kita dalam mengambil peran perniagaan dengan Allah. Salah satu diantranya adalah melaksanakan ibadah Qurban. Mari kita niatkan hanya untuk mengharap rida Allah.
اِنَّ صَلاَتِى وَنُسُكِى وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِى ِللهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ
Ma'asyiral muslimin rahimakumullah.
Sebagai penutup khotbah kedua, marilah kita berdo’a.
·      يَا ذَا اْلجَلاَلِ وَ اْلاِكْرَامِ،
·      اَللّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّـيْتَ عَلَى آلِ اِبـْرَاهِيْمَ. وَ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ اِبـْرَاهِيْمَ، فِى اْلعَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
·      اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، أَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ.
·      رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا، وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِالْإِيْمَانِ، وَلَا تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا، غِلًّا لِلَّذِيْنَ آمَنُوا، رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
·      رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ، وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ إِمَامًا.
·      رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً، وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
·      سُبْحَانَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
·      وَأَقِمِ الصَّلَاةَ.
 
Penyampai: Revolusi Prajaningrat Saktiyudha, S.Si., M.Pd.
Tanggal: 9 Agustus 2019