Sunday, December 15, 2019

Kultum: Bersegera Dalam Beramal



Maasyiral muslimin wal muslimat rahimakumullah.

Kita hidup di dunia ini merupakan anuerah. Namun perlu diingat bahwa kita tidaklah hidup selamanya. Sebab kita tahu bahwa setiap yang bernyawa pastilah akan mengalami mati. Kemudian kita mengimani bahwa ada kehidupan selanjutnya setelah manusia itu mengalami mati. Kehidupan yang akan datang ditentukan oleh bagaimana manusia hidup di dunia ini. Amal shalih manusia akan menghantarkan kita ke surga, sedangkan perbuatan zalim justru menggiring manusia ke neraka. Oleh sebab itu, sebagai wujud syukur kita yang telah diijinkan hidup di dunia ini adalah dengan menggunakan segala nikmat dengan sebaik-baiknya, termasuk nikmat waktu yang diberikan Allah sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah SWT.  

Maasyiral muslimin wal muslimat rahimakumullah.

Waktu kita hidup di dunia ini terbatas, maka perlu memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Demi masa, sungguh manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran. Oleh karenanya, Rasulullah telah menyampaikan pelajaran agar manusia bersegera beramal. Termaktub dalam hadis Rasulullah berikut:

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رض اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: بَادِرُوْا بِاْلاَعْمَالِ سَبْعًا: هَلْ تَنْظُرُوْنَ اِلاَّ فَقْرًا مُنْسِيًا، اَوْ غِنًى مُطْغِيًا، اَوْ مَرَضًا مُفْسِدًا، اَوْ هَرَمًا مُنْفِدًا اَوْ مَوْتًا مُجْهِزًا، اَوِ الدَّجَّالَ، فَشَرُّ غَائِبٍ يُنْتَظَرُ، اَوِ السَّاعَةَ فَالسَّاعَةُ اَدْهَى وَ اَمَرُّ. الترمذى و قال: حديث حسن
Dari Abu Hurairah RA, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Bersegeralah kalian untuk beramal sebelum datangnya tujuh hal: (1) Tidaklah kamu menunggu kecuali kemelaratan yang melupakan; atau (2) kekayaan yang menyebabkan melampaui batas; atau (3) sakit yang merusakkan; atau (4) tua yang melemahkan pikiran; atau (5) mati yang datangnya tak terduga; atau (6) dajjal (penipu), yaitu seburuk-buruk yang ditunggu; atau (7) hari kiamat, karena hari kiaamat itu sangat dahsyat lagi pahit” [HR. Tirmidzi, ia berkata hadis hasan].

Melalui hadis riwayat Tirmidzi tadi bisa kita ketahui bahwa kita semestinya beramal salih sebelum datangnya tujuh hal (بَادِرُوْا بِاْلاَعْمَالِ سَبْعًا). Kita sebisa mungkin memanfaatkan waktu yang kita punya sebelum datangnya tujuh hal yang dimaksud. Oleh karenanya, mari kita telaah satu per satu.
1.      Tidaklah kamu menunggu kecuali kemelaratan yang melupakan
(هَلْ تَنْظُرُوْنَ اِلاَّ فَقْرًا مُنْسِيًا)
Ada kalanya kehidupan ini berubah secara drastis. Waktu dulu memiliki kekayaan yang berlebih, tetapi digunakan untuk hal yang sia-sia dan bahkan tidak ada nilai kebaikan di hadapan Allah. Banyak sekali orang yang kelebihan harta hingga lepas kendali. Harta yang berlebih itu digunakan untuk bermaksiat, ada yang digunakan untuk membeli minum-minuman keras, ada yang digunakan untuk berjudi, ada yang digunakan untuk menyewa jasa prostitusi. Ditambah lagi dengan kecanggihan teknologi sehingga semua itu bisa dilakukan hanya dengan ponsel. Oleh karenanya, jangan sampai kita seorang muslim yang taat itu keblinger hanya karena harta. Marilah menggunakan kekayaan itu untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.  
2.      Atau kekayaan yang menyebabkan melampaui batas (اَوْ غِنًى مُطْغِيًا)
Kekayaan adalah salah satu anugerah Allah yang diberikan kepada makhluk-Nya. Allah memberi kekayaan kepada seluruh manusia, baik manusia itu seorang muslim atau non muslim. Seorang muslim hendaknya menggunakan kekayaannya demi fii sabilillah. Sebab tidak semua seorang muslim itu memiliki harta yang berlebih. Akan menjadi suatu pemberat timbangan apabila seorang muslim yang memberikan hartanya demi fii sabilillah. Seorang muslim yang kaya mampu menunaikan zakat, berinfak, sedekah kepada yang membutuhkan, bahkan menunaikan ibadah haji. Oleh karenanya, kita yang diberi titipan harta kekayaan oleh Allah SWT itu suatu keberuntungan.
3.      Atau sakit yang merusakkan (اَوْ مَرَضًا مُفْسِدًا)
Sebagai manusia biasa tentunya tidak lepas dari sakit. Terlebih-lebih di masa-masa sekarang ini banyak sekali penyakit yang bermunculan. Selain itu juga ada penyakit yang tidak ada obatnya, yaitu tua. Tentunya sebelum masa sakit itu datang, kita memanfaatkan masa sehat kita untuk beramal salih. Sebab bila sudah terbaring di rumah sakit dan tidak bisa lagi melakukan aktivitas seperti biasa, bagaimana kita mau beramal salih? Mau salat saja mesti berbaring, puasa juga sudah tidak memungkinkan, bahkan kesulitan juga menunaikan ibadah haji ataupun umrah. Maka marilah kita gunakan masa sehat kita untuk beribadah semaksimal mungkin. Mumpung masih sempat dan masih mampu, mari kita upayakan.  
4.      Atau tua yang melemahkan pikiran (اَوْ هَرَمًا مُنْفِدًا)
Manusia di dunia ini semakin lama semakin tua. Manusia di dunia ini tidaklah selamanya muda. Ketika muda, raga ini masih segar, fresh, masih kuat, masih ganteng-ganteng, gagah-gagah, cantik-cantik. Namun perlu diingat bahwa semua itu hanyalah sementara. Tidak pantas kita menyombongkan semuanya itu. Toh, pada akhirnya fisik yang disombongkan saat ini, kelak akan menua juga. Kulit akan mengeriput, mata akan semakin rabun, pendengaran akan berkurang, dan bahkan mengalami kepikunan. Oleh sebab itu, anugerah Allah yang berupa keelokan fisik kita saat muda jangan jadikan sebagai suatu kesombongan, tetapi sebagai sarana bersyukur kepada Allah yang telah menganugerahi fisik yang lengkap. Marilah kita gunakan masa-masa kita hidup di dunia ini sebagai sarana beribadah kepada Allah SWT.
5.      Atau mati yang datangnya tak terduga (اَوْ مَوْتًا مُجْهِزًا)
Kita sebagai umat muslim yang hidup di Indonesia mestinya menambah syukur kita. Sebab kita hidup di negeri yang damai dan tidak ada konflik. Kita bersukur hidup di negeri Indonesia ini yang leluasa setap harinya beribadah salat lima waktu, azan boleh dikumandangkan, mendapatkan keistimewaan dikuranginya jam kerja atau waktu belajar bagi siswa ketika menjalankan ibadah puasa, ibadah haji yang dikoordinir oleh negara, mendapat pengakuan hari raya Idul Fitri maupun Idul Adha dengan dinyatakan sebagai tanggal libur nasional.
Keberadaan kita di Negeri Indonesia semestinya membuat kita bersemangat dalam beribadah kepada Allah SWT. Bayangkan ketika kita hidup di negara konflik. Bom sewaktu-waktu meledak. Sewaktu-waktu datang hujan rudal yang mematikan. Menyeru akan kalimat-kalimat Allah malah justru disiksa, ditembaki, dianiaya. Menyeru azan justru malah dilarang, tidak bolehnya membaca Alquran, dan lain sebagainya. Kekangan dan keadaan perang membuat diri seorang muslim terancam dan kematian itu bisa datang sewaktu-waktu.
Kita bersyukur hidup di Negara Kesatuan Republik Indonesia, dari pada hidup di negara yang katanya negeri dengan syariat agama yang mencekam. Dimanapun kita hidup mestinya bersyukur bila kita leluasa menjalankan ibadah setiap harinya. Oleh karenanya, marilah bersama menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia ini sehingga NKRI harga mati itu tidak hanya jargon. Selain itu juga marilah semboyan bangsa Bhineka Tunggal Ika itu memang di terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Bangsa Indonesia ini terdiri dari beberapa suku, agama, ras, maupun golongan. Perlambangan Indonesia yang terdiri dari beberapa agama adalah dengan lambang bintang pada sila pertama yang menggambarkan adanya lima agama yang diakui di Indonesia waktu itu. Meskipun kita pribadi tahu dan yakin bahwa agama yang diakui di sisi Allah adalah agama Islam, innadinna indallahil islam. Umat beragamapun pun bisa hidup berdampingan dengan menjalankan tri kerukunan umat beragama, yaitu: (1) kerukunan intern umat beragama; (2) kerukunan antar umat beragama; (3) kerukunan umat beragama dengan pemerintah. Bila kesemuanya itu bisa benar-benar kita laksanakan sebagai umat beragama yang bersama-sama merawat kebhinekaan, alangkah maju dan sejahteranya negeri ini.
6.      Atau dajjal (penipu), yaitu seburuk-buruk yang ditunggu (اَوِ الدَّجَّالَ، فَشَرُّ غَائِبٍ يُنْتَظَرُ)
Dajjal atau penipu pada jaman sekarang sudah banyak. Penipu biasanya mengatakan sesuatu yang baik dikatanan buruk, dan yang buruk dikatakan baik, sesuatu yang hak dibilang batil, dan yang batil dibilang hak. Oleh karenanya, dajjal sering digambarkan sebagai makhluk yang bermata satu. Maksudnya adalah dajjal itu hanya melihat sisi keduniawian saja, tetapi tidak dengan akhirat. Oleh karenanya, saat duduk atahiyat akhir pada salat, kita berdoa: Alloohumma innii a’uudzu bika min ‘adzaabil qobri wa min ‘adzaabin naar, wa min fitnatil mahyaa wal mamaat, wa min fitnatil masiihid dajjaal. (Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur, dari siksa neraka, dari fitnah hidup dan mati dan dari fitnah masiihid dajjaal (perusak yang menghabiskan kebaikan)”.
7.      Atau hari kiamat, karena hari kiamat itu sangat dahsyat lagi pahit (اَوِ السَّاعَةَ فَالسَّاعَةُ اَدْهَى وَ اَمَرُّ)
Kita menunda dalam beramal jangan sampai hingga datangnya hari kiamat. Sebab pada hari kiamat, pintu taubat sudah ditutup. Hari kiamat adalah hari dimana kerusakan yang sangat besar sehingga betapa pedihnya saat hari kiamat terjadi.


Melalui tujuh hal yang disampaikan Rasulullah tadi yang meliputi (1) Tidaklah kamu menunggu kecuali kemelaratan yang melupakan; atau (2) kekayaan yang menyebabkan melampaui batas; atau (3) sakit yang merusakkan; atau (4) tua yang melemahkan pikiran; atau (5) mati yang datangnya tak terduga; atau (6) dajjal (penipu), yaitu seburuk-buruk yang ditunggu; atau (7) hari kiamat, karena hari kiaamat itu sangat dahsyat lagi pahit, kita bisa memetik pelajaran sehingga bersegera dalam beramal. Oleh sebab itu marilah bersegera dalam beramal salih dan berlomba-lomba dalam kebaikan (fastabikul khoirot).

Penyampai: Revolusi Prajaningrat Saktiyudha, S.Si., M.Pd.