Monday, May 29, 2017

Kultum: Tolong Menolong Dalam Kebaikan




Ma'asyiral muslimin wal muslimat rahimakumullah.


Bahwa negara Republik Indonesia yang kita cintai ini, yang berjajar pulau-pulau sambung menyambung dari Sabang sampai Merauke, dari ufuk barat sampai ufuk timur, dari pulau Miangas sampai pulau Rote. Itulah Indonesia yang terdiri dari 238 juta jiwa yang 87,18% atau 207 juta jiwa adalah penduduk beragama Islam kaum muslimin dan muslimat. Dari sekian besar ini khususnya dan bangsa Indonesia pada umumnya saat ini sedang mengalami masa-masa kesusahan, masa-masa penderitaan, masa-masa kesedihan disebabkan oleh terjadinya banyak bencana secara bertubi-tubi menerjang wilayah Indonesia. Misalnya longsor di Ponorogo, Pacitan, Trenggalek. Banjir di Bandung, Bogor, Jakarta, Lamongan, Bojonegoro, dan NTT. Puting beliung di Jember, Jakarta, dan Surabaya. Gunung meletus di Sinabung Sumatra Barat.


Berbagai bencana itulah timbul kesengsaraan, kesedihan, dan kepedihan. Oleh karena itu, kita sesama umat, sesama muslim, sesama bangsa tak akan mampu untuk berdiam diri tak peduli. Akan tetapi tergerak bangkit untuk membantu menolongnya. 

  
Ma'asyiral muslimin wal muslimat rahimakumullah.


Kita sesama kaum muslim adalah bersaudara sehingga layaknya saudara, tentu kita semestinya saling tolong menolong dan saling menguatkan. Hal itu sebagaimana satu bangunan dimana satu bagian dengan bagian yang lain saling menguatkan. Apabila ada saudara kaum muslim yang kesusahan, kita wajib menolongnya sebagaimana sabda Rasulullah SAW:


عَنْ اَبِى مُوْسَى قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اَلْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا.
Dari Abu Musa, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda, “Orang mukmin dengan mukmin lainnya adalah seperti satu bangunan yang sebagiannya dengan bagian yang lain saling menguatkan” [HR. Muslim juz 4, hal. 1999]


Kita sebagai kaum muslim yang menguatkan saudara seiman, tentunya bila ada saudara muslim yang kesusahan, hendaknya kita turut meringankan kesusahannya. Sebab orang mukmin itu ibarat satu tubuh, apabila ada anggota badan yang yang sakit maka seluruh tubuh ikut merasa sakit. Hal itu sesuai sabda Rasulullah SAW:


عَنِ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيْرٍ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: مَثَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ فِى تَوَادِّهِمْ وَ تَعَا طُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ، اِذَااشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تدَاعَى لَهُ سَا ءِىرُالْجَسَدِبِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى.
Dari Nu’man bin Basyir, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda, “Perumpamaan orang-orang mukmin dalam berkasih sayang, cinta-mencintai, serta memadu kasih ibarat satu tubuh, apabila ada anggota badan yang sakit maka seluruh tubuh akan ikut merasa sakit, dengan tidak bisa tidur dan demam”. [HR. Muslim juz 4, hal. 1999]


Oleh karena itu kita harus saling tolong-menolong dalam kebaikan. Tolong-menolong dalam kebaikan bisa melalui ilmu, saran dan nasehat, dengan harta maupun tenaga.


Wujud rasa tolong menolong dapat berbentuk bermacam-macam antara lain kita bergotong royong membantu mengirimkan bantuan sembako, obat-obatan dengan mendonasikan sejumlah uang  yang bisa disalurkan melalui lembaga sosial tertentu atau menjadi relawan, dan masih banyak lagi contoh yang lain. Inilah bentuk kepedulian kita kepada sesama kaum muslim yang perlu mendapatkan pertolongan. Karena kita menyakini bahwa penderitaan akan segera berakhir ketika datang berbagai uluran tangan. 


Orang yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia mendapat kebaikan pula. Rasulullah SAW bersabda:


عَنْ اَبٍى هُرَيْرَةَ اَنَّ رَسُوْلُ اللهِ ص قَالَ:مَنْدَعَااِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنَ الْاَجْرِمِثْلُ اُجُوْرِمَنْ تَبِعَهُ لَايَنْقُصُ ذ ٰ لِكَ مِنْ اُجُوْرِهِمْ شَيْءًا. وَمَنْ دَعَا اِلَى كَانَ الْاِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لَا يَنْقُصُ ذٰ لِكَ مِنْ اَثَامِهِمْ شَيْءًا.
Dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa yang mengajak orang kepada suatu petunjuk (jalan yang baik), maka dia mendapatkan pahala seperti pahalanya orang yang mengikutinya, dengan tidak mengurangi pahala mereka sedikitpun. Dan barangsiapa yang mengajak kepada kesesatan, maka dia mendapatkan dosa seperti dosa-dosa orang yang mengikutinya, dengan tidak mengurangi dosa-dosa mereka sedikitpun”. [HR. Muslim juz 4 hal. 2060]


Kaum muslim yang memiliki kelapangan harta, hendaklah mempergunakan hartanya untuk mendapatkan ridla Allah. Sebab orang yang memiliki kelapangan harta memiliki kewajiban untuk menolong orang lemah dan menghindari sifat boros. Hal itu sebagaimana Firman Allah pada Surat Al Israa’ ayat 26:


وَءَاتِ ذَا الْقُرْبَىٰ حَقَّهُۥ وَالْمِسْكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَلَا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا.
26. dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.


Marilah kita tolong menolong dalam kebaikan. Meringankan kesusahan saudara seiman sudah menjadi kewajiban kita sesama umat muslim. Kita yang diberi kelapangan harta, tenaga dan pikirannya adalah ladang untuk beramal sholeh.


Sunday, May 21, 2017

Kultum: Kewajiban Berdakwah





Ma'asyiral muslimin wal muslimat rahimakumullah.

Merebaknya berbagai kemaksiatan dan kemungkaran yang terjadi dewasa ini telah meluluh-lantakkan nilai luhur yang diajarkan oleh agama Islam. Akhlak dan moral secara masif mengalami kerusakan. Harkat dan martabat manusia yang jatuh. Nilai-nilai kebaikan sepertihalnya keadilan, amanat, tumbuhnya jiwa kasih sayang, kehormatan dan kesucian diri telah hancur porak-poranda. Kehancuran tersebut dikarenakan hawa nafsu manusia itu sendiri. Pedagang dengan sengaja mengurangi timbangan hanya karena menginginkan keuntungan dunia. Pejabat dan penguasa terbiasa mengabaikan amanat. Fenomena tersebut menandakan bahwa umat kini telah terperosok kedalam kegelapan sehingga perlu adanya petunjuk untuk keluar dari padanya.

Allah SWT telah menjadikan Al Quran sebagai petunjuk yang dapat mengeluarkan manusia dari jalan kegelapan menuju jalan yang lurus terang benderang. Oleh sebab itu, perlu upaya nyata kita semua untuk mengertikan dan bahkan membumikan ajaran Al Quran kepada umat. Bahwa jalan kebaikan, kedamaian, kebahagiaan, dan keselamatan akan terwujud dengan Al Quran. Kita sebagai umat Islam perlu kesiapan mendakwahkan Al Quran dan siap terjun menghadapi medan dakwah dengan berbagai hambatan dan rintangan. Allah SWT telah menegaskan dalam firmannya pada Surat Ali Imran ayat 104:

وَلْتَكُن مِّنكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ ۚ وَأُو۟لٰٓئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
104. dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar*; merekalah orang-orang yang beruntung.
* Ma'ruf: segala perbuatan yang mendekatkan kita kepada Allah; sedangkan Munkar ialah segala perbuatan yang menjauhkan kita dari pada-Nya.

Selain itu juga dikuatkan nasihat Rasulullah SAW yang artinya: Barang siapa melihat kemungkaran, maka hendaklah mencegah dengan tangannya (kekuasaannya), namun bila tidak mampu maka hendaklah mencegah dengan lisannya, bila tidak mampu maka hendaklah dia mencegah dengan hatinya dan itulah selemah-lemah iman

Bagi kita yang memilih jalur dakwah, berat tugas yang kita emban. Sebab bila diam ketika melihat kemungkaran, maka kita dikatakan lemah imannya. Namun kepada yang benar-benar menjalankan tugas dakwah sebagaimana mestinya mendapat pujian dan diangkat derajatnya oleh Allah. Hal itu sesuai firman-Nya dalam Surat Fussilat ayat 33:

وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِّمَّن دَعَآ إِلَى اللَّـهِ وَعَمِلَ صٰلِحًا وَقَالَ إِنَّنِى مِنَ الْمُسْلِمِينَ
33. Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah dan mengerjakan kebajikan dan berkata: "Sungguh, aku termasuk orang-orang muslim (yang berserah diri?)"

Kita sebagai orang Islam mendambakan kehidupan umat yang senantiasa diliputi keimanan hanya kepada Allah SWT, umat yang senantiasa menegakkan amar ma’ruf dan nahi munkar. Kehidupan umat seperti itu yang dinilai Allah SWT sebagai umat yang terbaik. Hal tersebut sebagaimana yang ditegaskan dalam Al Quran Surat Ali Imran ayat 110:

كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّـهِ ۗ وَلَوْ ءَامَنَ أَهْلُ الْكِتٰبِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُم ۚ مِّنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفٰسِقُونَ
110. kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.

Sungguh suatu kebahagian bagi kita semua yang merasa terpanggil untuk menjadi da’i dan siap berdakwah dalam rangka menghambakan diri hanya kepada Allah SWT semata. Da’i yang menjadikan dakwah sebagai suatu profesi sekedar untuk mencari harta dunia berbeda dengan yang menjadikan dakwah sebagai upaya menghambakan diri kepada Allah karena da’i yang menghamba kepada-Nya akan mendapatkan ridla-Nya di dunia sampai di akhirat. Namun yang niatnya hanya keduniaan akan mendapatkan sesuatu yang rendah, yang nilainya tidak melebihi dari sehelai sayap nyamuk. Allah SWT telah mengajarkan kepada kita melalui para Rasul, sebagaimana yang disebutkan dalam Al Quran Surat Asy-Syu’ara’ ayat 109:

وَمَآ أَسْـَٔلُكُمْ عَلَيْهِ مِنْ أَجْرٍ ۖ إِنْ أَجْرِىَ إِلَّا عَلَىٰ رَبِّ الْعٰلَمِينَ
109. dan aku sekali-kali tidak minta upah kepadamu atas ajakan-ajakan itu; Upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta alam.

Kehadiran da’i yang menyeru kepada kebajikan sangatlah kita butuhkan saat ini sebagai pengawal kemuliaan dan keluhuran moral umat. Hal tersebut juga didukung oleh program Bapak Presiden Ir. Joko Widodo yang mencanangkan revolusi mental dengan nawa citanya. Apabila kondisi umat sedang dalam keadaan resah, para da’i-lah yang datang pertama kali menenangkannya, bila umat tertimpa musibah, para da’i-lah yang menghiburnya. 

Umat yang hidup beradab, aman, tenang, sejahtera, adil dan makmur sangatlah menjadi dambaan setiap orang. Namun sangatlah disayangkan karena kehidupan seperti itu masih angan-angan dan belum dapat terwujud. Hal itu mengapa? Sebab umat saat ini banyak mengabaikan dan meninggalkan Al Quran yang merupakan petunjuk dari Allah SWT. Hal itu sudah menjadi sunattullah yang berlaku kepada setiap umat bahwa: “Barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit... (QS. Taha ayat 124).