Sunday, May 21, 2017

Kultum: Kewajiban Berdakwah





Ma'asyiral muslimin wal muslimat rahimakumullah.

Merebaknya berbagai kemaksiatan dan kemungkaran yang terjadi dewasa ini telah meluluh-lantakkan nilai luhur yang diajarkan oleh agama Islam. Akhlak dan moral secara masif mengalami kerusakan. Harkat dan martabat manusia yang jatuh. Nilai-nilai kebaikan sepertihalnya keadilan, amanat, tumbuhnya jiwa kasih sayang, kehormatan dan kesucian diri telah hancur porak-poranda. Kehancuran tersebut dikarenakan hawa nafsu manusia itu sendiri. Pedagang dengan sengaja mengurangi timbangan hanya karena menginginkan keuntungan dunia. Pejabat dan penguasa terbiasa mengabaikan amanat. Fenomena tersebut menandakan bahwa umat kini telah terperosok kedalam kegelapan sehingga perlu adanya petunjuk untuk keluar dari padanya.

Allah SWT telah menjadikan Al Quran sebagai petunjuk yang dapat mengeluarkan manusia dari jalan kegelapan menuju jalan yang lurus terang benderang. Oleh sebab itu, perlu upaya nyata kita semua untuk mengertikan dan bahkan membumikan ajaran Al Quran kepada umat. Bahwa jalan kebaikan, kedamaian, kebahagiaan, dan keselamatan akan terwujud dengan Al Quran. Kita sebagai umat Islam perlu kesiapan mendakwahkan Al Quran dan siap terjun menghadapi medan dakwah dengan berbagai hambatan dan rintangan. Allah SWT telah menegaskan dalam firmannya pada Surat Ali Imran ayat 104:

وَلْتَكُن مِّنكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ ۚ وَأُو۟لٰٓئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
104. dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar*; merekalah orang-orang yang beruntung.
* Ma'ruf: segala perbuatan yang mendekatkan kita kepada Allah; sedangkan Munkar ialah segala perbuatan yang menjauhkan kita dari pada-Nya.

Selain itu juga dikuatkan nasihat Rasulullah SAW yang artinya: Barang siapa melihat kemungkaran, maka hendaklah mencegah dengan tangannya (kekuasaannya), namun bila tidak mampu maka hendaklah mencegah dengan lisannya, bila tidak mampu maka hendaklah dia mencegah dengan hatinya dan itulah selemah-lemah iman

Bagi kita yang memilih jalur dakwah, berat tugas yang kita emban. Sebab bila diam ketika melihat kemungkaran, maka kita dikatakan lemah imannya. Namun kepada yang benar-benar menjalankan tugas dakwah sebagaimana mestinya mendapat pujian dan diangkat derajatnya oleh Allah. Hal itu sesuai firman-Nya dalam Surat Fussilat ayat 33:

وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِّمَّن دَعَآ إِلَى اللَّـهِ وَعَمِلَ صٰلِحًا وَقَالَ إِنَّنِى مِنَ الْمُسْلِمِينَ
33. Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah dan mengerjakan kebajikan dan berkata: "Sungguh, aku termasuk orang-orang muslim (yang berserah diri?)"

Kita sebagai orang Islam mendambakan kehidupan umat yang senantiasa diliputi keimanan hanya kepada Allah SWT, umat yang senantiasa menegakkan amar ma’ruf dan nahi munkar. Kehidupan umat seperti itu yang dinilai Allah SWT sebagai umat yang terbaik. Hal tersebut sebagaimana yang ditegaskan dalam Al Quran Surat Ali Imran ayat 110:

كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّـهِ ۗ وَلَوْ ءَامَنَ أَهْلُ الْكِتٰبِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُم ۚ مِّنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفٰسِقُونَ
110. kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.

Sungguh suatu kebahagian bagi kita semua yang merasa terpanggil untuk menjadi da’i dan siap berdakwah dalam rangka menghambakan diri hanya kepada Allah SWT semata. Da’i yang menjadikan dakwah sebagai suatu profesi sekedar untuk mencari harta dunia berbeda dengan yang menjadikan dakwah sebagai upaya menghambakan diri kepada Allah karena da’i yang menghamba kepada-Nya akan mendapatkan ridla-Nya di dunia sampai di akhirat. Namun yang niatnya hanya keduniaan akan mendapatkan sesuatu yang rendah, yang nilainya tidak melebihi dari sehelai sayap nyamuk. Allah SWT telah mengajarkan kepada kita melalui para Rasul, sebagaimana yang disebutkan dalam Al Quran Surat Asy-Syu’ara’ ayat 109:

وَمَآ أَسْـَٔلُكُمْ عَلَيْهِ مِنْ أَجْرٍ ۖ إِنْ أَجْرِىَ إِلَّا عَلَىٰ رَبِّ الْعٰلَمِينَ
109. dan aku sekali-kali tidak minta upah kepadamu atas ajakan-ajakan itu; Upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta alam.

Kehadiran da’i yang menyeru kepada kebajikan sangatlah kita butuhkan saat ini sebagai pengawal kemuliaan dan keluhuran moral umat. Hal tersebut juga didukung oleh program Bapak Presiden Ir. Joko Widodo yang mencanangkan revolusi mental dengan nawa citanya. Apabila kondisi umat sedang dalam keadaan resah, para da’i-lah yang datang pertama kali menenangkannya, bila umat tertimpa musibah, para da’i-lah yang menghiburnya. 

Umat yang hidup beradab, aman, tenang, sejahtera, adil dan makmur sangatlah menjadi dambaan setiap orang. Namun sangatlah disayangkan karena kehidupan seperti itu masih angan-angan dan belum dapat terwujud. Hal itu mengapa? Sebab umat saat ini banyak mengabaikan dan meninggalkan Al Quran yang merupakan petunjuk dari Allah SWT. Hal itu sudah menjadi sunattullah yang berlaku kepada setiap umat bahwa: “Barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit... (QS. Taha ayat 124).

No comments:

Post a Comment