Ma'asyiral muslimin
wal muslimat rahimakumullah.
Merebaknya
berbagai kemaksiatan dan kemungkaran yang terjadi dewasa ini telah meluluh-lantakkan
nilai luhur yang diajarkan oleh agama Islam. Akhlak dan moral secara masif mengalami
kerusakan. Harkat dan martabat manusia yang jatuh. Nilai-nilai kebaikan
sepertihalnya keadilan, amanat, tumbuhnya jiwa kasih sayang, kehormatan dan
kesucian diri telah hancur porak-poranda. Kehancuran tersebut dikarenakan hawa
nafsu manusia itu sendiri. Pedagang dengan sengaja mengurangi timbangan hanya
karena menginginkan keuntungan dunia. Pejabat dan penguasa terbiasa mengabaikan
amanat. Fenomena tersebut menandakan bahwa umat kini telah terperosok kedalam
kegelapan sehingga perlu adanya petunjuk untuk keluar dari padanya.
Allah
SWT telah menjadikan Al Quran sebagai petunjuk yang dapat mengeluarkan manusia
dari jalan kegelapan menuju jalan yang lurus terang benderang. Oleh sebab itu,
perlu upaya nyata kita semua untuk mengertikan dan bahkan membumikan ajaran Al
Quran kepada umat. Bahwa jalan kebaikan, kedamaian, kebahagiaan, dan
keselamatan akan terwujud dengan Al Quran. Kita sebagai umat Islam perlu
kesiapan mendakwahkan Al Quran dan siap terjun menghadapi medan dakwah dengan
berbagai hambatan dan rintangan. Allah SWT telah menegaskan dalam firmannya pada
Surat Ali Imran ayat 104:
وَلْتَكُن مِّنكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ
إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ ۚ
وَأُو۟لٰٓئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
104. dan hendaklah ada di
antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang
ma'ruf dan mencegah dari yang munkar*; merekalah orang-orang yang beruntung.
* Ma'ruf: segala perbuatan
yang mendekatkan kita kepada Allah; sedangkan Munkar ialah segala perbuatan
yang menjauhkan kita dari pada-Nya.
Selain
itu juga dikuatkan nasihat Rasulullah SAW yang artinya: Barang siapa melihat
kemungkaran, maka hendaklah mencegah dengan tangannya (kekuasaannya), namun
bila tidak mampu maka hendaklah mencegah dengan lisannya, bila tidak mampu maka
hendaklah dia mencegah dengan hatinya dan itulah selemah-lemah iman.
Bagi
kita yang memilih jalur dakwah, berat tugas yang kita emban. Sebab bila diam
ketika melihat kemungkaran, maka kita dikatakan lemah imannya. Namun kepada yang
benar-benar menjalankan tugas dakwah sebagaimana mestinya mendapat pujian dan
diangkat derajatnya oleh Allah. Hal itu sesuai firman-Nya dalam Surat Fussilat
ayat 33:
وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِّمَّن دَعَآ إِلَى
اللَّـهِ وَعَمِلَ صٰلِحًا وَقَالَ إِنَّنِى مِنَ الْمُسْلِمِينَ
33. Dan siapakah yang lebih
baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah dan mengerjakan
kebajikan dan berkata: "Sungguh, aku termasuk orang-orang muslim (yang
berserah diri?)"
Kita
sebagai orang Islam mendambakan kehidupan umat yang senantiasa diliputi
keimanan hanya kepada Allah SWT, umat yang senantiasa menegakkan amar ma’ruf dan
nahi munkar. Kehidupan umat seperti itu yang dinilai Allah SWT sebagai umat
yang terbaik. Hal tersebut sebagaimana yang ditegaskan dalam Al Quran Surat Ali
Imran ayat 110:
كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ
تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّـهِ
ۗ وَلَوْ ءَامَنَ أَهْلُ الْكِتٰبِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُم ۚ مِّنْهُمُ
الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفٰسِقُونَ
110. kamu adalah umat yang
terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan
mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab
beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang
beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.
Sungguh
suatu kebahagian bagi kita semua yang merasa terpanggil untuk menjadi da’i dan
siap berdakwah dalam rangka menghambakan diri hanya kepada Allah SWT semata. Da’i
yang menjadikan dakwah sebagai suatu profesi sekedar untuk mencari harta dunia
berbeda dengan yang menjadikan dakwah sebagai upaya menghambakan diri kepada
Allah karena da’i yang menghamba kepada-Nya akan mendapatkan ridla-Nya di dunia
sampai di akhirat. Namun yang niatnya hanya keduniaan akan mendapatkan sesuatu
yang rendah, yang nilainya tidak melebihi dari sehelai sayap nyamuk. Allah SWT
telah mengajarkan kepada kita melalui para Rasul, sebagaimana yang disebutkan
dalam Al Quran Surat Asy-Syu’ara’ ayat 109:
وَمَآ أَسْـَٔلُكُمْ عَلَيْهِ مِنْ أَجْرٍ
ۖ إِنْ أَجْرِىَ إِلَّا عَلَىٰ رَبِّ الْعٰلَمِينَ
109. dan aku sekali-kali
tidak minta upah kepadamu atas ajakan-ajakan itu; Upahku tidak lain hanyalah
dari Tuhan semesta alam.
Kehadiran
da’i yang menyeru kepada kebajikan sangatlah kita butuhkan saat ini sebagai
pengawal kemuliaan dan keluhuran moral umat. Hal tersebut juga didukung oleh
program Bapak Presiden Ir. Joko Widodo yang mencanangkan revolusi mental dengan nawa
citanya. Apabila kondisi umat sedang dalam keadaan resah, para da’i-lah yang
datang pertama kali menenangkannya, bila umat tertimpa musibah, para da’i-lah
yang menghiburnya.
Umat yang hidup beradab,
aman, tenang, sejahtera, adil dan makmur sangatlah menjadi dambaan setiap
orang. Namun sangatlah disayangkan karena kehidupan seperti itu masih
angan-angan dan belum dapat terwujud. Hal itu mengapa? Sebab umat saat ini
banyak mengabaikan dan meninggalkan Al Quran yang merupakan petunjuk dari Allah
SWT. Hal itu sudah menjadi sunattullah
yang berlaku kepada setiap umat bahwa: “Barang siapa berpaling dari
peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit... (QS. Taha
ayat 124).
No comments:
Post a Comment