Monday, June 11, 2018

Kultum: Belajar Al Qur’an dan As Sunnah Sebagai Perwujudan Belajar Agama




Ma'asyiral muslimin wal muslimat rahimakumullah.

Sungguh Allah sangat menyayangi hamba-hamba-Nya supaya kita sebagai hamba-Nya bisa hidup bahagia di dunia dan di akhirat. Oleh sebab itu, Allah memberi petunjuk dengan mengutus para nabi dan rasul. Allah telah mengutus Nabi Muhammad SAW sebagai nabi sekaligus rasul yang terakhir. Beliau datang dengan membawa Agama Islam, dan Allah SWT menurunkan Al Qur’an kepada beliau sebagai petunjuk untuk seluruh umat manusia. Allah Ta’ala telah berfirman didalam Surat Saba’ ayat 28:


وَمَآ أَرْسَلْنٰكَ إِلَّا كَآفَّةً لِّلنَّاسِ بَشِيرًا وَنَذِيرًا وَلٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ. سبإ: ٢٨.
Dan Kami tidak mengutus kamu (Muhammad), melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. [QS. Saba’: 28]


Melalui hadirnya Nabi Muhammad SAW yang membawa Agama Islam merupakan kenikmatan yang sangat besar. Sebab beliaulah yang membawa petunjuk-petunjuk Allah dan melalui petunjuk-petunjuk Allah-lah manusia bisa selamat di dunia dan di akhirat. 


Oleh karena itu, kita sebagai umat Islam sudah semestinya mengetahui dan mengamalkan petunjuk-petunjuk Allah yang disampaikan oleh Rasulullah SAW dan ketetapan-ketetapan dari Rasulullah SAW. Melalui sumber dari ajaran Agama Islam itulah kita sebagai hamba yang taat sudah semestinya sami’na wa atho’na, kami mendengar dan kami taat. Allah Ta’ala telah berfirman di dalam surat Al Baqarah ayat 208:


يٰآأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ادْخُلُوا۟ فِى السِّلْمِ كَآفَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا۟ خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِ ۚ إِنَّهُۥ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ. البقرة :٢۰٨.
Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu. [QS. Al Baqarah: 208]


Manusia diperintahkan untuk memeluk Agama Islam secara kaffah/ keseluruhan dan memeluk Agama Islam secara keseluruhan dapat diupayakan dengan mengkaji sumber ilmu Agama Islam, yaitu Al Qur’an dan As Sunnah. Banyak para Ulama, para Kyai, para Ustadz, para Da’i, serta lembaga-lembaga dakwah yang senantiasa mensyiarkan Agama Islam, sehingga kita dengan mudah memperoleh berbagai ilmu-ilmu Agama.  Saat kita belajar Agama Islam setidaknya terdapat tiga unsur yang semestinya kita penuhi. Allah Ta’ala berfirman didalam surat Al Jumu’ah ayat 2:


هُوَ الَّذِى بَعَثَ فِى الْأُمِّيِّۦنَ رَسُولًا مِّنْهُمْ يَتْلُوا۟ عَلَيْهِمْ ءَايٰتِهِۦ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتٰبَ وَالْحِكْمَةَ وَإِن كَانُوا۟ مِن قَبْلُ لَفِى ضَلٰلٍ مُّبِينٍ. الجمعة:٢.
Dialah yang mengutus seorang Rasul kepada kaum yang buta huruf dari kalangan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, menyucikan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (Sunnah), meskipun sebelumnya, mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata. [QS. Al Jumuah: 2]


Melalui keterangan surat Al Jumu’ah ayat 2, dapat diketahui bahwa unsur-unsur yang semestinya kita penuhi ketika mengaji diantaranya adalah belajar membaca Al Quran, mensucikan jiwa/ menegakkan tauhid, dan memahami kandungan Al Qur’an melalui tafsir-tafsirnya dan As Sunnah beserta berbagai tafsir dan fadilahnya.



1.       Belajar Membaca Al Quran


Umat Islam diperintahkan untuk belajar membaca Al Qur’an. Melalui belajar membaca Al Qur’an, seorang hamba akan belajar tentang cara membaca Al Quran. Al Qur’an turun di Negeri Arab dan berbahasa Arab. Oleh sebab itu, kita diperintahkan untuk membaca Al Qur’an seperti logat orang Arab karena Al Qur’an diturunkan ke dunia dengan berbahasa Arab. Hal itu disebutkan didalam Al Quran surat Az Zukhruf ayat 1 sampai 3:



حمٓ {١} وَالْكِتٰبِ الْمُبِينِ {٢} إِنَّا جَعَلْنٰهُ قُرْءٰنًا عَرَبِيًّا لَّعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ {٣} الزخرف: ٢,١, ٣

(1) Ha Mim; (2) Demi Kitab (Al Qur’an) yang jelas; (3) Kami menjadikan Al Qur’an dalam bahasa Arab agar kamu mengerti. [QS. Az Zukhruf: 1 sampai 3]



Oleh sebab itu, perlu kita pahami bersama bahwa bahasa Arab diucapkan sebagaimana Al Qur’an diturunkan dan dengan logat orang-orang Arab. Sehingga kita perlu belajar untuk pengucapan yang benar seperti logat orang-orang Arab. Maka tidak jarang kita jumpai pembelajaran tahsin yang bisa kita gunakan sebagai sarana agar mampu menguasai pengucapan huruf hijaiyah secara tepat. 


Tajwid sendiri adalah ilmu untuk mengetahui pengucapan huruf-huruf Arab secara benar dengan mengetahui makhraj-makhraj-nya, sifat-sifat inti (asli) dan yang bukan inti (bukan asli), serta hukum-hukum yang muncul darinya. Melalui penguasaan ilmu tajwid, kita mampu melafazhkan huruf sesuai makhraj-nya. Perintah membaca Al Qur’an secara baik dan benar terdapat pada surat Al Muzzamil ayat 4:


وَرَتِّلِ الْقُرْءَانَ تَرْتِيلًا. المزمل:٤
Dan bacalah Al Qur’an dengan tartil [QS. Al Muzzamil: 4]


Tartil sendiri bisa diartikan membaca Al Qur’an dengan mentajwidkan huruf-hurufnya dan mengetahui tempat berhentinya. Membaca Al Qur’an secara tartil tidak hanya pada saat membaca mushaf saja, tetapi juga pada saat kita salat. Mengingat pentingnya kemampuan membaca Al Qur’an yang menjadi bagian dari ibadah salat, maka kita semestinya berupaya belajar sekuat tenaga agar mampu membaca Al Qur’an dengan tartil. Dengan demikian, kualitas ibadah salat dan kemampuan membaca Al Qur’an kita bisa lebih baik.


Ma'asyiral muslimin wal muslimat rahimakumullah.
Pada zaman sekarang banyak media yang bisa kita gunakan untuk belajar membaca Al Qur’an, diantaranya bisa lewat buku, youtube, mp3, Al Qur’an suara dan lain sebagainya. Namun berbagai kemudahan tersebut memiliki keunggulan dan kelemahan. Keunggulannya adalah praktis dan bisa digunakan oleh semua kalangan, tetapi kelemahannya apabila kita menirukan seperti apa yang kita dengar, maka tidak ada yang bisa mengkoreksi atau membenarkan. Hal itu karena komunikasi yang hanya saru arah. Oleh sebab itu, kita dalam belajar membaca Al Qur’an kita perlu ber-talaqqi atau berhadapan langsung dengan guru. Sebab Nabi saja belajar Al Qur’an juga ber-talaqqi atau berhadapan langsung dengan Malaikat Jibril.


Ma'asyiral muslimin wal muslimat rahimakumullah.

2.       Mensucikan Jiwa

Maksudnya adalah mensucikan jiwa dari pengaruh kesyirikan atau mendorong umat agar berakhlak mulia dan mencegahnya dari akhlak yang buruk. Oleh karena itu, pengutusan rasul kepada umat manusia adalah nikmat yang paling besar dan paling agung yang dikaruniakan Allah kepada mereka.


Allah telah mengutus Nabi Muhammad SAW dengan membawa syariat yang besar, sempurna, lagi mencakup semua makhluk. Di dalamnya terkandung hidayah dan penjelasan bagi apa yang diperlukan oleh mereka menyangkut urusan kehidupan dunia mereka dan kehidupan di hari kemudian, dan seruan bagi mereka kepada hal-hal yang mendekatkan diri mereka kepada surga dan rida Allah, serta mengandung larangan terhadap hal-hal yang mendekatkan mereka kepada neraka dan kemurkaan Allah SWT.


Syari'at yang dibawa Rasulullah merupakan hakim yang memutuskan semua perkara yang syubhat, keraguan, dan kebimbangan dalam masalah yang pokok dan masalah yang cabang. Didalam hadis dijelaskan:


عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: اِنَّ اَصْدَقَ اْلحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ وَاَحْسَنَ ااْـهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ وَشَرُّ اْلاُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا وَ كُلُّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ وَكُلُّ ضَلَالَةٍ فِي النَّارِ. النسائى 3: 188
Dari Jabir bin ‘Abdullah, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya sebenar-benar perkataan ialah Kitab Allah, dan sebaik-baik petunjuk ialah petunjuk Muhammad, dan sejelek-jelek perkara itu yang diada-adakan, dan tiap-tiap yang diada-adakan itu bid’ah, dan tiap-tiap bid’ah itu sesat, dan tiap-tiap kesesatan itu di neraka”. [HR. Nasai juz 3, hal. 188]



Oleh sebab itu, sudah semestinya kita yakin akan petunjuk Allah dan Rasulullah sehingga terbebas dari perkara-perkara dalam ibadah yang diada-adakan. Kita semestinya dalam penghambaan diri kepada Allah itu berikrar bahwa salatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah. Hal itu sebagaimana dalam Surat Al An’am ayat 162: 


قُلْ إِنَّ صَلَاتِى وَنُسُكِى وَمَحْيَاىَ وَمَمَاتِى لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِينَ. الأنعام:١٦٢
Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan Seluruh Alam. [QS. Al An’am: 162]



Ma'asyiral muslimin wal muslimat rahimakumullah.


3.       Memahami Kandungan Al Quran dan As Sunnah

Al Qur’an dan As Sunnah adalah dua warisan yang ditinggalkan oleh Nabi dan kita sebagai umatnya yang taat diminta untuk berpegang teguh kepada keduanya. Perintah tersebut tertulis jelas didalam Al Qur’an. Selain itu, didalam suatu hadis menegaskan bahwa:


اِنَّ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ: تَرَكْتُ فِيْكُمْ اَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوْا مَا مَسَكْتُمْ بـِهِمَا: كِتَابَ اللهِ وَسُنَّةَ نَبِيِّهِ. مالك، فى الموطأ 2: 899
Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda, "Kutinggalkan pada kamu sekalian dua perkara yang kalian tidak akan sesat apabila kalian berpegang teguh kepada keduanya, yaitu: Kitab Allah dan sunnah Nabi-Nya". [HR. Malik dalam Al-Muwaththa’ juz 2, hal. 899]


Dalam memahami Al Quran, kita perlu memahami sebab-sebab penurunan ayat dan tafsirnya dalam berbagai kitab tafsir. Banyak diantaranya adalah tafsir Al-Qur’an dengan acuan tafsir Al-Qur’an yang dikeluarkan oleh Departemen Agama dan kitab-kitab tafsir lain baik karya ulama-ulama Indonesia maupun karya ulama-ulama dari dunia Islam yang lain. Contohnya Al Jami’ li Ahkamil Qur’an Karya Al Qurthuby, Tafsir Alquranul ‘Adzim Karya Ibn Katsir,  Addarrul Mantsur Fittafsir Bil Ma’tsur Karya Assuyuthy, Tafsir Al Mishbah Karya Muhammad Quraish Shihab, dan kitab-kitab tafsir lainnya.


Sedangkan untuk mengetahui berbagai hadis, kita sebagai kaum muslim perlu memiliki berbagai kitab atau kumpulan hadis sahih sebagai dasar kita dalam ibadah maupun di kehidupan sosial sehari-hari. Banyak diantara kitab-kitab hadis yang terkenal, diantaranya Riyadhus Shalihin, Nailul Authar, Al Muwaththa’, Minhajul Muslim, Syu'abul Iman, Syarah Hadis Arbain, dan lain sebagainya.



Ma'asyiral muslimin wal muslimat rahimakumullah.
Oleh sebab itu, bila kita belajar Agama Islam sepanjang usia kita tidak pernah khatam karena begitu luasnya ilmu di dalam Al Qur’an dan As Sunnah. Meski demikian, marilah berupaya semaksimal mungkin untuk belajar Agama sehingga kita memperoleh kebaikan. Ahirnya, didalam sebuah hadis menjelaskan:


عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ اَبِى سُفْيَانَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِى الدِّيْنِ. مسلم 3: 1524
Dari Mu'awiyah bin Abu Sufyan, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang Allah menghendaki kebaikan kepadanya, maka Allah akan memberinya kefahaman dalam agama". [HR. Muslim juz 3, hal. 1524]