Monday, April 29, 2024

Rukun Haji: Bercukur


 

Umat Islam yang berusaha menjalankan syariat Islam dalam hidupnya tentu mengimpikan melaksanakan ibadah haji dan umrah. Ibadah haji merupakan salah satu di antaranya rukun Islam. Namun demikian, dalam praktiknya ibadah haji di tanah haram tidak terlepas dari ibadah umrah. Bagi kita yang masih awam tentunya akan banyak bertanya-tanya bagaimana pelaksanaan ibadah haji dan umrah. Supaya mampu menjawab pertanyaan kita bersama tersebut, pada kesempatan kali ini akan membahas mengenai rukun haji: bercukur.

 

A. Pengertian Bercukur

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menerangkan arti bercukur adalah memotong (membersihkan) janggut (cambang) sendiri dengan pisau cukur. Bercukur juga diartikan sudah dicukur (tentang janggut dan sebagainya). Buku Tuntunan Manasik Haji dan Umrah terbitan Kementerian Agama Republik Indonesia tahun 2023 menerangkan bahwa dalam ibadah haji, praktek yang lazim dilakukan, bercukur dilakukan pada tanggal 10 Zulhijjah setelah jemaah melempar Jamrah Kubra. Inilah yang disebut tahalul awal. Namun, bercukur bisa dilaksanakan baik sebelum maupun setelah lempar Jamrah Aqabah. Tahalul atau ada yang menulis dengan tahallul adalah keadaan seseorang yang telah dihalalkan melakukan perbuatan yang sebelumnya dilarang selama ihram. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menerangkan arti tahalul yaitu mencukur atau menggunting rambut kepala. Tahalul juga diartikan dalam keadaan menjadi boleh; diperbolehkan seseorang melakukan pekerjaan atau kegiatan yang tadinya terlarang selama mengerjakan ibadah haji atau umrah (ditandai dengan bercukur atau memotong beberapa helai rambut); selain itu tahalul juga diartikan sebagai penghalalan. Buku Bimbingan Praktis Manasik Haji KBIH MTA tahun 2016 menyebutkan bahwa tahalul adalah keadaan seseorang yang telah dibolehkan melakukan perbuatan yang sebelumnya dilarang selama berihram. Riwayat Rasulullah mencukur rambutnya pada haji wada adalah sebagai berikut.

 

Hadis Ke-1

صحيح مسلم ٢٢٩٧: و حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ وَهُوَ ابْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْقَارِيُّ ح و حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا حَاتِمٌ يَعْنِي ابْنَ إِسْمَعِيلَ كِلَاهُمَا عَنْ مُوسَى بْنِ عُقْبَةَ عَنْ نَافِعٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَلَقَ رَأْسَهُ فِي حَجَّةِ الْوَدَاعِ.

Artinya: Shahih Muslim nomor 2297: Dan telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id, telah menceritakan kepada kami Ya'qub bin Abdurrahman Al Qari. Dalam riwayat lain, dan telah menceritakan kepada kami Qutaibah, telah menceritakan kepada kami Hatim bin Isma'il, keduanya dari Musa bin Uqbah dari Nafi' dari Ibnu Umar bahwasanya Rasulullah SAW mencukur rambutnya pada haji wada.

 

B. Macam Tahalul

Tahalul dibagi menjadi dua macam, yaitu tahalul umrah dan tahalul haji. Adapun tahalul haji terdiri atas dua macam, yaitu tahalul awal dan tahalul tsani.

1. Tahalul awal adayang menyebutnya dengan tahalul ashgar. Buku Tuntunan Manasik Haji dan Umrah terbitan Kementerian Agama Republik Indonesia tahun 2023 menerangkan mengenai tahalul awal yaitu keadaan seseorang yang telah melakukan dua di antara kegiatan berikut ini: (a) melontar jamrah Aqabah kemudian memotong rambut kepala atau bercukur; (b) tawaf ifadhah dan sa'i kemudian memotong rambut atau bercukur. Setelah tahalul awal, jemaah boleh berganti pakaian biasa, memakai wewangian dan melakukan semua larangan ihram, kecuali bercumbu dan bersetubuh dengan pasangan. Buku Bimbingan Praktis Manasik Haji KBIH MTA tahun 2016 menyebutkan bahwa tahalul awal adalah keadaan seseorang yang telah melakukan dua di antara tiga pekerjaan, yaitu: (a) melontar jumrah aqabah dan bercukur, atau melontar jumrah aqabah dan tawaf ifadhah serta sai; atau (b) tawaf ifadhah dan sai dan bercukur. Sesudah tahalul awal seseorang boleh berganti pakaian biasa dan memakai wangi-wangian, dan boleh mengerjakan semua yang dilarang selama ihram, akan tetapi masih dilarang bersetubuh dengan istri/ suami. Adapun dalil mengenai dua di antara kegiatan dalam tahalul awal adalah sebagai berikut.

 

a. Melontar jamrah Aqabah kemudian memotong rambut kepala atau bercukur, hadisnya adalah sebagai berikut.

 

Hadis Ke-2

مسند أحمد ٢٣٩٥١: حَدَّثَنَا يَزِيدُ قَالَ أَخْبَرَنَا الْحَجَّاجُ عَنْ أَبِي بَكْرِ بْنِ مُحَمَّدٍ عَنْ عَمْرَةَ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا رَمَيْتُمْ وَحَلَقْتُمْ فَقَدْ حَلَّ لَكُمْ الطِّيبُ وَالثِّيَابُ وَكُلُّ شَيْءٍ إِلَّا النِّسَاءَ.

Artinya: Musnad Ahmad nomor 23951: Telah menceritakan kepada kami Yazid, dia berkata: telah mengabarkan kepada kami Al Hajjaj dari Abi Bakar bin Muhammad dari Amrah dari Aisyah berkata: Rasulullah SAW bersabda: "Apabila kalian telah melempar jamrah dan mencukur rambut maka telah halal bagi kalian untuk berwangi-wangian, berpakaian, dan melakukan segala sesuatu kecuali menggauli istri."

Keterangan: Terkait rawi Al Hajjaj yang bernama Hajjaj bin Arthah bin Tsaur merupakan tabi'ut abi'in kalangan tua dan wafat tahun 145 H. Komentar Ulama tentangnya di antaranya Yahya bin Ma'in mengatakan shaduuq, dan juga laisa bi qowi, serta mudallis, Abu Zur'ah Arrazy mengatakan shaduuq, Abu Zur'ah Arrazy mengatakan yudallis, Abu Hatim Ar Rozy mengatakan yudallis dan shaduuq, Ibnu Hajar Al 'Asqalani mengomentari shaduuq banyak salah, yudallis, dan Ahli Fikih. Muslim meriwayatkan darinya satu hadis.

 

b. Tawaf ifadhah dan sa'i kemudian memotong rambut atau bercukur. Adapun hadisnya adalah sebagai berikut.

 

Hadis Ke-3

مسند الشافعي ٥٨٥: أَخْبَرَنَا أَنَسُ بْنُ عِيَاضٍ، عَنْ مُوسَى بْنِ عُقْبَةَ، عَنْ نَافِعٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ، أَنَّهُ قَالَ: " مَنْ أَدْرَكَ لَيْلَةَ النَّحْرِ مِنَ الْحَاجِّ فَوَقَفَ بِحِيَالِ عَرَفَةَ قَبْلَ أَنْ يَطْلُعَ الْفَجْرُ فَقَدْ أَدْرَكَ الْحَجَّ، وَمَنْ لَمْ يُدْرِكْ عَرَفَةَ فَوَقَفَ بِهَا قَبْلَ أَنْ يَطْلُعَ الْفَجْرُ فَقَدْ فَاتَهُ الْحَجُّ، فَلْيَأْتِ الْبَيْتَ فَلْيَطُفْ بِهِ سَبْعًا، وَيَطُوفُ بَيْنَ الصَّفَا وَالْمَرْوَةِ سَبْعًا، ثُمَّ لِيَحْلِقْ أَوْ يَقْصُرْ إِنْ شَاءَ، وَإِنْ كَانَ مَعَهُ هَدْيُهُ فَلْيَنْحَرْهُ قَبْلَ أَنْ يَحْلِقَ، فَإِذَا فَرَغَ مِنْ طَوَافِهِ وَسَعْيِهِ فَلْيَحْلِقْ أَوْ يَقْصُرْ، ثُمَّ لِيَرْجِعْ إِلَى أَهْلِهِ، فَإِنْ أَدْرَكَهُ الْحَجُّ قَابِلَ فَلْيَحْجُجْ إِنِ اسْتَطَاعَ، وَلْيُهْدِ بَدَنَةً، فَإِنْ لَمْ يَجِدْ هَدْيًا فَلْيَصُمْ عَنْهُ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ فِي الْحَجِّ وَسَبْعَةً إِذَا رَجَعَ إِلَى أَهْلِهِ

Artinya: Musnad Syafi'i nomor 585: telah mengabarkan kepada kami Anas bin Iyadh dari Musa bin Uqbah, dari Nafi', dari Ibnu Umar bahwasannya ia pernah berkata, “Barangsiapa di antara orang yang berhaji menjumpai di malam Hari Raya Kurban sehingga wukuf di bukit Arafah sebelum fajar menyingsing, berarti ia telah menjumpai haji. Barangsiapa yang tidak menjumpai Arafah dan melakukan wukuf padanya sebelum fajar, berarti ia ketinggalan ibadah haji. Hendaklah ia mendatangi Baitullah, lalu melakukan tawaf sebanyak 7 kali, demikian juga sai antara Safa dan Marwah sebanyak 7 kali. Kemudian ia mencukur rambutnya, dan jika suka boleh memotongnya. Apabila ia membawa hewan kurban, hendaklah menyembelihnya sebelum bercukur. Apabila telah selesai dari tawaf dan sai, hendaklah ia mencukur atau memendekkan rambutnya, lalu ia boleh kembali kepada keluarganya jika ia menghendaki. Bila datang lagi kepadanya musim haji pada tahun berikutnya, hendaklah ia melakukan haji jika mampu, dan hendaklah menyembelih seekor hewan kurban. Jika ia tidak menemukan hewan kurban, hendaklah ia berpuasa sebagai gantinya selama 3 hari dalam hari-hari haji dan 7 hari berikutnya bila telah kembali kepada keluarganya.

Keterangan: Terkait kondisi kedua pada tahalul awal, secara jelas terdapat pada hadis riwayat Bukhari nomor 1616 dan senada dengan hadis pada Musnad Syafi'i nomor 585.

 

2. Tahalul tsani ada yang menyebutnya dengan tahalul akbar atau tahalul kedua. Buku Tuntunan Manasik Haji dan Umrah terbitan Kementerian Agama Republik Indonesia tahun 2023 menerangkan mengenai tahalul tsani adalah keadaan ketika seorang jemaah telah melakukan tiga kegiatan haji, yaitu melontar Jamrah Aqabah, memotong atau mencukur rambut, dan tawaf ifadhah serta sai. Setelah tahalul tsani, jemaah boleh bersetubuh dengan pasangannya. Buku Bimbingan Praktis Manasik Haji KBIH MTA tahun 2016 menyebutkan bahwa tahalul tsani adalah keadaan seseorang yang telah melakukan tiga perbuatan, yaitu: melontar jumrah aqabah , bercukur, dan tawaf ifadhah serta sai. Bagi yang telah melakukan sai setelah tawaf qudum (haji ifrad dan qiran) tidak perlu melakukan sai setelah tawaf ifadhah. Sesudah tahalul tsani seseorang jemaah boleh bersetubuh dengan suami/ istri. Adapun dalilnya adalah sebagai berikut.

 

Hadis Ke-4

صحيح مسلم ٢١٢٨: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ يُونُسَ حَدَّثَنَا زُهَيْرٌ حَدَّثَنَا أَبُو الزُّبَيْرِ عَنْ جَابِرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ح و حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى وَاللَّفْظُ لَهُ أَخْبَرَنَا أَبُو خَيْثَمَةَ عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ عَنْ جَابِرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: خَرَجْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُهِلِّينَ بِالْحَجِّ مَعَنَا النِّسَاءُ وَالْوِلْدَانُ، فَلَمَّا قَدِمْنَا مَكَّةَ طُفْنَا بِالْبَيْتِ وَبِالصَّفَا وَالمَرْوَةِ فَقَالَ لَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ لَمْ يَكُنْ مَعَهُ هَدْيٌ فَلْيَحْلِلْ. قَالَ: قُلْنَا: أَيُّ الْحِلِّ؟ قَالَ: الْحِلُّ كُلُّهُ. قَالَ: فَأَتَيْنَا النِّسَاءَ وَلَبِسْنَا الثِّيَابَ وَمَسِسْنَا الطِّيبَ. فَلَمَّا كَانَ يَوْمُ التَّرْوِيَةِ أَهْلَلْنَا بِالْحَجِّ وَكَفَانَا الطَّوَافُ الْأَوَّلُ بَيْنَ الصَّفَا وَالْمَرْوَةِ، فَأَمَرَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ نَشْتَرِكَ فِي الْإِبِلِ وَالْبَقَرِ كُلُّ سَبْعَةٍ مِنَّا فِي بَدَنَةٍ.

Artinya: Shahih Muslim nomor 2128: Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Yunus, telah menceritakan kepada kami Zuhair, telah menceritakan kepada kami Abu Zubair dari Jabir RA. Dalam riwayat lain, dan telah meceritakan kepada kami Yahya bin Yahya, lafal juga darinya, telah mengabarkan kepada kami Abu Khaitsamah dari Abu Zubair dari Jabir RA, ia berkata: Kami pergi bersama Rasulullah SAW berihram haji, ikut bersama kami para perempuan dan anak-anak. Setelah kami tiba di Makkah, kami lalu melakukan tawaf di Kakbah, dan sai antara Safa dan Marwah. Kemudian Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang tidak membawa hadyu (binatang sembelihan), hendaklah bertahalul.” Jabir berkata: Kami bertanya, “Apa sajakah yang dihalalkan?” Rasulullah SAW menjawab, “Halal semuanya.” Jabir berkata: Lalu kami menggauli istri, memakai pakaian biasa, dan memakai minyak wangi. Ketika hari Tarwiyah (tanggal 8 Zulhijah), kami melakukan ihram haji. Dan mencukupi pada kami tawaf yang pertama antara Safa dan Marwah (bagi yang berhaji qiran). Kemudian Rasulullah SAW menyuruh kami supaya gabungan menyembelih seekor unta atau lembu untuk tujuh orang.”

 

C. Hukum Tahalul

Tahalul sendiri merupakan rukun haji sehingga termasuk kewajiban dalam berhaji. Adapun dalil mengenai tahalul adalah sebagai berikut.

 

Dalil Al-Qur’an Ke-1

﴿ لَقَدْ صَدَقَ اللّٰهُ رَسُوْلَهُ الرُّءْيَا بِالْحَقِّ ۚ لَتَدْخُلُنَّ الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ اٰمِنِيْنَۙ مُحَلِّقِيْنَ رُءُوْسَكُمْ وَمُقَصِّرِيْنَۙ لَا تَخَافُوْنَ ۗفَعَلِمَ مَا لَمْ تَعْلَمُوْا فَجَعَلَ مِنْ دُوْنِ ذٰلِكَ فَتْحًا قَرِيْبًا ﴾ ( الفتح: ٢٧)

Artinya; Sungguh, Allah benar-benar akan membuktikan kepada Rasul-Nya tentang kebenaran mimpinya dengan sebenar-benarnya, (yaitu) bahwa kamu pasti akan memasuki Masjidilharam, jika Allah menghendaki, dalam keadaan aman, dengan mencukur rambut kepala,696) dan memendekkannya, sedang kamu tidak merasa takut. Allah mengetahui apa yang tidak kamu ketahui dan sebelum itu Dia telah memberikan kemenangan yang dekat.697) (QS. Al Fath: 27)

Catatan:

696) Yang dimaksud dengan mencukur rambut kepala adalah tahalul setelah umrah.

697) Selang beberapa lama sebelum terjadi Perjanjian Hudaibiah, Nabi Muhammad SAW bermimpi bahwa beliau bersama para sahabatnya memasuki kota Makkah dan Masjidilharam. Sebagian mereka menggunduli rambut dan yang lain memendekkannya. Nabi mengatakan bahwa mimpi beliau itu akan terjadi. Kemudian, berita ini tersiar di kalangan kaum muslim, orang-orang munafik, serta orang-orang Yahudi dan Nasrani. Setelah Perjanjian Hudaibiah tercapai dan kaum muslim gagal memasuki Makkah, orang-orang munafik memperolok-olokkan Nabi dan menyatakan bahwa mimpi beliau adalah bohong belaka. Maka, turunlah ayat ini yang menyatakan bahwa mimpi Nabi itu pasti akan menjadi kenyataan pada tahun yang akan datang. Sekiranya pada tahun terjadinya Perjanjian Hudaibiah itu kaum muslim memasuki kota Makkah, dikhawatirkan jiwa orang-orang Makkah yang menyembunyikan imannya akan terancam. Selain itu juga ada hadis yang menerangkan riwayat Rasulullah para sahabat bertahalul.

 

Hadis Ke-5

صحيح مسلم ٢١٣٢: حَدَّثَنَا ابْنُ نُمَيْرٍ حَدَّثَنِي أَبِي حَدَّثَنَا عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ أَبِي سُلَيْمَانَ عَنْ عَطَاءٍ عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ: أَهْلَلْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالْحَجِّ، فَلَمَّا قَدِمْنَا مَكَّةَ أَمَرَنَا أَنْ نَحِلَّ وَنَجْعَلَهَا عُمْرَةً فَكَبُرَ ذَلِكَ عَلَيْنَا وَضَاقَتْ بِهِ صُدُورُنَا، فَبَلَغَ ذَلِكَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. فَمَا نَدْرِي أَشَيْءٌ بَلَغَهُ مِنْ السَّمَاءِ أَمْ شَيْءٌ مِنْ قِبَلِ النَّاسِ، فَقَالَ: أَيُّهَا النَّاسُ، أَحِلُّوا، فَلَوْلَا الْهَدْيُ الَّذِي مَعِي فَعَلْتُ كَمَا فَعَلْتُمْ. قَالَ: فَأَحْلَلْنَا حَتَّى وَطِئْنَا النِّسَاءَ وَفَعَلْنَا مَا يَفْعَلُ الْحَلَالُ حَتَّى إِذَا كَانَ يَوْمُ التَّرْوِيَةِ وَجَعَلْنَا مَكَّةَ بِظَهْرٍ أَهْلَلْنَا بِالْحَجِّ.

Artinya: Shahih Muslim nomor 2132: Telah menceritakan kepada kami Ibnu Numair, telah menceritakan kepadaku Bapakku, telah menceritakan kepada kami Abdul Malik bin Abu Sulaiman dari Atha` dari Jabir bin Abdullah RA, ia berkata: Kami berihram haji bersama Rasulullah SAW. Setelah tiba di Makkah, beliau menyuruh kami (setelah tawaf dan sai) supaya bertahalul dan menjadikannya ihram ‘umrah. Kami merasa keberatan dan hati kami kecewa dengan perintah Rasulullah SAW tersebut. Kemudian kejadian itu sampai kepada Nabi SAW, kami tidak tahu apakah beliau mengetahui hal itu dari langit atau dari orang-orang. Kemudian beliau bersabda, “Wahai para manusia, bertahalullah kalian. Seandainya saya tidak membawa binatang sembelihan, tentu saya akan melakukan seperti yang kalian lakukan.” Jabir berkata: Lalu kami bertahalul. Lalu kami mengumpuli istri dan melakukan apa yang dilakukan oleh orang yang tidak berihram. Ketika memasuki hari tarwiyah, kami meninggalkan Makkah (menuju Mina) dengan berihram haji.”

 

Hadis Ke-6

صحيح البخاري ١٦١٦: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَبِي بَكْرٍ حَدَّثَنَا فُضَيْلُ بْنُ سُلَيْمَانَ حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ عُقْبَةَ أَخْبَرَنِي كُرَيْبٌ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ: لَمَّا قَدِمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَكَّةَ أَمَرَ أَصْحَابَهُ أَنْ يَطُوفُوا بِالْبَيْتِ وَبِالصَّفَا وَالْمَرْوَةِ ثُمَّ يَحِلُّوا وَيَحْلِقُوا أَوْ يُقَصِّرُوا.

Artinya: Shahih Bukhari nomor 1616: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abu Bakar, telah menceritakan kepada kami Fudhail bin Sulaiman, telah menceritakan kepada kami Musa bin 'Uqbah, telah mengabarkan kepada saya Kuraib dari Ibnu 'Abbas RA, ia berkata: Setelah Nabi SAW tiba di Makkah, beliau menyuruh para sahabat supaya tawaf di Baitullah, dan sai antara Safa dan Marwah, kemudian bertahalul, mencukur atau memotong rambut.

Keterangan: Bagi yang mengerjakan haji tamatuk selesai mengerjakan sai antara Safa dan Marwah, lalu tahalul (memotong rambut) maka sudah bebas dari seluruh larangan ihram, tinggal menunggu hari Tarwiyah untuk mengerjakan haji.

 

D. Tata Cara Bercukur sebagai Tahalul

Buku Tuntunan Manasik Haji dan Umrah terbitan Kementerian Agama Republik Indonesia tahun 2023 menerangkan mengenai tata cara tahalul. Setelah selesai melaksanakan sai, bagi jemaah yang melaksanakan haji tamattu' bercukur/ memotong rambut kepala. Dengan demikian, selesailah pelaksanaan umrah. Adapun dalil mengenai tata cara tahalul adalah sebagai berikut.

 

Hadis Ke-7

صحيح مسلم ٢٢٩٨: حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى أَخْبَرَنَا حَفْصُ بْنُ غِيَاثٍ عَنْ هِشَامٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ سِيرِينَ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَتَى مِنًى فَأَتَى الْجَمْرَةَ فَرَمَاهَا ثُمَّ أَتَى مَنْزِلَهُ بِمِنًى وَنَحَرَ ثُمَّ قَالَ لِلْحَلَّاقِ: خُذْ. وَأَشَارَ إِلَى جَانِبِهِ الْأَيْمَنِ ثُمَّ الْأَيْسَرِ، ثُمَّ جَعَلَ يُعْطِيهِ النَّاسَ. و حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَابْنُ نُمَيْرٍ وَأَبُو كُرَيْبٍ قَالُوا أَخْبَرَنَا حَفْصُ بْنُ غِيَاثٍ عَنْ هِشَامٍ بِهَذَا الْإِسْنَادِ أَمَّا أَبُو بَكْرٍ فَقَالَ فِي رِوَايَتِهِ لِلْحَلَّاقِ هَا وَأَشَارَ بِيَدِهِ إِلَى الْجَانِبِ الْأَيْمَنِ هَكَذَا فَقَسَمَ شَعَرَهُ بَيْنَ مَنْ يَلِيهِ قَالَ ثُمَّ أَشَارَ إِلَى الْحَلَّاقِ وَإِلَى الْجَانِبِ الْأَيْسَرِ فَحَلَقَهُ فَأَعْطَاهُ أُمَّ سُلَيْمٍ وَأَمَّا فِي رِوَايَةِ أَبِي كُرَيْبٍ قَالَ فَبَدَأَ بِالشِّقِّ الْأَيْمَنِ فَوَزَّعَهُ الشَّعَرَةَ وَالشَّعَرَتَيْنِ بَيْنَ النَّاسِ ثُمَّ قَالَ بِالْأَيْسَرِ فَصَنَعَ بِهِ مِثْلَ ذَلِكَ ثُمَّ قَالَ هَا هُنَا أَبُو طَلْحَةَ فَدَفَعَهُ إِلَى أَبِي طَلْحَةَ.

Artinya: Shahih Muslim nomor 2298: Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya, telah mengabarkan kepada kami Hafsh bin Ghiyats dari Hisyam dari Muhammad bin Sirin dari Anas bin Malik bahwasanya Rasulullah SAW datang ke Mina, lalu beliau datang ke tempat jamrah dan melemparnya. Kemudian beliau datang ke tempat singgahnya di Mina dan menyembelih hadyu. Kemudian beliau bersabda kepada tukang cukur, “Ambillah”, dan beliau menunjuk (kepala beliau) sebelah kanan, kemudian sebelah kiri, kemudian beliau memberikan rambutnya kepada orang-orang. Dan telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah dan Ibnu Numair dan Abu Kuraib, mereka berkata: telah mengabarkan kepada kami Hafsh bin Ghiyats dari Hisyam dengan isnad ini. Adapun Abu Bakr, maka ia berkata dalam riwayatnya: (Beliau bersabda kepada tukang cukur): "HAA (cukurlah rambutku)." Beliau sambil memberi isyarat ke arah kepala bagian kanannya seperti ini. Lalu beliau membagi-bagikan rambutnya kepada mereka yang berada di dekat beliau. Setelah itu beliau memberi isyarat kembali ke arah kepadala bagian kiri, maka tukang cukur itu pun mencukurnya, dan beliau pun memberikan rambut itu kepada Ummu Sulaim. Adapun dalam riwayat Abu Kuraib ia menyebutkan: Tukang cukur itu pun memulainya dari rambut sebelah kanan seraya membagikannya kepada orang-orang, baru pindah ke sebelah kiri dan juga berbuat seperti itu. Kemudian beliau bersabda: "Ambilah ini wahai Abu Thalhah." Akhirnya beliau pun memberikannya kepada Abu Thalhah.

 

Hadis Ke-8

صحيح مسلم ٢٣٠٠: و حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي عُمَرَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ سَمِعْتُ هِشَامَ بْنَ حَسَّانَ يُخْبِرُ عَنْ ابْنِ سِيرِينَ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: لَمَّا رَمَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْجَمْرَةَ وَنَحَرَ نُسُكَهُ وَحَلَقَ نَاوَلَ الْحَالِقَ شِقَّهُ الْأَيْمَنَ فَحَلَقَهُ ثُمَّ دَعَا أَبَا طَلْحَةَ الْأَنْصَارِيَّ فَأَعْطَاهُ إِيَّاهُ ثُمَّ نَاوَلَهُ الشِّقَّ الْأَيْسَرَ، فَقَالَ: احْلِقْ فَحَلَقَهُ. فَأَعْطَاهُ أَبَا طَلْحَةَ فَقَالَ: اقْسِمْهُ بَيْنَ النَّاسِ.

Artinya: Shahih Muslim 2300: Dan telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Umar, telah menceritakan kepada kami Sufyan, saya mendengar Hisyam bin Hassan mengabarkan dari Ibnu Sirin dari Anas bin Malik, ia berkata: Setelah Rasulullah SAW melempar jumrah dan menyembelih hadyu, lalu mencukur rambutnya, beliau menyerahkan kepala beliau sebelah kanan kepada tukang cukur, lalu ia mencurkurnya, kemudian beliau memanggil Abu Thalhah Al-Anshari lalu memberikan rambut itu kepadanya. Kemudian beliau menyerahkan kepalanya yang sebelah kiri kepada tukang cukur dan bersabda, “Cukurlah,” kemudian ia mencukurnya, lalu beliau memberikan rambut itu kepada Abu Thalhah dan bersabda, “Bagi-bagikanlah kepada orang-orang.”

 

Sebagaimana hadis menerangkan bahwa yang dicukur adalah bagian kanan terlebih dahulu, baru kemudian sebelah kiri. Ketentuan cara memotong rambut adalah sebagai berikut.

 

1. Laki-laki mencukur gundul atau memotong sebagian rambut kepala sambil membaca doa mencukur rambut. Hal tersebut sebagaimana hadis berikut.

 

Hadis Ke-9

صحيح البخاري ١٦١٢: حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ أَخْبَرَنَا مَالِكٌ عَنْ نَافِعٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: اللَّهُمَّ ارْحَمِ الْمُحَلِّقِينَ، قَالُوا: وَالْمُقَصِّرِينَ يَا رَسُولَ اللَّهِ، قَالَ: اللَّهُمَّ ارْحَمِ الْمُحَلِّقِينَ، قَالُوا: وَالْمُقَصِّرِينَ يَا رَسُولَ اللَّهِ، قَالَ: وَالْمُقَصِّرِينَ. وَقَالَ اللَّيْثُ حَدَّثَنِي نَافِعٌ رَحِمَ اللَّهُ الْمُحَلِّقِينَ مَرَّةً أَوْ مَرَّتَيْنِ قَالَ وَقَالَ عُبَيْدُ اللَّهِ حَدَّثَنِي نَافِعٌ وَقَالَ فِي الرَّابِعَةِ وَالْمُقَصِّرِينَ.

Artinya: Shahih Bukhari nomor 1612: Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Yusuf, telah mengabarkan kepada kami Malik dari Nafi' dari 'Abdullah bin 'Umar RA bahwa Rasulullah SAW berdoa: “Alloohummarhamil muhalliqiin” (Ya Allah berilah rahmat kepada orang-orang yang bercukur).” Para sahabat berkata, “Wal muqoshshiriin, ya Rasuulallooh (Dan kepada orang-orang yang memotong rambutnya, ya Rosulullah).” Beliau berdoa, Alloohummarhamil muhalliqiin“ (Ya Allah berilah rahmat kepada orang-orang yang bercukur).” Para sahabat berkata, “Wal muqoshshiriin, ya Rosuulallooh (Dan kepada orang-orang yang memotong rambutnya, ya Rasulullah)”. Beliau SAW bersabda, “Wal muqoshshiriin (Dan kepada orang-orang yang memotong rambutnya).” Dan Al Laits berkata: telah menceritakan kepada saya Nafi', (ia berkata: Beliau bersabda:) "Allah merahmati orang-orang yang mencukur rambutnya". sekali atau dua kali. Dia berkata: dan berkata 'Ubaidullah: telah menceritakan kepada saya Nafi': dan Beliau berkata pada ucapan yang keempat: "Dan bagi orang-orang yang hanya memendekkan rambutnya."

 

Hadis Ke-10

صحيح مسلم ٢٢٩٦: حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا وَكِيعٌ وَأَبُو دَاوُدَ الطَّيَالِسِيُّ عَنْ شُعْبَةَ عَنْ يَحْيَى بْنِ الْحُصَيْنِ عَنْ جَدَّتِهِ أَنَّهَا، سَمِعَتْ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي حَجَّةِ الْوَدَاعِ دَعَا لِلْمُحَلِّقِينَ ثَلَاثًا وَلِلْمُقَصِّرِينَ مَرَّةً. وَلَمْ يَقُلْ وَكِيعٌ فِي حَجَّةِ الْوَدَاعِ.

Artinya: Shahih Muslim nomor 2296: Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah, telah menceritakan kepada kami Waki' dan Abu Dawud Ath Thiyalisi dari Syu'bah dari Yahya bin Hushain dari Neneknya bahwasanya ia mendengar Nabi SAW berdoa ketika haji wada, untuk orang-orang yang mencukur rambutnya tiga kali, dan untuk orang-orang yang memotong rambutnya satu kali. Namun Waki' tidak menyebutkan: "Pada saat haji wada.

 

2. Perempuan memotong sebagian rambut kepala minimal tiga helai. Pendapat lain mengemukakan bahwa perempuan bercukur untuk tahalul adalah dengan memendekkan rambutnya. Hal tersebut sebagaimana hadis berikut.

 

Hadis Ke-11

سنن الدارمي ١٨٢٦:  أَخْبَرَنَا عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ الْمَدِينِيُّ حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ يُوسُفَ حَدَّثَنَا ابْنُ جُرَيْجٍ أَخْبَرَنِي عَبْدُ الْحَمِيدِ بْنُ جُبَيْرٍ عَنْ صَفِيَّةَ بِنْتِ شَيْبَةَ قَالَتْ أَخْبَرَتْنِي أُمُّ عُثْمَانَ بِنْتُ أَبِي سُفْيَانَ أَنَّ ابْنَ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْسَ عَلَى النِّسَاءِ حَلْقٌ إِنَّمَا عَلَى النِّسَاءِ التَّقْصِيرُ

Artinya: Sunan Darimi nomor 1826: Telah mengabarkan kepada kami Ali bin Abdullah Al Madini, telah menceritakan kepada kami Hisyam bin Yusuf, telah menceritakan kepada kami Ibnu Juraij, telah mengabarkan kepadaku Abdul Hamid bin Jubair dari Shafiyah binti Syaibah, ia berkata; telah mengabarkan kepadaku Ummu Utsman binti Abu Sufyan bahwa Ibnu Abbas berkata; "Rasulullah SAW bersabda: “Tidak ada pada perempuan (ketika tahalul) mencukur (menggundul) rambut, sesungguhnya yang ada pada wanita hanyalah memotong rambut.”

 

Hadis Ke-12

سنن أبي داوود ١٦٩٤: حَدَّثَنَا أَبُو يَعْقُوبَ الْبَغْدَادِيُّ ثِقَةٌ حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ يُوسُفَ عَنْ ابْنِ جُرَيْجٍ عَنْ عَبْدِ الْحَمِيدِ بْنِ جُبَيْرِ بْنِ شَيْبَةَ عَنْ صَفِيَّةَ بِنْتِ شَيْبَةَ قَالَتْ أَخْبَرَتْنِي أُمُّ عُثْمَانَ بِنْتُ أَبِي سُفْيَانَ أَنَّ ابْنَ عَبَّاسٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لَيْسَ عَلَى النِّسَاءِ الْحَلْقُ إِنَّمَا عَلَى النِّسَاءِ التَّقْصِيرُ.

Artinya: Sunan Abu Daud nomor 1694: Telah menceritakan kepada kami Abu Ya'qub Al Baghdadi, ia adalah orang-orang tsiqah, telah menceritakan kepada kami Hisyam bin Yusuf dari Ibnu Juraij dari Abdul Hamid bin Jubair bin Syaibah dari Shafiyyah binti Syaibah, ia berkata: telah mengabarkan kepadaku Ummu Utsman binti Abu Sufyan bahwa Ibnu Abbas berkata: Rasulullah SAW bersabda: “ Tidak ada pada wanita (ketika tahallul) mencukur (menggundul) rambut, sesungguhnya yang ada pada wanita hanyalah memotong rambut.”

 

3. Jemaah yang kepalanya botak cukup menempelkan pisau cukur atau gunting di kepala sebagai isyarat mencukur rambut. Setelah jemaah bercukur/ memotong rambut kepala, ibadah umrah yang dia lakukan sudah selesai dan terbebas dari larangan-larangan ihram (tahalul). Hadis tentang menempelkan pisau cukur atau gunting di kepala sebagai isyarat mencukur rambut bagi jemaah yang kepalanya botak adalah sebagai berikut.

 

Hadis Ke-13

سنن الدارقطني ٢٥٦٥: نا أَحْمَدُ بْنُ إِسْحَاقَ بْنِ بُهْلُولٍ، نا مُؤَمَّلُ بْنُ إِهَابٍ، نا يَحْيَى الْجَارِيُّ، عَنْ عَبْدِ الْعَزِيزِ، عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ، عَنْ نَافِعٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ فِي الْأَصْلَعِ يَمُرُّ الْمُوسَى عَلَى رَأْسِهِ.

Artinya: Sunan Daruquthni nomor 2565: telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Ishak bin Al Buhlul, telah menceritakan kepada kami Muammil bin Ihab, telah menceritakan kepada kami Yahya Al Jari, dari Abdul Aziz, dari Ubaidillah, dari Nafi', dari Ibnu Umar tentang orang yang botak kepalanya: "Biarkan pisau cukur lewat di atas kepalanya."

 

E. Melanggar Larangan Ihram Bersetubuh

Buku Tuntunan Manasik Haji dan Umrah terbitan Kementerian Agama Republik Indonesia tahun 2023 menerangkan tentang melanggar larangan ihram bersetubuh dengan istri/ suami, baik sebelum tahalul awal maupun sesudah tahalul awal. Apabila bersetubuh dengan istri/ suami dilakukan sebelum tahalul awal, maka hajinya batal, diwajibkan menyelesaikan hajinya dengan tetap berlaku larangan ihram, wajib mengulang haji tahun berikutnya secara terpisah serta harus membayar kafarat seekor unta. Apabila bersetubuh dengan istri/ suami dilakukan setelah tahalul awal, hajinya tidak batal dan harus membayar kafarat seekor unta. Bila tidak sanggup, dia harus menggantinya dengan menyembelih seekor sapi. Bila tidak mampu, dia menggantinya dengan menyembelih tujuh ekor kambing. Bila tidak mampu juga, dia harus menggantinya dengan memberi makan seharga unta kepada fakir miskin di tanah haram. Kalau tidak mampu juga, dia harus berpuasa dengan hitungan satu hari untuk setiap mud dari harga unta. Pendapat lain mengatakan, jika pelanggaran serupa ini dilakukan sesudah tahalul awal, dam yang harus dia tebus hanya seekor kambing.

 

Kafarat seekor hewan kurban sebagaimana diterangkan pada Musnad Syafi'i nomor 585. Adapun dalil sharih selainnya penulis belum menemukan dan ada kemungkinan pengganti kafarat lainnya sebab bersetubuh setelah tahalul awal adalah kafarat ketika membunuh hewan buruan ketika berihram sebagaimana dalam Al-Qur’an Surat Al Maidah ayat 95. Wallahu a’lam.

 

Dalil Al-Qur’an Ke-2

﴿ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَقْتُلُوا الصَّيْدَ وَاَنْتُمْ حُرُمٌ ۗوَمَنْ قَتَلَهٗ مِنْكُمْ مُّتَعَمِّدًا فَجَزَۤاءٌ مِّثْلُ مَا قَتَلَ مِنَ النَّعَمِ يَحْكُمُ بِهٖ ذَوَا عَدْلٍ مِّنْكُمْ هَدْيًاۢ بٰلِغَ الْكَعْبَةِ اَوْ كَفَّارَةٌ طَعَامُ مَسٰكِيْنَ اَوْ عَدْلُ ذٰلِكَ صِيَامًا لِّيَذُوْقَ وَبَالَ اَمْرِهٖ ۗعَفَا اللّٰهُ عَمَّا سَلَفَ ۗوَمَنْ عَادَ فَيَنْتَقِمُ اللّٰهُ مِنْهُ ۗوَاللّٰهُ عَزِيْزٌ ذُو انْتِقَامٍ  ﴾ ( الماۤئدة: ٩٥)

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu membunuh hewan buruan,223) ketika kamu sedang berihram (haji atau umrah). Siapa di antara kamu membunuhnya dengan sengaja, dendanya (ialah menggantinya) dengan hewan ternak yang sepadan dengan (hewan buruan) yang dibunuhnya menurut putusan dua orang yang adil di antara kamu sebagai hadyu (hewan kurban) yang (dibawa) sampai ke Kakbah224) atau (membayar) kafarat dengan memberi makan orang-orang miskin225) atau berpuasa, seimbang dengan makanan yang dikeluarkan itu,226) agar dia merasakan akibat buruk dari perbuatannya. Allah telah memaafkan perbuatan yang telah lalu.227) Siapa kembali mengerjakannya, pasti Allah akan menyiksanya. Allah Mahaperkasa lagi Maha Memiliki (kekuasaan) untuk membalas. (QS. Al Maidah: 95).

Catatan:

223) Yang dimaksud hewan buruan pada ayat ini adalah hewan yang boleh dimakan maupun tidak, kecuali burung gagak, burung elang, kalajengking, tikus, dan anjing buas, termasuk juga ular, dalam suatu riwayat.

224) Maksud sampai ke Kakbah pada ayat ini adalah yang dibawa sampai ke daerah haram untuk disembelih di sana dan dagingnya dibagikan kepada fakir miskin.

225) Membayar kafarat harus sepadan dengan harga hewan ternak pengganti hewan yang dibunuh itu.

226) Puasa yang dilakukan sama jumlah harinya dengan jumlah mud yang diberikan kepada fakir miskin, yaitu seharga hewan yang dibunuh, dengan catatan, seorang fakir miskin mendapat satu mud (lebih kurang 6,5 ons).

227) Maksud perbuatan yang telah lalu dalam ayat ini adalah membunuh hewan sebelum turun ayat yang mengharamkannya.

 

Demikian di antaranya yang berkaitan dengan haji dan /atau umrah umrah. Semoga yang informasi yang didapat membuat kita punya gambaran mengenai ibadah haji dan umrah. Melalui gambaran yang ada, kita paham tata cara pelaksanaan ibadah haji dan umrah. Dalil yang kita gunakan untuk beribadah adalah dalil dari Al-Qur’an yang sudah pasti benar dan/ atau hadis shahih atau setidaknya hasan lidzatihi. Adapun selain dalil yang ada, tidak menutup kemungkinan terdapat dalil yang shahih maupun sharih lainnya yang bisa kita gunakan sebagai landasan hukum ibadah.

 

Penulis menyadari bahwa sampai tulisan ini diterbitkan belum pernah melaksanakan ibadah haji dan umrah. Tulisan ini bukan bermaksud menggurui. Namun sebagai sarana penambah wawasan dan pengingat kembali mengenai manasik haji dan umrah. Adapun saran yang membangun untuk menambah wawasan bersama dari pembaca yang sudah berhaji dan berumrah maupun yang belum adalah sangat diharapkan demi ulasan yang lebih baik sesuai Al-Qur’an dan As-Sunah. Bagi yang belum, semoga Allah meridai kita semuanya untuk melaksanakan ibadah haji dan umrah. Semoga kita mampu melaksanakan ibadah haji dan umrah dengan baik dan maksimal sehingga kesempurnaan amal salih tercapai dan akhirnya memperoleh surga sebagaimana janjinya Allah. Aamiin.


 

Monday, April 22, 2024

Rukun Haji: Sai


 

Umat Islam yang berusaha menjalankan syariat Islam dalam hidupnya tentu mengimpikan melaksanakan ibadah haji dan umrah. Ibadah haji merupakan salah satu di antaranya rukun Islam. Namun demikian, dalam praktiknya ibadah haji di tanah haram tidak terlepas dari ibadah umrah. Bagi kita yang masih awam tentunya akan banyak bertanya-tanya bagaimana pelaksanaan ibadah haji dan umrah. Supaya mampu menjawab pertanyaan kita bersama tersebut, pada kesempatan kali ini akan membahas mengenai rukun haji: sai.

 

A. Pengertian Sai

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menerangkan arti sai adalah berjalan dan berlari-lari kecil pulang pergi tujuh kali dari Safa ke Marwah pada waktu melaksanakan ibadah haji atau umrah. Buku Bimbingan Praktis Manasik Haji KBIH MTA tahun 2016 menyebutkan bahwa sai adalah berjalan dari bukit Safa ke bukit Marwah, dan sebaliknya sebanyak 7 (tujuh) kali yang dimulai dari bukit Safa dan berakhir di bukit Marwah. Perjalanan dari bukit Safa ke bukit Marwah atau sebaliknya masing-masing dihitung 1 (satu) kali. Buku Tuntunan Manasik Haji dan Umrah terbitan Kementerian Agama Republik Indonesia tahun 2023 menerangkan bahwa sai menurut bahasa artinya “berjalan” atau “berusaha.” Menurut istilah, sai berarti berjalan dari Safa ke Marwah, bolak-balik sebanyak tujuh kali yang dimulai dari Safa dan berakhir di Marwah, dengan syarat dan cara-cara tertentu. Adapun Syarat sai adalah dengan: (a) didahului dengan tawaf; (b) dimulai dari bukit Safa dan berakhir di bukit Marwah; (c) menyempurnakan tujuh kali perjalanan dari bukit Safa ke bukit Marwah dan sebaliknya dihitung satu kali perjalanan; (d) dilaksanakan di tempat sai. Adapun dalil mengenai sai adalah sebagai berikut.

 

Dalil Al-Qur’an Ke-1

۞ اِنَّ الصَّفَا وَالْمَرْوَةَ مِنْ شَعَاۤىِٕرِ اللّٰهِ ۚ فَمَنْ حَجَّ الْبَيْتَ اَوِ اعْتَمَرَ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِ اَنْ يَّطَّوَّفَ بِهِمَا ۗ وَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًاۙ فَاِنَّ اللّٰهَ شَاكِرٌ عَلِيْمٌ. البقرة: ١٥٨

Artinya: Sesungguhnya Safa dan Marwah merupakan sebagian syiar (agama) Allah.43) Maka, siapa beribadah haji ke Baitullah atau berumrah, tidak ada dosa baginya mengerjakan sai44) antara keduanya. Siapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri,45) lagi Maha Mengetahui. (QS. Al-Baqarah: 158).

Catatan:

43) Yang dimaksud dengan syiar adalah simbol-simbol keagungan agama Allah SWT

44) Sai berarti berjalan dan berlari-lari kecil tujuh kali antara Safa dan Marwah ketika melakukan ibadah haji atau umrah. Ungkapan tidak ada dosa dimaksudkan untuk menghilangkan keberatan sebagian sahabat untuk mengerjakan sai karena Safa dan Marwah merupakan bekas tempat berhala.

45) Maksud Allah SWT mensyukuri hamba-Nya adalah memberi pahala atas amalnya, memaafkan kesalahannya, menambah nikmatnya dan sebagainya.

 

Hadis Ke-1

سنن النسائي ٢٩١٣: أَخْبَرَنَا عَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ قَالَ حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ قَالَ حَدَّثَنَا جَعْفَرُ بْنُ مُحَمَّدٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَابِرٍ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ طَافَ سَبْعًا رَمَلَ ثَلَاثًا وَمَشَى أَرْبَعًا ثُمَّ قَرَأَ {وَاتَّخِذُوا مِنْ مَقَامِ إِبْرَاهِيمَ مُصَلًّى}، فَصَلَّى سَجْدَتَيْنِ وَجَعَلَ الْمَقَامَ بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْكَعْبَةِ ثُمَّ اسْتَلَمَ الرُّكْنَ ثُمَّ خَرَجَ فَقَالَ: {إِنَّ الصَّفَا وَالْمَرْوَةَ مِنْ شَعَائِرِ اللَّهِ}، فَابْدَءُوا بِمَا بَدَأَ اللَّهُ بِهِ.

Artinya: Sunan Nasa'i nomor 2913: Telah mengabarkan kepada kami Ali bin Hujr, ia berkata: telah menceritakan kepada kami Isma'il, ia berkata: telah menceritakan kepada kami Ja'far bin Muhammad dari Bapaknya dari Jabir bahwa Rasulullah SAW tawaf tujuh putaran, tiga putaran dengan berlari kecil, dan empat putaran dengan berjalan biasa, lalu beliau membaca ayat (yang artinya), “Dan jadikanlah makam Ibrahim sebagai tempat salat.” Kemudian beliau menuju belakang makam Ibrahim, lalu salat dua rakaat. Setelah itu beliau kembali mencium Hajar Aswad, lalu keluar (menuju bukit Safa) dan membaca ayat (yang artinya), “Sesungguhnya Safa dan Marwah adalah sebagian dari syiar-syiar Allah.”(QS. Al-Baqarah: 158), maka mulailah dari tempat yang Allah memulainya.”

Keterangan: Makam Ibrahim adalah bekas tapak kaki Nabi Ibrahim ketika membangun Kakbah.

 

Adapun ketika sai hendaknya benar-benar mencontoh apa yang dilakukan oleh Rasulullah. Oleh sebab itu, kita perlu tahu bagaimana tuntunan mengenai sai. Terkait sai, tawaf di Baitullah merupakan syarat untuk dilaksanakannya sai. Hal tersebut konsekuensinya adalah setelah selesai tawaf (berikut dengan menjamah dan salat di makam Ibrahim) adalah melanjutkannya dengan sai. Adapun dalil mengenai hal ini adalah sebagai berikut.

 

Hadis Ke-2

صحيح البخاري ١٥٣٦: حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ عَمْرِو بْنِ دِينَارٍ قَالَ سَأَلْنَا ابْنَ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنْ رَجُلٍ طَافَ بِالْبَيْتِ فِي عُمْرَةٍ وَلَمْ يَطُفْ بَيْنَ الصَّفَا وَالْمَرْوَةِ أَيَأْتِي امْرَأَتَهُ فَقَالَ: قَدِمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَطَافَ بِالْبَيْتِ سَبْعًا وَصَلَّى خَلْفَ الْمَقَامِ رَكْعَتَيْنِ فَطَافَ بَيْنَ الصَّفَا وَالْمَرْوَةِ سَبْعًا {لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ}. وَسَأَلْنَا جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا فَقَالَ لَا يَقْرَبَنَّهَا حَتَّى يَطُوفَ بَيْنَ الصَّفَا وَالْمَرْوَةِ.

Artinya: Shahih Bukhari nomor 1536: Telah menceritakan kepada kami 'Ali bin 'Abdullah, telah menceritakan kepada kami Sufyan dari 'Amru bin Dinar, ia berkata: Kami bertanya kepada Ibnu ‘Umar RA tentang seorang laki-laki yang tawaf di Baitullah dalam umrah, dan ia belum sai antara Safa dan Marwah, apakah ia boleh mendatangi istrinya?. Maka Ibnu ‘Umar berkata, “Nabi SAW tiba di Makkah, lalu tawaf di Baitullah tujuh putaran, dan salat di belakang Makam Ibrahim dua rakaat, lalu sai antara Safa dan Marwah tujuh kali.” Lalu Ibnu ‘Umar membaca ayat (yang artinya): “Sungguh telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagi kalian.” (QS. Al-Ahzaab: 21). Dan kami pernah pula bertanya kepada Jabir bin 'Abdullah RA tentang hal ini. katanya: "Janganlah orang itu mendekati istrinya hingga dia melaksanakan sai antara bukit Safa dan Marwah.

 

B. Hukum Sai

Pelaksanaan sai antara bukit Safa dan Marwah melestarikan pengalaman Siti Hajar (ibu Nabi Ismail AS) ketika ia mondar-mandir antara dua bukit itu untuk mencari air minum bagi dirinya dan putranya. Terdapat dalil yang mengatakan bahwa hukum sai adalah wajib. Dalil tentang kewajiban sai adalah sebagai berikut.

 

Hadis Ke-3

مسند أحمد ٢٦١٩١: حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ عَنْ وَاصِلٍ مَوْلَى أَبِي عُيَيْنَةَ عَنْ مُوسَى بْنِ عُبَيْدٍ عَنْ صَفِيَّةَ بِنْتِ شَيْبَةَ أَنَّ امْرَأَةً أَخْبَرَتْهَا أَنَّهَا، سَمِعَتْ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَيْنَ الصَّفَا وَالْمَرْوَةِ يَقُولُ كُتِبَ عَلَيْكُمْ السَّعْيُ فَاسْعَوْا.

Artinya: Musnad Ahmad nomor 26191: Telah menceritakan kepada kami 'Abdurrazaq, telah mengabarkan kepada kami Ma'mar dari Washil bekas budak Abu 'Uyainah, dari Musa bin Ubaid dari Shafiyah binti Syaibah bahwa seorang wanita menceritakan kepadanya, bahwa dia telah mendengar Nabi SAW bersabda ketika di Safa dan Marwa: "Sai telah diwajibkan atas kalian, maka laksanakanlah."

 

C. Tata Cara Sai

Menurut jumhur ulama, dalam sai tidak dipersyaratkan seseorang harus suci dari hadas besar dan hadas kecil. Sai dikerjakan setelah tawaf ifadhah dan tawaf umrah. Bagi jamaah yang melaksanakan haji ifrad dan qiran tidak perlu melakukan sai lagi ketika melakukan tawaf ifadhah jika ia telah melaksanakan sai setelah tawaf qudum. Tidak ada sai sunat. Sai dimulai dari Safa. Adapun ketika sai berjalan cepat ketika sampai di lembah. Hal tersebut sebagaimana hadis berikut.

 

Hadis Ke-4

صحيح مسلم ٢١٣٧: حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَإِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ جَمِيعًا عَنْ حَاتِمٍ قَالَ أَبُو بَكْرٍ حَدَّثَنَا حَاتِمُ بْنُ إِسْمَعِيلَ الْمَدَنِيُّ عَنْ جَعْفَرِ بْنِ مُحَمَّدٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ: دَخَلْنَا عَلَى جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ فَسَأَلَ عَنْ الْقَوْمِ حَتَّى انْتَهَى إِلَيَّ فَقُلْتُ أَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَلِيِّ بْنِ حُسَيْنٍ فَأَهْوَى بِيَدِهِ إِلَى رَأْسِي فَنَزَعَ زِرِّي الْأَعْلَى ثُمَّ نَزَعَ زِرِّي الْأَسْفَلَ ثُمَّ وَضَعَ كَفَّهُ بَيْنَ ثَدْيَيَّ وَأَنَا يَوْمَئِذٍ غُلَامٌ شَابٌّ فَقَالَ مَرْحَبًا بِكَ يَا ابْنَ أَخِي سَلْ عَمَّا شِئْتَ فَسَأَلْتُهُ وَهُوَ أَعْمَى وَحَضَرَ وَقْتُ الصَّلَاةِ فَقَامَ فِي نِسَاجَةٍ مُلْتَحِفًا بِهَا كُلَّمَا وَضَعَهَا عَلَى مَنْكِبِهِ رَجَعَ طَرَفَاهَا إِلَيْهِ مِنْ صِغَرِهَا وَرِدَاؤُهُ إِلَى جَنْبِهِ عَلَى الْمِشْجَبِ فَصَلَّى بِنَا فَقُلْتُ أَخْبِرْنِي عَنْ حَجَّةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ بِيَدِهِ فَعَقَدَ تِسْعًا فَقَالَ إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَكَثَ تِسْعَ سِنِينَ لَمْ يَحُجَّ ثُمَّ أَذَّنَ فِي النَّاسِ فِي الْعَاشِرَةِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَاجٌّ فَقَدِمَ الْمَدِينَةَ بَشَرٌ كَثِيرٌ كُلُّهُمْ يَلْتَمِسُ أَنْ يَأْتَمَّ بِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَيَعْمَلَ مِثْلَ عَمَلِهِ فَخَرَجْنَا مَعَهُ حَتَّى أَتَيْنَا ذَا الْحُلَيْفَةِ فَوَلَدَتْ أَسْمَاءُ بِنْتُ عُمَيْسٍ مُحَمَّدَ بْنَ أَبِي بَكْرٍ فَأَرْسَلَتْ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَيْفَ أَصْنَعُ قَالَ اغْتَسِلِي وَاسْتَثْفِرِي بِثَوْبٍ وَأَحْرِمِي فَصَلَّى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْمَسْجِدِ ثُمَّ رَكِبَ الْقَصْوَاءَ حَتَّى إِذَا اسْتَوَتْ بِهِ نَاقَتُهُ عَلَى الْبَيْدَاءِ نَظَرْتُ إِلَى مَدِّ بَصَرِي بَيْنَ يَدَيْهِ مِنْ رَاكِبٍ وَمَاشٍ وَعَنْ يَمِينِهِ مِثْلَ ذَلِكَ وَعَنْ يَسَارِهِ مِثْلَ ذَلِكَ وَمِنْ خَلْفِهِ مِثْلَ ذَلِكَ وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَيْنَ أَظْهُرِنَا وَعَلَيْهِ يَنْزِلُ الْقُرْآنُ وَهُوَ يَعْرِفُ تَأْوِيلَهُ وَمَا عَمِلَ بِهِ مِنْ شَيْءٍ عَمِلْنَا بِهِ فَأَهَلَّ بِالتَّوْحِيدِ لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ لَبَّيْكَ لَا شَرِيكَ لَكَ لَبَّيْكَ إِنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ وَالْمُلْكَ لَا شَرِيكَ لَكَ وَأَهَلَّ النَّاسُ بِهَذَا الَّذِي يُهِلُّونَ بِهِ فَلَمْ يَرُدَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَيْهِمْ شَيْئًا مِنْهُ وَلَزِمَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَلْبِيَتَهُ قَالَ جَابِرٌ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ لَسْنَا نَنْوِي إِلَّا الْحَجَّ لَسْنَا نَعْرِفُ الْعُمْرَةَ حَتَّى إِذَا أَتَيْنَا الْبَيْتَ مَعَهُ اسْتَلَمَ الرُّكْنَ فَرَمَلَ ثَلَاثًا وَمَشَى أَرْبَعًا ثُمَّ نَفَذَ إِلَى مَقَامِ إِبْرَاهِيمَ عَلَيْهِ السَّلَام فَقَرَأَ{وَاتَّخِذُوا مِنْ مَقَامِ إِبْرَاهِيمَ مُصَلًّى}. فَجَعَلَ الْمَقَامَ بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْبَيْتِ فَكَانَ أَبِي يَقُولُ وَلَا أَعْلَمُهُ ذَكَرَهُ إِلَّا عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقْرَأُ فِي الرَّكْعَتَيْنِ قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ وَقُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ ثُمَّ رَجَعَ إِلَى الرُّكْنِ فَاسْتَلَمَهُ ثُمَّ خَرَجَ مِنْ الْبَابِ إِلَى الصَّفَا فَلَمَّا دَنَا مِنْ الصَّفَا قَرَأَ {إِنَّ الصَّفَا والْمَرْوَةَ مِنْ شَعَائِرِ اللَّهِ} أَبْدَأُ بِمَا بَدَأَ اللَّهُ بِهِ فَبَدَأَ بِالصَّفَا فَرَقِيَ عَلَيْهِ حَتَّى رَأَى الْبَيْتَ فَاسْتَقْبَلَ الْقِبْلَةَ فَوَحَّدَ اللَّهَ وَكَبَّرَهُ وَقَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ أَنْجَزَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ ثُمَّ دَعَا بَيْنَ ذَلِكَ قَالَ مِثْلَ هَذَا ثَلَاثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ نَزَلَ إِلَى الْمَرْوَةِ حَتَّى إِذَا انْصَبَّتْ قَدَمَاهُ فِي بَطْنِ الْوَادِي سَعَى حَتَّى إِذَا صَعِدَتَا مَشَى حَتَّى أَتَى الْمَرْوَةَ فَفَعَلَ عَلَى الْمَرْوَةِ كَمَا فَعَلَ عَلَى الصَّفَا حَتَّى إِذَا كَانَ آخِرُ طَوَافِهِ عَلَى الْمَرْوَةِ فَقَالَ لَوْ أَنِّي اسْتَقْبَلْتُ مِنْ أَمْرِي مَا اسْتَدْبَرْتُ لَمْ أَسُقْ الْهَدْيَ وَجَعَلْتُهَا عُمْرَةً فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ لَيْسَ مَعَهُ هَدْيٌ فَلْيَحِلَّ وَلْيَجْعَلْهَا عُمْرَةً فَقَامَ سُرَاقَةُ بْنُ مَالِكِ بْنِ جُعْشُمٍ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَلِعَامِنَا هَذَا أَمْ لِأَبَدٍ فَشَبَّكَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَصَابِعَهُ وَاحِدَةً فِي الْأُخْرَى وَقَالَ دَخَلَتْ الْعُمْرَةُ فِي الْحَجِّ مَرَّتَيْنِ لَا بَلْ لِأَبَدٍ أَبَدٍ وَقَدِمَ عَلِيٌّ مِنْ الْيَمَنِ بِبُدْنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَوَجَدَ فَاطِمَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا مِمَّنْ حَلَّ وَلَبِسَتْ ثِيَابًا صَبِيغًا وَاكْتَحَلَتْ فَأَنْكَرَ ذَلِكَ عَلَيْهَا فَقَالَتْ إِنَّ أَبِي أَمَرَنِي بِهَذَا قَالَ فَكَانَ عَلِيٌّ يَقُولُ بِالْعِرَاقِ فَذَهَبْتُ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُحَرِّشًا عَلَى فَاطِمَةَ لِلَّذِي صَنَعَتْ مُسْتَفْتِيًا لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيمَا ذَكَرَتْ عَنْهُ فَأَخْبَرْتُهُ أَنِّي أَنْكَرْتُ ذَلِكَ عَلَيْهَا فَقَالَ صَدَقَتْ صَدَقَتْ مَاذَا قُلْتَ حِينَ فَرَضْتَ الْحَجَّ قَالَ قُلْتُ اللَّهُمَّ إِنِّي أُهِلُّ بِمَا أَهَلَّ بِهِ رَسُولُكَ قَالَ فَإِنَّ مَعِيَ الْهَدْيَ فَلَا تَحِلُّ قَالَ فَكَانَ جَمَاعَةُ الْهَدْيِ الَّذِي قَدِمَ بِهِ عَلِيٌّ مِنْ الْيَمَنِ وَالَّذِي أَتَى بِهِ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِائَةً قَالَ فَحَلَّ النَّاسُ كُلُّهُمْ وَقَصَّرُوا إِلَّا النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَنْ كَانَ مَعَهُ هَدْيٌ فَلَمَّا كَانَ يَوْمُ التَّرْوِيَةِ تَوَجَّهُوا إِلَى مِنًى فَأَهَلُّوا بِالْحَجِّ وَرَكِبَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَصَلَّى بِهَا الظُّهْرَ وَالْعَصْرَ وَالْمَغْرِبَ وَالْعِشَاءَ وَالْفَجْرَ ثُمَّ مَكَثَ قَلِيلًا حَتَّى طَلَعَتْ الشَّمْسُ وَأَمَرَ بِقُبَّةٍ مِنْ شَعَرٍ تُضْرَبُ لَهُ بِنَمِرَةَ فَسَارَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلَا تَشُكُّ قُرَيْشٌ إِلَّا أَنَّهُ وَاقِفٌ عِنْدَ الْمَشْعَرِ الْحَرَامِ كَمَا كَانَتْ قُرَيْشٌ تَصْنَعُ فِي الْجَاهِلِيَّةِ فَأَجَازَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى أَتَى عَرَفَةَ فَوَجَدَ الْقُبَّةَ قَدْ ضُرِبَتْ لَهُ بِنَمِرَةَ فَنَزَلَ بِهَا حَتَّى إِذَا زَاغَتْ الشَّمْسُ أَمَرَ بِالْقَصْوَاءِ فَرُحِلَتْ لَهُ فَأَتَى بَطْنَ الْوَادِي فَخَطَبَ النَّاسَ وَقَالَ إِنَّ دِمَاءَكُمْ وَأَمْوَالَكُمْ حَرَامٌ عَلَيْكُمْ كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا فِي شَهْرِكُمْ هَذَا فِي بَلَدِكُمْ هَذَا أَلَا كُلُّ شَيْءٍ مِنْ أَمْرِ الْجَاهِلِيَّةِ تَحْتَ قَدَمَيَّ مَوْضُوعٌ وَدِمَاءُ الْجَاهِلِيَّةِ مَوْضُوعَةٌ وَإِنَّ أَوَّلَ دَمٍ أَضَعُ مِنْ دِمَائِنَا دَمُ ابْنِ رَبِيعَةَ بْنِ الْحَارِثِ كَانَ مُسْتَرْضِعًا فِي بَنِي سَعْدٍ فَقَتَلَتْهُ هُذَيْلٌ وَرِبَا الْجَاهِلِيَّةِ مَوْضُوعٌ وَأَوَّلُ رِبًا أَضَعُ رِبَانَا رِبَا عَبَّاسِ بْنِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ فَإِنَّهُ مَوْضُوعٌ كُلُّهُ فَاتَّقُوا اللَّهَ فِي النِّسَاءِ فَإِنَّكُمْ أَخَذْتُمُوهُنَّ بِأَمَانِ اللَّهِ وَاسْتَحْلَلْتُمْ فُرُوجَهُنَّ بِكَلِمَةِ اللَّهِ وَلَكُمْ عَلَيْهِنَّ أَنْ لَا يُوطِئْنَ فُرُشَكُمْ أَحَدًا تَكْرَهُونَهُ فَإِنْ فَعَلْنَ ذَلِكَ فَاضْرِبُوهُنَّ ضَرْبًا غَيْرَ مُبَرِّحٍ وَلَهُنَّ عَلَيْكُمْ رِزْقُهُنَّ وَكِسْوَتُهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ وَقَدْ تَرَكْتُ فِيكُمْ مَا لَنْ تَضِلُّوا بَعْدَهُ إِنْ اعْتَصَمْتُمْ بِهِ كِتَابُ اللَّهِ وَأَنْتُمْ تُسْأَلُونَ عَنِّي فَمَا أَنْتُمْ قَائِلُونَ قَالُوا نَشْهَدُ أَنَّكَ قَدْ بَلَّغْتَ وَأَدَّيْتَ وَنَصَحْتَ فَقَالَ بِإِصْبَعِهِ السَّبَّابَةِ يَرْفَعُهَا إِلَى السَّمَاءِ وَيَنْكُتُهَا إِلَى النَّاسِ اللَّهُمَّ اشْهَدْ اللَّهُمَّ اشْهَدْ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ أَذَّنَ ثُمَّ أَقَامَ فَصَلَّى الظُّهْرَ ثُمَّ أَقَامَ فَصَلَّى الْعَصْرَ وَلَمْ يُصَلِّ بَيْنَهُمَا شَيْئًا ثُمَّ رَكِبَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى أَتَى الْمَوْقِفَ فَجَعَلَ بَطْنَ نَاقَتِهِ الْقَصْوَاءِ إِلَى الصَّخَرَاتِ وَجَعَلَ حَبْلَ الْمُشَاةِ بَيْنَ يَدَيْهِ وَاسْتَقْبَلَ الْقِبْلَةَ فَلَمْ يَزَلْ وَاقِفًا حَتَّى غَرَبَتْ الشَّمْسُ وَذَهَبَتْ الصُّفْرَةُ قَلِيلًا حَتَّى غَابَ الْقُرْصُ وَأَرْدَفَ أُسَامَةَ خَلْفَهُ وَدَفَعَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَدْ شَنَقَ لِلْقَصْوَاءِ الزِّمَامَ حَتَّى إِنَّ رَأْسَهَا لَيُصِيبُ مَوْرِكَ رَحْلِهِ وَيَقُولُ بِيَدِهِ الْيُمْنَى أَيُّهَا النَّاسُ السَّكِينَةَ السَّكِينَةَ كُلَّمَا أَتَى حَبْلًا مِنْ الْحِبَالِ أَرْخَى لَهَا قَلِيلًا حَتَّى تَصْعَدَ حَتَّى أَتَى الْمُزْدَلِفَةَ فَصَلَّى بِهَا الْمَغْرِبَ وَالْعِشَاءَ بِأَذَانٍ وَاحِدٍ وَإِقَامَتَيْنِ وَلَمْ يُسَبِّحْ بَيْنَهُمَا شَيْئًا ثُمَّ اضْطَجَعَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى طَلَعَ الْفَجْرُ وَصَلَّى الْفَجْرَ حِينَ تَبَيَّنَ لَهُ الصُّبْحُ بِأَذَانٍ وَإِقَامَةٍ ثُمَّ رَكِبَ الْقَصْوَاءَ حَتَّى أَتَى الْمَشْعَرَ الْحَرَامَ فَاسْتَقْبَلَ الْقِبْلَةَ فَدَعَاهُ وَكَبَّرَهُ وَهَلَّلَهُ وَوَحَّدَهُ فَلَمْ يَزَلْ وَاقِفًا حَتَّى أَسْفَرَ جِدًّا فَدَفَعَ قَبْلَ أَنْ تَطْلُعَ الشَّمْسُ وَأَرْدَفَ الْفَضْلَ بْنَ عَبَّاسٍ وَكَانَ رَجُلًا حَسَنَ الشَّعْرِ أَبْيَضَ وَسِيمًا فَلَمَّا دَفَعَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَرَّتْ بِهِ ظُعُنٌ يَجْرِينَ فَطَفِقَ الْفَضْلُ يَنْظُرُ إِلَيْهِنَّ فَوَضَعَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدَهُ عَلَى وَجْهِ الْفَضْلِ فَحَوَّلَ الْفَضْلُ وَجْهَهُ إِلَى الشِّقِّ الْآخَرِ يَنْظُرُ فَحَوَّلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدَهُ مِنْ الشِّقِّ الْآخَرِ عَلَى وَجْهِ الْفَضْلِ يَصْرِفُ وَجْهَهُ مِنْ الشِّقِّ الْآخَرِ يَنْظُرُ حَتَّى أَتَى بَطْنَ مُحَسِّرٍ فَحَرَّكَ قَلِيلًا ثُمَّ سَلَكَ الطَّرِيقَ الْوُسْطَى الَّتِي تَخْرُجُ عَلَى الْجَمْرَةِ الْكُبْرَى حَتَّى أَتَى الْجَمْرَةَ الَّتِي عِنْدَ الشَّجَرَةِ فَرَمَاهَا بِسَبْعِ حَصَيَاتٍ يُكَبِّرُ مَعَ كُلِّ حَصَاةٍ مِنْهَا مِثْلِ حَصَى الْخَذْفِ رَمَى مِنْ بَطْنِ الْوَادِي ثُمَّ انْصَرَفَ إِلَى الْمَنْحَرِ فَنَحَرَ ثَلَاثًا وَسِتِّينَ بِيَدِهِ ثُمَّ أَعْطَى عَلِيًّا فَنَحَرَ مَا غَبَرَ وَأَشْرَكَهُ فِي هَدْيِهِ ثُمَّ أَمَرَ مِنْ كُلِّ بَدَنَةٍ بِبَضْعَةٍ فَجُعِلَتْ فِي قِدْرٍ فَطُبِخَتْ فَأَكَلَا مِنْ لَحْمِهَا وَشَرِبَا مِنْ مَرَقِهَا ثُمَّ رَكِبَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَفَاضَ إِلَى الْبَيْتِ فَصَلَّى بِمَكَّةَ الظُّهْرَ فَأَتَى بَنِي عَبْدِ الْمُطَّلِبِ يَسْقُونَ عَلَى زَمْزَمَ فَقَالَ انْزِعُوا بَنِي عَبْدِ الْمُطَّلِبِ فَلَوْلَا أَنْ يَغْلِبَكُمْ النَّاسُ عَلَى سِقَايَتِكُمْ لَنَزَعْتُ مَعَكُمْ فَنَاوَلُوهُ دَلْوًا فَشَرِبَ مِنْهُ و حَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ حَفْصِ بْنِ غِيَاثٍ حَدَّثَنَا أَبِي حَدَّثَنَا جَعْفَرُ بْنُ مُحَمَّدٍ حَدَّثَنِي أَبِي قَالَ أَتَيْتُ جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ فَسَأَلْتُهُ عَنْ حَجَّةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَسَاقَ الْحَدِيثَ بِنَحْوِ حَدِيثِ حَاتِمِ بْنِ إِسْمَعِيلَ وَزَادَ فِي الْحَدِيثِ وَكَانَتْ الْعَرَبُ يَدْفَعُ بِهِمْ أَبُو سَيَّارَةَ عَلَى حِمَارٍ عُرْيٍ فَلَمَّا أَجَازَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ الْمُزْدَلِفَةِ بِالْمَشْعَرِ الْحَرَامِ لَمْ تَشُكَّ قُرَيْشٌ أَنَّهُ سَيَقْتَصِرُ عَلَيْهِ وَيَكُونُ مَنْزِلُهُ ثَمَّ فَأَجَازَ وَلَمْ يَعْرِضْ لَهُ حَتَّى أَتَى عَرَفَاتٍ فَنَزَلَ.

Artinya: Shahih Muslim nomor 2137: Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah dan Ishaq bin Ibrahim semuanya dari Hatim. Abu Bakr berkata: Telah menceritakan kepada kami Hatim bin Isma'il Al Madani dari Ja'far bin Muhammad dari Bapaknya ia berkata: Kami datang ke rumah Jabir bin Abdullah, lalu ia menanyai kami satu persatu, siapa nama kami masing-masing. Sampai giliranku, kusebutkan namaku Muhammad bin Ali bin Husain. Lalu dibukannya kancing bajuku yang atas dan yang bawah. Kemudian diletakkannya telapak tangannya antara kedua puting susuku. Ketika itu, aku masih muda belia. Lalu dia berkata: “Selamat datang wahai anak saudaraku, tanyakanlah apa yang hendak kamu tanyakan.” Maka aku pun bertanya kepadanya. Dia telah buta. Ketika waktu salat tiba, dia berdiri di atas sehelai sajadah yang selalu dibawanya. Tiap kali sajadah itu diletakkannya ke bahunya, pinggirnya selalu lekat padanya karena kecilnya sajadah itu. Aku bertanya kepadanya, "Terangkanlah kepadaku bagaimana Rasulullah SAW melakukan ibadah haji." Lalu ia bicara dengan isyarat tangannya sambil memegang sembilan anak jarinya. Katanya: Sembilan tahun lamanya beliau menetap di Madinah, namun beliau belum haji. Kemudian beliau memberitahukan bahwa tahun kesepuluh beliau akan naik haji. Karena itu, berbondong-bondonglah orang datang ke Madinah, hendak ikut bersama-sama Rasulullah SAW untuk beramal seperti amalan beliau. Lalu kami berangkat bersama-sama dengan beliau. Ketika sampai di Zulhulaifah, Asma` binti Humais melahirkan putranya, Muhammad bin Abu Bakar. Dia menyuruh untuk menanyakan kepada Rasulullah SAW apa yang harus dilakukannya (karena melahirkan itu). Maka beliau pun bersabda: "Mandi dan pakai kain pembalutmu. Kemudian pakai pakaian ihrammu kembali." Rasulullah SAW salat dua rakaat di masjid Zulhulaifah, kemudian beliau naiki untanya yang bernama Qashwa. Setelah sampai di Baida’, kulihat sekelilingku, alangkah banyaknya orang yang mengiringi beliau, yang berkendaraan dan yang berjalan kaki, di kanan-kiri dan di belakang beliau. Ketika itu turun Al-Qur’an (wahyu), dimana Rasulullah SAW mengerti maksudnya, yaitu sebagaimana petunjuk amal yang harus kami amalkan. Lalu beliau teriakan bacaan talbiyah: “LABBAIKA ALLAHUMMA LABBAIKA LABBAIKA LAA SYARIIKA LAKA LABBAIKA INNALHAMDA WAN NI'MATA LAKA WALMULKU LAA SYARIIKA LAKA (Aku patuhi perintah-Mu ya Allah, aku patuhi, aku patuhi. Tiada sekutu bagi-Mu, aku patuhi perintah-Mu: sesungguhnya puji dan nikmat adalah milik-Mu, begitu pula kerajaan, tiada sekutu bagi-Mu, aku patuhi perintah-Mu).” Maka talbiyah pula orang banyak seperti talbiyah Nabi SAW itu. Rasulullah SAW tidak melarang mereka membacanya, bahkan senantiasa membaca terus-menerus. Niat kami hanya untuk mengerjakan haji, dan kami belum mengenal umrah. Setelah sampai di Baitullah, beliau cium salah satu sudutnya (Hajar Aswad), kemudian beliau tawaf, lari-lari kecil tiga kali dan berjalan biasa empat kali. Kemudian beliau terus menuju ke Makam. Ibrahim AS, lalu beliau baca ayat (yang artinya): "Jadikanlah makam Ibrahim sebagai tempat salat" (QS. Al Baqarah: 125). Lalu ditempatkannya makam itu di antaranya dengan Baitullah. Sementara itu bapakku berkata bahwa Nabi SAW membaca dalam salatnya: "QUL HUWALLAHU AHADL" (QS. Al Ikhlas: 1-4). Dan: "QUL YAA AYYUHAL KAAFIRUUN" (QS. Al Kafirun: 1-6). Kemudian beliau kembali ke sudut Bait (hajar Aswad) lalu diciumnya pula. Kemudian melalui pintu, beliau pergi ke Safa. Setelah dekat ke bukit Safa beliau membaca ayat: "Sesungguhnya Sai antara Safa dan Marwah termasuk lambang-lambang kebesaran Agama Allah" (QS. Al Baqarah: 158). Kemudian mulailah dia melaksanakan perintah Allah. Maka dinaikinya bukit Safa. Setelah kelihatan Baitullah, lalu beliau menghadap ke kiblat seraya mentauhidkan Allah dan mengagungkan-Nya. Dan beliau membaca: "LAA ILAAHA ILAALLAH WAHDAHU LAA SYARIIKA LAHU LAHUL MULKU WA LAHUL HAMDU WA HUWA 'ALAA KULLI SYAI`IN QADIIR LAA ILAAHA ILLALLAH WAHDAHU ANJAZA WA'DAHU WANASHARA 'ABDAHU WAHAZAMAL AHZABA WAHDAH (Tidak ada Tuhan selain Allah yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya, kepunyaan-Nya lah semua kerajaan, dan kepunyaan-Nya-lah segala pujian, dan Dia atas segala sesuatu berkuasa. Tidak ada Tuhan selain Allah yang Maha Esa, yang telah memenuhi janji-Nya, yang telah menolong hamba-Nya, dan yang telah membinasakan musuh-musuh yang bersekutu dengan sendirian). Kemudian di antara itu beliau berdoa, beliau membaca yang demikian itu tiga kali. Kemudian beliau turun, lalu menuju Marwah. Ketika sampai di lembah beliau berlari-lari kecil. Dan ketika jalan menanjak beliau berjalan biasa, sehingga beliau sampai di Marwah, lalu di Marwah itu beliau melakukan sebagaimana yang beliau lakukan di Safa. Tatkala beliau mengakhiri sainya di bukit Marwah, beliau berujar: "Kalau aku belum lakukan apa yang telah aku perbuat, niscaya aku tidak membawa hadya dan menjadikannya umrah." Lalu Suraqah bin Malik bin Ju'tsyum, "Ya, Rasulullah! Apakah untuk tahun ini saja ataukah untuk selama-lamanya?" Rasulullah SAW memperpanjangkan jari-jari tangannya yang lain seraya bersabda: "Memasukkan umrah ke dalam haji. Memasukkan umrah ke dalam haji, tidak! Bahkan untuk selama-lamanya." Sementara itu Ali datang dari Yaman membawa hewan kurban Nabi SAW, didapatinya Fathimah termasuk orang yang tahalul: dia mengenakan pakaian bercelup dan bercelak mata. Ali melarangnya berbuat demikian. Fathimah menjawab, "Bapakku sendiri yang menyuruhku berbuat begini." Ali berkata: Maka aku pergi menemui Rasulullah SAW untuk meminta fatwa terhadap perbuatan Fathimah tersebut. Kujelaskan kepada beliau bahwa aku mencegahnya berbuat demikian. Beliau pun bersabda: "Fathimah benar." Kemudian beliau bertanya: "Apa yang kamu baca ketika hendak menunaikan haji?" Ali berkata: Aku menjawab: "Ya Allah, aku aku niat menunaikan ibadah haji seperti yang dicontohkan oleh Rasul Engkau." Kemudian Ali bertanya, "Tetapi aku membawa hewan kurban, bagaimana itu?" Beliau menjawab: "Kamu jangan tahalul." Ja'far berkata: Jumlah hadya yang dibawa Ali dari Yaman dan yang dibawa Nabi SAW ada seratus ekor. Para jamaah telah tahalul dan bercukur semuanya, melainkan Nabi SAW dan orang-orang yang membawa hadya beserta beliau. Ketika hari Tarwiyah (delapan Zulhijah) tiba, mereka berangkat menuju Mina untuk melakukan ibadah haji. Rasulullah SAW pun segera menaiki untanya. Beliau di Mina shalat Zuhur, ‘Asar, Magrib, ‘Isya dan Subuh. Kemudian menunggu sebentar sehingga matahari terbit. Beliau lalu menyuruh untuk didirikan tenda di Namirah. Kemudian beliau meneruskan perjalanan. Pada saat itu orang-orang Quraisy menganggap bahwa Rasulullah SAW akan berhenti di Masy’aril Haram (sebuah bukit yang terletak di Muzdalifah) seperti yang dahulu dilakukan oleh orang-orang Quraisy pada jaman jahiliyah. Namun anggapan mereka itu salah, ternyata beliau terus melewatinya sampai akhirnya tiba di ‘Arafah. Beliau sudah mendapati sebuah tenda yang telah dipersiapkan untuk beliau di Namirah. Kemudian beliau SAW singgah di tenda itu. Ketika matahari telah condong ke barat, beliau menyuruh supaya unta beliau dipersiapkan. Kemudian beliau menuju ke sebuah lembah yang disebut ‘Uranah. Di tengah-tengah lembah itulah beliau menyampaikan khutbahnya (berpidato) di hadapan manusia. Beliau bersabda, “Wahai manusia. Sesungguhnya darah kalian dan harta kalian adalah haram atas kalian, sebagaimana haramnya hari kalian ini, dan bulan kalian ini dan negeri kalian ini. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya semua urusan jahiliyah yang pernah ada, di bawah dua tapak kakiku ini, sekarang telah dibasmi. Darah-darah jahiliyah sudah dihapus. Sesungguhnya darah yang aku hapus untuk pertama kalinya ialah darahnya Ibnu Rabi’ah bin Al-Harits. Dahulu, dia menyusu serta tumbuh dibesarkan di kalangan Bani Sa’ad, lalu dia dibunuh oleh orang-orang Hudzail. Riba yang berlaku di kalangan kaum jahiliyah juga sudah dihapus. Riba pertama di tengah-tengah kita yang aku hapus ialah riba yang pernah dipraktekkan oleh ‘Abbas bin ‘Abdul Muththalib. Sesungguhnya semua itu telah dihapus. Takutlah kalian kepada Allah mengenai para wanita. Sebab sesungguhnya kalian telah mengambil mereka dengan amanat Allah, dan menghalalkan farji mereka dengan kalimat Allah. Hak kalian atas mereka ialah, sekali-kali mereka tidak boleh membiarkan seorang laki-laki pun yang tidak kamu sukai menginjak tempat tidur kalian. Jika istri-istri itu berbuat demikian, maka pukullah mereka dengan pukulan yang tidak membahayakan. Sedangkan kewajiban kalian terhadap mereka ialah, kalian harus memberikan makan dan pakaian menurut yang patut. “Dan sungguh telah aku tinggalkan untuk kalian, apabila kalian berpegang teguh kepadanya, niscaya kalian tidak akan sesat, yaitu Kitab Allah. Dan kelak kalian akan ditanya tentang diriku, lalu apa jawab kalian?” Orang-orang yang hadir itu menjawab, “Kami bersaksi bahwa engkau telah menyampaikan, melaksanakan dan memberikan nasihat kepada kami.” Kemudian beliau SAW sambil berisyarat mengacungkan jari telunjuknya ke langit dan kepada orang banyak, beliau bersabda, “Ya Allah, saksikanlah. Ya Allah, saksikanlah!” Kalimat itu beliau ulang-ulang sampai tiga kali. Kemudian azan, lalu ikamah, kemudian beliau salat Zuhur, kemudian ikamat, lalu beliau SAW salat ‘Asar. Dan di antara kedua salat fardu itu beliau tidak melaksanakan salat sunah apapun. Setelah selesai salat, kemudian Rasulullah SAW naik ke atas kendaraannya menuju ke tempat wukuf. Beliau jadikan perut untanya (Qashwaa’) rapat kepada batu gunung, dan beliau jadikan jalan yang di lalui orang-orang yang berjalan kaki berada di hadapan beliau, sambil tetap menghadap ke kiblat beliau wukuf di tempat itu sampai matahari terbenam, hilang kekuning-kuningan, sehingga benar-benar terbenam. Setelah itu dengan memboncengkan Usamah, beliau meneruskan perjalanan (ke arah Muzdalifah). Beliau tarik kencang-kencang tali kendali untanya sehingga kepala unta itu menyentuh tempat duduk kendaraan itu, dan beliau berisyarat dengan tangan beliau, “Hai para manusia, perlahan-lahan saja, perlahan-lahan saja.” Dan ketika sampai di tanah pasir yang luas, beliau kendurkan kendali untanya itu sedikit hingga mendaki. Setibanya di Muzdalifah, beliau lalu melakukan salat Magrib dan ‘Isya dengan satu azan dan dua ikamah, dan di antara kedua salat fardu tersebut beliau tidak melakukan salat sunah apapun. Kemudian beliau berbaring sampai terbit fajar. Kemudian beliau melakukan salat Subuh di saat telah tiba waktunya, dengan satu azan dan satu ikamah.” Kemudian beliau tunggangi pula unta Qaswa meneruskan perjalanan sampai ke Masy'aril Haram. Sampai di sana beliau menghadap ke kiblat, berdo'a, takbir, tahlil dan membaca kaliamat tauhid. Beliau wukuf di sana hingga langit kekuning-kuningan dan berangkat sebelum matahari terbit sambil membonceng Fadlal bin Abbas. Fadlal adalah seorang laki-laki berambut indah dan berwajah putih. Ketika beliau berangkat, berangkat pulalah orang-orang besertanya. Fadlal menengok pada mereka, lalu mukanya ditutup oleh Rasulullah SAW dengan tangannya. Tetapi Fadlal menoleh ke arah lain untuk melihat. Rasulullah SAW menutup pula mukanya dengan tangan lain, sehingga Fadlal mengarahkan pandangannya ke tempat lain. Sampai di tengah lembah Muhassir, dipercepatnya untanya melalui jalan tengah yang langsung menembus ke Jumratul Kubra. Sampai di Jumrah yang dekat dengan sebatang pohon, beliau melempar dengan tujuh buah batu kerikil sambil membaca takbir pada setiap lemparan. Kemudian beliau terus ke tempat penyembelihan kurban. Di sana beliau menyembelih enam puluh tiga hewan kurban dengan tangannya dan sisanya diserahkannya kepada Ali untuk menyembelihnya, yaitu hewan kurban bersama-sama dengan anggota jamaah yang lain. Kemudian beliau suruh ambil dari setiap hewan kurban itu sepotong kecil, lalu disuruhnya masak dan kemudian beliau makan dagingnya serta beliau minum kuahnya. Sesudah itu, beliau naiki kendaraan beliau menuju ke Baitullah untuk tawaf. Beliau salat Zuhur di Makah. Sesudah itu, beliau datangi Bani Abdul Muthalib yang sedang menimba sumur zamzam. Beliau bersabda kepada mereka: "Wahai Bani Abdul Muthalib, berilah kami minum. Kalaulah orang banyak tidak akan salah tangkap, tentu akan kutolong kamu menimba bersama-sama." Lalu mereka timbakan seember, dan beliau pun minum daripadanya. Dan telah meceritakan kepada kami Umar bin Hafsh bin Ghiyats, telah menceritakan kepada kami Bapakku, telah menceritakan kepada kami Ja'far bin Muhammad, telah menceritakan kepadaku Bapakku, ia berkata: Saya mendatangi Jabir bin Abdullah dan bertanya kepadanya tentang haji Rasulullah SAW. Lalu ia pun menyebutkan hadis yang serupa dengan hadisnya Hatim bin Isma'il, dan ia menambahkan di dalamnya: Dulu orang-orang disuruh oleh Abu Sayyarah untuk menaiki Himar telanjang. Dan ketika Rasulullah SAW melewati Muzdalifah di Masy'aril Haram, orang-orang Quraisy tidak ragu sedikit pun bahwa beliau akan berhenti di situ dan akan menjadi tempat persinggahannya nanti. Namun beliau melewatinya dan tidak singgah hingga beliau sampai di Arafah dan singgah di sana.

Keterangan: Berjalan cepat di lembah (lari-lari kecil) sekarang ditandai dengan lampu hijau.

 

D. Bacaan Ketika Sai

Bacaan sai diterangkan dalam berbagai dalil dalil. Di antara dalil bacaan sai disebutkan dalam hadis pada Sunan Nasa'i nomor 2913 dan Shahih Muslim nomor 2137. Adapun bacaanya bisa disarikan sebagai berikut.

1. Setelah mendekati bukit Safa atau ketika akan naik ke bukit Safa membaca sebagai berikut.

إِنَّ الصَّفَا وَالْمَرْوَةَ مِنْ شَعَائِرِ اللَّهِ

Transliterasi: Innashshafa wal mawwata min sya’a’irillah

Artinya: Sesungguhnya Safa dan Marwah adalah sebagian dari syiar-syiar Allah.

2. Berjalan biasa di antara Safa dan Marwah, kecuali di sepanjang lampu hijau. Ketika tanda lampu hijau, disunahkan untuk berjalan cepat (berlari-lari kecil).

3. Saat naik ke bukit Safa menghadap Kiblat dan membaca:

لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، اللَّٰهُ أَكْبَرُ

Transliterasi: laa ilaha illaallaah, allahuakbar

Artinya: Tidak ada tuhan selain Allah, Allah Maha Besar

4. Kemudian membaca doa sebagai berikut:

لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ أَنْجَزَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ

Transliterasi: LAA ILAAHA ILAALLAH WAHDAHU LAA SYARIIKA LAHU LAHUL MULKU WA LAHUL HAMDU WA HUWA 'ALAA KULLI SYAI`IN QADIIR LAA ILAAHA ILLALLAH WAHDAHU ANJAZA WA'DAHU WANASHARA 'ABDAHU WAHAZAMAL AHZABA WAHDAH

Artinya: Tidak ada Tuhan selain Allah yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya, kepunyaan-Nya lah semua kerajaan, dan kepunyaan-Nya-lah segala pujian, dan Dia atas segala sesuatu berkuasa. Tidak ada Tuhan selain Allah yang Maha Esa, yang telah memenuhi janji-Nya, yang telah menolong hamba-Nya, dan yang telah membinasakan musuh-musuh yang bersekutu dengan sendirian.

Keterangan: Doa tersebut dibaca sebanyak tiga kali.

5. Kemudian tetap menghadap Kakbah lalu berdoa dengan mengangkat tangan.

6. Bacaan ketika sai pada poin 1, 2, 3, dan 4 juga dibaca ketika naik Marwah.

 

Bacaan ketika sai berdasarkan riwayat lainnya disebutkan dalam hadis riwayat Nasa’i. Adapun hadis yang dimaksud adalah sebagai berikut.

 

Hadis Ke-5

سنن النسائي ٢٩١٢: أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ الْحَكَمِ عَنْ شُعَيْبٍ قَالَ أَنْبَأَنَا اللَّيْثُ عَنْ ابْنِ الْهَادِ عَنْ جَعْفَرِ بْنِ مُحَمَّدٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَابِرٍ قَالَ: طَافَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالْبَيْتِ سَبْعًا رَمَلَ مِنْهَا ثَلَاثًا وَمَشَى أَرْبَعًا ثُمَّ قَامَ عِنْدَ الْمَقَامِ فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ قَرَأَ {وَاتَّخِذُوا مِنْ مَقَامِ إِبْرَاهِيمَ مُصَلًّى} وَرَفَعَ صَوْتَهُ يُسْمِعُ النَّاسَ ثُمَّ انْصَرَفَ فَاسْتَلَمَ ثُمَّ ذَهَبَ فَقَالَ نَبْدَأُ بِمَا بَدَأَ اللَّهُ بِهِ فَبَدَأَ بِالصَّفَا فَرَقِيَ عَلَيْهَا حَتَّى بَدَا لَهُ الْبَيْتُ فَقَالَ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِي وَيُمِيتُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ فَكَبَّرَ اللَّهَ وَحَمِدَهُ ثُمَّ دَعَا بِمَا قُدِّرَ لَهُ ثُمَّ نَزَلَ مَاشِيًا حَتَّى تَصَوَّبَتْ قَدَمَاهُ فِي بَطْنِ الْمَسِيلِ فَسَعَى حَتَّى صَعِدَتْ قَدَمَاهُ ثُمَّ مَشَى حَتَّى أَتَى الْمَرْوَةَ فَصَعِدَ فِيهَا ثُمَّ بَدَا لَهُ الْبَيْتُ فَقَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ قَالَ ذَلِكَ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ ذَكَرَ اللَّهَ وَسَبَّحَهُ وَحَمِدَهُ ثُمَّ دَعَا عَلَيْهَا بِمَا شَاءَ اللَّهُ فَعَلَ هَذَا حَتَّى فَرَغَ مِنْ الطَّوَافِ.

Artinya: Sunan Nasa'i nomor 2912: Telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Abdullah bin Abdul Hakam dari Syu'aib, ia berkata: telah memberitakan kepada kami Al Laits dari Ibnu Al Had dari Ja'far bin Muhammad dari Bapaknya dari Jabir, ia berkata: Rasulullah SAW tawaf di Baitullah sebanyak tujuh putaran, beliau berlari-lari kecil pada tiga putaran yang awal, lalu berjalan biasa pada empat putaran berikutnya. Setelah itu beliau berdiri di Makam Ibrahim, lalu salat sunah dua rakaat, kemudian membaca ayat WATTAKHIDZUU MIN MAQAAMI IBRAAHIIMA MUSHALLAA (yang artinya) “Dan jadikanlah Makam Ibrahim itu sebagai tempat salat” (QS. Al-Baqarah: 125). Dan beliau mengeraskan suaranya agar didengar orang banyak. Kemudian beliau pergi mencium Hajar Aswad, lalu melakukan sai, beliau bersabda, “Kami memulai dengan apa yang Allah memulainya.” Maka beliau memulai dengan mendaki bukit Safa, hingga ketika Baitullah telah terlihat dari atas bukit, beliau membaca “Laa ilaaha illalloohu wahdahu laa syariikalah, lahul mulku wa lahul hamdu, yuhyii wa yumiitu wa huwa ‘alaa kulli syai-in qodiir,” tiga kali. Lalu beliau bertakbir dan bertahmid, lalu berdoa kepada Allah secukupnya. Setelah itu beliau menuruni bukit, sehingga ketika sampai di lembah, beliau berlari kecil menuju Marwah, hingga ketika jalan menanjak, beliau berjalan biasa hingga sampai di Marwah, lalu beliau naik ke atas bukit. Kemudian setelah Baitullah terlihat dari atas bukit, beliau membaca “Laa ilaaha illalloohu wahdahu laa syariikalah, lahul mulku wa lahul hamdu, wa huwa ‘alaa kulli syai-in qodiir,” tiga kali. Kemudian beliau berzikir kepada Allah, bertasbih dan bertahmid kepada-Nya, lalu beliau berdoa secukupnya. Demikianlah yang beliau lakukan ketika sai hingga selesai.

 

E. Berdoa di Bukit Safa Ketika Setelah Tawaf (Sai)

Setelah selesai sai, maka disunahkan berdoa. Adapun berdoa dilaksanakan di Safa. Riwayat yang menjelaskan tentang hal ini adalah sebagai berikut.

 

Hadis Ke-6

صحيح مسلم ٣٣٣١: حَدَّثَنَا شَيْبَانُ بْنُ فَرُّوخَ حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ الْمُغِيرَةِ حَدَّثَنَا ثَابِتٌ الْبُنَانِيُّ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ رَبَاحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ وَفَدَتْ وُفُودٌ إِلَى مُعَاوِيَةَ وَذَلِكَ فِي رَمَضَانَ فَكَانَ يَصْنَعُ بَعْضُنَا لِبَعْضٍ الطَّعَامَ فَكَانَ أَبُو هُرَيْرَةَ مِمَّا يُكْثِرُ أَنْ يَدْعُوَنَا إِلَى رَحْلِهِ فَقُلْتُ أَلَا أَصْنَعُ طَعَامًا فَأَدْعُوَهُمْ إِلَى رَحْلِي فَأَمَرْتُ بِطَعَامٍ يُصْنَعُ ثُمَّ لَقِيتُ أَبَا هُرَيْرَةَ مِنْ الْعَشِيِّ فَقُلْتُ الدَّعْوَةُ عِنْدِي اللَّيْلَةَ فَقَالَ سَبَقْتَنِي قُلْتُ نَعَمْ فَدَعَوْتُهُمْ. فَقَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ أَلَا أُعْلِمُكُمْ بِحَدِيثٍ مِنْ حَدِيثِكُمْ يَا مَعْشَرَ الْأَنْصَارِ ثُمَّ ذَكَرَ فَتْحَ مَكَّةَ فَقَالَ أَقْبَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى قَدِمَ مَكَّةَ فَبَعَثَ الزُّبَيْرَ عَلَى إِحْدَى الْمُجَنِّبَتَيْنِ وَبَعَثَ خَالِدًا عَلَى الْمُجَنِّبَةِ الْأُخْرَى وَبَعَثَ أَبَا عُبَيْدَةَ عَلَى الْحُسَّرِ فَأَخَذُوا بَطْنَ الْوَادِي وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي كَتِيبَةٍ قَالَ فَنَظَرَ فَرَآنِي فَقَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ قُلْتُ لَبَّيْكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَقَالَ لَا يَأْتِينِي إِلَّا أَنْصَارِيٌّ زَادَ غَيْرُ شَيْبَانَ فَقَالَ اهْتِفْ لِي بِالْأَنْصَارِ قَالَ فَأَطَافُوا بِهِ وَوَبَّشَتْ قُرَيْشٌ أَوْبَاشًا لَهَا وَأَتْبَاعًا فَقَالُوا نُقَدِّمُ هَؤُلَاءِ فَإِنْ كَانَ لَهُمْ شَيْءٌ كُنَّا مَعَهُمْ وَإِنْ أُصِيبُوا أَعْطَيْنَا الَّذِي سُئِلْنَا فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَرَوْنَ إِلَى أَوْبَاشِ قُرَيْشٍ وَأَتْبَاعِهِمْ ثُمَّ قَالَ بِيَدَيْهِ إِحْدَاهُمَا عَلَى الْأُخْرَى ثُمَّ قَالَ حَتَّى تُوَافُونِي بِالصَّفَا قَالَ فَانْطَلَقْنَا فَمَا شَاءَ أَحَدٌ مِنَّا أَنْ يَقْتُلَ أَحَدًا إِلَّا قَتَلَهُ وَمَا أَحَدٌ مِنْهُمْ يُوَجِّهُ إِلَيْنَا شَيْئًا قَالَ فَجَاءَ أَبُو سُفْيَانَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أُبِيحَتْ خَضْرَاءُ قُرَيْشٍ لَا قُرَيْشَ بَعْدَ الْيَوْمِ ثُمَّ قَالَ مَنْ دَخَلَ دَارَ أَبِي سُفْيَانَ فَهُوَ آمِنٌ فَقَالَتْ الْأَنْصَارُ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ أَمَّا الرَّجُلُ فَأَدْرَكَتْهُ رَغْبَةٌ فِي قَرْيَتِهِ وَرَأْفَةٌ بِعَشِيرَتِهِ قَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ وَجَاءَ الْوَحْيُ وَكَانَ إِذَا جَاءَ الْوَحْيُ لَا يَخْفَى عَلَيْنَا فَإِذَا جَاءَ فَلَيْسَ أَحَدٌ يَرْفَعُ طَرْفَهُ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى يَنْقَضِيَ الْوَحْيُ فَلَمَّا انْقَضَى الْوَحْيُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا مَعْشَرَ الْأَنْصَارِ قَالُوا لَبَّيْكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ قُلْتُمْ أَمَّا الرَّجُلُ فَأَدْرَكَتْهُ رَغْبَةٌ فِي قَرْيَتِهِ قَالُوا قَدْ كَانَ ذَاكَ قَالَ كَلَّا إِنِّي عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ هَاجَرْتُ إِلَى اللَّهِ وَإِلَيْكُمْ وَالْمَحْيَا مَحْيَاكُمْ وَالْمَمَاتُ مَمَاتُكُمْ فَأَقْبَلُوا إِلَيْهِ يَبْكُونَ وَيَقُولُونَ وَاللَّهِ مَا قُلْنَا الَّذِي قُلْنَا إِلَّا الضِّنَّ بِاللَّهِ وَبِرَسُولِهِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ يُصَدِّقَانِكُمْ وَيَعْذِرَانِكُمْ قَالَ فَأَقْبَلَ النَّاسُ إِلَى دَارِ أَبِي سُفْيَانَ وَأَغْلَقَ النَّاسُ أَبْوَابَهُمْ قَالَ وَأَقْبَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى أَقْبَلَ إِلَى الْحَجَرِ فَاسْتَلَمَهُ ثُمَّ طَافَ بِالْبَيْتِ قَالَ فَأَتَى عَلَى صَنَمٍ إِلَى جَنْبِ الْبَيْتِ كَانُوا يَعْبُدُونَهُ قَالَ وَفِي يَدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَوْسٌ وَهُوَ آخِذٌ بِسِيَةِ الْقَوْسِ فَلَمَّا أَتَى عَلَى الصَّنَمِ جَعَلَ يَطْعُنُهُ فِي عَيْنِهِ وَيَقُولُ: {جَاءَ الْحَقُّ وَزَهَقَ الْبَاطِلُ} فَلَمَّا فَرَغَ مِنْ طَوَافِهِ أَتَى الصَّفَا فَعَلَا عَلَيْهِ حَتَّى نَظَرَ إِلَى الْبَيْتِ وَرَفَعَ يَدَيْهِ فَجَعَلَ يَحْمَدُ اللَّهَ وَيَدْعُو بِمَا شَاءَ أَنْ يَدْعُوَ. و حَدَّثَنِيهِ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ هَاشِمٍ حَدَّثَنَا بَهْزٌ حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ الْمُغِيرَةِ بِهَذَا الْإِسْنَادِ وَزَادَ فِي الْحَدِيثِ ثُمَّ قَالَ بِيَدَيْهِ إِحْدَاهُمَا عَلَى الْأُخْرَى احْصُدُوهُمْ حَصْدًا وَقَالَ فِي الْحَدِيثِ قَالُوا قُلْنَا ذَاكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ فَمَا اسْمِي إِذًا كَلَّا إِنِّي عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ.

Artinya: Shahih Muslim nomor 3331: Telah menceritakan kepada kami Syaiban bin Farruh, telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Al Mughirah, telah menceritakan kepada kami Tsabit Al Bunani dari Abdullah bin Rabbah dari Abu Hurairah dia berkata: "Suatu delegasi datang kepada Mu'awiyah di bulan Ramadan, oleh karena itu sebagian kami sibuk membuat makanan untuk sebagian yang lain, di antaranya terdapat Abu Hurairah yang sering mengajak kami ke tempatnya (rumahnya), lalu aku berkata kepadanya, "Tidak layakkah jika aku membuat makanan lalu aku undang mereka untuk makan-makan di rumahku?" Lalu aku menyuruh (keluargaku) untuk membuatkan makanan." Di petang harinya, aku menemui Abu Hurairah, kukatakan padanya, "Sekarang makan malam di rumahku." Abu Hurairah menjawab, "Kamu telah mendahuluiku." Aku berkata: "Ya, aku mendahuluimu, dan juga mengundang mereka semua." Setelah itu, Abu Hurairah berkata: "Sukakah jika aku ceritakan kepada kalian suatu peristiwa mengenai diri kalian wahai orang-orang Anshar?" Kemudian dia menyebutkan seputar penaklukan kota Makkah, katanya, "Saat itu Rasulullah SAW berangkat hingga beliau tiba di Makkah. Lantas beliau mengangkat Zubair mengepalai satu sayap (pasukan), Khalid pada sayap yang lain, dan mengangkat Abu 'Ubaidah mengepalai pasukan yang tidak mengenakan baju besi. Mereka masuk ke dalam lembah, sedangkan Rasulullah SAW dalam satu regu." Abu Hurairah berkata: "Lalu beliau melihatku seraya bersabda: "Wahai Abu Hurairah." Jawabku, "Ya wahai Rasulullah!" Beliau bersabda: "Jangan perbolehkan orang-orang mendekat kepadaku selain orang-orang Anshar." Beliau menambahkan "Kecuali Syaiban." Beliau melanjutkan: "Suruh orang-orang Anshar mendekat kepadaku." Abu Hurairah melanjutkan, "Mereka segera berkumpul di sekeliling beliau, sedangkan orang-orang Quraisy juga telah menyusun barisan dalam beberapa pasukan. Kata orang-orang Quraisy, "Biarkan mereka mendahului kita, jika mereka beruntung, maka kita sama-sama dengan mereka, namun jika mereka membahayakan, maka kita berikan kepada mereka apa yang dimintanya." Rasulullah SAW bersabda: "Kalian lihatlah pasukan Quraisy dan pengikut-pengikut mereka!" Kemudian beliau memberi isyarat dengan kedua tangannya, yang satu di atas yang lain (maksudnya supaya waspada dan saling melindungi), kemudian beliau bersabda lagi: "Sampai berjumpa di Safa." Abu Hurairah berkata: "Kami terus berjalan, dan tidak seorang pun di antara kami yang membunuh, kecuali jika seorang Quraisy itu membunuh." Ternyata tidak ada perlawanan yang ditujukan kepada kami. Kemudian Abu Sufyan datang sembari berkata: "Wahai Rasulullah, jikalau orang-orang Quraisy dibunuhi, maka tidak akan ada lagi orang-orang Quraisy sesudah ini." (artinya: orang-orang Quraisy menyerah kalah tanpa pertumpahan darah), maka beliau bersabda: "Siapa yang masuk ke rumah Abu Sufyan, dia akan aman." Maka orang-orang Anshar berkata sesama mereka, "Agaknya laki-laki ini, telah dipengaruhi perasaan rindu kepada kampung halamannya sehingga timbul rasa kasih terhadap sanak familinya." Abu Hurairah berkata: "Ketika itu wahyu turun. Kalau wahyu turun, tidak seorang pun dari kami yang memandang Rasulullah SAW hingga wahyu selesai turun. Ketika wahyu selesai turun, Rasulullah SAW bersabda: "Wahai kaum Anshar!" Mereka menjawab, "Kami wahai Rasulullah?" beliau bersabda: "Kaliankah yang berkata bahwa laki-laki ini, agaknya telah dipengaruhi perasaan rindu dengan kampung halamanya?" Mereka menjawab, "Batul" Beliau bersabda: "Sekali-kali tidak, aku adalah hamba Allah dan Rasul-Nya. Aku telah hijrah kepada Allah dan kepada kalian semua, hidup dan matiku juga bersama kalian." Setelah mendengar itu mereka datang menghampiri beliau sambil menagis dan berkata: "Demi Allah, kami tidak mengatakan seperti itu melainkan kami iri dengan Allah dan Rasul-Nya." Maka Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya membenarkan pengakuan kalian semua dan memaafkan kalian." Abu Hurairah berkata: "Kemudian orang-orang (penduduk Makkah) berdatangan ke rumah Abu Sufyan, dan mereka menutup pintu rumah mereka. Lantas Rasulullah SAW berjalan hingga tiba di Hajar Aswad dan menciumnya, setelah itu beliau tawaf mengelilingi Kakbah. Abu Hurairah berkata: "Beliau juga mendatangi berhala sesembahan orang-orang Quraisy yang terletak di sekitar Kakbah, lalu beliau tusuk matanya dengan busur panah yang ada di tangan beliau sambil bersabda: "Telah datang kebenaran, dan lenyaplah kebatilan." Setelah selesai tawaf, beliau menuju bukit Safa lalu naik ke puncaknya. Sesampainya di atas, beliau memandang ke Kakbah, kemudian beliau mengangkat kedua tangannya sambil memuji Allah dan berdoa dengan doa yang beliau kehendaki." Dan telah menceritakan kepadaku Abdullah bin Hasyim, telah menceritakan kepada kami Bahz, telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Al Mughirah dengan isnad seperti ini, dan dalam hadisnya ia menambahkan, "Kemudian beliau mengisyaratkan dengan kedua tangannya, yang satu dengan yang lainnya saling mempererat (melindungi)." Dan dia menyebutkan dalam hadisnya, "Mereka berkata: "Memang kami telah mengatakan seperti itu wahai Rasulullah." Beliau bersabda: "Lupakah kalian siapakah aku, sekali-kali tidak, sesungguhnya aku adalah hamba Allah dan Rasul-Nya."

 

Hadis Ke-7

سنن أبي داوود ١٥٩٦: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ حَنْبَلٍ حَدَّثَنَا بَهْزُ بْنُ أَسَدٍ وَهَاشِمٌ يَعْنِي ابْنَ الْقَاسِمِ قَالَا حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ الْمُغِيرَةِ عَنْ ثَابِتٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ رَبَاحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: أَقْبَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَدَخَلَ مَكَّةَ فَأَقْبَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى الْحَجَرِ فَاسْتَلَمَهُ ثُمَّ طَافَ بِالْبَيْتِ ثُمَّ أَتَى الصَّفَا فَعَلَاهُ حَيْثُ يَنْظُرُ إِلَى الْبَيْتِ فَرَفَعَ يَدَيْهِ فَجَعَلَ يَذْكُرُ اللَّهَ مَا شَاءَ أَنْ يَذْكُرَهُ وَيَدْعُوهُ قَالَ وَالْأَنْصَارُ تَحْتَهُ قَالَ هَاشِمٌ فَدَعَا وَحَمِدَ اللَّهَ وَدَعَا بِمَا شَاءَ أَنْ يَدْعُوَ.

Artinya: Sunan Abu Daud nomor 1596: Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Hanbal, telah menceritakan kepada kami Bahz bin Asad, serta Hasyim yaitu Ibnu Al Qasim, mereka berkata: telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Al Mughirah dari Tsabit dari Abdullah bin Rabah dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah SAW datang lalu memasuki Mekkah dan menghadap ke Hajar Aswad, serta mengusapnya kemudian melakukan tawaf di Kakbah, kemudian mendatangi bukit Safa dan menaikinya, dimana beliau melihat ke Kakbah dan beliau mengangkat kedua tangannya, dan berzikir kepada Allah dengan zikir yang beliau kehendaki, dan beliau berdoa kepada-Nya. Abu Hurairah berkata: Sementara orang-orang Anshar berada di bawah beliau. Hasyim berkata: Kemudian beliau berdoa dan memuji Allah. Beliau berdoa dengan doa yang beliau kehendaki.

Keterangan:

a. Maksud tawaf dari beberapa dalil adalah sai. Hal tersebut dikarenakan banyak riwayat bahwa sai juga disebut tawaf.

b. Dikarenakan tidak ada/ belum ditemukan lafal doa yang pasti dari Nabi, maka di Safa boleh berdoa apa saja yang bisa kita pahami dan mengerti.

 

F. Sai Bagi Jamaah Uzur

Bagi orang yang sehat, kuat dan mampu berjalan, sebaiknya sai dilakukan dengan berjalan kaki, sedangkan bagi yang udzur disebabkan lemah atau sakit, boleh dilakukan dengan digendong, menggunakan kursi roda atau naik skuter matik. Sai boleh naik kendaraan berdasarkan hadis sebagai berikut.

 

Hadis Ke-8

صحيح مسلم ٢٢٣٥: و حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ خَشْرَمٍ أَخْبَرَنَا عِيسَى بْنُ يُونُسَ عَنْ ابْنِ جُرَيْجٍ ح و حَدَّثَنَا عَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ أَخْبَرَنَا مُحَمَّدٌ يَعْنِي ابْنَ بَكْرٍ قَالَ أَخْبَرَنَا ابْنُ جُرَيْجٍ أَخْبَرَنِي أَبُو الزُّبَيْرِ أَنَّهُ سَمِعَ جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ يَقُولُا: طَافَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي حَجَّةِ الْوَدَاعِ عَلَى رَاحِلَتِهِ بِالْبَيْتِ وَبِالصَّفَا وَالْمَرْوَةِ لِيَرَاهُ النَّاسُ وَلِيُشْرِفَ وَلِيَسْأَلُوهُ فَإِنَّ النَّاسَ غَشُوهُ. وَلَمْ يَذْكُرْ ابْنُ خَشْرَمٍ وَلِيَسْأَلُوهُ فَقَطْ.

Artinya: Shahih Muslim nomor 2235: Telah menceritakan kepada kami Ali bin Khasyram, telah mengabarkan kepada kami Isa bin Yunus dari Ibnu Juraij. Dalam riwayat lain, dan telah menceritakan kepada kami Abdu bin Humaid, telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Bakr ia berkata: telah mengabarkan kepada kami Ibnu Juraij, telah mengabarkan kepadaku Abu Zubair bahwa ia mendengar Jabir bin Abdullah berkata: Pada saat haji wadak, Rasulullah SAW melakukan tawaf di Baitullah dengan tetap berada di atas kendaraannya, demikian pula saat sai antara Safa dan Marwah sehingga orang-orang dapat melihat dan menyaksikan beliau, serta mereka bisa bertanya tentang sesuatu pada beliau, sebab saat itu, beliau dikerumuni oleh orang-orang banyak." Ibnu Khasyram tidak menyebutkan: "Agar mereka dapat bertanya kepada beliau."

 

Demikian di antaranya yang berkaitan dengan haji dan /atau umrah umrah. Semoga yang informasi yang didapat membuat kita punya gambaran mengenai ibadah haji dan umrah. Melalui gambaran yang ada, kita paham tata cara pelaksanaan ibadah haji dan umrah. Dalil yang kita gunakan untuk beribadah adalah dalil dari Al-Qur’an yang sudah pasti benar dan/ atau hadis shahih atau setidaknya hasan lidzatihi. Adapun selain dalil yang ada, tidak menutup kemungkinan terdapat dalil yang shahih maupun sharih lainnya yang bisa kita gunakan sebagai landasan hukum ibadah.

 

Penulis menyadari bahwa sampai tulisan ini diterbitkan belum pernah melaksanakan ibadah haji dan umrah. Tulisan ini bukan bermaksud menggurui. Namun sebagai sarana penambah wawasan dan pengingat kembali mengenai manasik haji dan umrah. Adapun saran yang membangun untuk menambah wawasan bersama dari pembaca yang sudah berhaji dan berumrah maupun yang belum adalah sangat diharapkan demi ulasan yang lebih baik sesuai Al-Qur’an dan As-Sunah. Bagi yang belum, semoga Allah meridai kita semuanya untuk melaksanakan ibadah haji dan umrah. Semoga kita mampu melaksanakan ibadah haji dan umrah dengan baik dan maksimal sehingga kesempurnaan amal salih tercapai dan akhirnya memperoleh surga sebagaimana janjinya Allah. Aamiin.