Wednesday, April 29, 2020

Tutorial Salat Iftitah




Pernahkah suatu saat mampir salat tarawih di suatu masjid lalu ketika sudah melaksanakan salat bakdiyah isya dan hendak mulai salat tarawih, dibuka dengan salat dua rakaat? Sebenarnya salat dua rakaat apakah itu? Adakah dalil yang mendasari amalan salat itu? Supaya menjawab berbagai pertanyaan itu, mari simak uraian singkat berikut yang memuat: (a) pengertian salat iftitah; (b) hukum salat iftitah; (c) waktu dan tempat salat iftitah; dan (d) tata cara dan bilangan rakaat salat iftitah.

 

 

A. Pengertian Salat Iftitah

Membuka salat tarawih dengan salat dua rakaat itu merupakan pengamalan salat iftitah. Pengertian salat Iftitah adalah salat sunah yang dikerjakan untuk membuka atau sebagai awalan dalam melaksanakan salat malam/ salat lail.

 

B. Hukum Salat Iftitah

Hukum salat iftitah adalah sunah, yang artinya bila dikerjakan mendapat pahala dan bila tidak dikerjakan tidak mendapat dosa. Dalil yang menjadi dasar hukum salat iftitah adalah hadis berikut yang bersandar pada Abu Hurairah dan Aisyah.

 

Hadis Pertama

و حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ عَنْ هِشَامٍ عَنْ مُحَمَّدٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: إِذَا قَامَ أَحَدُكُمْ مِنْ اللَّيْلِ فَلْيَفْتَتِحْ صَلَاتَهُ بِرَكْعَتَيْنِ خَفِيفَتَيْنِ. مسلم

Artinya: Dan telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah, telah menceritakan kepada kami Abu Usamah dari Hisyam dari Muhammad dari Abu Hurairah, dari Nabi SAW, beliau bersabda, "Apabila seseorang diantara kalian bangun malam, maka hendaklah ia membuka salatnya dengan dua rakaat yang ringan. (HR. Muslim, no. 1287).

 

Hadis Kedua

حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى وَأَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ جَمِيعًا عَنْ هُشَيْمٍ قَالَ أَبُو بَكْرٍ حَدَّثَنَا هُشَيْمٌ أَخْبَرَنَا أَبُو حُرَّةَ عَنْ الْحَسَنِ عَنْ سَعْدِ بْنِ هِشَامٍ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَامَ مِنْ اللَّيْلِ لِيُصَلِّيَ افْتَتَحَ صَلَاتَهُ بِرَكْعَتَيْنِ خَفِيفَتَيْنِ. مسلم

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya dan Abu Bakr bin Abu Syaibah, semuanya dari Husyaim. Abu Bakr berkata: telah menceritakan kepada kami Husyaim, telah mengabarkan kepada kami Abu Hurrah dari Al Hasan dari Sa'd bin Hisyam dari Aisyah, ia berkata: "Bila Rasulullah SAW bangun hendak menunaikan salat malam, biasanya beliau memulainya dengan dua rakaat ringan." (HR. Muslim, no. 1286).

 

C. Waktu dan Tempat Salat Iftitah

Salat iftitah dapat dilaksanakan ketika hendak memulai salat malam. Salat iftitah bisa dilaksanakan di bulan Ramadan (salat Tarawih) maupun di luar bulan Ramadan (salat Tahajud). Salat iftitah dapat dilaksanakan di masjid ataupun di rumah.

 

D. Tata Cara dan Bilangan Rakaat Salat Iftitah

Tata cara salat iftitah seperti halnya salat pada umumnya. Adapun bilangan rakaatnya adalah dua rakaat. Salat iftitah dilaksanakan sebelum memulai salat malam/ salat lail. Oleh sebab itu, salat iftitah bisa dilaksanakan di bulan Ramadan (salat Tarawih) maupun di luar bulan Ramadan (salat Tahajud). Menurut hadis yang ada, pelaksanaan salat iftitah dengan 2 rakaat yang ringan. Maksud dari ringan adalah dengan surat atau ayat yang tidak memberatkan atau panjang. Pelaksanaan salat iftitah ini bisa dengan bacaan nyaring (jahr) atau lembut (sirr). Salat iftitah dilaksanakan secara sendiri (munfarid) atau berjamaah. Secara berjamaah hanya ketika di bulan Ramadan. Namun tidak menjadi batasan bila dikerjakan secara sendiri (munfarid) di bulan Ramadan karena melaksanakan salat tarawih secara sendiri (munfarid). Hadis yang mendasarinya adalah sebagaimana hadis berikut.

 

Hadis Ketiga

حَدَّثَنَا عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ شُعَيْبِ بْنِ اللَّيْثِ حَدَّثَنِي أَبِي عَنْ جَدِّي عَنْ خَالِدِ بْنِ يَزِيدَ عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِي هِلَالٍ عَنْ مَخْرَمَةَ بْنِ سُلَيْمَانَ أَنَّ كُرَيْبًا مَوْلَى ابْنِ عَبَّاسٍ أَخْبَرَهُ، أَنَّهُ قَالَ سَأَلْتُ ابْنَ عَبَّاسٍ كَيْفَ كَانَتْ صَلَاةُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِاللَّيْلِ قَالَ بِتُّ عِنْدَهُ لَيْلَةً وَهُوَ عِنْدَ مَيْمُونَةَ فَنَامَ حَتَّى إِذَا ذَهَبَ ثُلُثُ اللَّيْلِ أَوْ نِصْفُهُ اسْتَيْقَظَ فَقَامَ إِلَى شَنٍّ فِيهِ مَاءٌ فَتَوَضَّأَ وَتَوَضَّأْتُ مَعَهُ ثُمَّ قَامَ فَقُمْتُ إِلَى جَنْبِهِ عَلَى يَسَارِهِ فَجَعَلَنِي عَلَى يَمِينِهِ ثُمَّ وَضَعَ يَدَهُ عَلَى رَأْسِي كَأَنَّهُ يَمَسُّ أُذُنِي كَأَنَّهُ يُوقِظُنِي فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ خَفِيفَتَيْنِ قَدْ قَرَأَ فِيهِمَا بِأُمِّ الْقُرْآنِ فِي كُلِّ رَكْعَةٍ ثُمَّ سَلَّمَ ثُمَّ صَلَّى حَتَّى صَلَّى إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً بِالْوِتْرِ ثُمَّ نَامَ فَأَتَاهُ بِلَالٌ فَقَالَ الصَّلَاةُ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَقَامَ فَرَكَعَ رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ صَلَّى لِلنَّاسِ. أبي داود

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abdul Malik bin Syu'aib bin Al Laits, telah menceritakan kepadaku Bapakku dari Kakekku dari Khalid bin Yazid dari Sa'id bin Abu Hilal dari Makhramah bin Sulaiman bahwa Kuraib bekas budak Ibnu Abbas telah mengabarkan kepadanya, dia berkata: Aku pernah bertanya kepada Ibnu Abbas: "Bagaimanakah salat malam Rasulullah SAW?" Ibnu Abbas menjawab: "Aku pernah bermalam di sisi beliau, ketika itu beliau berada di rumah Maimunah, beliau tidur sehingga apabila sepertiga malam telah berlalu atau tengah malam, beliau bangun dan pergi ke bejana yang berisi air, beliau berwudu dan aku pun ikut berwudu bersama beliau, lalu beliau berdiri dan aku pun berdiri di samping kiri beliau, kemudian beliau menempatkanku di sebelah kanan beliau, beliau meletakkan tangannya di atas kepalaku seolah-olah memegang telingaku dan membangunkanku, kemudian beliau salat dua rakaat ringan, beliau membaca Al Fatihah di setiap rakaatnya kemudian salam, setelah itu beliau mengerjakan salat hingga sebelas rakaat beserta witirnya, lalu tidur. Ketika Bilal datang, dia berkata: "Waktu salat telah tiba wahai Rasulullah." Maka beliau berdiri mengerjakan dua rakaat lalu salat (subuh) bersama orang-orang." (HR. Abu Dawud, no. 1157).

 

Mengingat hukum dari salat iftitah ini adalah sunah, maka lebih baik bila diamalkan ketika hendak melaksanakan salat malam/ salat lail. Namun demikian, salat Iftitah bukanlah menjadi syarat sahnya salat malam/ salat lail. Oleh sebab itu, ketika mengerjakan salat tarawih atau salat tahajud tanpa melaksanakan salat iftitah itu tidak mengapa. Adapun tutorial salat tarawih atau salat tahajud bisa klik di sini. Wallahu a’lam bishshwwab.

 

Demikianlah berbagai dalil ataupun pelajaran yang bisa menjadi acuan kita dalam ibadah salat iftitah. Dalil yang kita gunakan untuk beribadah adalah dalil dari Al-Qur’an yang sudah pasti benar dan/ atau hadis shahih atau setidaknya hasan lidzatihi. Adapun selain dalil yang ada, tidak menutup kemungkinan terdapat dalil yang shahih maupun sharih lainnya yang bisa kita gunakan sebagai landasan hukum ibadah. Semoga kita semuanya mampu melaksanakan salat sunah dengan baik dan istiqamah sebagai upaya kita meraih kesempurnaan amal salih. Aamiin.

Tuesday, April 28, 2020

Tutorial Singkat Salat Tarawih dan Salat Tahajud



Seorang muslim yang taat senantiasa berusaha mendekatkan diri kepada Allah SWT. Pendekatan diri kepada Allah bisa kita tempuh dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan Allah. Salah satu upaya dalam mendekatkan diri kepada Allah SWT dan menggapai rida-Nya adalah dengan melaksanakan salat lail. Mungkin sebelumnya pernah timbul pertanyaan, sebenarnya salat lail itu salat yang bagaimana? Apakah salat Tarawih dan salat Tahajud termasuk salat lail? Bagaimana perbedaan antara salat Tarawih dan salat Tahajud? Supaya mendapat jawaban atas pertanyaan itu semua, mari simak penjelasan singkat mengenai salat tarawih dan salat tahajud. Pembahasan kali ini meliputi: (a) pengertian salat tarawih dan salat tahajud; (b) hukum salat tarawih dan salat tahajud; (c) waktu dan tempat pelaksanaan salat tarawih dan salat tahajud; (d) jumlah rakaat salat tarawih dan salat tahajud; dan (e) tata cara pelaksaan salat tarawih dan salat tahajud.

 

A. Pengertian Salat Tarawih dan Salat Tahajud

Salat Tarawih maupun salat Tahajud merupakan salat yang dikerjakan ketika malam hari. Salat tarawih dikerjakan di bulan Ramadan, sedangkan salat tahajud dikerjakan di luar bulan Ramadan. Adapun penamaan salat Tahajud merujuk pada firman Allah SWT berikut.

 

Dalil Al Qur’an Pertama

 

وَمِنَ الَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِه نَافِلَةً لَّكَ. الاسراء: 79

Artinya: Dan pada sebagian malam bersalat tahajud-lah kamu sebagai suatu tambahan bagimu. (QS. Al-Isra': 79).

 

Salat Tahajud merupakan salat yang dikerjakan ketika malam hari dan dikerjakan di luar bulan Ramadan. Tata cara pelaksanaan salat tahajud sepertihalnya salat tarawih. Hanya saja yang membedakan adalah salat tahajud ini salat malam yang dikerjakan di luar bulan Ramadan. Kemudian salat tahajud hanya bisa dilakukan secara sendiri (munfarid). Sebab salat malam secara berjamaah hanya dilakukan ketika bulan Ramadan. Adapun pelaksanaan salat tahajud ini biasa dilakukan ketika sudah tengah malam hingga waktu menjelang subuh. Hal itu merujuk pada hadis berikut.

 

Hadis Pertama

حَدَّثَنَا إِسْحَقُ بْنُ مَنْصُورٍ أَخْبَرَنَا أَبُو الْمُغِيرَةِ حَدَّثَنَا الْأَوْزَاعِيُّ حَدَّثَنَا يَحْيَى حَدَّثَنَا أَبُو سَلَمَةَ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِذَا مَضَى شَطْرُ اللَّيْلِ أَوْ ثُلُثَاهُ يَنْزِلُ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا فَيَقُولُ: هَلْ مِنْ سَائِلٍ يُعْطَى، هَلْ مِنْ دَاعٍ يُسْتَجَابُ لَهُ، هَلْ مِنْ مُسْتَغْفِرٍ يُغْفَرُ لَهُ؟ حَتَّى يَنْفَجِرَ الصُّبْحُ. مسلم

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Manshur, telah mengabarkan kepada kami Abul Mughirah, telah menceritakan kepada kami Al Auza'i, telah menceritakan kepada kami Yahya, telah menceritakan kepada kami Abu Salamah bin Abdurrahman dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda, “Apabila telah berlalu separuh malam atau dua pertiganya, Allah Yang Maha Barakah lagi Maha Tinggi turun ke langit dunia, lalu berfirman, “Adakah orang yang meminta maka akan diberi, adakah orang yang berdoa maka akan dikabulkan dan adakah orang yang memohon ampun maka akan diampuni?” Begitulah hingga terbit fajar (Subuh). (HR. Muslim, no. 1263).

 

Menurut hadis di atas, Allah akan turun ke langit dunia saat separuh malam atau dua pertiganya. Allah akan mengabulkan doa dan mengampuni bagi siapa saja yang memohon ampun waktu itu hingga terbit fajar/ memasuki waktu subuh. Hal itu termasuk di dalamnya salat Tahajud, mengingat salat adalah doa yang diiringi gerakan yang mana di mulai dari takbiratul ihram dan diakhiri salam. Sedangkan pengertian salat tarawih adalah sebagai berikut.

 

Salat Tarawih merupakan salat yang dikerjakan secara tarawih/ santai dan dikerjakan hanya pada bulan Ramadan. Penamaan salat Tarawih ini merujuk pada cara Rasulullah mengerjakan salat lail. Rasulullah melaksanakan salat lail ini dengan perlahan-lahan atau santai, serta diselingi dengan istirahat setiap setelah salam. Pengertian  tersebut bersandar pada riwayat berikut.

 

Hadis Kedua

أنبأ أَبُو عَلِيٍّ الرُّوذْبَارِيُّ بِطُوسَ، أنبأ أَبُو طَاهِرٍ الْمُحَمَّدَ آبَادِيُّ، ثنا السَّرِيُّ بْنُ خُزَيْمَةَ، ثنا الْحَسَنُ بْنُ بِشْرٍ الْكُوفِيُّ، ثنا الْمُعَافَى بْنُ عِمْرَانَ، عَنِ الْمُغِيرَةِ بْنِ زِيَادٍ الْمَوْصِلِيِّ، عَنْ عَطَاءٍ، عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، قَالَتْ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ فِي اللَّيْلِ، ثُمَّ يَتَرَوَّحُ، فَأَطَالَ حَتَّى رَحِمْتُهُ، فَقُلْتُ: بِأَبِي أَنْتَ، وَأُمِّي يَا رَسُولَ اللَّهِ، قَدْ غَفَرَ اللَّهُ لَكَ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ، قَالَ: أَفَلا أَكُونُ عَبْدًا شَكُورًا؟. تَفَرَّدَ بِهِ الْمُغِيرَةُ بْنُ زِيَادٍ، وَلَيْسَ بِالْقَوِيِّ، وَقَوْلُهُ: ثُمَّ يَتَرَوَّحُ إِنْ ثَبَتَ فَهُوَ أَصْلٌ فِي تَرَوُّحِ الإِمَامِ فِي صَلاةِ التَّرَاوِيحِ، وَاللَّهُ أَعْلَمُ . البيهقى

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abu ‘Ali Arrudzbari di Thuws, telah menceritakan kepada kami Abu Thahir Al Muhammad Abadi, telah menceritakan kepada kami As Sari bin Khuzaimah, telah menceritakan kepada kami Al Hasan bin Bisyri Al Kuffi, telah menceritakan kepada kami Al Mu’afa bin Imran, dari Al Mugirah bin Ziyad Al Maushili, dari ‘Atha’, dari ‘Aisyah RA, ia berkata: “Adalah Rasulullah SAW salat 4 rakaat di malam hari. Kemudian beliau beristirahat/ bertarawih lama sekali, sehingga aku merasa kasihan kepadanya. Lalu aku berkata: Wahai Rasulullah, bukankah Allah telah mengampuni dosa-dosamu baik yang telah lalu maupun yang akan datang? Beliau menjawab: Bukankah seharusnya aku menjadi hamba yang bersyukur?” Al-Mughirah bin Ziyad bersendirian di dalamnya, dan dia tidak kuat (laisa bil qawiy). Dan perkataannya (‘Aisyah), “kemudian beliau beristirahat,” bahwa telah tetap hal ini asalnya pada istirahatnya imam saat salat tarawih. Wallaahu a’lam. (HR. Baihaqi, no. 4249).

 

Menurut riwayat dari 'Aisyah RA di atas merupakan gambaran bagaimana Rasulullah mengerjakan salat Tarawih. Berdasarkan keterangan yang dikatakan, Rasulullah mengerjakan salat 4 rakaat di malam hari, kemudian istirahat lama sekali.

 

B. Hukum Salat Tarawih dan Salat Tahajud

Salat tarawih dan salat tahajud termasuk di dalamnya salat lail. Hukum salat lail adalah sunah, artinya bila dikerjakan mendapat kebaikan dan bila tidak dikerjakan tidak akan mendapat dosa. Adapun pengertian salat lail adalah berbagai salat sunah yang dikerjakan pada malam hari selain salat bakdiyah Isya. Macam salat lail diantaranya ada salat Tarawih, salat Tahajud, salat Witir, dan salat Iftitah.

 

C. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Salat Tarawih dan Salat Tahajud

Salat tarawih hanya dikerjakan hanya di bulan Ramadan. Sedangkan salat tahajud hanya dikerjakan di luar bulan Ramadan. Waktu pelaksanaannya pun dilakukan setiap hari, baik di dalam maupun di bulan Ramadan setelah salat Isya hingga waktu sahur usai/ masuk waktu subuh. Artinya, bisa dilaksanakan di awal waktu, di pertengahan waktu, maupun di akhir waktu. Hal itu sebagaimana hadis berikut.

 

Hadis Ketiga

حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ زُرَيْعٍ أَخْبَرَنَا دَاوُدُ بْنُ أَبِي هِنْدٍ عَنْ الْوَلِيدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ جُبَيْرِ بْنِ نُفَيْرٍ عَنْ أَبِي ذَرٍّ قَالَ: صُمْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَمَضَانَ. فَلَمْ يَقُمْ بِنَا شَيْئًا مِنْ الشَّهْرِ حَتَّى بَقِيَ سَبْعٌ فَقَامَ بِنَا حَتَّى ذَهَبَ ثُلُثُ اللَّيْلِ. فَلَمَّا كَانَتْ السَّادِسَةُ لَمْ يَقُمْ بِنَا فَلَمَّا كَانَتْ الْخَامِسَةُ قَامَ بِنَا حَتَّى ذَهَبَ شَطْرُ اللَّيْلِ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ لَوْ نَفَّلْتَنَا قِيَامَ هَذِهِ اللَّيْلَةِ قَالَ فَقَالَ إِنَّ الرَّجُلَ إِذَا صَلَّى مَعَ الْإِمَامِ حَتَّى يَنْصَرِفَ حُسِبَ لَهُ قِيَامُ لَيْلَةٍ قَالَ فَلَمَّا كَانَتْ الرَّابِعَةُ لَمْ يَقُمْ فَلَمَّا كَانَتْ الثَّالِثَةُ جَمَعَ أَهْلَهُ وَنِسَاءَهُ وَالنَّاسَ فَقَامَ بِنَا حَتَّى خَشِينَا أَنْ يَفُوتَنَا الْفَلَاحُ قَالَ قُلْتُ وَمَا الْفَلَاحُ قَالَ السُّحُورُ ثُمَّ لَمْ يَقُمْ بِقِيَّةَ الشَّهْرِ. أبي داود

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Musaddad, telah menceritakan kepada kami Yazid bin Zurai', telah mengabarkan kepada kami Daud bin Abu Hind, dari Al Walid bin Abdurrahman, dari Jubair bin Nufair, dari Abu Dzar dia berkata: Kami berpuasa Ramadan bersama Rasulullah SAW. Beliau tidak salat (malam) bersama kami sehingga tinggal tujuh hari dari bulan itu. Lalu beliau salat bersama kami hingga lewat sepertiga malam, kemudian beliau tidak salat malam bersama kami pada malam yang keenam. Tetapi beliau salat malam bersama kami pada malam yang ke lima hingga lewat tengah malam. Maka aku berkata: "Wahai Rasulullah, alangkah baiknya sekiranya engkau memperbanyak salat sunah (qiyamul lail) pada malam hari ini untuk kami." Abu Dzar berkata: Maka beliau bersabda: "Sesungguhnya apabila seseorang salat (malam) bersama imam hingga selesai, maka akan di catat baginya seperti bangun (untuk mengerjakan salat malam) semalam suntuk." Kata Abu Dzar: "Ketika malam ke empat (dari akhir bulan) beliau tidak mengerjakan salat malam (bersama kami), setelah malam ketiga (dari akhir bulan), beliau mengumpulkan keluarganya, isteri-isterinya dan orang-orang, lalu melakukan salat malam bersama kami, sampai kami khawatir ketinggalan Al Falah." Jabir bertanya: "Apakah Al Falah itu?" Jawabnya: "Waktu sahur, kemudian beliau tidak lagi melakukan salat malam bersama kami di malam-malam berikutnya dari sebulan itu." (HR. Abu Dawud, no. 1167).

 

Berdasarkan hadis di atas, Rasulullah tidak selalu mengerjakan salat tarawih di awal waktu, tetapi kadang dikerjakan hingga lewat sepertiga malam yang terakhir atau lewat tengah malam. Adapun tempat salat tarawih ataupun salat tahajud bisa dikerjakan di masjid maupun di rumah.

 

D. Jumlah Rakaat Salat Tarawih dan Salat Tahajud

Salat sunah tarawih ataupun tahajud biasa dikerjakan oleh Rasulullah SAW sebanyak 11 rakaat. Namun tidak menutup kemungkinan jumlah rakaat salat sunah ini tidak secara khusus dibatasi atau dengan kata lain sebanyak-banyaknya sesuai dengan kemampuan seseorang melaksnakannya. Batas waktu akhir pengerjaan salat sunah ini adalah ketika masuk waktu subuh. Adapun keterangan kebiasaan Rasulullah mengerjakan salat lail sebanyak 11 rakaat berdasarkan hadis berikut.

 

Hadis Keempat

و حَدَّثَنِي حَرْمَلَةُ بْنُ يَحْيَى حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ أَخْبَرَنِي عَمْرُو بْنُ الْحَارِثِ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ عُرْوَةَ بْنِ الزُّبَيْرِ عَنْ عَائِشَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَتْ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي فِيمَا بَيْنَ أَنْ يَفْرُغَ مِنْ صَلَاةِ الْعِشَاءِ وَهِيَ الَّتِي يَدْعُو النَّاسُ الْعَتَمَةَ إِلَى الْفَجْرِ إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً، يُسَلِّمُ بَيْنَ كُلِّ رَكْعَتَيْنِ، وَيُوتِرُ بِوَاحِدَةٍ. فَإِذَا سَكَتَ الْمُؤَذِّنُ مِنْ صَلَاةِ الْفَجْرِ وَتَبَيَّنَ لَهُ الْفَجْرُ وَجَاءَهُ الْمُؤَذِّنُ قَامَ فَرَكَعَ رَكْعَتَيْنِ خَفِيفَتَيْنِ ثُمَّ اضْطَجَعَ عَلَى شِقِّهِ الْأَيْمَنِ حَتَّى يَأْتِيَهُ الْمُؤَذِّنُ لِلْإِقَامَةِ. و حَدَّثَنِيهِ حَرْمَلَةُ أَخْبَرَنَا ابْنُ وَهْبٍ أَخْبَرَنِي يُونُسُ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ بِهَذَا الْإِسْنَادِ وَسَاقَ حَرْمَلَةُ الْحَدِيثَ بِمِثْلِهِ غَيْرَ أَنَّهُ لَمْ يَذْكُرْ وَتَبَيَّنَ لَهُ الْفَجْرُ وَجَاءَهُ الْمُؤَذِّنُ وَلَمْ يَذْكُرْ الْإِقَامَةَ وَسَائِرُ الْحَدِيثِ بِمِثْلِ حَدِيثِ عَمْرٍو سَوَاءً. مسلم

Artinya: Dan telah menceritakan kepadaku Harmalah bin Yahya, telah menceritakan kepada kami Ibn Wahb, telah mengabarkan kepadaku 'Amru bin Al Harits dari Ibnu Syihab dari 'Urwah bin Zubair dari 'Aisyah isteri Nabi SAW, ia berkata, "Rasulullah SAW salat antara beliau selesai dari salat isya hingga fajar, 11 rakaat. Beliau salam antara tiap-tiap 2 rakaat, lalu berwitir 1 rakaat." Jika muazin salat fajar telah diam, dan fajar telah jelas, sementara muazin telah menemui beliau, maka beliau melakukan 2 kali rakaat ringan, kemudian beliau berbaring di atas lambung sebelah kanan hingga datang muazin untuk ikamah." Dan telah menceritakan kepadaku Harmalah, telah mengabarkan kepada kami Ibnu Wahb, telah mengabarkan kepadaku Yunus dari Ibnu Syihab dengan sanad hadis ini. Harmalah juga membawakan hadis semisalnya, hanya saja ia tidak menyebutkan redaksi "Ketika fajar telah jelas, dan muazin menemui beliau." Dia juga tidak menyebutkan "ikamah" dan semuanya sama seperti hadisnya 'Amru. (HR. Muslim, no. 1216).

 

Menurut hadis dari 'Aisyah RA terdapat informasi bahwa Rasulullah mengerjakan sebelas rakaat dari salat isya hingga fajar. Hadis di atas juga terdapat informasi bahwa Rasulullah mengerjakan salat tarawih atau tahajud dengan 2 rakaat salam 2 rakaat salam lalu salat witir 1 rakaat. Selain itu juga diperkuat oleh hadis berikut.

 

Hadis Kelima

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ قَالَ أَخْبَرَنَا مَالِكٌ عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِي سَعِيدٍ الْمَقْبُرِيِّ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ أَنَّهُ أَخْبَرَهُ أَنَّهُ سَأَلَ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، كَيْفَ كَانَتْ صَلَاةُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي رَمَضَانَ؟ فَقَالَتْ: مَا كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَزِيدُ فِي رَمَضَانَ وَلَا فِي غَيْرِهِ عَلَى إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً يُصَلِّي أَرْبَعًا فَلَا تَسَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ ثُمَّ يُصَلِّي أَرْبَعًا فَلَا تَسَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ ثُمَّ يُصَلِّي ثَلَاثًا. قَالَتْ عَائِشَةُ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَتَنَامُ قَبْلَ أَنْ تُوتِرَ؟ فَقَالَ يَا عَائِشَةُ إِنَّ عَيْنَيَّ تَنَامَانِ وَلَا يَنَامُ قَلْبِي. البخاري

Artinya: Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Yusuf, ia berkata: telah mengabarkan kepada kami Malik dari Sa'id bin Abu Sa'id Al Maqbariy dari Abu Salamah bin 'Abdurrahman bahwasanya ia pernah bertanya kepada 'Aisyah RA, "Bagaimanakah salatnya Rasulullah SAW di bulan Ramadan?" Maka 'Aisyah berkata, "Rasulullah SAW tidak melebihkan di bulan Ramadan maupun di luar Ramadan atas sebelas rakaat. Beliau salat empat rakaat, jangan kamu tanya bagusnya dan panjangnya. Kemudian beliau salat empat rakaat, jangan kamu tanya bagusnya dan panjangnya. Kemudian beliau salat (witir) tiga rakaat." 'Aisyah berkata: Aku bertanya: "Wahai Rasulullah, apakah anda tidur sebelum melaksanakan witir?" Beliau menjawab: "Wahai 'Aisyah, kedua mataku tidur, tetapi hatiku tidaklah tidur." (HR. Bukhari, no. 1079).

 

Menurut hadis dari Abu Salamah bisa diketahui bahwa Rasulullah SAW mengerjakan salat Tarawih ataupun salat Tahajud dengan jumlah 11 rakaat. Adapun 'Aisyah RA menjelaskan bahwa Rasulullah salat empat rakaat dan jangan ditanya tentang bagusnya dan panjangnya. Kemudian Rasulullah salat empat rakaat dan jangan ditanya bagusnya dan panjangnya. Barulah Rasulullah salat (witir) tiga rakaat. Melalui dua hadis di atas yaitu hadis riwayat Muslim nomor 1216 dan hadis riwayat Bukhari nomor 1079, mungkin akan bertanya-tanya, bagaimana bisa seakan terjadi perbedaan informasi dari dua hadis yang sama-sama kuat? Bagaimana memahami dua hadis yang seakan-akan berbeda? Supaya memahami kedua hadis diatas, mari kita teliti lagi.

 

Hadis yang pertama menyebutkan bahwa Rasulullah salat Tarawih dengan 2 rakaat salam 2 rakaat salam. Namun pada hadis yang kedua disebutkan bahwa Rasulullah salat empat rakaat kemudian salat empat rakaat. Bila dipahami lebih dalam, kedua hadis itu saling menjelaskan antara satu dengan yang lain. Orang yang menginformasikan tentang pelaksanaan salat tarawih atau salat tahajud adalah orang yang sama, yakni 'Aisyah RA. Tidak mungkin 'Aisyah RA memberikan informasi yang berbeda. Adapun cara pelaksanaan salat tarawih maupun salat tahajud tetap 2 rakaat salam 2 rakaat salam, tetapi berhenti sejenak setelah terkumpul empat rakaat (2 kali 2 rakaat lalu salam). Bisa disimpulkan ketika Rasulullah mengerjakan salat 11 rakaat itu dilaksanakan 2 rakaat salam 2 rakaat salam lalu berhenti sejenak/ jeda. Kemudian dilanjutkan 2 rakaat salam 2 rakaat salam, barulah melaksanakan salat witir 3 rakaat. Hadis yang kedua menginformasikan tentang tempat istirahat/ jeda ketika melaksanakan salat tarawih ataupun salat tahajud. Melalui dua hadis di atas, kita mengetahui bahwa salat sunah tarawih ataupun salat tahajud biasa dikerjakan oleh Rasulullah SAW sebanyak 11 rakaat. Namun hal tersebut tidak menjadikan batasan dari Rasulullah SAW supaya mengerjakan salat tarawih ataupun salat tahajud sebanyak sebanyak 11 rakaat. Hal tersebut sebagaimana hadis berikut.

 

Hadis Keenam

و حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى قَالَ قَرَأْتُ عَلَى مَالِكٍ عَنْ نَافِعٍ وَعَبْدِ اللَّهِ بْنِ دِينَارٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ، أَنَّ رَجُلًا سَأَلَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ صَلَاةِ اللَّيْلِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: صَلَاةُ اللَّيْلِ مَثْنَى مَثْنَى. فَإِذَا خَشِيَ أَحَدُكُمْ الصُّبْحَ صَلَّى رَكْعَةً وَاحِدَةً تُوتِرُ لَهُ مَا قَدْ صَلَّى. مسلم

Artinya: Dan telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya, katanya: Aku menyetorkan hafalan kepada Malik dari Nafi' dan Abdullah bin Dinar dari Ibnu Umar bahwasanya ada seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah SAW tentang salat malam. Maka Rasulullah SAW menjawab, "Salat malam itu 2 rakaat 2 rakaat. Maka apabila seseorang diantara kalian khawatir masuk subuh, hendaklah ia salat witir 1 rakaat. Yang serakaat itu mewitirkan untuk salat yang telah ia kerjakan." (HR. Muslim, no. 1239).

 

Menurut hadis di atas dapat dipahami bahwa salat malam/ salat lail itu dikerjakan 2 rakaat 2 rakaat. Selain itu, ada penegasan bahwa apabila seseorang yang mengerjakan malam khawatir masuk waktu subuh, hendaklah seseorang itu salat witir 1 rakaat. Oleh sebab itu dapat dipahami bahwa salat malam itu tidak dibatasi jumlah rakaatnya. Namun dibatasi oleh waktu subuh. Pelaksanaan dengan 2 rakaat salam 2 rakaat salam. 

 

E. Tata Cara Pelaksaan Salat Tarawih dan Salat Tahajud

Tata cara pelaksanaan salat tarawih maupun salat witir sebagaimana umumnya tata cara salat. Pelaksanaan salat tarawih mencakup keras lemahnya bacaan dan jumlah orang yang mengerjakan. Bacaan salat tarawih bisa dikerjakan dengan suara keras/ nyaring (jahr) maupun suara lembut (sirr). Hal itu sebagaimana hadis berikut.

 

Hadis Ketujuh

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا اللَّيْثُ عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ صَالِحٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي قَيْسٍ قَالَ سَأَلْتُ عَائِشَةَ، كَيْفَ كَانَتْ قِرَاءَةُ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِاللَّيْلِ؟ أَكَانَ يُسِرُّ بِالْقِرَاءَةِ أَمْ يَجْهَرُ؟ فَقَالَتْ: كُلُّ ذَلِكَ قَدْ كَانَ يَفْعَلُ رُبَّمَا أَسَرَّ بِالْقِرَاءَةِ وَرُبَّمَا جَهَرَ. فَقُلْتُ: الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي جَعَلَ فِي الْأَمْرِ سَعَةً. قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ غَرِيبٌ. الترمذي

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Qutaibah, telah menceritakan kepada kami Al Laits dari Mu'awiyah bin Shalih dari Abdullah bin Abu Qais, dia berkata: Aku bertanya kepada 'Aisyah, "Bagaimana bacaan Nabi SAW pada waktu (salat) malam? Apakah beliau memelankan ataukah mengeraskan bacaannya?" Jawab ('Aisyah), "Semuanya itu pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW, terkadang beliau membaca sirr (pelan) dan terkadang beliau membaca jahr (nyaring)." Maka aku berkata, "Segala puji bagi Allah yang telah memberi kelonggaran dalam hal ini." Abu Isa berkata: bahwa hadis ini hasan shahih gharib. (HR. Tirmidzi, no. 411).

 

Menurut hadis tersebut dijelaskan bahwa Rasulullah pernah melaksanakan salat malam dengan bacaan nyaring (jahr) maupun lembut (sirr). Kedua hal tersebut merupakan kelonggaran dari Rasulullah yang patut kita syukuri. Selain dari segi keras lemahnya bacaan, pelaksanaan salat tarawih juga melihat dari segi jumlah orang yang mengerjakan. Salat tarawih ini bisa dikerjakan secara sendirian (munfarid) seperti kebiasaan yang dilakukan Rasulullah ataupun secara berjamaah. Sebagaimana hadis berikut menyebutkan riwayat salat tarawih secara berjamaah.

 

Hadis Kedelapan

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ قَالَ أَخْبَرَنَا مَالِكٌ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ عُرْوَةَ بْنِ الزُّبَيْرِ عَنْ عَائِشَةَ أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى ذَاتَ لَيْلَةٍ فِي الْمَسْجِدِ فَصَلَّى بِصَلَاتِهِ نَاسٌ. ثُمَّ صَلَّى مِنْ الْقَابِلَةِ فَكَثُرَ النَّاسُ. ثُمَّ اجْتَمَعُوا مِنْ اللَّيْلَةِ الثَّالِثَةِ أَوْ الرَّابِعَةِ فَلَمْ يَخْرُجْ إِلَيْهِمْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمَّا أَصْبَحَ قَالَ: قَدْ رَأَيْتُ الَّذِي صَنَعْتُمْ وَلَمْ يَمْنَعْنِي مِنْ الْخُرُوجِ إِلَيْكُمْ إِلَّا أَنِّي خَشِيتُ أَنْ تُفْرَضَ عَلَيْكُمْ. وَذَلِكَ فِي رَمَضَانَ. البخاري

Artinya: Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Yusuf berkata: telah mengabarkan kepada kami Malik dari Ibnu Syihab dari 'Urwah bin Az Zubair dari 'Aisyah Ummul Mu'minin RA berkata bahwasanya pada suatu malam Rasulullah SAW salat malam di masjid, maka orang-orang pun turut salat bersama beliau. Kemudian beliau salat pula pada malam berikutnya, maka bertambah banyak orang yang mengikutinya. Kemudian malam ketiganya atau keempatnya mereka telah berkumpul, tetapi beliau tidak datang. Maka setelah pagi harinya beliau berkata, "Sungguh saya telah mengetahui apa yang kalian lakukan tadi malam dan saya tidak berhalangan untuk datang kepada kalian, hanyasaja saya khawatir kalau salat itu diwajibkan atas kalian." (Kata 'Aisyah), "Kejadian tersebut pada bulan Ramadan." (HR. Bukhari, no. 1061).

 

Melalui hadis tadi dapat kita mengerti bahwa ada riwayat Rasulullah salat malam berjamaah. Namun pada malam ketiga, Rasulullah tidak datang karena khawatir menjadi suatu kewajiban yang memberatkan bagi umatnya. Selain itu ada keterangan bahwa salat malam berjamaah hanya terjadi ketika bulan Ramadan. Oleh sebab itu, ketika melaksanakan salat tahajud (di luar bulan Ramadan), bacaannya dibaca lembut (sirr) karena munfarid. Demikian tutorial singkat salat Tarawih dan salat Tahajud. Semoga menjadi penambah khasanah keilmuan agama kita dan semoga menjadi sarana pendekatan diri kita kepada Allah.

 

Demikianlah berbagai dalil ataupun pelajaran yang bisa menjadi acuan kita dalam ibadah salat tarawih dan salat tahajud. Dalil yang kita gunakan untuk beribadah adalah dalil dari Al-Qur’an yang sudah pasti benar dan/ atau hadis shahih atau setidaknya hasan lidzatihi. Adapun selain dalil yang ada, tidak menutup kemungkinan terdapat dalil yang shahih maupun sharih lainnya yang bisa kita gunakan sebagai landasan hukum ibadah. Semoga kita semuanya mampu melaksanakan salat sunah dengan baik dan istiqamah sebagai upaya kita meraih kesempurnaan amal salih. Aamiin.