Seorang muslim
yang taat senantiasa berusaha mendekatkan diri kepada Allah SWT. Pendekatan
diri kepada Allah bisa kita tempuh dengan menjalankan segala perintah-Nya dan
menjauhi segala larangan Allah. Salah satu upaya dalam mendekatkan diri kepada
Allah SWT dan menggapai rida-Nya adalah dengan melaksanakan salat lail. Mungkin
sebelumnya pernah timbul pertanyaan, sebenarnya salat lail itu salat yang bagaimana?
Apakah salat Tarawih dan salat Tahajud termasuk salat lail? Bagaimana perbedaan
antara salat Tarawih dan salat Tahajud? Supaya mendapat jawaban atas pertanyaan
itu semua, mari simak penjelasan singkat mengenai salat tarawih dan salat tahajud.
Pembahasan kali ini meliputi: (a) pengertian salat tarawih dan salat tahajud;
(b) hukum salat tarawih dan salat tahajud; (c) waktu dan tempat pelaksanaan
salat tarawih dan salat tahajud; (d) jumlah rakaat salat tarawih dan salat tahajud;
dan (e) tata cara pelaksaan salat tarawih dan salat tahajud.
A. Pengertian Salat Tarawih dan Salat Tahajud
Salat Tarawih
maupun salat Tahajud merupakan salat yang dikerjakan ketika malam hari. Salat
tarawih dikerjakan di bulan Ramadan, sedangkan salat tahajud dikerjakan di luar
bulan Ramadan. Adapun penamaan salat Tahajud merujuk pada firman Allah SWT berikut.
Dalil Al Qur’an Pertama
وَمِنَ
الَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِه نَافِلَةً لَّكَ. الاسراء: 79
Artinya: Dan pada sebagian malam bersalat tahajud-lah kamu sebagai suatu
tambahan bagimu. (QS. Al-Isra': 79).
Salat Tahajud merupakan salat yang dikerjakan ketika malam hari dan dikerjakan di luar
bulan Ramadan. Tata cara pelaksanaan salat tahajud sepertihalnya salat tarawih.
Hanya saja yang membedakan adalah salat tahajud ini salat malam yang dikerjakan
di luar bulan Ramadan. Kemudian salat tahajud hanya bisa dilakukan secara
sendiri (munfarid). Sebab salat malam secara berjamaah hanya dilakukan ketika
bulan Ramadan. Adapun pelaksanaan salat tahajud ini biasa dilakukan ketika
sudah tengah malam hingga waktu menjelang subuh. Hal itu merujuk pada hadis
berikut.
Hadis Pertama
حَدَّثَنَا إِسْحَقُ
بْنُ مَنْصُورٍ أَخْبَرَنَا أَبُو الْمُغِيرَةِ حَدَّثَنَا الْأَوْزَاعِيُّ حَدَّثَنَا
يَحْيَى حَدَّثَنَا أَبُو سَلَمَةَ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِذَا مَضَى شَطْرُ
اللَّيْلِ أَوْ ثُلُثَاهُ يَنْزِلُ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى إِلَى السَّمَاءِ
الدُّنْيَا فَيَقُولُ: هَلْ مِنْ سَائِلٍ يُعْطَى، هَلْ مِنْ دَاعٍ يُسْتَجَابُ لَهُ،
هَلْ مِنْ مُسْتَغْفِرٍ يُغْفَرُ لَهُ؟ حَتَّى يَنْفَجِرَ الصُّبْحُ. مسلم
Artinya: Telah
menceritakan kepada kami Ishaq bin Manshur, telah mengabarkan kepada
kami Abul Mughirah, telah menceritakan kepada kami Al Auza'i, telah
menceritakan kepada kami Yahya, telah menceritakan kepada kami Abu
Salamah bin Abdurrahman dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah
SAW bersabda, “Apabila telah berlalu separuh malam atau dua pertiganya, Allah
Yang Maha Barakah lagi Maha Tinggi turun ke langit dunia, lalu berfirman,
“Adakah orang yang meminta maka akan diberi, adakah orang yang berdoa maka akan
dikabulkan dan adakah orang yang memohon ampun maka akan diampuni?” Begitulah
hingga terbit fajar (Subuh). (HR. Muslim, no. 1263).
Menurut hadis
di atas, Allah akan turun ke langit dunia saat separuh malam atau dua
pertiganya. Allah akan mengabulkan doa dan mengampuni bagi siapa saja yang
memohon ampun waktu itu hingga terbit fajar/ memasuki waktu subuh. Hal itu
termasuk di dalamnya salat Tahajud, mengingat salat adalah doa yang diiringi
gerakan yang mana di mulai dari takbiratul ihram dan diakhiri salam. Sedangkan
pengertian salat tarawih adalah sebagai berikut.
Salat Tarawih merupakan salat yang dikerjakan secara tarawih/ santai dan dikerjakan
hanya pada bulan Ramadan. Penamaan salat Tarawih ini merujuk pada cara
Rasulullah mengerjakan salat lail. Rasulullah melaksanakan salat lail ini
dengan perlahan-lahan atau santai, serta diselingi dengan istirahat setiap
setelah salam. Pengertian tersebut
bersandar pada riwayat berikut.
Hadis Kedua
أنبأ أَبُو عَلِيٍّ
الرُّوذْبَارِيُّ بِطُوسَ، أنبأ أَبُو طَاهِرٍ الْمُحَمَّدَ آبَادِيُّ، ثنا السَّرِيُّ
بْنُ خُزَيْمَةَ، ثنا الْحَسَنُ بْنُ بِشْرٍ الْكُوفِيُّ، ثنا الْمُعَافَى بْنُ عِمْرَانَ،
عَنِ الْمُغِيرَةِ بْنِ زِيَادٍ الْمَوْصِلِيِّ، عَنْ عَطَاءٍ، عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهَا، قَالَتْ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يُصَلِّي أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ فِي اللَّيْلِ، ثُمَّ يَتَرَوَّحُ، فَأَطَالَ حَتَّى رَحِمْتُهُ،
فَقُلْتُ: بِأَبِي أَنْتَ، وَأُمِّي يَا رَسُولَ اللَّهِ، قَدْ غَفَرَ اللَّهُ لَكَ
مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ، قَالَ: أَفَلا أَكُونُ عَبْدًا شَكُورًا؟.
تَفَرَّدَ بِهِ الْمُغِيرَةُ بْنُ زِيَادٍ، وَلَيْسَ بِالْقَوِيِّ، وَقَوْلُهُ: ثُمَّ
يَتَرَوَّحُ إِنْ ثَبَتَ فَهُوَ أَصْلٌ فِي تَرَوُّحِ الإِمَامِ فِي صَلاةِ التَّرَاوِيحِ،
وَاللَّهُ أَعْلَمُ . البيهقى
Artinya: Telah
menceritakan kepada kami Abu ‘Ali Arrudzbari di Thuws, telah
menceritakan kepada kami Abu Thahir Al Muhammad Abadi, telah
menceritakan kepada kami As Sari bin Khuzaimah, telah menceritakan
kepada kami Al Hasan bin Bisyri Al Kuffi, telah menceritakan kepada kami
Al Mu’afa bin Imran, dari Al Mugirah bin Ziyad Al Maushili, dari ‘Atha’,
dari ‘Aisyah RA, ia berkata: “Adalah Rasulullah SAW salat 4 rakaat di
malam hari. Kemudian beliau beristirahat/ bertarawih lama sekali, sehingga aku
merasa kasihan kepadanya. Lalu aku berkata: Wahai Rasulullah, bukankah Allah
telah mengampuni dosa-dosamu baik yang telah lalu maupun yang akan datang?
Beliau menjawab: Bukankah seharusnya aku menjadi hamba yang bersyukur?” Al-Mughirah
bin Ziyad bersendirian di dalamnya, dan dia tidak kuat (laisa bil qawiy).
Dan perkataannya (‘Aisyah), “kemudian beliau beristirahat,” bahwa telah
tetap hal ini asalnya pada istirahatnya imam saat salat tarawih. Wallaahu
a’lam. (HR. Baihaqi, no. 4249).
Menurut riwayat
dari 'Aisyah RA di atas merupakan gambaran bagaimana Rasulullah mengerjakan salat Tarawih.
Berdasarkan keterangan yang dikatakan, Rasulullah mengerjakan salat 4 rakaat di
malam hari, kemudian istirahat lama sekali.
B. Hukum Salat Tarawih dan Salat Tahajud
Salat tarawih dan
salat tahajud termasuk di dalamnya salat lail. Hukum salat lail adalah sunah,
artinya bila dikerjakan mendapat kebaikan dan bila tidak dikerjakan tidak akan
mendapat dosa. Adapun pengertian salat lail adalah berbagai salat sunah
yang dikerjakan pada malam hari selain salat bakdiyah Isya. Macam salat lail
diantaranya ada salat Tarawih, salat Tahajud, salat Witir, dan salat Iftitah.
C. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Salat Tarawih dan Salat Tahajud
Salat tarawih
hanya dikerjakan hanya di bulan Ramadan. Sedangkan salat tahajud hanya
dikerjakan di luar bulan Ramadan. Waktu pelaksanaannya pun dilakukan setiap
hari, baik di dalam maupun di bulan Ramadan setelah salat Isya hingga waktu
sahur usai/ masuk waktu subuh. Artinya, bisa dilaksanakan di awal waktu, di
pertengahan waktu, maupun di akhir waktu. Hal itu sebagaimana hadis berikut.
Hadis Ketiga
حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ
حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ زُرَيْعٍ أَخْبَرَنَا دَاوُدُ بْنُ أَبِي هِنْدٍ عَنْ الْوَلِيدِ
بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ جُبَيْرِ بْنِ نُفَيْرٍ عَنْ أَبِي ذَرٍّ قَالَ: صُمْنَا
مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَمَضَانَ. فَلَمْ يَقُمْ
بِنَا شَيْئًا مِنْ الشَّهْرِ حَتَّى بَقِيَ سَبْعٌ فَقَامَ بِنَا حَتَّى ذَهَبَ ثُلُثُ
اللَّيْلِ. فَلَمَّا كَانَتْ السَّادِسَةُ لَمْ يَقُمْ بِنَا فَلَمَّا كَانَتْ الْخَامِسَةُ
قَامَ بِنَا حَتَّى ذَهَبَ شَطْرُ اللَّيْلِ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ لَوْ نَفَّلْتَنَا
قِيَامَ هَذِهِ اللَّيْلَةِ قَالَ فَقَالَ إِنَّ الرَّجُلَ إِذَا صَلَّى مَعَ الْإِمَامِ
حَتَّى يَنْصَرِفَ حُسِبَ لَهُ قِيَامُ لَيْلَةٍ قَالَ فَلَمَّا كَانَتْ الرَّابِعَةُ
لَمْ يَقُمْ فَلَمَّا كَانَتْ الثَّالِثَةُ جَمَعَ أَهْلَهُ وَنِسَاءَهُ وَالنَّاسَ
فَقَامَ بِنَا حَتَّى خَشِينَا أَنْ يَفُوتَنَا الْفَلَاحُ قَالَ قُلْتُ وَمَا الْفَلَاحُ
قَالَ السُّحُورُ ثُمَّ لَمْ يَقُمْ بِقِيَّةَ الشَّهْرِ. أبي داود
Artinya: Telah
menceritakan kepada kami Musaddad, telah menceritakan kepada kami Yazid
bin Zurai', telah mengabarkan kepada kami Daud bin Abu Hind, dari Al
Walid bin Abdurrahman, dari Jubair bin Nufair, dari Abu Dzar
dia berkata: Kami berpuasa Ramadan bersama Rasulullah SAW. Beliau tidak salat
(malam) bersama kami sehingga tinggal tujuh hari dari bulan itu. Lalu beliau
salat bersama kami hingga lewat sepertiga malam, kemudian beliau tidak salat
malam bersama kami pada malam yang keenam. Tetapi beliau salat malam bersama
kami pada malam yang ke lima hingga lewat tengah malam. Maka aku berkata:
"Wahai Rasulullah, alangkah baiknya sekiranya engkau memperbanyak salat sunah
(qiyamul lail) pada malam hari ini untuk kami." Abu Dzar berkata:
Maka beliau bersabda: "Sesungguhnya apabila seseorang salat (malam)
bersama imam hingga selesai, maka akan di catat baginya seperti bangun (untuk
mengerjakan salat malam) semalam suntuk." Kata Abu Dzar:
"Ketika malam ke empat (dari akhir bulan) beliau tidak mengerjakan salat
malam (bersama kami), setelah malam ketiga (dari akhir bulan), beliau
mengumpulkan keluarganya, isteri-isterinya dan orang-orang, lalu melakukan salat
malam bersama kami, sampai kami khawatir ketinggalan Al Falah." Jabir
bertanya: "Apakah Al Falah itu?" Jawabnya: "Waktu sahur, kemudian
beliau tidak lagi melakukan salat malam bersama kami di malam-malam berikutnya
dari sebulan itu." (HR. Abu Dawud, no. 1167).
Berdasarkan
hadis di atas, Rasulullah tidak selalu mengerjakan salat tarawih di awal waktu,
tetapi kadang dikerjakan hingga lewat sepertiga malam yang terakhir atau lewat
tengah malam. Adapun tempat salat tarawih ataupun salat tahajud bisa dikerjakan
di masjid maupun di rumah.
D. Jumlah Rakaat Salat Tarawih dan Salat Tahajud
Salat sunah tarawih
ataupun tahajud biasa dikerjakan oleh Rasulullah SAW sebanyak 11 rakaat. Namun
tidak menutup kemungkinan jumlah rakaat salat sunah ini tidak secara khusus
dibatasi atau dengan kata lain sebanyak-banyaknya sesuai dengan kemampuan
seseorang melaksnakannya. Batas waktu akhir pengerjaan salat sunah ini adalah
ketika masuk waktu subuh. Adapun keterangan kebiasaan Rasulullah mengerjakan
salat lail sebanyak 11 rakaat berdasarkan hadis berikut.
Hadis Keempat
و حَدَّثَنِي
حَرْمَلَةُ بْنُ يَحْيَى حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ أَخْبَرَنِي عَمْرُو بْنُ الْحَارِثِ
عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ عُرْوَةَ بْنِ الزُّبَيْرِ عَنْ عَائِشَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَتْ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي فِيمَا بَيْنَ أَنْ يَفْرُغَ مِنْ صَلَاةِ الْعِشَاءِ
وَهِيَ الَّتِي يَدْعُو النَّاسُ الْعَتَمَةَ إِلَى الْفَجْرِ إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً،
يُسَلِّمُ بَيْنَ كُلِّ رَكْعَتَيْنِ، وَيُوتِرُ بِوَاحِدَةٍ. فَإِذَا سَكَتَ الْمُؤَذِّنُ
مِنْ صَلَاةِ الْفَجْرِ وَتَبَيَّنَ لَهُ الْفَجْرُ وَجَاءَهُ الْمُؤَذِّنُ قَامَ فَرَكَعَ
رَكْعَتَيْنِ خَفِيفَتَيْنِ ثُمَّ اضْطَجَعَ عَلَى شِقِّهِ الْأَيْمَنِ حَتَّى يَأْتِيَهُ
الْمُؤَذِّنُ لِلْإِقَامَةِ. و حَدَّثَنِيهِ حَرْمَلَةُ أَخْبَرَنَا ابْنُ وَهْبٍ أَخْبَرَنِي
يُونُسُ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ بِهَذَا الْإِسْنَادِ وَسَاقَ حَرْمَلَةُ الْحَدِيثَ بِمِثْلِهِ
غَيْرَ أَنَّهُ لَمْ يَذْكُرْ وَتَبَيَّنَ لَهُ الْفَجْرُ وَجَاءَهُ الْمُؤَذِّنُ وَلَمْ
يَذْكُرْ الْإِقَامَةَ وَسَائِرُ الْحَدِيثِ بِمِثْلِ حَدِيثِ عَمْرٍو سَوَاءً. مسلم
Artinya: Dan
telah menceritakan kepadaku Harmalah bin Yahya, telah menceritakan
kepada kami Ibn Wahb, telah mengabarkan kepadaku 'Amru bin Al Harits
dari Ibnu Syihab dari 'Urwah bin Zubair dari 'Aisyah isteri
Nabi SAW, ia berkata, "Rasulullah SAW salat antara beliau selesai dari
salat isya hingga fajar, 11 rakaat. Beliau salam antara tiap-tiap 2 rakaat,
lalu berwitir 1 rakaat." Jika muazin salat fajar telah diam, dan fajar
telah jelas, sementara muazin telah menemui beliau, maka beliau melakukan 2
kali rakaat ringan, kemudian beliau berbaring di atas lambung sebelah kanan
hingga datang muazin untuk ikamah." Dan telah menceritakan kepadaku Harmalah,
telah mengabarkan kepada kami Ibnu Wahb, telah mengabarkan kepadaku Yunus
dari Ibnu Syihab dengan sanad hadis ini. Harmalah juga membawakan
hadis semisalnya, hanya saja ia tidak menyebutkan redaksi "Ketika fajar
telah jelas, dan muazin menemui beliau." Dia juga tidak menyebutkan
"ikamah" dan semuanya sama seperti hadisnya 'Amru. (HR.
Muslim, no. 1216).
Menurut hadis
dari 'Aisyah RA terdapat informasi bahwa Rasulullah mengerjakan sebelas rakaat dari salat
isya hingga fajar. Hadis di atas juga terdapat informasi bahwa Rasulullah
mengerjakan salat tarawih atau tahajud dengan 2 rakaat salam 2 rakaat salam
lalu salat witir 1 rakaat. Selain itu juga diperkuat oleh hadis berikut.
Hadis Kelima
حَدَّثَنَا عَبْدُ
اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ قَالَ أَخْبَرَنَا مَالِكٌ عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِي سَعِيدٍ الْمَقْبُرِيِّ
عَنْ أَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ أَنَّهُ أَخْبَرَهُ أَنَّهُ سَأَلَ عَائِشَةَ
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، كَيْفَ كَانَتْ صَلَاةُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فِي رَمَضَانَ؟ فَقَالَتْ: مَا كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يَزِيدُ فِي رَمَضَانَ وَلَا فِي غَيْرِهِ عَلَى إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً
يُصَلِّي أَرْبَعًا فَلَا تَسَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ ثُمَّ يُصَلِّي أَرْبَعًا
فَلَا تَسَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ ثُمَّ يُصَلِّي ثَلَاثًا. قَالَتْ عَائِشَةُ
فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَتَنَامُ قَبْلَ أَنْ تُوتِرَ؟ فَقَالَ يَا عَائِشَةُ
إِنَّ عَيْنَيَّ تَنَامَانِ وَلَا يَنَامُ قَلْبِي. البخاري
Artinya: Telah
menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Yusuf, ia berkata: telah
mengabarkan kepada kami Malik dari Sa'id bin Abu Sa'id Al Maqbariy dari
Abu Salamah bin 'Abdurrahman bahwasanya ia pernah bertanya kepada 'Aisyah
RA, "Bagaimanakah salatnya Rasulullah SAW di bulan Ramadan?" Maka
'Aisyah berkata, "Rasulullah SAW tidak melebihkan di bulan Ramadan
maupun di luar Ramadan atas sebelas rakaat. Beliau salat empat rakaat, jangan
kamu tanya bagusnya dan panjangnya. Kemudian beliau salat empat rakaat, jangan
kamu tanya bagusnya dan panjangnya. Kemudian beliau salat (witir) tiga rakaat."
'Aisyah berkata: Aku bertanya: "Wahai Rasulullah, apakah anda tidur
sebelum melaksanakan witir?" Beliau menjawab: "Wahai 'Aisyah, kedua
mataku tidur, tetapi hatiku tidaklah tidur." (HR. Bukhari, no. 1079).
Menurut hadis
dari Abu Salamah bisa diketahui bahwa Rasulullah SAW mengerjakan salat Tarawih ataupun
salat Tahajud dengan jumlah 11 rakaat. Adapun 'Aisyah RA menjelaskan
bahwa Rasulullah salat empat rakaat dan jangan ditanya tentang bagusnya dan panjangnya. Kemudian Rasulullah salat empat rakaat dan jangan ditanya bagusnya dan panjangnya. Barulah Rasulullah salat (witir) tiga rakaat. Melalui dua hadis di atas yaitu hadis riwayat Muslim
nomor 1216 dan hadis riwayat Bukhari nomor 1079, mungkin akan bertanya-tanya,
bagaimana bisa seakan terjadi perbedaan informasi dari dua hadis yang sama-sama
kuat? Bagaimana memahami dua hadis yang seakan-akan berbeda? Supaya memahami
kedua hadis diatas, mari kita teliti lagi.
Hadis yang
pertama menyebutkan bahwa Rasulullah salat Tarawih dengan 2 rakaat salam 2 rakaat
salam. Namun pada hadis yang kedua disebutkan bahwa Rasulullah salat empat
rakaat kemudian salat empat rakaat. Bila dipahami lebih dalam, kedua hadis itu
saling menjelaskan antara satu dengan yang lain. Orang yang menginformasikan
tentang pelaksanaan salat tarawih atau salat tahajud adalah orang yang sama,
yakni 'Aisyah RA. Tidak mungkin 'Aisyah RA memberikan informasi yang berbeda. Adapun cara
pelaksanaan salat tarawih maupun salat tahajud tetap 2 rakaat salam 2 rakaat
salam, tetapi berhenti sejenak setelah terkumpul empat rakaat (2 kali 2 rakaat
lalu salam). Bisa disimpulkan ketika Rasulullah mengerjakan salat 11 rakaat itu
dilaksanakan 2 rakaat salam 2 rakaat salam lalu berhenti sejenak/ jeda.
Kemudian dilanjutkan 2 rakaat salam 2 rakaat salam, barulah melaksanakan salat
witir 3 rakaat. Hadis yang kedua menginformasikan tentang tempat istirahat/ jeda
ketika melaksanakan salat tarawih ataupun salat tahajud. Melalui dua hadis di
atas, kita mengetahui bahwa salat sunah tarawih ataupun salat tahajud biasa
dikerjakan oleh Rasulullah SAW sebanyak 11 rakaat. Namun hal tersebut tidak
menjadikan batasan dari Rasulullah SAW supaya mengerjakan salat tarawih ataupun
salat tahajud sebanyak sebanyak 11 rakaat. Hal tersebut sebagaimana hadis
berikut.
Hadis Keenam
و حَدَّثَنَا
يَحْيَى بْنُ يَحْيَى قَالَ قَرَأْتُ عَلَى مَالِكٍ عَنْ نَافِعٍ وَعَبْدِ اللَّهِ
بْنِ دِينَارٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ، أَنَّ رَجُلًا سَأَلَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ صَلَاةِ اللَّيْلِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: صَلَاةُ اللَّيْلِ مَثْنَى مَثْنَى. فَإِذَا خَشِيَ أَحَدُكُمْ
الصُّبْحَ صَلَّى رَكْعَةً وَاحِدَةً تُوتِرُ لَهُ مَا قَدْ صَلَّى. مسلم
Artinya: Dan
telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya, katanya: Aku menyetorkan
hafalan kepada Malik dari Nafi' dan Abdullah bin Dinar
dari Ibnu Umar bahwasanya ada seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah
SAW tentang salat malam. Maka Rasulullah SAW menjawab, "Salat malam itu 2
rakaat 2 rakaat. Maka apabila seseorang diantara kalian khawatir masuk subuh,
hendaklah ia salat witir 1 rakaat. Yang serakaat itu mewitirkan untuk salat
yang telah ia kerjakan." (HR. Muslim, no. 1239).
Menurut hadis
di atas dapat dipahami bahwa salat malam/ salat lail itu dikerjakan 2 rakaat 2
rakaat. Selain itu, ada penegasan bahwa apabila seseorang yang
mengerjakan malam khawatir
masuk waktu subuh, hendaklah seseorang itu salat witir 1 rakaat. Oleh sebab itu dapat dipahami bahwa salat malam itu tidak dibatasi jumlah
rakaatnya. Namun dibatasi oleh waktu subuh. Pelaksanaan dengan 2 rakaat salam 2
rakaat salam.
E. Tata Cara Pelaksaan Salat Tarawih
dan Salat Tahajud
Tata cara
pelaksanaan salat tarawih maupun salat witir sebagaimana umumnya tata cara
salat. Pelaksanaan salat tarawih mencakup keras lemahnya bacaan dan jumlah
orang yang mengerjakan. Bacaan salat tarawih bisa dikerjakan dengan suara
keras/ nyaring (jahr) maupun suara lembut (sirr). Hal itu sebagaimana hadis
berikut.
Hadis Ketujuh
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ
حَدَّثَنَا اللَّيْثُ عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ صَالِحٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي
قَيْسٍ قَالَ سَأَلْتُ عَائِشَةَ، كَيْفَ كَانَتْ قِرَاءَةُ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِاللَّيْلِ؟ أَكَانَ يُسِرُّ بِالْقِرَاءَةِ أَمْ يَجْهَرُ؟ فَقَالَتْ:
كُلُّ ذَلِكَ قَدْ كَانَ يَفْعَلُ رُبَّمَا أَسَرَّ بِالْقِرَاءَةِ وَرُبَّمَا جَهَرَ.
فَقُلْتُ: الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي جَعَلَ فِي الْأَمْرِ سَعَةً. قَالَ أَبُو عِيسَى
هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ غَرِيبٌ. الترمذي
Artinya: Telah
menceritakan kepada kami Qutaibah, telah menceritakan kepada kami Al
Laits dari Mu'awiyah bin Shalih dari Abdullah bin Abu Qais, dia
berkata: Aku bertanya kepada 'Aisyah, "Bagaimana bacaan Nabi SAW
pada waktu (salat) malam? Apakah beliau memelankan ataukah mengeraskan
bacaannya?" Jawab ('Aisyah), "Semuanya itu pernah dilakukan
oleh Rasulullah SAW, terkadang beliau membaca sirr (pelan) dan terkadang beliau
membaca jahr (nyaring)." Maka aku berkata, "Segala puji bagi Allah
yang telah memberi kelonggaran dalam hal ini." Abu Isa berkata: bahwa hadis
ini hasan shahih gharib. (HR. Tirmidzi, no. 411).
Menurut hadis
tersebut dijelaskan bahwa Rasulullah pernah melaksanakan salat malam dengan
bacaan nyaring (jahr) maupun lembut (sirr). Kedua hal tersebut merupakan
kelonggaran dari Rasulullah yang patut kita syukuri. Selain dari segi keras
lemahnya bacaan, pelaksanaan salat tarawih juga melihat dari segi jumlah orang
yang mengerjakan. Salat tarawih ini bisa dikerjakan secara sendirian (munfarid)
seperti kebiasaan yang dilakukan Rasulullah ataupun secara berjamaah. Sebagaimana
hadis berikut menyebutkan riwayat salat tarawih secara berjamaah.
Hadis Kedelapan
حَدَّثَنَا عَبْدُ
اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ قَالَ أَخْبَرَنَا مَالِكٌ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ عُرْوَةَ
بْنِ الزُّبَيْرِ عَنْ عَائِشَةَ أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، أَنَّ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى ذَاتَ لَيْلَةٍ فِي الْمَسْجِدِ
فَصَلَّى بِصَلَاتِهِ نَاسٌ. ثُمَّ صَلَّى مِنْ الْقَابِلَةِ فَكَثُرَ النَّاسُ. ثُمَّ
اجْتَمَعُوا مِنْ اللَّيْلَةِ الثَّالِثَةِ أَوْ الرَّابِعَةِ فَلَمْ يَخْرُجْ إِلَيْهِمْ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمَّا أَصْبَحَ قَالَ: قَدْ
رَأَيْتُ الَّذِي صَنَعْتُمْ وَلَمْ يَمْنَعْنِي مِنْ الْخُرُوجِ إِلَيْكُمْ إِلَّا
أَنِّي خَشِيتُ أَنْ تُفْرَضَ عَلَيْكُمْ. وَذَلِكَ فِي رَمَضَانَ. البخاري
Artinya: Telah
menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Yusuf berkata: telah mengabarkan
kepada kami Malik dari Ibnu Syihab dari 'Urwah bin Az Zubair
dari 'Aisyah Ummul Mu'minin RA berkata bahwasanya pada suatu malam
Rasulullah SAW salat malam di masjid, maka orang-orang pun turut salat bersama
beliau. Kemudian beliau salat pula pada malam berikutnya, maka bertambah banyak
orang yang mengikutinya. Kemudian malam ketiganya atau keempatnya mereka telah
berkumpul, tetapi beliau tidak datang. Maka setelah pagi harinya beliau
berkata, "Sungguh saya telah mengetahui apa yang kalian lakukan tadi malam
dan saya tidak berhalangan untuk datang kepada kalian, hanyasaja saya khawatir
kalau salat itu diwajibkan atas kalian." (Kata 'Aisyah),
"Kejadian tersebut pada bulan Ramadan." (HR. Bukhari, no. 1061).
Melalui hadis
tadi dapat kita mengerti bahwa ada riwayat Rasulullah salat malam berjamaah.
Namun pada malam ketiga, Rasulullah tidak datang karena khawatir menjadi suatu
kewajiban yang memberatkan bagi umatnya. Selain itu ada keterangan bahwa salat
malam berjamaah hanya terjadi ketika bulan Ramadan. Oleh sebab itu, ketika
melaksanakan salat tahajud (di luar bulan Ramadan), bacaannya dibaca lembut
(sirr) karena munfarid. Demikian tutorial singkat salat Tarawih dan salat
Tahajud. Semoga menjadi penambah khasanah keilmuan agama kita dan semoga
menjadi sarana pendekatan diri kita kepada Allah.
Demikianlah berbagai dalil ataupun
pelajaran yang bisa menjadi acuan kita dalam ibadah salat tarawih dan salat
tahajud. Dalil yang kita gunakan untuk beribadah adalah dalil dari Al-Qur’an
yang sudah pasti benar dan/ atau hadis shahih atau setidaknya hasan
lidzatihi. Adapun selain dalil yang ada, tidak menutup kemungkinan terdapat
dalil yang shahih maupun sharih lainnya yang bisa kita gunakan
sebagai landasan hukum ibadah. Semoga kita semuanya mampu melaksanakan salat
sunah dengan baik dan istiqamah sebagai upaya kita meraih kesempurnaan amal
salih. Aamiin.