Saturday, April 2, 2016

Tutorial Tayamum




Sebagai seorang muslim, kita senantiasa menjaga kesucian diri dalam rangka menunjang kebutuhan beribadah kita kepada Allah SWT. Rutinitas salat lima waktu terus kita jalankan selama kita masih berakal, artinya meskipun ditengah kondisi tertentu yang tidak ada air, ketika perjalanan, ataupun saat sakit kita tetap melaksanakannya. Ketika tidak ada air, saat perjalanan, atau saat sakit tertentu, kita diberi ruqsah (keringanan) oleh Allah dan Rasul-Nya dalam bersuci yaitu dengan tayammum. 

Tayamum merupakan suatu syari’at agama sebagai pengganti wudu atau mandi janabat bagi seorang muslim yang hendak melaksanakan salat karena suatu keadaan. Hal itu sesuai dengan firman Allah SWT pada Surat An Nisa ayat 43 dan Al Maidah ayat 6.

وَإِن كُنتُم مَّرْضَىٰٓ أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ أَوْ جَآءَ أَحَدٌ مِّنكُم مِّنَ الْغَآئِطِ أَوْ لٰمَسْتُمُ النِّسَآءَ فَلَمْ تَجِدُوا۟ مَآءً فَتَيَمَّمُوا۟ صَعِيدًا طَيِّبًا.
Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci). [QS. An Nisa: 43: Al Maidah: 6]

Orang sakit yang dimaksud adalah orang yang bila terkena air akan membahayakan baginya atau justru malah menghambat kesembuhan dari sakitnya. Maksud tidak mendapat air adalah walaupun terdapat air tetapi tempatnya sangat jauh atau tempatnya berbahaya. Pengertian lain tidak terdapat air adalah meski terdapat air tetapi jumlahnya sedikit atau terbatas, dan dipergunakan untuk kebutuhan penting sehari-hari seperti minum dan memasak. Orang yang sedang dalam perjalanan (musafir) pun dibolehkan bersuci dengan bertayamum. Hal itu dijelaskan pada hadis berikut:

عَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ قَالَ: كُنَّا مَعَ رَسُوْلِ اللهِ ص فِى سَفَرٍ فَصَلَّى بِالنَّاسِ. فَاِذَا هُوَ بِرَجُلٍ مُعْتَزِلٍ فَقَالَ: مَا مَنَعَكَ اَنْ تُصَلِّيَ؟ قَالَ: اَصَابَتْنِى جَنَابَةٌ وَ لاَ مَاءَ. قَالَ: عَلَيْكَ بِالصَّعِيْدِ، فَاِنَّهُ يَكْفِيْكَ. احمد و البخارى و مسلم فى نيل الاوطار 1:308
Dari ‘Imran bin Hushain, ia berkata: Kami pernah bersama Rasulullah SAW dalam safar (bepergian), lalu beliau SAW shalat bersama orang banyak, tiba-tiba ada seorang laki-laki menyendiri, lalu beliau bertanya, “Apa yang menghalangi kamu untuk shalat?”. Ia menjawab, “Saya sedang junub, padahal tidak ada air”. (Kemudian) Nabi SAW bersabda, “Gunakanlah debu, karena sesungguhnya ia cukup bagimu”. [HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim, dalam Nailul Authar I: 308]

Melalui hadis di atas bisa kita pahami bahwa seseorang yang sedang berhadas besar yang tidak menjumpai air bisa menghilangkan hadas yang ada di tubuhnya dengan tayamum. Dalam hadis lain juga dijelaskan sebagai berikut:

عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ عَنْ اَبِى سَعِيْدٍ اْلخُدْرِيِّ قَالَ: خَرَجَ رَجُلاَنِ فِى سَفَرٍ فَحَضَرَتِ الصَّلاَةُ وَ لَيْسَ مَعَهُمَا مَاءٌ فَتَيَمَّمَا صَعِيْدًا طَيَّبًا فَصَلَّيَا. ثُمَّ وَجَدَ اْلمَاءَ فِى اْلوَقْتِ فَاَعَادَ اَحَدُهُمَا اْلوُضُوْءَ وَ الصَّلاَةَ وَ لَمْ يُعِدِ اْلآخَرُ ثُمَّ اَتَيَا رَسُوْلَ اللهِ ص فَذَكَرَ ذلِكَ لَهُ فَقَالَ لِلَّذِى لَمْ يُعِدْ: اَصَبْتَ السُّنَّةَ وَ اَجْزَاَتْكَ صَلاَتُكَ. وَ قَالَ لِلَّذِى تَوَضَّأَ وَ اَعَادَ: لَكَ اْلاَجْرُ مَرَّتَيْنِ. النسائى و ابو داود و هذا لفظه
Dari ‘Atha’ bin Yasar, dari Abu Sa’id Al-Khudriy, ia berkata: Dua orang laki-laki keluar dalam satu bepergian, lalu datang waktu salat (padahal keduanya tidak membawa air), kemudian kedua orang itu bertayamum dengan debu yang bersih, lantas keduanya salat, kemudian (selesai salat) mendapati air dalam waktu itu. Lalu salah seorang dari padanya mengulangi dengan wudu dan salat, sedang yang lain tidak mengulangi. Kemudian kedua orang itu menghadap Rasulullah SAW, lalu menceritakan hal itu kepada beliau, maka Nabi SAW bersabda kepada orang yang tidak mengulangi, “Kamu sesuai dengan sunnah dan salatmu sudah memadai”. Dan terhadap orang yang wudu dan mengulangi, beliau bersabda, “Bagimu pahala dua kali”. [HR. Nasai dan Abu Dawud, dan ini adalah lafadh Abu Dawud, dalam Nailul Authar I: 311]

Melalui hadis diatas bisa kita pahami bahwa orang yang salat dengan bertayamum karena safar dan/ atau tidak ada air itu sudah memadai. Nabi pun menjelaskan bahwa salat dengan bertayamum karena suatu hal yang dibenarkan agama itu sudah sesuai dengan sunnah. Oleh sebab itu, mari kita simak penjelasan singkat cara bertayamum.

Cara bertayamum ada dua. Adapun penjelasan singkat adalah sebagai berikut:

1. Mengusap kedua tangan hingga pergelangan lalu muka
Cara bertayamum yang pertama dengan  menepukkan tangan ke tempat suci dan berdebu dengan sekali tepukan. Kemudian mengusap kedua tangan terlebih dahulu sampai pergelangan tangan. Lalu barulah mengusap wajah tanpa mengulangi menepuk tempat yang berdebu tadi. Sebelum diusapkan ke tangan dan muka bisa pula ditiup terlebih dahulu. Hal tersebut berdasarkan hadis berikut:

عَنْ عَمَّارِ يْنِ يَاسِرٍ قَالَ: بَعَثَنِى النَّبِيُّ ص فِى حَاجَةٍ فَاَجْنَبْتُ فَلَمْ اَجِدِ اْلمَاءَ فَتَمَرَّغْتُ فِى الصَّعِيْدِ كَمَا تَتَمَرَّغُ الدَّابَّةُ، ثُمَّ اَتَيْتُ النَّبِيَّ ص، فَذَكَرْتُ لَهُ ذلِكَ فَقَالَ: اِنَّمَا كَانَ يَكْفِيْكَ اَنْ تَقُوْلَ بِيَدَيْكَ هكَذَا. ثُمَّ ضَرَبَ بِيَدَيْهِ اْلاَرْضَ ضَرْبَةً وَاحِدَةً، ثُمَّ مَسَحَ الشِّمَالَ عَلَى اْليَمِيْنِ وَ طَاهِرَ كَفَّيْهِ وَ وَجْهَهُ. متفق عليه
Dari ‘Ammar bin Yasir RA, ia berkata: Nabi SAW penah mengutus saya untuk suatu keperluan. Kemudian dalam perjalanan itu saya berjunub, akan tetapi tidak memperoleh air, lalu saya berguling di tanah sebagaimana binatang berguling. Setelah itu saya pulang dan menghadap Nabi SAW, serta menceritakan pengalaman saya tersebut. Beliau bersabda, “Hanyasanya kamu cukup (bertayammum) dengan kedua tanganmu demikian. Kemudian beliau menepukkan kedua tangannya ke bumi satu kali, lalu menyapu tangan kanannya dengan tangan kirinya, lalu punggung kedua telapak tangannya serta mukanya”. [HR. Muttafaq ‘alaih, dan lafadh itu bagi Muslim]

Hadis di atas bisa kita pahami bahwa tayamum dimulai dengan menepukkan kedua tangan ke bumi (atau tempat yang ada debunya), kemudian menyapu tangan kanan dan kirinya serta punggung kedua telapak tangan dengan debu yang menempel pada tangannya. Lalu barulah menyapu muka.

2. Mengusap muka lalu kedua tangan hingga pergelangan 
Cara bertayamum yang kedua ialah dengan menepuk tangan ke tempat yang suci dan mengandung debu dengan sekali tepukan. Kemudian mengusapkannya ke muka dan pada kedua telapak tangan hingga pergelangan tangan. Suatu hadis menyebutkan:

فَضَرَبَ النَّبِيُّ ص بِكَفَّيْهِ اْلاَرْضَ وَ نَفَخَ فِيْهِمَا ثُمَّ مَسَحَ بِهِمَا وَجْهَهُ وَ كَفَّيْهِ. البخارى
Lalu Nabi SAW menepukkan kedua tangannya ke bumi, lalu meniup keduanya, kemudian menyapukannya ke muka dan dua tangannya (hingga pergelangan)”. [HR. Bukhari I: 87]

Melalui hadis di atas bisa kita ketahui bahwa tayamum bisa juga dilaksanakan dengan menepukkan kedua tangan ke bumi (atau tempat yang berdebu) dan kemudian meniup kedua tangannya. Pada hadis di atas juga menjelaskan bahwa tayamum bisa dilakukan setelah menepukkan kedua tangan ke bumi (atau tempat yang ada debunya) kemudian menyapu muka terlebih dahulu dan barulah menyapu kedua tangan.

Berdasarkan hadis Nabi di atas dapat kita pahami bahwa pelaksanaan tayamum bisa dengan dua cara. Cara pertama dengan menepuk tangan ke tempat berdebu/ permukaan tanah dan menyapu kedua tangan hingga pergelangan lalu muka. Cara kedua menepuk menepuk tangan ke tempat berdebu/ permukaan tanah dan menyapu muka barulah kedua tangan hingga pergelangan tangan. Tinggal kita pilih cara yang mana sesuai dengan pilihan kita.

Catatan:
Terdapat beberapa pendapat ulama mengenai kebolehan musafir bertayammum ketika ada atau tidaknya air. Pendapat pertama menyatakan orang musafir boleh tayamum sebagai pengganti wudu atau mandi janabah meskipun terdapat air. Hal tersebut berlandaskan pada pemahaman surat An Nisa’ ayat 43 dan Al Maidah ayat 6. Pendapat kedua menyatakan bahwa orang musafir tidak boleh tayamum sebagai pengganti wudu atau mandi janabah apabila terdapat air. Alasannya karena tidak adanya praktek dari Nabi SAW atau shahabat bertayammum diwaktu safar dengan keadaan ada air bukan karena sakit atau udara yang amat dingin.



Wallahu A’lam

Friday, April 1, 2016

Tutorial Salat Jenazah



Berbagai hak dan kewajiban melekat bagi seorang yang memeluk agama Islam. Berbagai kewajiban dilaksanakan dengan sebaik-baiknya ketika hidup. Sebaliknya, bersama dengan kewajiban akan memperoleh hak. Sebagai orang Islam yang taat, dijanjikan oleh Allah akan kenikmatan yang tak terhingga sebagai hak bagi kaum muslim yang melaksanakan kewajiban dengan sebaik-baiknya demi memperoleh rida Allah. Diantara hak yang ada, ada beberapa hak kaum muslim ketika meninggal. Islam mensyariatkan bahwa setiap orang muslim apabila meninggal hendaknya mendapat empat hak yaitu: (a) dimandikan; (b) dikafani; (c) disalatkan, dan (d) dikebumikan. Hal tersebut berlaku semuanya pada keadaan biasa, kecuali diantaranya adalah orang mati syahid dalam peperangan ataupun meninggal dalam keadaan berihram. Pada kesempatan kali ini akan membahas mengenai salat jenazah lengkap dengan berbagai dalil dan sanadnya. Adapun yang akan dibahas meliputi: (a) pembeda orang Islam dan non Islam; (b) pengertian dan hukum salat jenazah; (c) tata letak jenazah dan orang yang salat jenazah; (d) jumlah takbir salat jenazah; (e) tata cara salat jenazah dengan empat takbir; (f) ragam doa untuk jenazah; (g) keutamaan mensalatkan jenazah; dan (h) keutamaan salat jenazah.

 

A. Pembeda Orang Islam dan Non Islam

Dalam hal ini, perbedaan hak seorang muslim dan non-muslim apabila meninggal adalah dilakukannya salat jenazah atau tidak terhadapnya. Sementara itu, pembeda antara seorang muslim dan non-muslim adalah meninggalkan salat. Hal tersebut dijelaskan dalam hadist berikut.

 

Hadis Pertama

حَدَّثَنَا هَنَّادٌ حَدَّثَنَا وَكِيعٌ عَنْ سُفْيَانَ عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ عَنْ جَابِرٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: بَيْنَ الْعَبْدِ وَبَيْنَ الْكُفْرِ تَرْكُ الصَّلَاةِ. قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ وَأَبُو الزُّبَيْرِ اسْمُهُ مُحَمَّدُ بْنُ مُسْلِمِ بْنِ تَدْرُسَ. الترمذي

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Hannad, telah menceritakan kepada kami Waki' dari Sufyan dari Abu Az-Zubair dari Jabir, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda, “(Yang membedakan) antara seseorang hamba dan kekufuran adalah meninggalkan salat.” Abu Isa berkata: 'Ini hadis hasan shahih, dan Abu Az-Zubair namanya adalah Muhammad bin Muslim bin Tadrus.' (HR. Tirmidzi, no. 2544).

 

Hadis Kedua

حَدَّثَنَا مُعَاوِيَةُ بْنُ عَمْرٍو حَدَّثَنَا أَبُو إِسْحَاقَ عَنِ الْأَعْمَشِ عَنْ أَبِي سُفْيَانَ عَنْ جَابِرٍ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: بَيْنَ الْعَبْدِ وَبَيْنَ الْكُفْرِ أَوْ الشِّرْكِ تَرْكُ الصَّلَاةِ. أحمد

Artinya: Telah bercerita kepada kami Mu'awiyah bin 'Amr, telah bercerita kepada kami Abu Ishaq dari Al A'masy dari Abu Sufyan dari Jabir, ia berkata: saya telah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "(Perbedaan) antara seorang hamba dengan kekufuran atau kesyirikan adalah meninggalkan salat." (HR. Ahmad, no. 14451).

 

Selain itu juga yang menentukan dilaksanaan salat jenazah atau tidak pada seseorang bila meninggal adalah seseorang tersebut tergolong orang munafik atau tidak. Bila seseorang yang meninggal tergolong orang munafik, maka hendakanya tidak dilaksanakan salat jenazah terhadapnya. Hal itu sebagaimana dalam surat At-Taubah (9) ayat 84 yaitu:

 

Dalil Al-Qur’an Pertama

وَلَا تُصَلِّ عَلَىٰٓ أَحَدٍ مِّنْهُم مَّاتَ أَبَدًا وَلَا تَقُمْ عَلَىٰ قَبْرِهِۦٓ ۖ إِنَّهُمْ كَفَرُوا۟ بِاللهِ وَرَسُولِهِۦ وَمَاتُوا۟ وَهُمْ فٰسِقُونَ. التوبة:٨٤

Artinya: Dan janganlah engkau (Muhammad) melaksanakan salat untuk seseorang yang mati di antara mereka (orang-orang munafik) selama-lamanya dan janganlah engkau berdiri (mendoakan) di atas kuburnya. Sesungguhnya mereka ingkar kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka mati dalam keadaan fasik. (Q.S. At-Taubah: 84).

 

B. Pengertian dan Hukum Salat Jenazah

Salat jenazah adalah diantaranya salat yang dilakukan untuk jenazah orang Islam. Hal tersebut berlaku baik yang meninggal orang Islam laki-laki maupun orang Islam perempuan untuk wajib disalati oleh orang Islam yang masih hidup. Salat jenazah juga disebut salat atas mayyit, yaitu salat yang dilakukan oleh orang Islam yang hidup atas orang Islam yang meninggal dunia. Hukum mensalatkan seorang muslim adalah fardu kifayah. Adapun maksudnya fardu kifayah adalah apabila ada suatu kaum muslimin yang mensalatkan sekiranya sudah mencukupi. Namun jika tidak ada kaum muslim yang mengerjakan, maka berdosalah semuanya.

 

C. Tata Letak Jenazah dan Orang yang Salat Jenazah

Mensalatkan jenazah bisa dilakukan secara sendiri (munfarid) ataupun berjamaah dengan seorang imam dan yang lainnya sebagai makmum. Tata letak posisi ketika mensalatkan jenazah baik secara munfarid maupun berjamaah adalah sebagai berikut.

 

1. Mensalatkan jenazah apabila jenazahnya adalah laki-laki dengan meletakkan jenazah dihadapan orang-orang yang akan mensalatkannya, dan orang yang mensalatkannya (imam bila salat secara berjamaah) berdiri menghadap kiblat dan searah kepala jenazah. Dalilnya adalah sebagai berikut.

 

Hadis Ketiga

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُنِيرٍ عَنْ سَعِيدِ بْنِ عَامِرٍ عَنْ هَمَّامٍ عَنْ أَبِي غَالِبٍ قَالَ: صَلَّيْتُ مَعَ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ عَلَى جَنَازَةِ رَجُلٍ، فَقَامَ حِيَالَ رَأْسِهِ. ثُمَّ جَاءُوا بِجَنَازَةِ امْرَأَةٍ مِنْ قُرَيْشٍ، فَقَالُوا: يَا أَبَا حَمْزَةَ، صَلِّ عَلَيْهَا. فَقَامَ حِيَالَ وَسَطِ السَّرِيرِ. فَقَالَ لَهُ الْعَلَاءُ بْنُ زِيَادٍ: هَكَذَا رَأَيْتَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَامَ عَلَى الْجَنَازَةِ مُقَامَكَ مِنْهَا وَمِنْ الرَّجُلِ مُقَامَكَ مِنْهُ؟ قَالَ: نَعَمْ. فَلَمَّا فَرَغَ قَالَ: احْفَظُوا. وَفِي الْبَاب عَنْ سَمُرَةَ قَالَ أَبُو عِيسَى حَدِيثُ أَنَسٍ هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ وَقَدْ رَوَى غَيْرُ وَاحِدٍ عَنْ هَمَّامٍ مِثْلَ هَذَا وَرَوَى وَكِيعٌ هَذَا الْحَدِيثَ عَنْ هَمَّامٍ فَوَهِمَ فِيهِ فَقَالَ عَنْ غَالِبٍ عَنْ أَنَسٍ وَالصَّحِيحُ عَنْ أَبِي غَالِبٍ وَقَدْ رَوَى هَذَا الْحَدِيثَ عَبْدُ الْوَارِثِ بْنُ سَعِيدٍ وَغَيْرُ وَاحِدٍ عَنْ أَبِي غَالِبٍ مِثْلَ رِوَايَةِ هَمَّامٍ وَاخْتَلَفُوا فِي اسْمِ أَبِي غَالِبٍ هَذَا فَقَالَ بَعْضُهُمْ يُقَالُ اسْمُهُ نَافِعٌ وَيُقَالُ رَافِعٌ وَقَدْ ذَهَبَ بَعْضُ أَهْلِ الْعِلْمِ إِلَى هَذَا وَهُوَ قَوْلُ أَحْمَدَ وَإِسْحَقَ. الترمذي

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Munir dari Sa'id bin 'Amir dari Hammam dari Abu Ghalib, ia berkata: Aku pernah mensalatkan jenazah seorang laki-laki bersama Anas bin Malik, maka ia berdiri di dekat kepalanya. Kemudian orang-orang datang dengan membawa jenazah seorang perempuan Quraisy, lalu mereka berkata, “Ya Abu Hamzah, salatkanlah jenazah wanita ini.” Lalu Anas bin Malik mensalatkannya dan ia berdiri di tengah-tengahnya. Kemudian Al-’Alaa’ bin Ziyaad bertanya, “Hai Abu Hamzah, apakah seperti itu engkau melihat Rasulullah SAW berdiri ketika mensalatkan jenazah seorang wanita sebagaimana engkau berdiri, dan untuk jenazah laki-laki sebagaimana engkau berdiri?” Ia menjawab, “Ya.” Setelah selesai, (Al-‘Alaa’ bin Ziyaad) berkata (kepada kami), “Jagalah (yang demikian) ini.” Hadis semakna diriwayatkan dari Samurah. Abu Isa berkata: "Hadis Anas merupakan hadis hasan. Lebih dari satu orang yang meriwayatkan dari Hammam seperti di atas. Waki' meriwayatkan hadis ini dari Hammam lalu dia ragu. Dia mengatakan dari Ghalib dari Anas, dan yang sahih adalah dari Abu Ghalib. Abdul Warits bin Sa'id dan yang lainnya meriwayatkan hadis ini dari Abu Ghalib seperti riwayat hadis Hammam. Mereka berselisih pada nama Ghalib, sebagian berkata: namanya adalah Nafi', sebagian lagi namanya adalah Rafi'. Sebagian ulama berpendapat demikian, di antaranya adalah Ahmad dan Ishaq." (HR. Tirmidzi, no. 955).

 

2. Mensalatkan jenazah apabila jenazahnya adalah perempuan adalah dengan cara jenazah diletakkan dihadapan orang-orang yang akan mensalatkannya dan orang yang mensalatkannya (imam bila salat secara berjamaah) berdiri searah pinggang atau perut jenazah. Dalilnya adalah sebagai berikut.

 

Hadis Keempat

حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ زُرَيْعٍ حَدَّثَنَا حُسَيْنٌ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ بُرَيْدَةَ عَنْ سَمُرَةَ بْنِ جُنْدَبٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: صَلَّيْتُ وَرَاءَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى امْرَأَةٍ مَاتَتْ فِي نِفَاسِهَا فَقَامَ عَلَيْهَا وَسَطَهَا. البخاري

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Musaddad, telah menceritakan kepada kami Yazid bin Zurai', telah menceritakan kepada kami Husain, telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Buraidah dari Samurah bin Jundab RA berkata: Saya pernah salat jenazah di belakang Nabi SAW yang mensalatkan jenazah wanita yang meninggal dunia dalam keadaan nifas. Dan beliau SAW dalam salatnya itu berdiri di tengah-tengahnya. (HR. Bukhari, no. 1245).

 

Hadis Kelima

و حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى التَّمِيمِيُّ أَخْبَرَنَا عَبْدُ الْوَارِثِ بْنُ سَعِيدٍ عَنْ حُسَيْنِ بْنِ ذَكْوَانَ قَالَ حَدَّثَنِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ بُرَيْدَةَ عَنْ سَمُرَةَ بْنِ جُنْدُبٍ قَالَ: صَلَّيْتُ خَلْفَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَصَلَّى عَلَى أُمِّ كَعْبٍ مَاتَتْ وَهِيَ نُفَسَاءُ فَقَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِلصَّلَاةِ عَلَيْهَا وَسَطَهَا. و حَدَّثَنَاه أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا ابْنُ الْمُبَارَكِ وَيَزِيدُ بْنُ هَارُونَ ح و حَدَّثَنِي عَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ أَخْبَرَنَا ابْنُ الْمُبَارَكِ وَالْفَضْلُ بْنُ مُوسَى كُلُّهُمْ عَنْ حُسَيْنٍ بِهَذَا الْإِسْنَادِ وَلَمْ يَذْكُرُوا أُمَّ كَعْبٍ. مسلم

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya At Tamimi, telah mengabarkan kepada kami Abdul Warits bin Sa'id dari Husain bin Dzakwan, ia berkata: telah menceritakan kepadaku Abdullah bin Buraidah dari Samurah bin Jundab ia berkata: Dahulu aku salat jenazah di belakang Nabi SAW, dan beliau mensalatkan jenazahnya Ummu Ka’ab yang meninggal dunia dalam keadaan nifas. Pada waktu itu Rasulullah SAW menshalatkannya dengan berdiri di tengah-tengahnya. Dan telah menceritakannya kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah, telah menceritakan kepada kami Ibnul Mubarak dan Yazid bin Harun. Dalam jalur lain, dan telah menceritakan kepadaku Ali bin Hujr, telah mengabarkan kepada kami Ibnul Mubarak dan Al Fadllu bin Musa, semuanya dari Husain dengan isnad ini, tetapi mereka tidak menyebutkan Ummu Ka'ab. (HR. Muslim, no. 1602).

 

3. Mensalatkan jenazah apabila jenazahnya adalah campuran dengan cara jenazah laki-laki diletakkan dekat dengan imam, sedangkan jenazah perempuan diletakkan dekat dengan kiblat. Hal tersebut ditata dan dijadikan satu saf (sejajar). Hal tersebut sebagaimana hadis berikut.

 

Hadis Keenam

أَخْبَرَنَا أَبُو زَكَرِيَّا بْنُ أَبِي إِسْحَاقَ، أنبأ أَبُو عَبْدِ اللَّهِ الشَّيْبَانِيُّ، ثنا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الْوَهَّابِ، أنبأ جَعْفَرٌ. ح وَأَخْبَرَنَا أَبُو عَبْدِ اللَّهِ الْحَافِظُ، ثنا أَبُو الْعَبَّاسِ مُحَمَّدُ بْنُ يَعْقُوبَ، ثنا أَحْمَدُ بْنُ حَازِمِ بْنِ أَبِي غَرَزَةَ الْغِفَارِيُّ، ثنا جَعْفَرٌ يَعْنِي ابْنَ عَوْنٍ، عَنِ ابْنِ جُرَيْجٍ، عَنْ نَافِعٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ، أَنَّهُ صَلَّى عَلَى تِسْعِ جَنَائِزَ رِجَالٍ وَنِسَاءٍ فَجَعَلَ الرِّجَالَ مِمَّا يَلِي الإِمَامَ، وَالنِّسَاءَ مِمَّا يَلِي الْقِبْلَةَ، وَصَفَّهُمْ صَفًّا وَاحِدًا، قَالَ: وَوُضِعَتْ جِنَازَةُ أُمِّ كُلْثُومِ بِنْتِ عَلِيٍّ امْرَأَةِ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَابْنٍ لَهَا يُقَالُ لَهُ: زَيْدُ بْنُ عُمَرَ، وَالإِمَامُ يَوْمَئِذٍ سَعِيدُ بْنُ الْعَاصِ وَفِي النَّاسِ يَوْمَئِذٍ ابْنُ عَبَّاسٍ، وَأَبُو هُرَيْرَةَ، وَأَبُو سَعِيدٍ، وَأَبُو قَتَادَةَ. قَالَ: فَوُضِعَ الْغُلامُ مِمَّا يَلِي الإِمَامَ. قَالَ رَجُلٌ: فَأَنْكَرْتُ ذَلِكَ، فَنَظَرْتُ إِلَى ابْنِ عَبَّاسٍ، وَأَبِي هُرَيْرَةَ، وَأَبِي سَعِيدٍ، وَأَبِي قَتَادَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ. فَقُلْتُ: مَا هَذَا؟ قَالُوا: السُّنَّةُ. لَفْظُ حَدِيثِ أَبِي عَبْدِ اللَّهِ ، وَفِي رِوَايَةِ أَبِي زَكَرِيَّا ، أَنَّ ابْنَ عُمَرَ صَلَّى عَلَى تِسْعِ جَنَائِزَ جَمِيعًا، وَقَالَ: فِي أُمِّ كُلْثُومٍ وَابْنِهَا فَوُضِعَا جَمِيعًا، وَالْبَاقِي سَوَاءٌ. البيهقى فى السنن الكبرى .

Artinya: Telah mengabarkan kepada kami Abu Zakariya bin Abi Ishaq, telah menceritakan kepada kami Abu Abdillah Asy-Syaibani, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abdul Al Wahhab, telah menceritakan kepada kami Jarir. Dalam riwayat lain, dan telah mengabarkan kepada kami Abu Abdillah Al Hafidz, telah menceritakan kepada kami Abu Al ‘Abbas Muhammad bin Muhammad bin Ya’qub, telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Hazim bin Abi Gharazah Al Ghifari, telah menceritakan kepada kami Ja’far yaitu Ibnu ‘Aun, dari Ibnu Juraij, dari Nafi’, dari Ibnu ‘Umar, bahwasanya ia pernah mensalatkan sembilan jenazah laki-laki dan perempuan. Jenazah laki-laki diletakkan dekat dengan imam, sedangkan jenazah perempuan diletakkan dekat dengan kiblat. Dan ia menjadikan mereka itu satu saf (sejajar). Nafi’ berkata, “Dan dahulu jenazahnya Ummu Kultsum putrinya ‘Aliy yaitu istrinya ‘Umar bin Khaththab RA (ketika disalatkan dengan jenazah anak laki-lakinya yang bernama Zaid bin ‘Umar), pada waktu itu yang menjadi imam adalah Sa’id bin Al-‘Ash, dan orang-orang yang hadir pada waktu itu ada Ibnu ‘Abbas, Abu Hurairah, Abu Sa’id, dan Abu Qatadah. Jenazah lak-laki diletakkan dekat dengan imam (sedangkan jenazah wanita diletakkan dekat dengan kiblat).” Lalu ada seorang laki-laki yang berkata, “Aku tidak setuju dengan yang demikian itu, lalu aku melihat kepada Ibnu ‘Abbas, Abu Hurairah, Abu Sa’id, dan Abu Qatadah RA.” Aku bertanya, “Bagaimana yang demikian itu?” Mereka menjawab, “Itu menurut sunah.” Lafal hadis Abi Abdillah, dan dalam riwayat Abi Zakariya, bahwa Ibnu Umar mensalatkan sembilan jenazah bersama. Dan dia berkata: Pada Ummu Kultsum dan putranya, maka dia menggabungkan semuanya, dan selebihnya sama (HR. Baihaqi dalam As-Sunanul Kubra, no. 6396).

 

D. Jumlah Takbir Salat Jenazah

Terdapat beberapa riwayat yang menerangkan tentang jumlah takbir salat jenazah. Pada riwayat yang ada, takbir salat jenazah ada yang sebanyak empat kali takbir, lima kali takbir, dan enam kali takbir. Riwayat yang ada berdasarkan beberapa hadis berikut.

 

1. Empat Kali Takbir

Salat jenazah dengan empat kali takbir berdasarkan hadis yang diantaranya bersandar pada Abu Hurairah dan Jabir bin Abdullah. Adapun hadis yang dimaksud adalah sebagai berikut.

 

Hadis Ketujuh

حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ قَالَ حَدَّثَنِي مَالِكٌ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَعَى النَّجَاشِيَّ فِي الْيَوْمِ الَّذِي مَاتَ فِيهِ. خَرَجَ إِلَى الْمُصَلَّى فَصَفَّ بِهِمْ وَكَبَّرَ أَرْبَعًا. البخاري

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Isma'il, ia berkata: telah menceritakan kepada saya Malik dari Ibnu Syihab dari Sa'id bin Al Musayyab dari Abu Hurairah RA bahwasanya Rasulullah SAW menyiarkan berita wafatnya Raja Najasyi pada hari kematiannya. Kemudian beliau berangkat ke musala (tempat salat), lalu membuat saf dengan para sahabat (untuk mensalatkannya) dan beliau takbir empat kali (dalam salat jenazah tersebut) (HR. Bukhari, no. 1168).

 

Hadis Kedelapan

حَدَّثَنِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ عَنْ سَلِيمِ بْنِ حَيَّانَ حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ مِينَاءَ عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى عَلَى أَصْحَمَةَ النَّجَاشِيِّ فَكَبَّرَ عَلَيْهِ أَرْبَعًا. تَابَعَهُ عَبْدُ الصَّمَدِ. البخاري

Artinya: Telah menceritakan kepadaku Abdullah bin Abu Syaibah, telah menceritakan kepada kami Yazid bin Harun dari Sulaim bin Hayyan, telah menceritakan kepada kami Sa'id bin Minaa' dari Jabir bin Abdullah RA bahwa Nabi SAW pernah mensalatkan Ashhamah raja Najasyi, dan beliau takbir empat kali. Hadis ini diperkuat pula oleh 'Abdush Shamad. (HR. Bukhari, no. 3590).

 

2. Lima Kali Takbir

Salat jenazah dengan lima kali takbir berdasarkan hadis yang diantaranya bersandar pada Zaid bin Arqam. Adapun hadis yang dimaksud adalah sebagai berikut.

 

Hadis Kesembilan

و حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَمُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى وَابْنُ بَشَّارٍ قَالُوا حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ وَقَالَ أَبُو بَكْرٍ عَنْ شُعْبَةَ عَنْ عَمْرِو بْنِ مُرَّةَ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي لَيْلَى قَالَ: كَانَ زَيْدٌ يُكَبِّرُ عَلَى جَنَائِزِنَا أَرْبَعًا وَإِنَّهُ كَبَّرَ عَلَى جَنَازَةٍ خَمْسًا، فَسَأَلْتُهُ. فَقَالَ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُكَبِّرُهَا. مسلم

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah dan Muhammad bin Al Mutsanna dan Muhammad bin Basysyar, mereka berkata: telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja'far, telah menceritakan kepada kami Syu'bah. Abu Bakr berkata: dari Syu'bah dari Amru bin Murrah dari Abdurrahman bin Abu Laila, ia berkata: Biasanya Zaid (bin Arqam) bertakbir pada salat jenazah dengan empat kali takbir, suatu ketika ia mensalatkan jenazah dengan bertakbir lima kali, lalu aku bertanya kepadanya tentang hal itu. Dia menjawab, “Dahulu Rasulullah SAW juga bertakbir seperti itu.” (HR. Muslim, no. 1589).

 

3. Enam Kali Takbir

Salat jenazah dengan enam kali takbir berdasarkan hadis yang diantaranya bersandar pada Ali bin Abi Thalib. Adapun hadis yang dimaksud adalah sebagai berikut.

 

Hadis Kesepuluh

أَخْبَرَنَا أَبُو عَبْدِ اللَّهِ الْحَافِظُ، أنبأ أَبُو عَبْدِ اللَّهِ مُحَمَّدُ بْنُ عَلِيٍّ الصَّنْعَانِيُّ بِمَكَّةَ، ثنا إِسْحَاقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ الدَّبَرِيُّ، أنبأ عَبْدُ الرَّزَّاقِ، أنبأ ابْنُ عُيَيْنَةَ، عَنْ إِسْمَاعِيلَ بْنِ أَبِي خَالِدٍ، عَنِ الشَّعْبِيِّ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَعْقِلٍ، أَنَّ عَلِيًّا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ صَلَّى عَلَى سَهْلِ بْنِ حُنَيْفٍ، فَكَبَّرَ عَلَيْهِ سِتًّا، ثُمَّ الْتَفَتَ إِلَيْنَا، فَقَالَ: إِنَّهُ مِنْ أَهْلِ بَدْرٍ. وَرَوَاهُ ابْنُ عُيَيْنَةَ أَيْضًا، عَنِ ابْنِ الأَصْبَهَانِيِّ، وَغَيْرُهُ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَعْقِلٍ، عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ. البيهقى فى السنن الكبرى

Artinya: Telah mengabarkan kepada kami Abu Abdillah Al Hafizh, telah menceritakan kepada kami Abu Abdullah Muhammad bin Ali Ash-Shan’aniy di Mekah, telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Ibrahim Ad-Dabari, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami Ibnu ‘Uyainah, dari Ismail bin Abi Khalid, dari Abdullah bin Ma’qil, bahwasannya Ali (bin Abi Thalib) RA mensalatkan jenazahnya Sahl bin Hunaif, ia bertakbir enam kali. (Setelah selesai) ia menoleh kepada kami dan berkata, “Sesungguhnya ia termasuk orang yang ikut perang Badar.” Dan diriwayatkan Ibnu ‘Uyainah juga, dari Ibnu Al-Ashbahani, dan semisalnya, dan dari ‘Abdullah bin Ma’qil, dari Ali RA. (HR. Baihaqi dalam As-Sunanul Kubra, no. 6418).

 

E. Tata Cara Salat Jenazah dengan Empat Takbir

Pelaksanaan salat jenazah salah satunya dilakukan dengan berdiri setelah takbirotul ihram lalu bersedekap tanpa memakai rukuk, sujud dan sebagainya dengan empat kali takbir. Adapun tata cara dan bacaan salat jenazah dengan empat kali takbir adalah berdasarkan hadis berikut.

 

Hadis Kesebelas

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا غُنْدَرٌ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ سَعْدٍ عَنْ طَلْحَةَ قَالَ صَلَّيْتُ خَلْفَ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا ح حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ كَثِيرٍ أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ عَنْ سَعْدِ بْنِ إِبْرَاهِيمَ عَنْ طَلْحَةَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَوْفٍ قَالَ: صَلَّيْتُ خَلْفَ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا عَلَى جَنَازَةٍ فَقَرَأَ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ قَالَ لِيَعْلَمُوا أَنَّهَا سُنَّةٌ. البخاري

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basysyar, telah menceritakan kepada kami Ghundar, telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari Sa'ad dari Thalhah berkata: Saya salat dibelakang Ibnu 'Abbas RA. Dan diriwayatkan pula oleh Muhammad bin Katsir, telah mengabarkan kepada kami Sufyan dari Sa'ad bin Ibrahim dari Thalhah bin 'Abdullah bin 'Auf, ia berkata: Saya pernah salat jenazah di belakang Ibnu ‘Abbas, ia membaca Al-Fatihah. (Setelah selesai) dia berkata, “Agar orang-orang mengetahui bahwa yang demikian itu adalah sunah (Nabi SAW).” (HR. Bukhari, no. 1249).

 

Hadis Keduabelas

عَنِ الثَّوْرِيِّ، عَنْ أَبِي هَاشِمٍ، عَنِ الشَّعْبِيِّ، قَالَ: التَّكْبِيرَةُ الأُولَى عَلَى الْمَيِّتِ ثَنَاءٌ عَلَى اللَّهِ، وَالثَّانِيَةُ صَلاةٌ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَالثَّالِثَةُ دُعَاءٌ لِلْمَيِّتِ، وَالرَّابِعَةُ تَسْلِيمٌ. عبد الرزاق

Artinya: Dari Ats-Tsauri, dari Abi Hasyim, dari Asy-Sya’biy, ia berkata: Salat jenazah itu setelah takbir yang pertama memuji dan menyanjung kepada Allah, takbir kedua membaca selawat Nabi SAW, takbir ketiga membaca doa untuk mayat, dan takbir keempat lalu salam. (HR. Abdur Razzaq dalam Mushannaf Abdur Razzaq, no. 6266).

 

Hadis Ketigabelas

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ مَهْدِيٍّ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ سَعْدِ بْنِ إِبْرَاهِيمَ عَنْ طَلْحَةَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَوْفٍ، أَنَّ ابْنَ عَبَّاسٍ صَلَّى عَلَى جَنَازَةٍ فَقَرَأَ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ فَقُلْتُ لَهُ فَقَالَ إِنَّهُ مِنْ السُّنَّةِ أَوْ مِنْ تَمَامِ السُّنَّةِ. قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ وَالْعَمَلُ عَلَى هَذَا عِنْدَ بَعْضِ أَهْلِ الْعِلْمِ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَغَيْرِهِمْ يَخْتَارُونَ أَنْ يُقْرَأَ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ بَعْدَ التَّكْبِيرَةِ الْأُولَى وَهُوَ قَوْلُ الشَّافِعِيِّ وَأَحْمَدَ وَإِسْحَقَ و قَالَ بَعْضُ أَهْلِ الْعِلْمِ لَا يُقْرَأُ فِي الصَّلَاةِ عَلَى الْجَنَازَةِ إِنَّمَا هُوَ ثَنَاءٌ عَلَى اللَّهِ وَالصَّلَاةُ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالدُّعَاءُ لِلْمَيِّتِ وَهُوَ قَوْلُ الثَّوْرِيِّ وَغَيْرِهِ مِنْ أَهْلِ الْكُوفَةِ وَطَلْحَةُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَوْفٍ هُوَ ابْنُ أَخِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَوْفٍ رَوَى عَنْهُ الزُّهْرِيُّ. الترمذي

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basyar, telah menceritakan kepada kami Abdurrahman bin Mahdi, telah menceritakan kepada kami Sufyan dari Sa'ad bin Ibrahim dari Thalhah bin Abdullah bin Auf bahwasanya Ibnu ‘Abbas pernah mensalatkan jenazah, dan ia membaca Al-Fatihah. (Setelah selesai) lalu aku bertanya kepadanya. Lalu ia menjawab, “Yang demikian itu adalah termasuk sunah, atau kesempurnaan Sunah.” Abu ‘Isa berkata: Ini hadits hasan shahih. Pengamalan seperti ini dilakukan oleh sebagian ahli ilmu dari para sahabat Nabi SAW dan lainnya, mereka memilih membaca Al-Fatihah setelah takbir yang pertama. Dan itu juga pendapatnya Imam Syafi’i, Ahmad, dan Ishaq. Sebagian ahli ilmu berpendapat: Tidak membaca (Al-Faatihah) pada salat jenazah, tetapi hanya menyanjung kepada Allah, membaca salawat Nabi SAW, dan do’a untuk si mayat. Dan ini pendapat Ats-Tsauriy dan lainnya dari penduduk Kufah. (HR. Tirmidzi, no. 948).

 

Hadis Keempatbelas

أَخْبَرَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ مُحَمَّدٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ عَقِيلٍ، عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَبَّرَ عَلَى الْمَيِّتِ أَرْبَعًا وَقَرَأَ بِأُمِّ الْقُرْآنِ بَعْدَ التَّكْبِيرَةِ الْأُولَى. الشافعي

Artinya: Telah mengabarkan kepada kami Ibrahim bin Muhammad, dari Abdullah bin Muhammad bin ‘Aqil, dari Jabir bin Abdulah RA, bahwasanya Nabi SAW bertakbir empat kali pada salat jenazah, dan beliau membaca Ummul Qur’an (Al-Fatihah) setelah takbir yang pertama. (HR. Asy-Syafi’i dalam Musnadnya, no. 1641).

 

Sebagaimana hadis-hadis yang ada, urutan pelaksanaan salat jenazah empat kali takbir adalah: (1) takbiratul ihram (takbir untuk memulai salat); (2) membaca surat Al-Fatihah dan diikuti membaca “aamiin”; (3) Bertakbir untuk keduakalinya; (4) membaca selawat atas Nabi SAW; (5) bertakbir untuk yang ketiga kali; (6) mendoakan jenazah; (7) bertakbir yang keempat kalinya; dan (8) salam. Penjelasan dari masing-masing langkah ialah sebagai berikut:

 

1. Takbir Pertama: takbiratul ihram

Takbir pertama sebagai takbiratul ihram. Setelah itu membaca taawudz/ isti’adzah dan barulah membaca surat Al-Fatihah sampai membaca “aamiin.” Adapun dalil tentang ta’awudz/ isti’adzah bisa disimak dengan cara klik di sini. Uraian lafal bacaan pada takbir pertama salat jenazah adalah sebagai berikut.

 

a. Takbiratul Ihram

اَللّهُ اَكْبَرُ

Transliterasi: Alloohu Akbaar

Artinya: Alloh Maha Besar

 

b. Membaca ta’awudz

أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

Transliterasi: A'uudzu billaahi minasy syaithaanir rajiim

Artinya: Aku berlindung kepada Alloh dari godaan setan yang terkutuk.

 

c. Membaca Al-Fatihah dan diikuti membaca “aamiin”:

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ. الْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِينَ. الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ. مٰلِكِ يَوْمِ الدِّينِ. إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ. اهْدِنَا الصِّرٰطَ الْمُسْتَقِيمَ. صِرٰطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّآلِّينَ. آمِينَ.

Transliterasi: Bismillaahir-rahmaanir-rahiim. Al-hamdu lillaahi rabbil-'aalamiin. Ar-rahmaanir-rahiim. Maaliki yaumid-diin. Iyyaaka na'budu wa iyyaaka nasta'iin. Ihdinash-shirathal-mustaqiim. Shiraathallazhiina an'amta 'alaihim ghairil-magdlubi 'alaihim wa ladl-dlaalliin. Aamiin.

Artinya: Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Yang menguasai hari Pembalasan. Hanya kepada Engkaulah yang kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan. Tunjukilah kami jalan yang lurus. (Yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat. (Q.S. Al-Fatihah: 1-7). Ya Alloh, kabulkanlah permohonan kami.

 

2. Takbir Kedua

Takbir kedua dengan membaca takbir kemudian membaca selawat atas Nabi Muhammad SAW. Adapun terkait ragam redaksi selawat dari berbagai hadis bisa disimak dengan cara klik di sini. Uraian apa saja yang dibaca pada takbir kedua adalah sebagai berikut.

 

a. Takbir

اَللّهُ اَكْبَرُ

Transliterasi: Alloohu Akbaar

Artinya: Allah Maha Besar

 

b. Membaca Selawat atas Nabi Muhammad SAW:

 

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ فِي الْعَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ

Transliterasi: Alloohumma sholli ‘alaa muhammad wa ‘alaa aali muhammad kamaa shollaita ‘alaa aali ibroohiim, wa baarik ‘alaa muhammad wa ‘alaa aali Muhammad kamaa baarokta ‘alaa aali ibroohiim, fil ‘aalamiina innaka hamiidum-majiid.

Artinya: Ya Allah, berilah selawat kepada Nabi Muhammad dan kepada keluarga Nabi Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberi selawat kepada keluarga Nabi Ibrahim. Dan berilah barakah kepada Nabi Muhammad dan kepada keluarga Nabi Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberi barakah kepada keluarga Nabi Ibrahim. Di dalam semesta alam ini, sesungguhnya Engkau lah yang Maha Terpuji lagi Maha Mulia.

 

3. Takbir Ketiga

Takbir ketiga adalah membaca lafal takbir itu sendiri dan kemudian membaca doa untuk mayat. Adapun doa untuk mayat beragam dan bisa disimak lebih lanjut pada uraian di bawah. Uraian apa saja yang dibaca pada takbir ketiga adalah sebagai berikut.

 

a. Takbir

اَللّهُ اَكْبَرُ

Transliterasi: Alloohu Akbaar

Artinya: Allah Maha Besar

 

b. Membaca doa untuk mayat. Berikut adalah salah satu contoh doa untuk mayat:

اَللّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ وَ ارْحَمْهُ وَ اعْفُ عَنْهُ وَ عَافِهِ وَ اَكْرِمْ نُزُلَهُ وَ وَسّعْ مَدْخَلَهُ وَ اغْسِلْهُ بِمَاءٍ وَ ثَلْجٍ وَ بَرَدٍ وَ نَقّهِ مِنَ اْلخَطَايَا كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ اْلاَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ. وَ اَبْدِلْهُ دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهِ وَ اَهْلاً خَيْرًا مِنْ اَهْلِهِ وَ زَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهِ وَ قِهِ فِتْنَةَ اْلقَبْرِ وَ عَذَابَ النَّارِ.

Transliterasi: Alloohummaghfir lahu warhamhu wa’fu ‘anhu wa ‘aafihi wa akrim nuzulahu wa wassi’ madkholahu waghsilhu bi maain wa tsaljin wa barodin wa naqqihi minal khothooyaa kamaa yunaqqots tsaubul abyadlu minad danas, wa abdilhu daaron khoiron min daarihi, wa ahlan khoiron min ahlihi, wa zaujan khoiron min zaujihi, wa qihi fitnatal qobri wa ‘adzaaban naar

Artinya: Ya Allah, ampunilah dia, kasihanilah dia, maafkanlah dia, berilah ‘afiat padanya dan muliakanlah tempat tinggalnya, luaskanlah tempat masuknya, cucilah dia dengan air, salju dan air embun. Bersihkanlah dia dari dosa-dosa sebagaimana kain putih dibersihkan dari kotoran. Gantilah rumahnya dengan rumah yang lebih baik daripada rumahnya (di dunia), gantilah keluarganya dengan keluarga yang lebih baik dari pada keluarganya, gantilah jodohnya dengan jodoh yang lebih baik daripada jodohnya (di dunia). Dan peliharalah dia dari fitnah qubur dan siksa neraka.

 

4. Takbir Keempat

Takbir keempat adalah membaca lafal takbir itu sendiri dan kemudian salam. Adapun terkait dalil salam dalam salat bisa disimak dengan cara klik di sini. Uraian apa saja yang dibaca pada takbir ketiga adalah sebagai berikut.

 

a. Takbir

اَللّهُ اَكْبَرُ

Transliterasi: Alloohu Akbaar

Artinya: Allah Maha Besar

 

b. Membaca Salam: sambil menoleh ke kanan kemudian kekiri

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ

Transliterasi: Assalaamu ‘alaikum wa rohmatullooh

Artinya: Semoga keselamatan dicurahkan atas kamu sekalian, begitu pula rahmat Allah.

 

Demikian salah satu contoh salat jenazah. Semoga uraian ini bisa menambah ilmu dalam beragama Islam dan pengingat kita. Adapun tentang takbir dalam salat jenazah itu disertai dengan mengangkat tangan atau tidak ada dua pendapat. Adapun pendapat yang dimaksud adalah sebagai berikut.

 

1. Pendapat Pertama menyatakan bahwa mengangkat tangan itu hanya pada takbiratul Ihram saja. Sedangkan takbir-takbir selanjutnya tidak mengangkat tangan. Mereka beralasan dengan hadis sebagai berikut.

 

Hadis Kelimabelas

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ مَخْلَدٍ الْعَطَّارُ، وَعُثْمَانُ بْنُ أَحْمَدَ الدَّقَّاقُ، قَالَا: نا مُحَمَّدُ بْنُ سُلَيْمَانَ بْنِ الْحَارِثِ، ثنا إِسْمَاعِيلُ بْنُ أَبَانَ الْوَرَّاقُ، ثنا يَحْيَى بْنُ يَعْلَى، عَنْ يَزِيدَ بْنِ سِنَانٍ، عَنْ زَيْدِ بْنِ أَبِي أُنَيْسَةَ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، عَنْ سَعِيدٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا صَلَّى عَلَى الْجِنَازَةِ رَفَعَ يَدَيْهِ فِي أَوَّلِ تَكْبِيرَةٍ ثُمَّ وَضَعَ يَدَهُ الْيُمْنَى عَلَى الْيُسْرَى. الدارقطني

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Makhlad Al Aththar dan Utsman bin Ahmad Ad-Daqqaq, keduanya berkata: telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Sulaiman bin Al Harits, telah menceritakan kepada kami Isma'il bin Aban Al Warraq, telah menceritakan kepada kami Yahya bin Ya'la, dari Yazid bin Sinan, dari Zaid bin Abi Unaisah, dari Az-Zuhri, dari Sa'id, dari Abu Hurairah, dia berkata, Dahulu Rasulullah SAW apabila mensalatkan jenazah, beliau mengangkat kedua tangannya pada takbir yang pertama, kemudian meletakkan tangan kanan pada tangan kirinya (bersedekap). (HR. Daraquthni, no. 1813).

Keterangan: Terkait rawi yang bernama Yazid bin Sinan bin Yazid dengan kunyah Abu Farwah merupakan kalangan tabi'ut tabi'in kalangan tua dan wafat tahun 155 H. Komentar ulama tentangnya diantara Ahmad bin Hambal mengatakan dla'if, Ibnul Madini mengatakan dla'iful hadits, Yahya bin Ma'in mengatakan laisa bi syai', Abu Hatim mengatakan terdapat kejujuran padanya, An Nasa'i mengatakan dla'if, Ad Daruquthni mengatakan dla'if, Al Jauzabani mengatakan dla'if, Al Azdi mengomentari mungkarul hadits, dan Ibnu Hajar al 'Asqalani mengatakan dla'if.

 

Hadis Keenambelas

حَدَّثَنَا الْحُسَيْنُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ، ثنا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ جَرِيرِ بْنِ جَبَلَةَ، ثنا الْحَجَّاجُ بْنُ نُصَيْرٍ، عَنِ الْفَضْلِ بْنِ السَّكَنِ، حَدَّثَنِي هِشَامُ بْنُ يُوسُفَ، ثنا مَعْمَرٌ، عَنِ ابْنِ طَاوُسٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَرْفَعُ يَدَيْهِ عَلَى الْجِنَازَةِ فِي أَوَّلِ تَكْبِيرَةٍ ثُمَّ لَا يَعُودُ. الدارقطني

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Al Husain bin Isma'il, telah menceritakan kepada kami Ubaidillah bin Jarir bin Jabalah, telah menceritakan kepada kami Al Hajjaj bin Nushair, dari Al Fadhl bin As-Sakan, telah menceritakan kepadaku Hisyam bin Yusuf, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Ibnu Thawus, dari Bapaknya, dari Ibnu Abbas, bahwasanya Rasulullah SAW mengangkat kedua tangan beliau pada takbir yang pertama pada salat jenazah, kemudian beliau tidak mengulanginya (mengangkat tangan). (HR. Daraquthniy, no. 1814).

Keterangan: Terkait rawi Al Fadhl bin As-Sakan, ia majhul. Oleh karena itu, hadis tersebut dla’if.

 

Melalui riwayat yang ada menunjukkan tidak ada hadis sah menerangkan terkait Nabi SAW tidak mengangkat tangan pada semua takbir dalam salat jenazah.

 

2. Pendapat Kedua menyatakan bahwa mengangkat tangan itu pada semua takbir dalam salat jenazah. Mereka beralasan dengan riwayat sebagai berikut.

 

Hadis Ketujuhbelas

أَخْبَرَنَا مُحَمَّدٌ يَعْنِي الْوَاقِدِيَّ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ بْنِ حَفْصٍ، عَنْ نَافِعٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ، أَنَّهُ كَانَ يَرْفَعُ يَدَيْهِ كُلَّمَا كَبَّرَ عَلَى الْجَنَازَةِ. الشافعي

Artinya: Telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Umar yakni Al Waqidi, dari Abdullah bin Umar bin Hafsh, dari Nafi', dari Ibnu Umar bahwasanya ia mengangkat kedua tangannya pada setiap takbir pada salat jenazah (HR. Syafi’i dalam Musnad Syafi’i, no. 1648).

 

Hadis Kedelapanbelas

قال أحمد بن محمد بن الجراح، وابن مخلد، قالا: حدثنا عمر بن شبة، قال: حدثنا يزيد بن هارون، قال: أخبرنا يحيى بن سعيد، عن نافع، عن ابن عمر أن النبي صلى الله عليه وسلم كَانَ إِذَا صَلَّى عَلَى جَنَازَةِ رَفَعَ يَدَيْهِ فِي كُلِّ تَكْبِيْرَةٍ، وَإِذَا انْصَرَفَ سَلَّمَ. الدارقطنى في علله

Artinya: Ahmad bin Muhammad Al Jarah dan Ibnu Mukhallad, mereka berkata: telah menceritakan kepada kami ‘Umar bin Syubah, ia berkata telah menceritakan kepada kami Yazid bin Harun, ia berkata: telah mengabarkan kepada kami Yahya bin Sa’id, dari Nafi’, dari Ibnu ‘Umar bahwasanya Nabi SAW apabila mensalatkan jenazah, beliau mengangkat kedua tangannya pada setiap takbir. Dan apabila selesai, beliau mengucap salam. (HR. Daraquthni, dalam ‘Ilalnya).

 

F. Ragam Doa untuk Jenazah

Beberapa hadis yang ada menunjukkan berbagai ragam doa untuk jenazah/ mayat/ mayit. Adapun beberapa hadis yang dimaksud adalah sebagai berikut.

 

Hadis Kesembilanbelas

و حَدَّثَنَا نَصْرُ بْنُ عَلِيٍّ الْجَهْضَمِيُّ وَإِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ كِلَاهُمَا عَنْ عِيسَى بْنِ يُونُسَ عَنْ أَبِي حَمْزَةَ الْحِمْصِيِّ ح و حَدَّثَنِي أَبُو الطَّاهِرِ وَهَارُونُ بْنُ سَعِيدٍ الْأَيْلِيُّ وَاللَّفْظُ لِأَبِي الطَّاهِرِ قَالَا حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ أَخْبَرَنِي عَمْرُو بْنُ الْحَارِثِ عَنْ أَبِي حَمْزَةَ بْنِ سُلَيْمٍ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ جُبَيْرِ بْنِ نُفَيْرٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَوْفِ بْنِ مَالِكٍ الْأَشْجَعِيِّ قَالَ: سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَصَلَّى عَلَى جَنَازَةٍ يَقُولُ: اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ وَاعْفُ عَنْهُ وَعَافِهِ وَأَكْرِمْ نُزُلَهُ وَوَسِّعْ مُدْخَلَهُ وَاغْسِلْهُ بِمَاءٍ وَثَلْجٍ وَبَرَدٍ وَنَقِّهِ مِنْ الْخَطَايَا كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الْأَبْيَضُ مِنْ الدَّنَسِ وَأَبْدِلْهُ دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهِ وَأَهْلًا خَيْرًا مِنْ أَهْلِهِ وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهِ، وَقِهِ فِتْنَةَ الْقَبْرِ وَعَذَابَ النَّارِ. قَالَ عَوْفٌ فَتَمَنَّيْتُ أَنْ لَوْ كُنْتُ أَنَا الْمَيِّتَ لِدُعَاءِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى ذَلِكَ الْمَيِّتِ. مسلم

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Nashru bin Ali Al Jahdlami dan Ishaq bin Ibrahim, keduanya dari Isa bin Yunus dari Abu Hamzah Al Himshi. Dalam jalur lain, Dan telah menceritakan kepadaku Abu Thahir dan Harun bin Sa'id Al Aili, dan lafalnya milik Abu Thahir, keduanya berkata: telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, telah mengabarkan kepadaku Amru bin Harits dari Abu Hamzah bin Sulaim dari Abdurrahman bin Jubair bin Nufair dari Bapaknya dari 'Auf bin Malik Al Asyja'i, ia berkata, “Aku pernah mendengar Rasulullah SAW dalam salat jenazah, beliau berdoa Alloohummaghfir lahu warhamhu wa’fu ‘anhu wa ‘aafihi wa akrim nuzulahu wa wassi’ madkholahu waghsilhu bi maain wa tsaljin wa barodin wa naqqihi minal khothooyaa kamaa yunaqqots tsaubul abyadlu minad danas, wa abdilhu daaron khoiron min daarihi, wa ahlan khoiron min ahlihi, wa zaujan khoiron min zaujihi, wa qihi fitnatal qobri wa ‘adzaaban naar. (Ya Allah, ampunilah dia, kasihanilah dia, maafkanlah dia, berilah ‘afiat kepadanya, muliakanlah tempat tinggalnya, luaskanlah tempat masuknya, cucilah dia dengan air, salju dan air embun. Bersihkanlah dia dari dosa-dosa sebagaimana kain putih dibersihkan dari kotoran. Gantilah rumahnya dengan rumah yang lebih baik dari pada rumahnya (di dunia), gantilah keluarganya dengan keluarga yang lebih baik daripada keluarganya, gantilah jodohnya dengan jodoh yang lebih baik daripada jodohnya. Dan jagalah dia dari fitnah kubur dan siksa neraka).” ‘Auf berkata, “Lalu aku membayangkan seandainya aku adalah mayat yang disalatkan itu, karena doanya Rasulullah SAW kepadanya.” (HR. Muslim, no. 1601).

 

Hadis Keduapuluh

و حَدَّثَنِي هَارُونُ بْنُ سَعِيدٍ الْأَيْلِيُّ أَخْبَرَنَا ابْنُ وَهْبٍ أَخْبَرَنِي مُعَاوِيَةُ بْنُ صَالِحٍ عَنْ حَبِيبِ بْنِ عُبَيْدٍ عَنْ جُبَيْرِ بْنِ نُفَيْرٍ سَمِعَهُ يَقُولُ سَمِعْتُ عَوْفَ بْنَ مَالِكٍ يَقُولُا: صَلَّى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى جَنَازَةٍ فَحَفِظْتُ مِنْ دُعَائِهِ وَهُوَ يَقُولُ: اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ وَعَافِهِ وَاعْفُ عَنْهُ، وَأَكْرِمْ نُزُلَهُ، وَوَسِّعْ مُدْخَلَهُ، وَاغْسِلْهُ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ، وَنَقِّهِ مِنْ الْخَطَايَا كَمَا نَقَّيْتَ الثَّوْبَ الْأَبْيَضَ مِنْ الدَّنَسِ، وَأَبْدِلْهُ دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهِ، وَأَهْلًا خَيْرًا مِنْ أَهْلِهِ، وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهِ، وَأَدْخِلْهُ الْجَنَّةَ وَأَعِذْهُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ أَوْ مِنْ عَذَابِ النَّارِ. قَالَ: حَتَّى تَمَنَّيْتُ أَنْ أَكُونَ أَنَا ذَلِكَ الْمَيِّتَ. قَالَ و حَدَّثَنِي عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ جُبَيْرٍ حَدَّثَهُ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَوْفِ بْنِ مَالِكٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِنَحْوِ هَذَا الْحَدِيثِ أَيْضًا و حَدَّثَنَاه إِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ أَخْبَرَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ مَهْدِيٍّ حَدَّثَنَا مُعَاوِيَةُ بْنُ صَالِحٍ بِالْإِسْنَادَيْنِ جَمِيعًا نَحْوَ حَدِيثِ ابْنِ وَهْبٍ. مسلم

Artinya: Telah menceritakan kepadaku Harun bin Sa'id Al Aili, telah mengabarkan kepada kami Ibnu Wahb, telah mengabarkan kepadaku Mu'awiyah bin Shalih dari Habib bin Ubaid dari Jubair bin Nufair ia mendengarnya berkata: Saya mendengar Auf bin Malik berkata: Rasulullah SAW pernah mensalatkan jenazah, maka aku hafal dari doanya, beliau membaca: Alloohummaghfir lahu warhamhu wa ‘aafihi wa’fu ‘anhu, wa akrim nuzulahu, wa wassi’ madkholahu, waghsilhu bil maai wats-tsalji wal barodi, wa naqqihi minal khothooyaa kamaa naqqoitats tsaubal abyadlo minad danas. Wa abdilhu daaron khoiron min daarihi, wa ahlan khoiron min ahlihi, wa zaujan khoiron min zaujihi, wa adkhilhul jannata, wa a’idzhu min ‘adzaabil qobri, au min ‘adzaabin naar (Ya Allah, ampunilah dia, kasihanilah dia, berilah ‘afiat kepadanya, berilah maaf kepadanya, muliakanlah tempat tinggalnya, luaskanlah tempat masuknya, dan cucilah dia dengan air, salju dan embun. Dan bersihkanlah dia dari kesalahan-kesalahan sebagaimana Engkau bersihkan kain yang putih dari kotoran. Dan berilah ganti untuknya rumah yang lebih baik daripada rumahnya (di dunia), keluarga yang lebih baik daripada keluarganya, dan jodoh yang lebih baik daripada jodohnya. Dan masukkanlah dia ke surga, dan lindungilah dia dari siksa kubur atau dari siksa neraka.” ‘Auf berkata, “Sehingga aku membayangkan bahwa akulah mayat yang disalatkan itu.” Dan telah menceritakan kepadaku Abdurrahman bin Jubair, telah menceritakan kepadanya dari Bapaknya dari Auf bin Malik dari Nabi SAW dengan hadis yang serupa dengan ini. Dan telah menceritakannya kepada kami Ishaq bin Ibrahim, telah mengabarkan kepada kami Abdurrahman bin Mahdi, telah menceritakan kepada kami Mu'awiyah bin Shalih dengan dua isnad itu, sebagaimana hadis Ibnu Wahb. (HR. Muslim, no. 1600).

 

Hadis Keduapuluhsatu

حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ مَرْوَانَ الرَّقِّيُّ حَدَّثَنَا شُعَيْبٌ يَعْنِي ابْنَ إِسْحَقَ عَنْ الْأَوْزَاعِيِّ عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي كَثِيرٍ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: صَلَّى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى جَنَازَةٍ فَقَالَ: اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِحَيِّنَا وَمَيِّتِنَا وَصَغِيرِنَا وَكَبِيرِنَا وَذَكَرِنَا، وَأُنْثَانَا وَشَاهِدِنَا وَغَائِبِنَا. اللَّهُمَّ مَنْ أَحْيَيْتَهُ مِنَّا فَأَحْيِهِ عَلَى الْإِيمَانِ، وَمَنْ تَوَفَّيْتَهُ مِنَّا فَتَوَفَّهُ عَلَى الْإِسْلَامِ. اللَّهُمَّ لَا تَحْرِمْنَا أَجْرَهُ وَلَا تُضِلَّنَا بَعْدَهُ. ابو داود

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Musa bin Marwan Ar Raqqi, telah menceritakan kepada kami Syu'aib bin Ishaq dari Al Auza'i dari Yahya bin Abu Katsir dari Abu Salamah dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah SAW pernah mensalatkan jenazah, beliau berdoa: Alloohummaghfir lihayyinaa wa mayyitinaa, wa shoghiirinaa wa kabiirinaa, wa dzakarinaa wa untsaanaa, wa syaahidinaa wa ghooibinaa. Alloohumma man ahyaitahu minnaa fa-ahyihi ‘alal iimaan, wa man tawaffaitahu minnaa fa-tawaffahu ‘alal islaam. Alloohumma laa tahrimnaa ajrohu walaa tudlillanaa ba’dahu (Ya Allah, ampunilah orang-orang yang hidup diantara kami, dan yang telah mati diantara kami, yang kecil dan yang besar, yang laki-laki maupun yang perempuan, yang hadir dan yang tidak hadir. Ya Allah, siapa yang Engkau hidupkan diantara kami maka hidupkanlah dia dalam iman, dan siapa yang Engkau matikan diantara kami, maka matikanlah dia dalam Islam. Ya Allah, janganlah Engkau halangi kami dari pahalanya dan janganlah Engkau sesatkan kami sepeninggalnya).” (HR. Abu Dawud, no. 2786).

 

Hadis Keduapuluhdua

حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ أَخْبَرَنَا هِقْلُ بْنُ زِيَادٍ حَدَّثَنَا الْأَوْزَاعِيُّ عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي كَثِيرٍ حَدَّثَنِي أَبُو إِبْرَاهِيمَ الْأَشْهَلِيُّ عَنْ أَبِيهِ قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا صَلَّى عَلَى الْجَنَازَةِ قَالَ: اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِحَيِّنَا وَمَيِّتِنَا وَشَاهِدِنَا وَغَائِبِنَا وَصَغِيرِنَا وَكَبِيرِنَا وَذَكَرِنَا وَأُنْثَانَا. قَالَ يَحْيَى وَحَدَّثَنِي أَبُو سَلَمَةَ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِثْلَ ذَلِكَ وَزَادَ فِيهِ: اللَّهُمَّ مَنْ أَحْيَيْتَهُ مِنَّا فَأَحْيِهِ عَلَى الْإِسْلَامِ وَمَنْ تَوَفَّيْتَهُ مِنَّا فَتَوَفَّهُ عَلَى الْإِيمَانِ. قَالَ وَفِي الْبَاب عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ وَعَائِشَةَ وَأَبِي قَتَادَةَ وَعَوْفِ بْنِ مَالِكٍ وَجَابِرٍ قَالَ أَبُو عِيسَى حَدِيثُ وَالِدِ أَبِي إِبْرَاهِيمَ حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ وَرَوَى هِشَامٌ الدَّسْتُوَائِيُّ وَعَلِيُّ بْنُ الْمُبَارَكِ هَذَا الْحَدِيثَ عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي كَثِيرٍ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُرْسَلًا وَرَوَى عِكْرِمَةُ بْنُ عَمَّارٍ عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي كَثِيرٍ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ عَائِشَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَحَدِيثُ عِكْرِمَةَ بْنِ عَمَّارٍ غَيْرُ مَحْفُوظٍ وَعِكْرِمَةُ رُبَّمَا يَهِمُ فِي حَدِيثِ يَحْيَى وَرُوِي عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي كَثِيرٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي قَتَادَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ و سَمِعْت مُحَمَّدًا يَقُولُ أَصَحُّ الرِّوَايَاتِ فِي هَذَا حَدِيثُ يَحْيَى بْنِ أَبِي كَثِيرٍ عَنْ أَبِي إِبْرَاهِيمَ الْأَشْهَلِيِّ عَنْ أَبِيهِ وَسَأَلْتُهُ عَنْ اسْمِ أَبِي إِبْرَاهِيمَ فَلَمْ يَعْرِفْهُ. الترمذي

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Ali bin Hujr, telah mengabarkan kepada kami Hiql bin Ziyad, telah menceritakan kepada kami Al Auza'i dari Yahya bin Abu Katsir, telah menceritakan kepadaku Abu Ibrahim Al Asyhali dari Bapaknya, ia berkata: Rasulullah SAW jika melakukan salat jenazah, beliau membaca: Alloohummaghfir lihayyinaa wa mayyitinaa, wa syaahidinaa wa ghooibinaa, wa shoghiirinaa wa kabiirinaa, wa dzakarinaa wa untsaanaa. (Ya Allah, ampunilah orang yang hidup dari kami dan yang sudah mati, yang hadir maupun yang tidak hadir, yang kecil maupun yang besar, yang laki-laki maupun yang perempuan). Yahya berkata: telah menceritakan kepadaku Abu Salamah bin Abdurrahman dari Abu Hurairah dari Nabi SAW seperti di atas dengan tambahan di dalamnya, "Alloohumma  man ahyaitahu minnaa fa ahyihi ‘alal islaam, wa man tawaffaitahu minnaa fatawaffahu ‘alal iimaan (Ya Allah, siapa diantara kami yang Engkau hidupkan, maka hidupkanlah dia dalam Islam, dan siapa diantara kami yang Engkau matikan, maka matikanlah dia dalam iman). (Abu Isa At Tirmidzi) berkata: "Hadis semakna diriwayatkan dari Abdurrahman, Aisyah, Abu Qatadah, Auf bin Malik dan Jabir." Abu Isa berkata: "Hadis Walid Abu Ibrahim merupakan hadis hasan shahih. Hisyam Ad Dastuwali dan Ali bin Mubarak meriwayatkan hadis ini dari Yahya bin Abu Katsir dari Abu Salamah bin Abdurrahman dari Nabi SAW secara mursal. Ikrimah bin 'Ammar meriwayatkan dari Yahya bin Abu Katsir dari Abu Salamah dari Aisyah dari Nabi SAW dan hadis Ikrimah bin 'Ammar tidak mahfuzh. Ikrimah mungkin ragu dalam hadis Yahya, dan diriwayatkan dari Yahya bin Abu Katsir dari Abdullah bin Abu Qatadah dari Bapaknya dari Nabi SAW. Saya telah mendengar Muhammad berkata: "Riwayat yang paling shahih dalam masalah ini adalah hadis Yahya bin Abu Katsir dari Abu Ibrahim Al Asyhali dari Bapaknya. Saya bertanya kepadanya tentang nama Abu Ibrahim tetapi dia tidak mengetahuinya." (HR. Tirmidzi, no. 945).

 

Hadis Keduapuluhtiga

حَدَّثَنَا أَبُو الْعَبَّاسِ مُحَمَّدُ بْنُ يَعْقُوبَ، ثنا مُحَمَّدُ بْنُ سِنَانٍ الْقَزَّازُ، ثنا عُمَرُ بْنُ يُونُسَ بْنِ الْقَاسِمِ الْيَمَامِيُّ، ثنا عِكْرِمَةُ بْنُ عَمَّارٍ، عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي كَثِيرٍ، حَدَّثَنِي أَبُو سَلَمَةَ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، قَالَ: سَأَلْتُ عَائِشَةَ أُمَّ الْمُؤْمِنِينَ: كَيْفَ كَانَتْ صَلاةُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى الْمَيِّتِ؟ قَالَتْ كَانَ يَقُولُ: اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِحَيِّنَا وَمَيِّتِنَا، وَذَكَرِنَا وَأُنْثَانَا، وَشَاهِدِنَا وَغَائِبِنَا، وَصَغِيرِنَا وَكَبِيرِنَا، اللَّهُمَّ مَنْ أَحْيَيْتَهُ مِنَّا فَأَحْيِهِ عَلَى الإِسْلامِ، وَمَنْ تَوَفَّيْتَهُ مِنَّا فَتَوَفَّهُ عَلَى الإِيمَانِ. الحاكم فى المستدرك

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abu Al’Abbas Muhammad bin Ya’qub, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Sinan Al Qazzaz, telah menceritakan kepada kami ‘Umar bin Yunus bin Al Qasim Al Yamani, telah menceritakan kepada kami ‘Ikrimah bin ‘Ammar, dari Yahya bin Abi Katsir, telah menceritakan kepadaku Abu Salamah bin Abdurrahman, ia berkata: Aku bertanya kepada ‘Aisyah Ummul Mukminin: Bagaimanakah salatnya Rasulullah SAW ketika mensalatkan mayat? ‘Aisyah berkata: Dahulu beliau berdoa: Alloohummaghfir lihayyinaa wa mayyitinaa, wa dzakarina wa untsaanaa, wa syaahidinaa wa ghooibinaa, wa shoghiirinaa wa kabiirinaa. Alloohumma  man ahyaitahu minnaa fa ahyihi ‘alal islaam, wa man tawaffaitahu minnaa fatawaffahu ‘alal iimaan (Ya Allah, ampunilah orang yang hidup dari kami dan yang sudah mati, yang laki-laki maupun yang perempuan, yang hadir maupun yang tidak hadir, yang kecil maupun yang besar. Ya Allah, siapa diantara kami yang Engkau hidupkan, maka hidupkanlah dia dalam Islam, dan siapa diantara kami yang Engkau matikan, maka matikanlah dia dalam iman).” (HR. Hakim dalam Al Mustadrak, no. 1259).

 

Hadis Keduapuluhempat

حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ إِبْرَاهِيمَ الدِّمَشْقِيُّ حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ ح و حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ مُوسَى الرَّازِيُّ أَخْبَرَنَا الْوَلِيدُ وَحَدِيثُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ أَتَمُّ حَدَّثَنَا مَرْوَانُ بْنُ جَنَاحٍ عَنْ يُونُسَ بْنِ مَيْسَرَةَ بْنِ حَلْبَسٍ عَنْ وَاثِلَةَ بْنِ الْأَسْقَعِ قَالَ: صَلَّى بِنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى رَجُلٍ مِنْ الْمُسْلِمِينَ فَسَمِعْتُهُ يَقُولُ: اللَّهُمَّ إِنَّ فُلَانَ بْنَ فُلَانٍ فِي ذِمَّتِكَ فَقِهِ فِتْنَةَ الْقَبْرِ قَالَ عَبْدُ الرَّحْمَنِ مِنْ ذِمَّتِكَ وَحَبْلِ جِوَارِكَ فَقِهِ مِنْ فِتْنَةِ الْقَبْرِ وَعَذَابِ النَّارِ وَأَنْتَ أَهْلُ الْوَفَاءِ وَالْحَمْدِ اللَّهُمَّ فَاغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ إِنَّكَ أَنْتَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ. قَالَ عَبْدُ الرَّحْمَنِ عَنْ مَرْوَانَ بْنِ جَنَاحٍ. أبي داود

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abdurrahman bin Ibrahim Ad Dimasyqi, telah menceritakan kepada kami Al Walid, dan telah diriwayatkan dari jalur yang lain: telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Musa Ar Razi, telah mengabarkan kepada kami Al Walid, dan hadis Abdurrahman lebih sempurna, telah menceritakan kepada kami Marwan bin Janah dari Yunus bin Maisarah bin Halbas dari Watsilah bin Al Asqa', ia berkata: Rasulullah SAW pernah mengimami kami ketika mensalatkan jenazah seorang laki-laki dari kaum muslimin, aku mendengar beliau berdoa: Alloohumma inna fulaanabna fulaanin (disebutkan namanya) fii dzimmatika, wa habli jiwaarika, fa qihi min fitnatil qobri wa ‘adzaabin-naar, wa anta ahlul-wafaai walhamdi. Alloohumma faghfir lahu warhamhu innaka antal ghofuurur rohiim (Ya Allah, sesungguhnya (fulan bin fulan) adalah dalam tanggungan-Mu dan pemeliharaan-Mu, oleh karena itu jagaah dia dari fitnah qubur dan adzab neraka, dan Engkau lah Tuhan yang memenuhi janji dan Pemilik segala puji. Ya Allah, maka ampunilah dia dan sayangilah dia, karena sesungguhnya Engkaulah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang). Abdurrahman mengatakannya dari Marwan bin Janah. (HR. Abu Dawud, no. 2787).

 

Hadis Keduapuluhlima

حَدَّثَنَا أَبُو مَعْمَرٍ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَمْرٍو حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَارِثِ حَدَّثَنَا أَبُو الْجُلَاسِ عُقْبَةُ بْنُ سَيَّارٍ حَدَّثَنِي عَلِيُّ بْنُ شَمَّاخٍ قَالَ: شَهِدْتُ مَرْوَانَ سَأَلَ أَبَا هُرَيْرَةَ كَيْفَ سَمِعْتَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي عَلَى الْجَنَازَةِ قَالَ أَمَعَ الَّذِي قُلْتَ قَالَ نَعَمْ قَالَ كَلَامٌ كَانَ بَيْنَهُمَا قَبْلَ ذَلِكَ قَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ: اللَّهُمَّ أَنْتَ رَبُّهَا وَأَنْتَ خَلَقْتَهَا وَأَنْتَ هَدَيْتَهَا لِلْإِسْلَامِ وَأَنْتَ قَبَضْتَ رُوحَهَا وَأَنْتَ أَعْلَمُ بِسِرِّهَا وَعَلَانِيَتِهَا جِئْنَاكَ شُفَعَاءَ فَاغْفِرْ لَهُ. قَالَ أَبُو دَاوُد أَخْطَأَ شُعْبَةُ فِي اسْمِ عَلِيِّ بْنِ شَمَّاخٍ قَالَ فِيهِ عُثْمَانُ بْنُ شَمَّاسٍ وَسَمِعْتُ أَحْمَدَ بْنَ إِبْرَاهِيمَ الْمُوصِلِيَّ يُحَدِّثُ أَحْمَدَ بْنَ حَنْبَلٍ قَالَ مَا أَعْلَمُ أَنِّي جَلَسْتُ مِنْ حَمَّادِ بْنِ زَيْدٍ مَجْلِسًا إِلَّا نَهَى فِيهِ عَنْ عَبْدِ الْوَارِثِ وَجَعْفَرِ بْنِ سُلَيْمَانَ. أبي داود

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abu Ma'mar Abdullah bin 'Amr, telah menceritakan kepada kami Abdul Warits, telah menceritakan kepada kami Abu Al Julas 'Uqbah bin Sayyar, telah menceritakan kepadaku Ali bin Syammakh, ia berkata: Aku menyaksikan Marwan bertanya kepada Abu Hurairah: "Bagaimana engkau mendengar Rasulullah SAW mensalati jenazah?" Ia berkata: "Apakah bersamaan dengan adanya ini engkau bertanya kepadaku?" Ia berkata: "Iya." Ali bin Syammakh berkata: Yaitu perkataan yang terjadi diantara mereka berdua sebelum itu. Abu Hurairah berkata: Alloohumma anta robbuhaa wa anta kholaqtahaa, wa anta hadaitahaa lil islaam, wa anta qobadlta ruuhahaa, wa anta a’lamu bisirrihaa wa ‘alaaniyatihaa, ji’naa syufa’aa-a faghfir lahu (Ya Allah, Engkaulah Tuhannya, dan Engkau telah menciptakannya, Engkau telah menunjukinya kepada Islam, dan Engkau telah mencabut nyawanya, sedang Engkau lebih mengetahui bathinnya maupun lahirnya. Ya Allah, kami datang kepada-Mu dengan memohonkan ampunan baginya, maka ampunilah dia). Abu Daud berkata: Syu'bah salah mengenal nama Ali bin Syammakh. Dalam hal tersebut Utsman bin Syammas berkata: dan aku mendengar Ahmad bin Ibrahim Al Mushili menceritakan kepada Ahmad bin Hanbal, ia berkata: Aku tidak mengetahui bahwa aku duduk di sebuah majelis Hammad bin Zaid melainkan ia melarang meriwayatkan dari Abdul Warits dan Ja'far bin Sulaiman. (HR. Abu Dawud, no. 2785).

Keterangan: Terkait rawi yang bernama Ali bin Syammakh merupakan kalangan  tabi'in kalangan pertengahan. Komentar ulama tentangnya diantaranya Ibnu Hibban mengatakan disebutkan dalam 'ats tsiqaat, Ibnu Hajar mengatakan maqbul, sedangkan Adz Dzahabi tidak menyebutkannya (majhul).

 

Hadis Keduapuluhenam

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ مَهْدِيٍّ حَدَّثَنَا مُعَاوِيَةُ بْنُ صَالِحٍ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ جُبَيْرِ بْنِ نُفَيْرٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَوْفِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي عَلَى مَيِّتٍ فَفَهِمْتُ مِنْ صَلَاتِهِ عَلَيْهِ: اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ وَاغْسِلْهُ بِالْبَرَدِ وَاغْسِلْهُ كَمَا يُغْسَلُ الثَّوْبُ. قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ قَالَ مُحَمَّدٌ أَصَحُّ شَيْءٍ فِي هَذَا الْبَابِ هَذَا الْحَدِيثُ. الترمذي

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basyar, telah menceritakan kepada kami Abdurrahman bin Mahdi, telah menceritakan kepada kami Mu'awiyah bin Shalih dari Abdurrahman bin Jubair bin Nufair dari Bapaknya dari Auf bin Malik berkata: Saya mendengar Rasulullah SAW ketika mensalatkan jenazah, maka aku paham doa beliau ketika mensalatkannya, “Alloohummaghfir lahu warhamhu waghsilhu bilbarodi kamaa yughsaluts tsaubu (Ya Allah, ampunilah dia, rahmatilah dia, cucilah dia dengan air embun sebagaimana pakaian dicuci).” Abu Isa berkata: "Ini merupakan hadis hasan shahih. Muhammad berkata: 'Hadis yang paling shahih pada masalah ini adalah hadis ini.'" (HR.Tirmidzi, no. 946).

 

Hadis Keduapuluhtujuh

أَخْبَرَنَا أَحْمَدُ بْنُ عَلِيِّ بْنِ الْمُثَنَّى، قَالَ: حَدَّثَنَا وَهْبُ بْنُ بَقِيَّةَ، قَالَ: حَدَّثَنَا خَالِدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ إِسْحَاقَ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِي سَعِيدٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ كَانَ إِذَا صَلَّى عَلَى جَنَازَةٍ، يَقُولُ: اللَّهُمَّ عَبْدُكَ، وَابْنُ عَبْدِكَ كَانَ يَشْهَدُ أَنْ لا إِلَهَ إِلا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُكَ وَرَسُولُكَ، وَأَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنِّي، إِنْ كَانَ مُحْسِنًا فَزِدْ فِي إِحْسَانِهِ، وَإِنْ كَانَ مُسِيئًا فَاغْفِرْ لَهُ، وَلا تَحْرِمْنَا أَجْرَهُ، وَلا تَفْتِنَّا بَعْدَه. ابن حبان

Artinya: Telah mengabarkan kepada kami Ahmad bin ‘Ali bin Al Mutsanna, telah menceritakan kepada kami Wahb bin Baqiyyah, ia berkata: telah menceritakan kepada kami Khalid bin Abdillah, dari Abdurrahman bin Ishaq, dari Sa’id bin Abi Sa’id, dari Abu Hurairah, dari Nabi SAW bahwasanya dahulu apabila beliau mensalatkan jenazah, beliau berdoa, “Alloohumma ‘abduka wabnu ‘abdika kaana yasyhadu allaa ilaaha illalloohu, wa anna Muhammadan ‘abduka wa rasuuluka, wa anta a’lamu bihi minnii. In kaana muhsinan fa-zid fii ihsaanihi, wa in kaana musii-an faghfir lahu, walaa tahrimnaa ajrohu walaa taftinnaa ba’dahu (Ya Allah, hamba-Mu dan anak dari hamba-Mu, dan dia telah bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad adalah hamba-Mu dan utusan-Mu, dan Engkau lebih mengetahui kepadanya dari pada aku. Apabila dia itu baik, maka tambahlah kebaikannya, dan apabila jelek, maka ampunilah dia, dan janganlah Engkau halangi kami dari pahalanya, dan janganlah Engkau datangkan cobaan kepada kami sepeninggalnya).” (HR. Ibnu Hibban, no. 3151).

 

Selain dari riwayat-riwayat yang telah disebutkan, masih ada lafal-lafal doa untuk jenazah lainnya yang tidak disebutkan di sini.

 

G. Keutamaan Mensalatkan Jenazah

Banyak diantaranya kutamaan mensalatkan jenazah. Namun demikian pada kesempatan kali ini, ada beberapa hadis yang menerangkan tentang keutamaan mensalatkan jenazah. Adapun hadis yang dimaksud adalah sebagai berikut.

 

Hadis Keduapuludelapan

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْلَمَةَ قَالَ قَرَأْتُ عَلَى ابْنِ أَبِي ذِئْبٍ عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِي سَعِيدٍ الْمَقْبُرِيِّ عَنْ أَبِيهِ أَنَّهُ سَأَلَ أَبَا هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ فَقَالَ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ح حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ شَبِيبِ بْنِ سَعِيدٍ قَالَ حَدَّثَنِي أَبِي حَدَّثَنَا يُونُسُ قَالَ ابْنُ شِهَابٍ وَحَدَّثَنِي عَبْدُ الرَّحْمَنِ الْأَعْرَجُ أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ شَهِدَ الْجَنَازَةَ حَتَّى يُصَلِّيَ فَلَهُ قِيرَاطٌ. وَمَنْ شَهِدَ حَتَّى تُدْفَنَ كَانَ لَهُ قِيرَاطَانِ. قِيلَ: وَمَا الْقِيرَاطَانِ؟ قَالَ: مِثْلُ الْجَبَلَيْنِ الْعَظِيمَيْنِ. البخاري

Artinya: Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Maslamah berkata: aku membacakan kepada Ibnu Abu Dza'bi dari Sa'id bin Abu Sa'id Al Maqbariy dari Bapaknya bahwasanya dia pernah bertanya kepada Abu Hurairah RA, maka ia menjawab: Aku mendengar Nabi SAW. Dan dalam riwayat lain telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Syabib bin Sa'id, ia berkata: telah menceritakan kepadaku Bapakku, telah menceritakan kepada kami Yunus, Ibnu Syihab berkata: dan telah menceritakan kepada saya 'Abdurrahman Al A'raj bahwa Abu Hurairah RA, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa menghadiri jenazah hingga mensalatkannya, maka baginya (pahala) satu qirath, dan barangsiapa menghadirinya sehingga dikubur, maka baginya (pahala) dua qirath.” Ada yang bertanya, “Seperti apa dua qirath itu?” Beliau SAW menjawab, “(Yaitu) seperti dua gunung yang besar.” (HR. Bukhari, no. 1240).

 

Hadis keduapuluhsembilan

حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ حَاتِمٍ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ عَنْ يَزِيدَ بْنِ كَيْسَانَ حَدَّثَنِي أَبُو حَازِمٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ صَلَّى عَلَى جَنَازَةٍ فَلَهُ قِيرَاطٌ وَمَنْ اتَّبَعَهَا حَتَّى تُوضَعَ فِي الْقَبْرِ فَقِيرَاطَانِ. قَالَ قُلْتُ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ وَمَا الْقِيرَاطُ قَالَ مِثْلُ أُحُدٍ. مسلم

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Hatim, telah menceritakan kepada kami Yahya bin Sa'id, dari Yazid bin Kaisan, telah menceritakan kepadaku Abu Hazim dari Abu Hurairah dari dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Barangsiapa yang mensalatkan jenazah, maka ia mendapatkan pahala satu qirath. Dan barangsiapa yang turut mengantarkan jenazah hingga diletakkan di kubur, maka ia mendapat pahala dua qirath.” (Perawi) berkata: Lalu aku bertanya, “Hai Abu Hurairah, apakah yang dimaksud qirath itu?” Abu Hurairah menjawab, “Sebesar gunung Uhud.” (HR. Muslim, no. 1572).

 

H. Keutamaan Salat Jenazah

Banyak diantaranya kutamaan salat jenazah bagi jenazah. Namun demikian pada kesempatan kali ini, ada beberapa hadis yang menerangkan tentang keutamaan salat jenazah bagi jenazah. Adapun hadis yang dimaksud adalah sebagai berikut.

 

Hadis Ketigapuluh

حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ عِيسَى حَدَّثَنَا ابْنُ الْمُبَارَكِ أَخْبَرَنَا سَلَّامُ بْنُ أَبِي مُطِيعٍ عَنْ أَيُّوبَ عَنْ أَبِي قِلَابَةَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ يَزِيدَ رَضِيعِ عَائِشَةَ عَنْ عَائِشَةَ، عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: مَا مِنْ مَيِّتٍ تُصَلِّي عَلَيْهِ أُمَّةٌ مِنْ الْمُسْلِمِينَ يَبْلُغُونَ مِائَةً كُلُّهُمْ يَشْفَعُونَ لَهُ إِلَّا شُفِّعُوا فِيهِ. قَالَ فَحَدَّثْتُ بِهِ شُعَيْبَ بْنَ الْحَبْحَابِ فَقَالَ حَدَّثَنِي بِهِ أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. مسلم

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Al Hasan bin Isa, telah menceritakan kepada kami Ibnul Mubarak, telah mengabarkan kepada kami Sallam bin Abu Muthi' dari Ayyub dari Abu Qilabah dari Abdullah bin Yazid saudara sesusuan Aisyah, dari Aisyah dari Nabi SAW beliau bersabda, “Tidaklah seorang mayat disalatkan oleh sekelompok kaum muslimin yang mencapai seratus orang yang semuanya mendoakan untuk mayat itu, melainkan mereka dikabulkan permohonannya.” Lalu saya menceritakannya kepada Syu'aib bin Habhab, maka ia pun berkata: Anas bin Malik telah menceritakannya kepadaku dari Nabi SAW. (HR. Muslim, no. 1576).

 

Hadis Ketigapulusatu

حَدَّثَنَا هَارُونُ بْنُ مَعْرُوفٍ وَهَارُونُ بْنُ سَعِيدٍ الْأَيْلِيُّ وَالْوَلِيدُ بْنُ شُجَاعٍ السَّكُونِيُّ قَالَ الْوَلِيدُ حَدَّثَنِي و قَالَ الْآخَرَانِ حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ أَخْبَرَنِي أَبُو صَخْرٍ عَنْ شَرِيكِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي نَمِرٍ عَنْ كُرَيْبٍ مَوْلَى ابْنِ عَبَّاسٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبَّاسٍ، أَنَّهُ مَاتَ ابْنٌ لَهُ بِقُدَيْدٍ أَوْ بِعُسْفَانَ، فَقَالَ: يَا كُرَيْبُ، انْظُرْ مَا اجْتَمَعَ لَهُ مِنْ النَّاسِ. قَالَ: فَخَرَجْتُ فَإِذَا نَاسٌ قَدْ اجْتَمَعُوا لَهُ، فَأَخْبَرْتُهُ. فَقَالَ: تَقُولُ هُمْ أَرْبَعُونَ؟ قَالَ: نَعَمْ. قَالَ: أَخْرِجُوهُ، فَإِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: مَا مِنْ رَجُلٍ مُسْلِمٍ يَمُوتُ، فَيَقُومُ عَلَى جَنَازَتِهِ أَرْبَعُونَ رَجُلًا لَا يُشْرِكُونَ بِاللَّهِ شَيْئًا إِلَّا شَفَّعَهُمْ اللَّهُ فِيهِ. وَفِي رِوَايَةِ ابْنِ مَعْرُوفٍ عَنْ شَرِيكِ بْنِ أَبِي نَمِرٍ عَنْ كُرَيْبٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ. مسلم

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Harun bin Ma'ruf dan Harun bin Sa'id Al Aili dan Al Walid bin Syuja' As Sakuni. Al Walid berkata: telah menceritakan kepadaku, sementara dua orang yang lain berkata: telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, telah mengabarkan kepadaku Abu Shakhr dari Syarik bin Abdullah bin Abu Namir dari Kuraib Maula Ibnu Abbas, dari Abdullah bin ‘Abbas, bahwasanya putranya Ibnu ‘Abbas meninggal di Qudaid atau di ‘Usfaan. (Ketika jenazah akan dishalatkan) Ibnu ‘Abbas berkata, “Hai Kuraib, lihatlah orang-orang yang telah berkumpul.” Kuraib berkata: Lalu aku keluar, dan ternyata orang-orang telah berkumpul,. Kemudian aku memberitahukan kepada Ibnu ‘Abbas. Lalu Ibnu ‘Abbas bertanya, “Kamu mengatakan orang-orang yang telah berkumpul ada empat puluh orang?” Kuraib menjawab, “Ya.” Ibnu ‘Abbas lalu berkata, “Keluarkanlah jenazahnya, karena aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah seorang muslim meninggal dunia, kemudian disalatkan oleh empat puluh orang laki-laki yang tidak musyrik kepada Allah sedikitpun, melainkan Allah menerima permohonan mereka untuk mayat itu.” Sementara di dalam riwayat Ibnu Ma'ruf adalah dari Syarik bin Abu Namir dari Kuraib dari Ibnu Abbas. (HR. Muslim, no. 1577).

 

Hadis ketigapuluhdua

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عُبَيْدٍ حَدَّثَنَا حَمَّادٌ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ إِسْحَقَ عَنْ يَزِيدَ بْنِ أَبِي حَبِيبٍ عَنْ مَرْثَدٍ الْيَزَنِيِّ عَنْ مَالِكِ بْنِ هُبَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَمُوتُ فَيُصَلِّي عَلَيْهِ ثَلَاثَةُ صُفُوفٍ مِنْ الْمُسْلِمِينَ إِلَّا أَوْجَبَ. قَالَ: فَكَانَ مَالِكٌ إِذَا اسْتَقَلَّ أَهْلَ الْجَنَازَةِ جَزَّأَهُمْ ثَلَاثَةَ صُفُوفٍ لِلْحَدِيثِ. ابو داود  

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin 'Ubaid, telah menceritakan kepada kami Hammad dari Muhammad bin Ishaq, dari Yazid bin Abu Habib dari Martsad Al Bazini, dari Malik bin Hubairah, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Tidaklah seorang muslim meninggal, kemudian ia disalatkan oleh kaum muslimin yang mencapai tiga saf, melainkan pasti (diampuni baginya).” (Martsad) berkata, “Maka Malik (bin Hubairah), apabila orang-orang yang akan mensalatkan jenazah itu sedikit, ia menjadikan mereka itu tiga saf, karena adanya hadis tersebut.” (HR. Abu Dawud, no. 2753).

 

Demikianlah berbagai dalil ataupun pelajaran yang bisa menjadi acuan kita dalam salat jenazah. Dalil yang kita gunakan untuk beribadah adalah dalil dari Al-Qur’an yang sudah pasti benar dan/ atau hadis shahih atau setidaknya hasan lidzatihi. Adapun selain dalil yang ada, tidak menutup kemungkinan terdapat dalil yang shahih maupun sharih lainnya yang bisa kita gunakan sebagai landasan hukum ibadah. Semoga kita semuanya mampu melaksanakan salat jenazah dengan baik dan benar sebagai upaya kita meraih kesempurnaan amal salih. Aamiin.