Saturday, February 27, 2021

Membaca Isti'adzah dalam Salat

 


Segi bahasa, isti'adzah artinya doa untuk memohon perlindungan serta penjagaan. Secara istilah, isti’adzah adalah kalimat yang bertujuan untuk memohon perlindungan dan penjagaan kepada Allah SWT dari godaan setan. Membaca isti'adzah atau ta’awudz dilakukan ketika hendak membaca Alquran. Hal tersebut sebagaimana firman Allah SWT.

 

فَاِذَا قَرَأْتَ اْلقُرْانَ فَاسْتَعِذْ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطنِ الرَّجِيْمِ. النحل: 98

Artinya: Apabila kamu membaca Alquran hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk. (QS. An Nahl: 98).

 

Melalui Alquran Surat An Nahl ayat 98 dapat diketahui bahwa ketika hendak membaca Alquran diperintahkan untuk membaca isti'adzah. Hal tersebut tentu dilakukan baik di luar ataupun di dalam salat, kita hendaknya membaca isti'adzah sebelum membaca Alquran. Oleh karenanya, ketika salat dan hendak membaca Alquran dalam salat membaca isti'adzah. Adapun lafal isti'adzah diantaranya adalah sebagaimana hadis berikut.

 

Hadis Pertama

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْحَسَنِ بْنِ أَتْشٍ حَدَّثَنَا جَعْفَرٌ يَعْنِي ابْنَ سُلَيْمَانَ عَنْ عَلِيِّ بْنِ عَلِيٍّ الْيَشْكُرِيِّ عَنْ أَبِي الْمُتَوَكِّلِ النَّاجِيِّ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَامَ مِنْ اللَّيْلِ وَاسْتَفْتَحَ صَلَاتَهُ وَكَبَّرَ قَالَ سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ تَبَارَكَ اسْمُكَ وَتَعَالَى جَدُّكَ وَلَا إِلَهَ غَيْرُكَ ثُمَّ يَقُولُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ ثَلَاثًا ثُمَّ يَقُولُ أَعُوذُ بِاللَّهِ السَّمِيعِ الْعَلِيمِ مِنْ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ مِنْ هَمْزِهِ وَنَفْخِهِ ثُمَّ يَقُولُ اللَّهُ أَكْبَرُ ثَلَاثًا ثُمَّ يَقُولُ أَعُوذُ بِاللَّهِ السَّمِيعِ الْعَلِيمِ مِنْ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ مِنْ هَمْزِهِ وَنَفْخِهِ وَنَفْثِهِ . احمد

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Hasan bin Atsy berkata; telah menceritakan kepada kami Ja'far -yaitu Ibnu Sulaiman- dari Ali bin Ali Al Yasykuri dari Abu Al Mutawakkil An Naji dari Abu Sa'id Al Khudri ia berkata; "Rasulullah SAW jika beliau bangun pada suatu malam kemudian memulai salatnya beliau bertakbiratul ihram lalu membaca: SUBHANAKALLAHUMMA WA BIHAMDIKA TABAARAKASMUKA WA TA'ALA JADDUKA WA LAA ILAAHA GHAIRUKA (ya Allah Yang Maha Suci, segala puji untuk-Mu, keberkahan pada nama-MU, dan Yang Maha Tinggi dan Maha Besar, Tiada Tuhan selain-Mu). Kemudian beliau membaca LAA ILAAHA ILLAALAH (tidak ada Tuhan yang berhak untuk disembah selain Allah) sebanyak tiga kali. Kemudian beliau membaca A'AUUDZU BILLAAHIS SAMI'IL 'ALIIM MINASSYAITHAANIR RAJIIM MIN HAMZIHI WA NAFKHIHI (aku berlindung kepada Allah Yang Maha Mendengar dan Maha Mengetahui dari setan yang terkutuk, dari godaan dan rayuannya). Kemudian beliau membaca: ALLAHU AKBAR (Allah Maha Besar) sebanyak tiga kali. Kemudian beliau membaca: A'AUUDZU BILLAAHIS SAMII'IL 'ALIIM MINASSYAITHAANIR RAJIIM MIN HAMZIHI WA NAFKHIHI WA NAFTSIHI (aku berlindung kepada Allah yang Maha Mendengar dan Maha Mengetahui dari setan yang terkutuk dari godaan, rayuan dan tiupannya)." (HR. Ahmad, no. 11047).

 

Terkait Nabi SAW membaca takbir tiga kali dalam permulaan salat lalu beliau mengucapkan doa iftitah, lalu beliau membaca kalimat, 'La ilaaha Illallaah' sebanyak tiga kali kemudian membaca takbir tiga kali, terdapat penjelasan dalam hadis berikut.

 

Hadis Kedua

صحيح ابن خزيمة 467: ناه مُحَمَّدُ بْنُ مُوسَى الْحَرَشِيُّ، نا جَعْفَرُ بْنُ سُلَيْمَانَ الضُّبَعِيُّ، نا عَلِيُّ بْنُ عَلِيٍّ الرِّفَاعِيُّ، عَنْ أَبِي الْمُتَوَكِّلِ النَّاجِيِّ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَامَ مِنَ اللَّيْلِ إِلَى الصَّلَاةِ كَبَّرَ ثَلَاثًا، ثُمَّ قَالَ: سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ تَبَارَكَ اسْمُكَ، وَتَعَالَى جَدُّكَ، وَلَا إِلَهَ غَيْرُكَ، ثُمَّ يَقُولُ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ، ثُمَّ يَقُولُ: اللَّهُ أَكْبَرُ ثَلَاثًا، ثُمَّ يَقُولُ: أَعُوذُ بِاللَّهِ السَّمِيعِ الْعَلِيمِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ مِنْ هَمْزِهِ وَنَفْخِهِ وَنَفْثِهِ، ثُمَّ يَقْرَأُ. قَالَ أَبُو بَكْرٍ: وَهَذَا الْخَبَرُ لَمْ يُسْمَعْ فِي الدُّعَاءِ لَا فِي قَدِيمِ الدَّهْرِ وَلَا فِي حَدِيثِهِ، اسْتُعْمِلَ هَذَا الْخَبَرُ عَلَى وَجْهِهِ، وَلَا حُكِيَ لَنَا عَنْ مَنْ لَمْ نُشَاهِدْهُ مِنَ الْعُلَمَاءِ أَنَّهُ كَانَ يُكَبِّرُ لِافْتِتَاحِ الصَّلَاةِ ثَلَاثَ تَكْبِيرَاتٍ، ثُمَّ يَقُولُ: سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ إِلَى قَوْلِهِ: وَلَا إِلَهَ غَيْرُكَ، ثُمَّ يُهَلِّلُ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ، ثُمَّ يُكَبِّرُ ثَلَاثًا. ابن خزيمة

Artinya: Shahih Ibnu Khuzaimah 467: Muhammad bin Musa Al Harasyi mengabarkan kepada kami, Ja’far bin Sulaiman Adh-Dhuba’i mengabarkan kepada kami, Ali bin Ar-Rifa'i mengabarkan kepada kami, dari Abu Al Mutawakil An-Naji dari Abu Said Al Khudri, ia berkata, “Rasulullah SAW apabila melaksanakan salat malam, maka beliau membaca takbir tiga kali, lalu mengucapkan, ' SUBHANAKALLAHUMMA WA BIHAMDIKA TABAARAKASMUKA WA TA'ALA JADDUKA WA LAA ILAAHA GHAIRUKA (Maha Suci Engkau ya Allah dan dengan pujian-Mu, nama-Mu mengandung berkah, sungguh tinggi kekayaan dan kebesaran-Mu dan tidak ada Tuhan kecuali Engkau)', lalu beliau bersabda, ' ALLAHU AKBAR (Allah Maha Besar)' dibaca tiga kali, lalu beliau bersabda, ' A'AUUDZU BILLAAHIS SAMII'IL 'ALIIM MINASSYAITHAANIR RAJIIM MIN HAMZIHI WA NAFKHIHI WA NAFTSIHI (Aku berlindung kepada Allah, Dzat yang Maha Mendengar dan Maha Mengetahui dari setan yang terkutuk dan dari godaan serta hembusan bisikannya)' Lalu beliau membacanya." Abu Bakar berkata, “Hadis ini tidak pernah terdengar di dalam doanya, tidak di masa lalu dan tidak juga di masa kini. Hadis ini digunakan sesuai dengan kondisinya. Tidak ada riwayat yang sampai kepada kami dari para ulama yang tidak kami kenal bahwa Nabi SAW membaca takbir tiga kali dalam permulaan salat lalu beliau mengucapkan, 'SUBHANAKALLAHUMMA WA BIHAMDIKA (Maha suci engkau ya Allah dan dengan dan tidak ada Tuhan selain engkau)', lalu beliau membaca kalimat, 'La ilaaha Illallaah' sebanyak tiga kali kemudian membaca takbir tiga kali.” (HR. Ibnu Khuzaimah, no. 467).

 

Menurut hadis riwayat Ibnu Khuzaimah, bahwa rawi menjelaskan tentang tidak sampainya riwayat dari ulama yang rawi kenal bahwa Nabi SAW membaca takbir tiga kali dalam permulaan salat lalu beliau mengucapkan, 'Maha suci engkau ya Allah dan dengan dan tidak ada Tuhan selain engkau', lalu beliau membaca kalimat, 'La ilaaha Illallaah' sebanyak tiga kali kemudian membaca takbir tiga kali. Hadis lain yang serupa menerangkan. Hadis lain yang serupa menyebutkan tentang lafal isti'adzah ini dengan sedikit perbedaan pada ujung lafalnya. Hadis yang dimaksud adalah sebagai berikut.

 

Hadis Ketiga

أَخْبَرَنَا زَكَرِيَّا بْنُ عَدِيٍّ حَدَّثَنَا جَعْفَرُ بْنُ سُلَيْمَانَ عَنْ عَلِيِّ بْنِ عَلِيٍّ عَنْ أَبِي الْمُتَوَكِّلِ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَامَ مِنْ اللَّيْلِ فَكَبَّرَ قَالَ سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ وَتَبَارَكَ اسْمُكَ وَتَعَالَى جَدُّكَ وَلَا إِلَهَ غَيْرُكَ، أَعُوذُ بِاللَّهِ السَّمِيعِ الْعَلِيمِ مِنْ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ مِنْ هَمْزِهِ وَنَفْثِهِ وَنَفْخِهِ. ثُمَّ يَسْتَفْتِحُ صَلَاتَهُ قَالَ جَعْفَرٌ وَفَسَّرَهُ مَطَرٌ هَمْزُهُ الْمُوتَةُ وَنَفْثُهُ الشِّعْرُ وَنَفْخُهُ الْكِبْرُ. الدارمي

Artinya: Telah mengabarkan kepada kami Zakaria bin 'Adi telah menceritakan kepada kami Ja'far bin Sulaiman dari Ali bin Ali dari Abu Al Mutawalli dari Abu Sa'id ia berkata, "Rasulullah SAW apabila berdiri untuk melakukan salat malam, maka beliau bertakbir dan mengucapkan: "SubhaanakaLLAAHUMMA WA BIHAMDIKA WA TABAARAKAS MUKA WA TA'AALAA JADDUKA WA LAA ILAAHA GHAIRUKA. A'UUDZU BILLAAHIS SAMII'IL 'ALIIM MINASY SYAITHAANIR RAJIIM MIN HAMZIHI WA NAFTSIHI WA NAFKHIHI." Kemudian beliau membuka salatnya." Ja'far berkata, "Mathar menjelaskan bahwa HAMZUHU adalah kematian, WA NAFTSUHU adalah sya'irnya, dan NAFKHUHU adalah kesombaongannya." (HR. Darimi, no. 1211).

Hadis riwayat Darimi menyebutkan bahwa Rasulullah ketika melakukan salat malam, beliau bertakbir dan membaca doa iftitah (ALLAAHUMMA WA BIHAMDIKA WA TABAARAKAS MUKA WA TA'AALAA JADDUKA WA LAA ILAAHA GHAIRUKA). Baru kemudian membaca isti'adzah yang lafalnya A'UUDZU BILLAAHIS SAMII'IL 'ALIIM MINASY SYAITHAANIR RAJIIM MIN HAMZIHI WA NAFTSIHI WA NAFKHIHI. Hadis lain yang serupa menyebutkan tentang lafal isti'adzah sebagaimana hadis pertama dan kedua. Hadis yang dimaksud adalah sebagai berikut.

 

Hadis Keempat

وَنَحْوُهُ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ مَرْفُوعًا عِنْدَ اَلْخَمْسَةِ. وَفِيهِ : وَكَانَ يَقُولُ بَعْدَ اَلتَّكْبِيرِ : أَعُوذُ بِاللَّهِ اَلسَّمِيعِ اَلْعَلِيمِ مِنَ اَلشَّيْطَانِ اَلرَّجِيمِ مِنْ هَمْزِهِ وَنَفْخِهِ وَنَفْثِهِ . بلوغ المرام

Artinya: Hadis serupa dari Abu Said Al-Khudry RA yang diriwayatkan oleh Imam Lima secara marfu'. Dalam hadis itu disebutkan: Beliau biasanya setelah takbir membaca: "A'UUDZU BILLAAHIS SAMII'IL 'ALIIM MINASY SYAITHAANR RAJIIM MIN HAMZIHI WA NAFKHIHI WA NAFTSIHI. (Aku berlindung kepada Allah yang Maha Mendengar dan Maha Mengetahui dari setan yang terkutuk dari godaannya, tipuannya, dan rayuannya)." (Bulughul Maram, no. 289).

 

Diantaranya lafal isti’adzah disebutkan sebagaimana hadis-hadis tadi. Namun demikian terdapat lafal isti’adzah yang lain. Secara umum di masyarakat Indonesia ini lazim menggunakan lafal isti’adzah yang bersandar pada hadis berikut.

 

Hadis Kelima

عَنْ جَعْفَرٍ، عَنْ عَلِيِّ بْنِ عَلِيٍّ الرِّفَاعِيِّ، عَنْ أَبِي الْمُتَوَكِّلِ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُولُ قَبْلَ الْقِرَاءَةِ: أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ. عَبْدُ الرَّزَّاقِ، 2589

Artinya: Dari Ja’far, dari Ali bin Ali bin Ar-Rifa'i, dari Abu Al Mutawakil, dari Abu Sa’id Al Khudri, sesungguhnya Rasulullah SAW bahwasanya sebelum membaca Alquran beliau membaca: A'uudzu billaahi minasy syaithaanir rajiim (Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk) (HR. Abdurrazzaq, no. 2589).

 

Selain hadis riwayat Abdurrazzaq, lafal isti’adzah yang serupa disebutkan dalam hadis berikut.

 

Hadis Keenam

قَالَ ابْنُ اْلمُنْذِرِ جَاءَ عَنِ النَّبِيّ ص اَنَّهُ كَانَ يَقُوْلُ قَبْلَ الْقِرَاءَةِ: اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. نيل الاوطار 2: 220

Artinya: Ibnu Mundzir berkata: Datang riwayat dari Nabi SAW bahwasanya sebelum membaca Al-Fatihah beliau membaca: A'uudzu billaahi minasy syaithaanir rajiim (Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk). (Nailul Authar juz 2, hal. 220).

 

PENJELASAN SINGKAT

Membaca isti’adzah dalam salat memiliki beberapa pendapat dalam pelaksanaannya. Pendapat pertama, melalui Alquran Surat An Nahl ayat 98, ada ulama yang memahami bahwa membaca isti’adzah itu perlu pada tiap-tiap rekaat. Oleh karenanya setelah bangkit dari sujud dan berdiri, isti’adzah kembali dibaca ketika hendak membaca Alquran dalam salat. Pendapat kedua menyatakan bahwa isti’adzah itu cukup pada rakaat yang pertama saja. Hal tersebut dikarenakan dalam satu salat walaupun ada beberapa kali bacaan Alquran, tetapi semuanya itu dalam satu ibadat saja. Selain itu hadis-hadis tentang isti’adzah hanya menunjukkan untuk rakaat yang pertama saja. Adapun cara membaca isti’adzah dengan basmalah dapat di simak dengan cara klik di sini.

 

Demikianlah dalil terkait membaca isti’adzah dalam salat. Semoga menambah wawasan, keimanan, dan kekhusyukan kita dalam beribadah.

Thursday, February 25, 2021

Lingkungan dan Kegiatan Ekonomi


 

Keadaan sekitar tempat tinggal beserta semua yang ada di dalamnya disebut lingkungan. Keadaan tersebut dapat dibedakan menjadi dua, yaitu keadaan fisik dan keadaan sosial. Keadaan fisik lingkungan antara lain iklim, topografi, dan sumber daya alam Selanjutnya, keadaan sosial lingkungan meliputi keadaan penduduk, kegiatan ekonomi, dan budaya. Baik keadaan fisik maupun sosial lingkungan memengaruhi jenis mata pencaharian penduduk. Apabila kita tinggal di daerah pesisir, berarti lingkungan kita adalah lingkungan pesisir. Demikian halnya jika kita tinggal di daerah pegunungan, lingkungan kita adalah lingkungan pegunungan. Keadaan lingkungan pesisir berbeda dengan keadaan lingkungan pegunungan. Sebagai contoh diantaranya adalah suhu di lingkungan pesisir relatif panas, sementara suhu di pegunungan relatif sejuk. Relief di daerah pesisir itu datar, sementara relief di daerah pegunungan bergelombang. Perbedaan keadaan fisik lingkungan tersebut menyebabkan perbedaan mata pencaharian penduduk. Berikut ini mata pencaharian berdasarkan keadaan fisik lingkungannya.

 

1. Dataran Rendah

Dataran rendah menyediakan lahan yang baik untuk kegiatan pertanian dan peternakan. Oleh karena itulah, banyak penduduk di daerah dataran rendah banyak yang bekerja sebagai petani dan peternak.

 

2. Dataran Tinggi

Dataran tinggi beriklim sejuk. Dataran tinggi juga menyediakan lahan yang baik untuk kegiatan pertanian, terutama untuk perkebunan seperti perkebunan teh, kopi, dan sayur sayuran. Selain itu dataran tinggi juga sesuai untuk kegiatan petemakan. Oleh karena itu pula, banyak penduduk dataran tinggi bermata pencaharian sebagai petani dan peternak.

 

3. Daerah Pegunungan

Relief derah pegunungan cenderung bergelombang. Daerah pegunungan ada yang subur dan tidak subur. Sebagian besar penduduk pegunungan yang subur bermata pencaharian di bidang pertanian, perkebunan. dan kehutanan. Penduduk pegunungan yang tidak subur, misalnya pegunungan kapur. banyak penduduk yang bermata pencaharian sebagai penambang.

 

4. Daerah Pantai dan Pesisir

Penduduk daerah pantai dan pesisir memanfaatkan kekayaan lingkungannya sebagai mata pencaharian. Mereka memanfaatkan pantai dan laut untuk memenuhi kebutuhan hidup. Kebanyakan penduduk pantai dan pesisir bermata pencaharian sebagai nelayan, petani tambak, dan pembuat garam.

 

Selain keadaan fisik, keadaan sosial lingkungan juga memengaruhi mata pencaharian. Berikut ini mata pencaharian penduduk berdasarkan keadaan sosial lingkungannya.

 

1. Daerah Perdesaan

Keadaan penduduk di daerah perdesaan tidak terlalu padat sehingga masih tersedia lahan luas untuk kegiatan pertanian. Oleh karena itulah, kebanyakan penduduk perdesaan terutama yang tinggal di pedalaman, bermata pencaharian sebagai petani. Penduduk perdesaan di daerah pesisir bermata pencahanan sebagai nelayan dan petani tambak.

 

2. Daerah Perkotaan

Daerah perkotaan merupakan pusat kegiatan ekonomi dan pemerintahan. Lahan di perkotaan sangat terbatas sehingga kurang mendukung kegiatan pertanian. Penduduk kota umumnya bermata pencaharian di bidang perdagangan dan jasa.

 

3. Daerah Wisata

Mata pencaharian penduduk di sekitar daerah wisata berkaitan dengan kegiatan pendukung pariwisata. Penduduk di daerah wisata banyak yang bermata pencaharian sebagai perandu wisata, pedagang, perajin candera mata, penyedia kendaraan, penyedia penginapan, dan penyedia perlengkapan wisata.

 

4 Daerah Industri

Penduduk di daerah Industri umurninya bekerja sebagai pekerja pabrik. Sebagian bekerja sebagai pedagang yang menjual berbagai keperluan dan warung makan.

 

Demikianlah perbedaan keadaan fisik lingkungan yang menyebabkan perbedaan mata pencaharian penduduk. Pencaharian merupakan bagian dari kegiatan ekonomi. Kegiatan ekonomi adalah kegiatan manusia untuk memperoleh barang dan jasa dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Kegiatan ekonomi dibedakan menjadi tiga sebagai berikut.

 

1. Kegiatan Ekonomi Produksi

Kegiatan ekonomi produksi adalah kegiatan yang bertujuan menghasilkan atau menambah nilai guna barang dan jasa. Pelaku kegiatan ekonomi produksi disebut produsen. Hasil dari kegiatan produksi disebut produk. Contoh kegiatan ekonomi produksi beserta produknya sebagai berikut.

a. Petani menghasilkan produk berupa padi.

b. Nelayan menghasilkan produk berupa ikan.

c. Dokter menghasilkan produk berupa layanan kesehatan.

d. Bengkel menghasilkan produk berupa layanan perbaikan kendaraan.

e. Pabrik garmen menghasilkan produk berupa pakaian

f. Pabrik farmasi menghasikan produk berupa obat obatan.

 

Kegiatan ekonomi produksi sangat berperan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Apabila petani tidak ada, tentu kita tidak dapat menikmati nasi. Oleh karenanya, kegiatan ekonomi berperan sangat penting bagi kehidupan. Selain memenuhi kebutuhan masyarakat, kegiatan ekonomi produk berperan dalam memecahkan masalah pengangguran. Kegiatan ekonomi produksi dapat menyerap banyak tenaga kerja.

 

2. Kegiatan Ekonomi Distribusi

Kita dapat memperoleh perlengkapan sekolahmu dengan membeli di toko. Kita tidak perlu datang langsung ke tempat pembuatan perlengkapan sekolah. Orang tua kita dapat membeli keperluan dapur di warung. Orang tua tidak perlu datang langsung ke tempat produksi keperluan dapur. Toko dan warung merupakan contoh bentuk kegiatan distribusi. Kegiatan ekonomi distribusi adalah kegiatan yang bertujuan menyalurkan barang dan produsen ke konsumen. Pelaku kegiatan distribusi disebut distributor. Contoh pelaku kegiatan ekonomi distribusi sebagal berikut.

a. Pedagang perorangan, adalah orang yang menjual barang-barang kepada yang membutuhkan.

b. Toko adalah tempat yang menjual barang-barang tertentu, misalnya toko buku, toko sepatu, toko pakaian, toko bahan bangunan, toko obat, dan toko kelontong.

c. Warung atau klos adalah toko kecil yang biasanya menyediakan barang-barang kebutuhan sehari-hari.

d. Agen adalah orang atau perusahaan yang menyalurkan barang dari produsen ke toko atau warung

 

Kegiatan ekonomi distribusi sangat penting bagi masyarakat. Jika tidak ada kegiatan distribusi, masyarakat sulit memperoleh barang yang dibutuhkan.

 

3. Kegiatan Ekonomi Konsumsi

Saat kamu membeli buku di toko buku, berarti kamu telah melakukan kegiatan ekonomi konsumsi. Saat orang tua kita meminta bengkel untuk memperbaiki kendaraan, berarti orang tua kita telah melakukan kegiatan ekonomi konsumsi. Adapun kegiatan ekonomi konsumsi dapat diartikan sebagai kegiatan memakai barang dan jasa hasil produksi. Kegiatan ekonomi konsumsi bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Pelaku kegiatan ekonomi konsumsi disebut konsumen.

 

Itulah tiga kegiatan ekonomi yang dilakukan manusia. Ketiga kegiatan ekonomi tersebut sangat dipengaruhi oleh lingkungan tempat tinggal.

 

Catatan: Sebagai latihan, kerjakan di buku tulis temamu ya!

1. Perbedaan keadaan fisik dan sosial lingkungan menyebabkan perbedaan mata pencaharian penduduk. Bagaimana aspek yang mendasari perbedaan mata pencaharian masyarakat berdasarkan keadaan fisik lingkungannya dan keadaan sosial lingkungannya?

2. Bagaimana bentuk kegiatan ekonomi yang merupakan sarana kegiatan manusia untuk memperoleh barang dan jasa dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya?