Friday, September 30, 2022

Khotbah Jum’at: Mengingat Kembali Sejarah Kelahiran Rasulullah


 

·      اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيٰوةَ لِيَبْلُوَكُمْ اَيُّكُمْ اَحْسَنُ عَمَلًا. لَا حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِالله. وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه. اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَرَسُولِكَ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ. أَمَّا بَعْدُ: فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ، اُوْصِيْنِيْ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.

·      فَقَالَ اللَّهُ تَعَالَى فِى كِتَابِهِ الْكرِيْم، أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ.

Ma'asyiral muslimin rahimakumullah

Syukur alkhamdulillah senantiasa kita haturkan kepada Allah SWT yang menciptakan kematian dan kehidupan sebagai ujian, siapa diantara manusia yang beriman dan beramal saleh. Tak ada daya dan tak ada kekuatan, kecuali dengan pertolongan Allah. Kita hanya memohon pertolongan, perlindungan, dan keselamatan hanya kepada-Nya. Selawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW yang telah membawa risalah Agama Islam kepada umatnya. Semoga kita semuanya tergolong umat Rasulullah Muhammad SAW yang senantiasa melaksanakan ajaran-ajaran Agama Islam di dalam kehidupan sehari-hari. Mengerjakan ajaran-ajaran agama merupakan bagian amanat sila pertama Pancasila, dan Undang Undang Dasar 1945 Pasal 29 ayat 2. Setiap 30 September diperingati terjadinya Pengkhianatan G30S/PKI. Mereka mengusung paham tidak percaya adanya Tuhan Yang Maha Esa. Ajaran Tuhan termuat dalam agama yang diantaranya berisi tentang bagaimana cara beradab. Mereka yang tidak percaya Tuhan terotomatis tidak mengamalkan ajaran agama sehingga mereka melakukan tindakan biadab. Jangan sampai kita tidak menjalankan perintah agama, sehingga secara tidak sadar cenderung mirip seperti mereka.

Selanjutnya dari mimbar ini saya serukan kepada diri saya sendiri dan umumnya kepada jamaah salat Jum’at agar senantiasa menjaga, mempertahankan, dan terus berusaha meningkatkan iman dan takwa. Iman dengan mengimani rukun iman yang enam, yaitu iman kepada Allah, malaikat-malaikat Allah, kitab-kitab Allah, utusan-utusan Allah, takdir Allah, dan akhirat. Selain itu juga takwa dengan mentaati segala perintah Allah dan Rasulullah, serta menjauhi apa yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya. Marilah saling menasehati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.

Ma'asyiral muslimin rahimakumullah.

Cinta terbaik adalah di saat kau mencintai sesuatu yang membuat akhlakmu baik, jiwamu semakin damai, dan hatimu semakin bijak. Melalui cinta, orang akan lebih semangat dan ikhlas untuk melakukan setiap sesuatu yang disenangi oleh yang dicinta. Hal tersebut karena semestinya cinta diberikan pada pihak yang memang berhak mendapatkan cinta dan layak untuk dicinta. Menurut Imam Al-Ghazali, tidak ada yang berhak untuk dicinta kecuali Allah Ta’ala. Sementara Allah SWT berfirman,

 قُلْ اِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللّٰهَ فَاتَّبِعُوْنِيْ يُحْبِبْكُمُ اللّٰهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ ۗ وَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ. آل عمران: 31

Artinya: Katakanlah (Muhammad), “Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. (QS. Ali Imran: 31).

Ayat tersebut menerangkan bahwa Allah memerintahkan Nabi untuk mengatakan kepada orang Yahudi, apabila mereka benar menaati Allah maka hendaklah mereka mengakui kerasulan Nabi Muhammad. Tentu kita yang mengaku sebagai umat Rasulullah SAW menjadikan Rasulullah sebagai uswah hasanah. Kurang lengkap rasanya bila kita menjadikan Rasulullah Muhammad SAW sebagai uswah hasanah, tetapi tidak paham mengenai profil Rasulullah Muhammad SAW.

Ma'asyiral muslimin rahimakumullah.

Apabila kita pelajari profil Nabi Muhammad SAW, silsilah Nabi Muhammad SAW baik dari Bapaknya (Abdullah) maupun Ibunya (Aminah) itu ada sandaran sampai kepada ‘Adnan. Pada kenyataannya, ‘Adnan adalah keturunan Nabi Ismail AS, putra Nabi Ibrahim AS. Namun dari Nabi Ismail sampai ke ‘Adnan secara rinci satu per satu tidak tercatat secara jelas dalam kitab-kitab tarikh.

Diriwayatkan bahwa kurang lebih setelah tiga bulan setengah perkawinan Abdullah dengan Aminah, Abdullah pergi ke negeri Syam untuk berdagang seperti biasanya. Pada saat itu Aminah tampak tengah hamil. Ketika perjalanan pulang dari negeri Syam dan mencapai kota Yatsrib (Madinah), Abdullah mendadak jatuh sakit. Kawan-kawan Abdullah yang pulang dari negeri Syam sudah sampai di kota Mekah, tetapi Abdullah tidak ikut serta dalam kafilah tersebut. Abdul Muththalib yang tahu anaknya tidak ada dalam kafilah tersebut bertanya mengapa anaknya tidak ada didalam kafilah tersebut. Teman-teman Abdullah pun menjawab bahwa Abdullah mendadak demam di kota Yatsrib dan Abdullah tinggal di rumah salah satu bangsa Quraisy dari Bani ‘Ady.

Mendengar kabar dari teman-teman Abdullah, seketika Abdul Muththalib menyuruh anaknya yang sulung yang bernama Harits untuk menjemput Abdullah. Ketika Harits sampai di Yatsrib terkejut bahwa Abdullah ternyata sudah meninggal dan dimakamkan beberapa hari yang lalu. Ketika itu Nabi Muhammad SAW tengah berada di kandungan ibunya, yakni Aminah kurang lebih tiga bulan.

Ma'asyiral muslimin rahimakumullah.

Setelah cukup sembilan bulan mengandung, Aminah melahirkan pada waktu subuh, Hari Senin tanggal 12 bulan Rabiul Awal tahun Fil ke I yang bertepatan tanggal 20 April tahun 571 Masehi. Pada waktu itu lahirlah Nabi Muhammad SAW dengan selamat di rumah ibunya di Kampung Bani Hasyim, Kota Mekah. Ketika itu yang menjadi bidan untuk merawatnya adalah Sitti Syifa’ yang merupakan ibu sahabat Abdur Rahman bin ‘Auf RA. Ibu susunya adalah Tsuaibah lalu Halimah binti Abi Dzuaib, kemudian yang merawat Nabi Muhammad pada waktu itu adalah Ummu Aiman.

Ketika Abdul Muththalib sedang thawaf disekeliling Ka’bah, tiba-tiba suruhan Aminah datang mengabarkan bahwa Aminah telah melahirkan bayi laki-laki. Seketika Abdul Muththalib datang ke rumah Aminah untuk melihat cucunya yang baru lahir. Setelah tujuh hari pasca kelahiran, akhirnya Abu Muththalib meng-khitan cucunya dan memberinya nama Muhammad.

Ma'asyiral muslimin rahimakumullah.

Momen kelahiran Rasulullah SAW terjadi pada tahun peristiwa pasukan bergajah yang kisahnya terabadikan di dalam Surat Al Fil. Sedangkan Surat Al Fil diturunkan sekitar 45 tahun setelahnya. Hal tersebut mengingatkan kembali peristiwa dahsyat yang pernah terjadi sekaligus memberi pesan bahwa, sebagaimana Allah melindungi ka’bah dari tipu daya Abrahah, Allah juga akan melindungi Rasulullah dari tipu daya orang-orang Quraisy. Berbagai peristiwa sejarah yang ada sudah semestinya menjadikan kita semakin yakin dan mantap dalam mengamalkan ajaran agama Islam. Hal tersebut karena Rasulullah SAW sebagau uswah hasanah sudah mencontohkan bagaimana cara umat Islam beribadah, bermuamalah maupun berakhlak karimah.

Kita yang mengaku cinta Allah sudah seharusnya mengikuti apa-apa yang diajarkan oleh Rasulullah. Sementara Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ اَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ.  مسلم

Artinya: "Barangsiapa mengamalkan suatu perkara yang tidak kami perintahkan, maka ia tertolak." (HR. Muslim, no. 3243).

Tak ada cara lain yang mengarah kepada kebaikan, kecuali paham ilmu agama Islam dan mengamalkannya sebagaimana petunjuk Allah dan Rasulullah. Marilah kita mulai dari diri sendiri, keluarga, dan pada masyarakat pada umumnya. Semoga yang sedikit ini bisa menjadi pengingat bagi diri saya dan umumnya bermanfaat bagi jamaah semuanya. Mohon maaf apabila terdapat tutur kata yang kurang berkenan.

أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ. بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. إِنَّاۤ اَعْطَيْنٰكَ الْكَوْثَرَ. فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ. اِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْاَبْتَرُ. وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ.

***

ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى اَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِاْلهُدَى وَ دِيْنِ اْلحَقّ، لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدّيْنِ كُلّهِ وَ لَوْ كَرِهَ الْكٰفِرُوْنَ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَ اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ الَّذِى لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ. وَ الصَّلاَةُ وَ السَّلاَمُ عَلَى اَشْرَفِ اْلاَنْبِيَاءِ وَ اْلمُرْسَلِيْنَ وَ عَلَى آلِهِ وَ اَصْحَابِهِ اَجْمَعِيْنَ.  اَمَّا بَعْدُ.

فَيَااَ يُّهَاالنَّاسُ، اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ.

أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ. اِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِىْ، يَاَ يُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ:

·      اَللّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّـيْتَ عَلَى آلِ اِبـْرَاهِيْمَ. وَ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ اِبـْرَاهِيْمَ، فِى اْلعَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

·      اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، أَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ.

·      رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا، وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِالْإِيْمَانِ، وَلَا تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا، غِلًّا لِلَّذِيْنَ آمَنُوا، رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ

·      رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ، وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ إِمَامًا.

·      رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً، وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

·      سُبْحَانَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.

·      وَأَقِمِ الصَّلَاةَ.

Penyampai: Revolusi Prajaningrat Saktiyudha, S.Si., M.Pd.

 

Tuesday, September 27, 2022

Tuntunan Tidak Saling Mengeraskan Bacaan Ketika Salat


 

Rumah ibadah umat Islam adalah masjid. Selain masjid, di Indonesia juga dikenal adanya musala, langgar, dan surau, atau sejenisnya. Ketika kita sejenak berdiam diri di rumah ibadah, tidak jarang kita melihat para musafir silih berganti hendak salat. Kita sering melihat berbagai aktivitas kaum muslim yang ada di rumah ibadah. Berbagai aktivitas yang ada dalam rumah ibadah itu hendaknya tidak mengganggu antara satu orang muslim dan muslim lainnya. Taukah Anda bahwa ada tuntunan untuk tidak saling mengeraskan bacaan ketika salat? Ya, bila disimak pada berbagai dalil berikut terdapat berbagai tuntunan yang menyebutkan bahwa terdapat tuntunan untuk tidak saling mengeraskan bacaan ketika salat. Bagaimana tuntunan yang dimaksud? Mari kita simak berbagai dalil berikut.

 

Hadis Pertama

و حَدَّثَنِي عَنْ مَالِك عَنْ يَحْيَى بْنِ سَعِيدٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ إِبْرَاهِيمَ بْنِ الْحَارِثِ التَّيْمِيِّ عَنْ أَبِي حَازِمٍ التَّمَّارِ عَنْ الْبَيَاضِيِّ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَرَجَ عَلَى النَّاسِ وَهُمْ يُصَلُّونَ، وَقَدْ عَلَتْ أَصْوَاتُهُمْ بِالْقِرَاءَةِ، فَقَالَ: إِنَّ الْمُصَلِّيَ يُنَاجِي رَبَّهُ فَلْيَنْظُرْ بِمَا يُنَاجِيهِ بِهِ وَلَا يَجْهَرْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَعْضٍ بِالْقُرْآنِ. مالك

Artinya: Telah menceritakan kepadaku dari Malik dari Yahya bin Sa'id dari Muhammad bin Ibrahim bin Al Harits At Taimi dari Abu Hazm At Tammar dari Al Bayadli, bahwasanya Rasulullah SAW keluar mendatangi para sahabat yang sedang salat (malam), mereka mengeraskan suara bacaan, maka beliau bersabda, “Sesungguhnya orang yang salat itu sedang bermunajat dengan Tuhannya, maka hendaklah ia memperhatikan apa yang ia munajatkan kepada-Nya, dan janganlah sebagian kalian mengeraskan bacaan Al-Qur’an atas sebagian yang lain, karena mengganggu yang lain.” (HR. Malik, no. 163).

 

Hadis Kedua

حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ حَدَّثَنَا مَعْمَرٌ عَنْ إِسْمَاعِيلَ بْنِ أُمَيَّةَ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ: اعْتَكَفَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْمَسْجِدِ، فَسَمِعَهُمْ يَجْهَرُوا بِالْقِرَاءَةِ وَهُوَ فِي قُبَّةٍ لَهُ، فَكَشَفَ السُّتُورَ وَكَشَفَ، وَقَالَ: أَلَا كُلُّكُمْ مُنَاجٍ رَبَّهُ فَلَا يُؤْذِيَنَّ بَعْضُكُمْ بَعْضًا، وَلَا يَرْفَعَنَّ بَعْضُكُمْ عَلَى بَعْضٍ فِي الْقِرَاءَةِ، أَوْ قَالَ: فِي الصَّلَاةِ. أحمد

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abdurrazzaq, ia berkata: telah menceritakan kepada kami Ma'mar dari Isma'il bin Umayyah dari Abu Salamah bin Abdurrahman dari Abu Sa'id Al Khudri, ia berkata: Rasulullah SAW beritikaf di masjid, beliau berada di dalam kemahnya, lalu beliau mendengar para sahabat mengeraskan bacaan ketika salat, maka beliau membuka tirai dan bersabda, “Ketahuilah, sesunguhnya masing-masing kalian sedang bermunajat kepada Tuhannya, maka janganlah sebagian kalian mengganggu sebagian yang lain, dan janganlah sebagian kalian mengeraskan bacaannya, ketika salat.” (HR. Ahmad, no. 11461).

 

Hadis Ketiga

حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ عَلِيٍّ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ عَنْ إِسْمَعِيلَ بْنِ أُمَيَّةَ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ قَالَ: اعْتَكَفَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْمَسْجِدِ فَسَمِعَهُمْ يَجْهَرُونَ بِالْقِرَاءَةِ فَكَشَفَ السِّتْرَ وَقَالَ أَلَا إِنَّ كُلَّكُمْ مُنَاجٍ رَبَّهُ فَلَا يُؤْذِيَنَّ بَعْضُكُمْ بَعْضًا وَلَا يَرْفَعْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَعْضٍ فِي الْقِرَاءَةِ أَوْ قَالَ فِي الصَّلَاةِ. أبي داود

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Al Hasan bin Ali, telah menceritakan kepada kami Abdurrazaq, telah mengabarkan kepada kami Ma'mar dari Isma'il bin Umayyah dari Abu Salamah dari Abu Sa'id (Al Khudri) dia berkata: "Rasulullah SAW beritikaf di masjid, lalu beliau mendengar mereka (para sahabat) mengeraskan bacaan (Al-Qur'an) mereka. Kemudian beliau membuka tirai sambil bersabda: "Ketahuilah, sesunguhnya masing-masing kalian sedang bermunajat kepada Tuhannya, maka janganlah sebagian kalian mengganggu sebagian yang lain, dan janganlah sebagian kalian mengeraskan bacaannya, ketika salat.” (HR. Abu Dawud, no. 1135).

 

PENJELASAN SINGKAT

Melalui hadis yang ada, bacaan Al-Qur’an secara jahr atau lainnya ketika di masjid perlu mempertimbangkan situasi. Hal tersebut mencakup aktivitas di dalam salat maupun di luar salat. Kita perlu memeriksa apakah aktivitas yang kita lakukan ada potensi yang dapat mengganggu orang di sekitar kita, seperti orang salat yang memerlukan konsentrasi, orang istirahat yang membutuhkan ketenangan, atau orang sakit yang memerlukan istirahat. Jika bacaan kita secara keras berpotensi mengganggu orang di sekitar kita, sebaiknya kita dapat mengecilkan suara. Pada dasarnya aktivitas apapun yang menggangu orang salat dan sejenisnya terbilang perbuatan terlarang. Adapun kaitannya dengan aktivitas kaum muslim yang menghasilkan suara melalui pengeras suara di masjid atau musala, terdapat Surat Edaran Menteri Agama No SE 05 tahun 2022 tentang Pedoman Penggunaan Pengeras Suara di Masjid dan Musala. Surat edaran tersebut dapat di simak di sini.

 

Demikianlah berbagai dalil ataupun pelajaran yang bisa menjadi acuan kita dalam ibadah di rumah ibadah, baik salat ataupun yang lainnya. Dalil yang kita gunakan untuk beribadah adalah dalil dari Al-Qur’an yang sudah pasti benar dan/ atau hadis shahih atau setidaknya hasan lidzatihi. Adapun selain dalil yang ada, tidak menutup kemungkinan terdapat dalil yang shahih maupun sharih lainnya yang bisa kita gunakan sebagai landasan hukum ibadah. Semoga kita semuanya mampu melaksanakan salat berjamaah dengan baik dan benar sebagai upaya kita meraih kesempurnaan amal salih. Aamiin.