Thursday, September 1, 2022

Makmum Masbuk dan Makmum Muwafiq

 

Secara bahasa salat berarti do’a. Namun demikian, pengetian salat menurut istilah ialah ibadah yang tersusun dari beberapa perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbiratul ihram dan disudahi dengan salam, serta memenuhi beberapa syarat dan rukunnya yang telah ditentukan Allah SWT. Salat wajib dianjurkan dilaksanakan secara berjamaah maupun salat sunah lainnya yang dituntunkan dilaksanakan secara berjamaah. Adapun salat berjamaah pengertiannya adalah bersama-sama, yang satu jadi imam dan yang lainnya menjadi makmum. Apabila ada dua orang atau lebih salat bersama-sama, dan salah seorang diantara mereka diikuti oleh yang lainnya sudah merupakan salat berjamaah. Orang yang diikuti disebut imam, dan orang yang mengikuti disebut makmum. Keutamaan salat berjamaah bisa disimak lebih lanjut dengan cara klik di sini.

 

Salat berjamaah memiliki keutamaan yang banyak, salah satunya adalah salat berjamaah itu lebih utama dua puluh tujuh derajat daripada salat sendirian. Oleh sebab itu, salat berjamaah terus kita upayakan demi memperoleh berbagai keutamaan yang ada. Namun demikian, ada kalanya kita sebagai manusia biasa itu terlambat mengikuti salat berjamaah. Makmum yang ketinggalan ada yang disebut dengan makmum masbuk dan makmum muwafiq. Makmum masbuk adalah makmum dalam salat berjamaah, tetapi makmum mulai salatnya tidak sejak awal, sehingga makmum tersebut tidak sempurna membaca Al-Fatihah bersama imam di rakaat pertama. Makmum muwafiq adalah makmum yang cukup waktu membaca Al-Fatihah sebelum imam rukuk. Hal tersebut misalnya ketika seorang makmum datang terlambat tetapi dalam keterlambatannya masih ada sisa cukup waktu untuk membaca Al-Fatihah di rakaat pertama. Apabila bacaan Al-Fatihah pada rakaat kedua maka dinamakan makmum masbuk. Adapun makmum masbuk tetap memperoleh fadilah salat berjamaah. Hal tersebut sebagaimana hadis berikut.

 

Hadis Pertama

حَدَّثَنَا آدَمُ قَالَ حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي ذِئْبٍ قَالَ حَدَّثَنَا الزُّهْرِيُّ عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: إِذَا سَمِعْتُمْ الْإِقَامَةَ فَامْشُوا إِلَى الصَّلَاةِ وَعَلَيْكُمْ بِالسَّكِينَةِ وَالْوَقَارِ وَلَا تُسْرِعُوا فَمَا أَدْرَكْتُمْ فَصَلُّوا وَمَا فَاتَكُمْ فَأَتِمُّوا. البخاري

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Adam, ia berkata: telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Dzi'b, ia berkata: telah menceritakan kepada kami dari Az Zuhri dari Sa'id bin Al Musayyab dari Abu Hurairah dari Nabi SAW, dan dari Az Zuhri dari Abu Salamah dari Abu Hurairah dari Nabi SAW, beliau bersabda: “Apabila kalian mendengar iqamat, berjalanlah (menuju masjid) untuk salat, dan hendaklah kalian datang dengan tenang dan tunduk, dan janganlah tergesa-gesa. Apa yang kalian dapatkan salat (bersama imam) maka salatlah (bersama imam), dan apa yang kalian ketinggalan maka sempurnakanlah.” (HR. Bukhari, no. 600).

 

Hadis Kedua

حَدَّثَنَا آدَمُ قَالَ حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي ذِئْبٍ قَالَ الزُّهْرِيُّ عَنْ سَعِيدٍ وَأَبِي سَلَمَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ح و حَدَّثَنَا أَبُو الْيَمَانِ قَالَ أَخْبَرَنَا شُعَيْبٌ عَنْ الزُّهْرِيِّ قَالَ أَخْبَرَنِي أَبُو سَلَمَةَ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: إِذَا أُقِيمَتِ الصَّلَاةُ فَلَا تَأْتُوهَا تَسْعَوْنَ وَأْتُوهَا تَمْشُونَ عَلَيْكُمُ السَّكِينَةُ. فَمَا أَدْرَكْتُمْ فَصَلُّوا وَمَا فَاتَكُمْ فَأَتِمُّوا. البخاري

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Adam, ia berkata: telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Dzi'b, Az Zuhri berkata dari Sa'id dan Abu Salamah dari Abu Hurairah dari Nabi SAW. Dalam jalur lain disebutkan, dan telah menceritakan kepada kami Abu Al Yaman, ia berkata: telah mengabarkan kepada kami Syu'aib dari Az Zuhri berkata: telah mengabarkan kepadaku Abu Salamah bin 'Abdurrahman bahwa Abu Hurairah berkata: Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Apabila salat sudah diiqamahi, maka janganlah kalian datang dengan tergesa-gesa, tetapi datanglah berjalan dengan tenang. Apa yang kalian dapatkan, salatlah (bersama imam), dan apa yang terlewatkan, maka sempurnakanlah.” (HR. Bukhari, no. 857).

 

Hadis Ketiga

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى بْنِ فَارِسٍ أَنَّ سَعِيدَ بْنَ الْحَكَمِ حَدَّثَهُمْ أَخْبَرَنَا نَافِعُ بْنُ يَزِيدَ حَدَّثَنِي يَحْيَى بْنُ أَبِي سُلَيْمَانَ عَنْ زَيْدِ بْنِ أَبِي الْعَتَّابِ وَابْنِ الْمَقْبُرِيِّ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِذَا جِئْتُمْ إِلَى الصَّلَاةِ وَنَحْنُ سُجُودٌ فَاسْجُدُوا وَلَا تَعُدُّوهَا شَيْئًا وَمَنْ أَدْرَكَ الرَّكْعَةَ فَقَدْ أَدْرَكَ الصَّلَاةَ. أبي داوود

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Yahya bin Faris bahwa Sa'id bin Al Hakam telah menceritakan kepada mereka, telah mengabarkan kepada kami Nafi' bin Yazid, telah menceritakan kepadaku Yahya bin Abu Sulaiman dari Zaid bin Abu Al 'Attab dan Ibnu Al Maqburi dari Abu Hurairah dia berkata: Rasulullah SAW bersabda: "Apabila kalian datang untuk salat sedang kami dalam keadaan sujud, maka bersujudlah kalian. Dan janganlah dihitung (satu rakaat). Dan barangsiapa mendapatkan satu rakaat, berarti ia mendapatkan salat itu." (HR. Abu Dawud, no. 759).

Keterangan: Terkait rawi yang bernama Yahya bin Abi Sulaiman merupakan kalangan tabi'in (tidak jumpa sahabat). Komentar ulama tentangnya diantaranya Al Bukhari mengomentari mungkarul hadits, Abu Hatim mengomentari mudltharribul hadits, Ibnu Hibban mengatakan disebutkan dalam 'ats tsiqaat, Hakim mengomentari tsiqah, Ibnu Hajar Al 'Asqalani mengomentari layyinul hadits.

 

Hadis Keempat

حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ يُونُسَ الْكُوفِيُّ حَدَّثَنَا الْمُحَارِبِيُّ عَنْ الْحَجَّاجِ بْنِ أَرْطَاةَ عَنْ أَبِي إِسْحَقَ عَنْ هُبَيْرَةَ بْنِ يَرِيمَ عَنْ عَلِيٍّ وَعَنْ عَمْرِو بْنِ مُرَّةَ عَنْ ابْنِ أَبِي لَيْلَى عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ قَالَا: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِذَا أَتَى أَحَدُكُمْ الصَّلَاةَ وَالْإِمَامُ عَلَى حَالٍ فَلْيَصْنَعْ كَمَا يَصْنَعُ الْإِمَامُ. قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ غَرِيبٌ لَا نَعْلَمُ أَحَدًا أَسْنَدَهُ إِلَّا مَا رُوِيَ مِنْ هَذَا الْوَجْهِ وَالْعَمَلُ عَلَى هَذَا عِنْدَ أَهْلِ الْعِلْمِ قَالُوا إِذَا جَاءَ الرَّجُلُ وَالْإِمَامُ سَاجِدٌ فَلْيَسْجُدْ وَلَا تُجْزِئُهُ تِلْكَ الرَّكْعَةُ إِذَا فَاتَهُ الرُّكُوعُ مَعَ الْإِمَامِ وَاخْتَارَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ الْمُبَارَكِ أَنْ يَسْجُدَ مَعَ الْإِمَامِ وَذَكَرَ عَنْ بَعْضِهِمْ فَقَالَ لَعَلَّهُ لَا يَرْفَعُ رَأْسَهُ فِي تِلْكَ السَّجْدَةِ حَتَّى يُغْفَرَ لَهُ. الترمذي

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Hisyam bin Yunus Al Kufi, telah menceritakan kepada kami Al Muharibi dari Al Hajjaj bin Arthah dari Abu Ishaq dari Hubairah bin Maryam dari Ali dan dari Amru bin Murrah dari Ibnu Abu Laila dari Mu'adz bin Jabal, mereka berkata Rasulullah SAW SAW bersabda: "Apabila seseorang diantara kalian datang untuk salat sedangkan imam dalam suatu keadaan, maka hendaklah ia berbuat sebagaimana yang diperbuat imam." Abu 'Isa berkata: ini adalah hadits gharib, tidak ada seorangpun yang memaushulkan sanadnya kecuali melalui sanad ini, hadis ini juga diamalkan oleh ahlul ilmi, mereka berkata: Jika seseorang mendapati imam sedang sujud, hendaknya ia sujud, hal itu tidak dihitung satu rakaat jika tertinggal rukuk bersama imam. Demikian juga Abdullah bin Mubarak lebih memilih untuk sujud bersama imam, sambil menyebutkan perkataan sebagian ulama: Mudah-mudahan Allah mengampuninya sebelum dia mengangkat kepalanya dari sujud tersebut. (HR. At-Tirmidzi, no. 539).

Keterangan: Hadis tersebut munqathi’ karena Mu'adz bin Jabal meninggal tahun 18H sementar Ibnu Abu Laila (Abdurrahman bin Abi Laila Yasar) meninggal pada tahun 83H.

 

Hadis Kelima

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرٍ قَالَ: نا جَرِيرٌ، عَنْ عَبْدِ الْعَزِيزِ بْنِ رُفَيْعٍ، عَنْ رَجُلٍ، مِنْ أَهْلِ الْمَدِينَةِ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، أَنَّهُ سَمِعَ خَفْقَ نَعْلِي وَهُوَ سَاجِدٌ، فَلَمَّا فَرَغَ مِنْ صَلَاتِهِ، قَالَ: مَنْ هَذَا الَّذِي سَمِعْتُ خَفْقَ نَعْلِهِ؟ قَالَ: أَنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ، قَالَ: فَمَا صَنَعْتَ؟ قَالَ: وَجَدَتُكَ سَاجِدًا فَسَجَدْتُ، فَقَالَ: هَكَذَا فَاصْنَعُوا وَلَا تعْتدُّوا بِهَا، مَنْ وَجَدَنِي رَاكِعًا، أَوْ قَائِمًا، أَوْ سَاجِدًا، فَلْيَكُنْ مَعِي عَلَى حَالِي الَّتِي أَنَا عَلَيْهَا. ابن ابى شيبة

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr, ia berkata: telah menceritakan kepada kami Jarir, dari ‘Abdul Aziz bin Rufai’, dari seorang penduduk Madinah, dari Nabi SAW bahwa beliau mendengar suara sandal pada saat sedang sujud. Setelah selesai salat, beliau bertanya, “Siapakah orang yang tadi aku dengar suara sandalnya?” Ia menjawab, “Saya, ya Rasulullah.” Beliau bertanya, “Apakah yang kamu lakukan?” Ia menjawab, “Saya mendapati engkau sujud, maka akupun sujud.” Mendengar hal itu beliau bersabda, “Seperti itulah yang seharusnya kalian lakukan, namun jangan kalian hitung satu rakaat. Barangsiapa yang mendapati aku rukuk, berdiri atau sujud maka hendaklah ia mengikuti keadaanku pada saat itu.” (HR. Ibnu Abi Syaibah, no. 2601).

Keterangan: Hadis tersebut merupakan hadis mubham karena dalam sanadnya ada rawi yang tidak diketahui (majhul), yaitu seorang penduduk Madinah.

 

Apabila kita menjadi makmum masbuk, hendaklah kita berbuat sebagaimana yang diperbuat imam. Apa yang diperbuat imam misalnya imam dalam keadaan sujud, maka setelah kita takbiratul ihram lalu sujud sebagaimana yang diperbuat imam. Selain itu, bila imam dalam keadaan rukuk, maka setelah kita takbiratul ihram lalu kita rukuk (jangan dihitung satu rakaat). Kemudian setelah imam salam, kita tidak ikut salam. Kita lalu bangkit berdiri untuk menyempurnakan rakaat yang tertinggal. Melalui hadis yang ada dapat dipahami bahwa makmum masbuk tetap mendapatkan pahala salat berjamaah. Namun pahalanya tidaklah seperti pahala orang yang mengikuti salat jamaah sejak awal. Wallahu a’lam.

 

Batas dikatakan seorang makmum itu menjadi makmum tertinggal satu rakaat atau tidak, para ulama berbeda pendapat. Terdapat dua pendapat mengenai hal ini. Adapun pendapat tersebut diantaranya sebagai berikut.

 

A. Pendapat Pertama

Pendapat pertama memahami bahwa makmum yang mendapatkan rukuk bersama imam sudah dihitung mendapat satu rakaat. Pendapat tersebut memakai dalil berikut.

 

Hadis Keenam

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ قَالَ أَخْبَرَنَا مَالِكٌ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: مَنْ أَدْرَكَ رَكْعَةً مِنْ الصَّلَاةِ فَقَدْ أَدْرَكَ الصَّلَاةَ. البخاري

Artinya: Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Yusuf, ia berkata: telah mengabarkan kepada kami Malik dari Ibnu Syihab dari Abu Salamah bin 'Abdurrahman dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa yang mendapatkan satu rukuk dari salat, maka ia telah mendapatkan salat itu.” (HR. Bukhari, no. 546).

 

Hadis Ketujuh

أنا عِيسَى بْنُ إِبْرَاهِيمَ الْغَافِقِيُّ، ثنا ابْنُ وَهْبٍ، عَنْ يَحْيَى بْنِ حُمَيْدٍ، عَنْ قُرَّةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ قَالَ: أَخْبَرَنِي أَبُو سَلَمَةَ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: مَنْ أَدْرَكَ رَكْعَةً مِنَ الصَّلَاةِ فَقَدْ أَدْرَكَهَا قَبْلَ أَنْ يُقِيمَ الْإِمَامُ صُلْبَهُ. ابن خزيمة

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Isa bin Ibrahim Al Ghafiqi, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahab, dari Yahya bin Hamid, dari Qurrah bin Abdurrahman, dari Ibnu Syihab yang telah berkata, "Telah mengabarkan kepadaku Abu Salama bin Abdurrahman, dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa mendapatkan satu rukuk dalam salat (sebelum imam menegakkan punggungnya) maka ia telah mendapatkan salat itu.” (HR. Ibnu Khuzaimah, no. 1593).

Keterangan: Hadis tersebut dla’if karena dalam sanadnya ada rawi yang bernama Qurrah bin 'Abdur Rahman bin Hayuwail. Ia merupakan tabi'ut tabi'in kalangan tua. Komentar ulama tentangnya diantaranya Yahya bin Ma'in mengomentari dla'iful hadits, Ahmad bin Hambal mengomentari mungkarul hadits, Ibnu Hibban berkata mentsiqahkannya, Ibnu Hajar Al 'Asqalani mengomentari shaduuq lahu manaakiir.

 

Hadis Kedelapan

حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ إِسْمَاعِيلَ قَالَ حَدَّثَنَا هَمَّامٌ عَنْ الْأَعْلَمِ وَهُوَ زِيَادٌ عَنْ الْحَسَنِ عَنْ أَبِي بَكْرَةَ، أَنَّهُ انْتَهَى إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ رَاكِعٌ، فَرَكَعَ قَبْلَ أَنْ يَصِلَ إِلَى الصَّفِّ، فَذَكَرَ ذَلِكَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ: زَادَكَ اللَّهُ حِرْصًا وَلَا تَعُدْ. البخاري

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Musa bin Isma'il, ia berkata: telah menceritakan kepada kami Hammam dari Al A'lam, yaitu Ziyad, dari Al Hasan dari Abu Bakrah, bahwasanya ia mendapati Nabi SAW sedang rukuk, maka ia ikut rukuk sebelum sampai pada saf. Lalu ia menyampaikan hal itu kepada Nabi SAW. Maka beliau SAW bersabda, “Semoga Allah menambahkan kebaikan atas semangatmu, dan jangan kamu ulangi.” (HR. Bukhari, no. 190).

 

Hadis Kesembilan

حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ إِسْمَعِيلَ حَدَّثَنَا حَمَّادٌ أَخْبَرَنَا زِيَادٌ الْأَعْلَمُ عَنْ الْحَسَنِ أَنَّ أَبَا بَكْرَةَ، جَاءَ وَرَسُولُ اللَّهِ رَاكِعٌ فَرَكَعَ دُونَ الصَّفِّ ثُمَّ مَشَى إِلَى الصَّفِّ. فَلَمَّا قَضَى النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَاتَهُ قَالَ: أَيُّكُمْ الَّذِي رَكَعَ دُونَ الصَّفِّ ثُمَّ مَشَى إِلَى الصَّفِّ؟ فَقَالَ أَبُو بَكْرَةَ: أَنَا. فَقَالَ: النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: زَادَكَ اللَّهُ حِرْصًا وَلَا تَعُدْ. قَالَ أَبُو دَاوُد زِيَادٌ الْأَعْلَمُ زِيَادُ بْنُ فُلَانِ بْنِ قُرَّةَ وَهُوَ ابْنُ خَالَةِ يُونُسَ بْنِ عُبَيْدٍ. أبي داوود

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Musa bin Isma'il, telah menceritakan kepada kami Hammad, telah mengabarkan kepada kami Ziyad Al A'lam dari Al Hasan bahwasanya Abu Bakrah datang (di masjid), ketika Rasulullah SAW sedang rukuk, maka ia ikut rukuk sebelum sampai di saf, kemudian ia berjalan menuju saf. Maka setelah Nabi SAW selesai salat, beliau bersabda: “Siapa diantara kalian yang rukuk sebelum sampai di saf, kemudian berjalan ke saf?” Maka Abu Bakrah menjawab: “Saya.” Maka Nabi SAW bersabda, “Semoga Allah menambah kebaikan kepadamu atas semangatmu, dan jangan kamu ulangi.” Abu Dawud berkata: Ziyad Al A'lam adalah Ziyad bin Fulan bin Qurrah, dan dia adalah anak bibinya Yunus bin Ubaid. (HR. Abu Dawud, no. 586).

 

Hadis Kesepuluh

وَأَخْبَرَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ الْحَارِثِ الْفَقِيهُ أَخْبَرَنَا أَبُو مُحَمَّدِ بْنُ حَيَّانَ حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ الْحَسَنِ حَدَّثَنَا أَبُو عَامِرٍ، ثنا أَبُو عَامِرٍ مُوسَى بْنُ عَامِرٍ حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ يَعْنِى ابْنَ مُسْلِمٍ أَخْبَرَنِى مَالِكٌ وَابْنُ جُرَيْجٍ عَنْ نَافِعٍ عَنِ ابْنِ عُمَرَ أَنَّهُ كَانَ يَقُولُ: مَنْ أَدْرَكَ الإِمَامَ رَاكِعًا، فَرَكَعَ قَبْلَ أَنْ يَرْفَعَ الإِمَامُ رَأْسَهُ فَقَدْ أَدْرَكَ تِلْكَ الرَّكْعَةَ. البيهقى

Artinya: Dan telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Al Harits Al Faqih, telah mengabarkan kepada kami Abu Muhammad bin Hayyan, telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Muhammad bin Al Hasan, telah menceritakan kepada kami Abu ‘Amr Musa bin ‘Amir, telah menceritakan kepada kami Al Walid, yaitu Ibnu Muslim, telah mengabarkan kepadaku Malik dan Ibnu Juraij, dari Nafi’ dari Ibnu ‘Umar, ia mengatakan: “Barangsiapa mendapati imam sedang rukuk, lalu ikut rukuk sebelum imam mengangkat kepalanya, maka ia telah mendapatkan rakaat itu.” (HR. Baihaqi, no. 2356).

 

Hadis Kesebelas

أَخْبَرَنَا أَبُو نَصْرِ بْنُ قَتَادَةَ، أنبأ أَبُو الْفَضْلِ بْنُ خَمِيرَوَيْهِ، ثنا أَحْمَدُ بْنُ نَجْدَةَ، ثنا سَعِيدُ بْنُ مَنْصُورٍ، ثنا أَبُو الأَحْوَصِ، ثنا مَنْصُورٌ، عَنْ زَيْدِ بْنِ وَهْبٍ، قَالَ: خَرَجْتُ مَعَ عَبْدِ اللَّهِ يَعْنِي ابْنَ مَسْعُودٍ مِنْ دَارِهِ إِلَى الْمَسْجِدِ، فَلَمَّا تَوَسَّطْنَا الْمَسْجِدَ رَكَعَ الإِمَامُ، فَكَبَّرَ عَبْدُ اللَّهِ، وَرَكَعَ وَرَكَعَتُ مَعَهُ، ثُمَّ مَشَيْنَا رَاكِعَيْنِ، حَتَّى انْتَهَيْنَا إِلَى الصَّفِّ حِينَ رَفَعَ الْقَوْمُ رُءُوسَهُمْ، فَلَمَّا قَضَى الإِمَامُ الصَّلاةَ قُمْتُ وَأَنَا أَرَى أَنِّي لَمْ أُدْرِكْ، فَأَخَذَ عَبْدُ اللَّهِ بِيَدِي وَأَجْلَسَنِي، ثُمَّ قَالَ: إِنَّكَ قَدْ أَدْرَكْتَ، وَرُوِّينَا فِيهِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الزُّبَيْرِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا. البيهقى

Artinya: Telah mengabarkan kepada kami Abu Nasr bin Qatadah, telah memberitakan kepada kami Abu Al Fadli bin Khamirawaih, telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Nahdah, telah menceritakan kepada kami Sa’id bin Manshur, telah menceritakan kepada kami Abu Al Ahwash, telah menceritakan kepada kami Manshur, dari Zaid bin Wahab, ia berkata, “Aku keluar bersama ‘Abdullah, yakni Ibnu Mas’ud dari rumahya menuju masjid. Ketika kami sudah sampai di bagian tengah masjid, imam rukuk, maka ‘Abdullah bin Mas’ud bertakbir kemudian rukuk, dan akupun ikut rukuk bersamanya. Kemudian kami berjalan sambil rukuk sehingga sampai ke dalam saf ketika orang-orang sudah mengangkat kepala mereka. Setelah imam menyelesaikan salat, aku bangkit, karena aku mengira belum mendapatkan satu rakaat. Namun ‘Abdullah menarik tanganku dan mendudukkanku sambil berkata, “Sesungguhnya engkau telah mendapatkan (rakaat itu).” (HR. Baihaqi, no. 2363).

 

Hadis Keduabelas

أَخْبَرَنَا أَبُو زَكَرِيَّا بْنُ أَبِي إِسْحَاقَ الْمُزَكِّي، ثنا أَبُو الْعَبَّاسِ مُحَمَّدُ بْنُ يَعْقُوبَ، ثنا بَحْرُ بْنُ نَصْرٍ، قَالَ: قُرِئَ عَلَى ابْنِ وَهْبٍ، أَخْبَرَكَ يُونُسُ بْنُ يَزِيدَ، وَابْنُ أَبِي ذِئْبٍ، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، قَالَ: أَخْبَرَنِي أَبُو أُمَامَةَ بْنُ سَهْلِ بْنِ حُنَيْفٍ، أَنَّهُ رَأَى زَيْدَ بْنَ ثَابِتٍ دَخَلَ الْمَسْجِدَ، وَالإِمَامُ رَاكِعٌ، فَمَشَى حَتَّى أَمْكَنَهُ أَنْ يَصِلَ الصَّفَّ وَهُوَ رَاكِعٌ كَبَّرَ فَرَكَعَ، ثُمَّ دَبَّ وَهُوَ رَاكِعٌ، حَتَّى وَصَلَ الصَّفَّ. البيهقى

Artinya: Telah mengabarkan kepada kami Abu Zakariya bin Abi Ishaq Al Muzakki, telah menceritakan kepada kami Abu Al ‘Abbas Muhammad bin Ya’qub, telah menceritakan kepada kami Najr bin Nashr, ia berkata: telah dibacakan kepadanya Ali bin Wahab, telah mengabarkan Yusuf bin Yazid dan Ibnu Abi Dzi’b, dari Ibnu Syihab, ia berkata: mengabarkan kepadaku Abu Umamah bin Sahl bin Hunaif, bahwasanya ia melihat Zaid bin Tsabit masuk ke dalam masjid pada saat imam sedang rukuk. Kemudian ia berjalan supaya memungkinkan baginya untuk mencapai saf dalam keadaan rukuk, maka ia bertakbir lalu rukuk. Kemudian ia berjalan sambil rukuk sehingga sampai di saf. (HR. Baihaqi, no. 2262).

 

Melalui berbagai dasar hadis dan riwayat yang ada, bagi yang memakai pendapat pertama ini memahami perkataan “rak’atan” diartikan rukuk, dan mereka memahami “walaa ta’ud” dengan jangan mengulangi salat. Oleh karena itu, mereka memahami bahwa apabila makmum masbuk mendapatkan rukuk bersama imam, maka sudah dihitung mendapat satu rakaat.

 

B. Pendapat Kedua

Pendapat kedua memahami bahwa makmum masbuk yang tidak mendapatkan Al-Fatihah tidak dihitung satu rakaat meskipun mendapatkan rukuk bersama imam. Adapun alasannya adalah sebagai berikut.

 

Hadis Ketigabelas

حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ قَالَ حَدَّثَنَا الزُّهْرِيُّ عَنْ مَحْمُودِ بْنِ الرَّبِيعِ عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: لَا صَلَاةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ. البخاري

Artinya: Telah menceritakan kepada kami 'Ali bin 'Adullah, ia berkata: telah menceritakan kepada kami Sufyan, ia berkata: telah menceritakan kepada kami Az Zuhri dari Mahmud bin Ar Rabi' dari 'Ubadah bin Ash Shamit, bahwasannya Rasulullah SAW bersabda: “Tidak (sah) salat bagi orang yang tidak membaca Faatihatul Kitab (Al-Fatihah).” (HR. Bukhari, no. 714).

 

Hadis Keempatbelas

حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ عَلِيٍّ الْحُلْوَانِيُّ حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ بْنِ سَعْدٍ حَدَّثَنَا أَبِي عَنْ صَالِحٍ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ أَنَّ مَحْمُودَ بْنَ الرَّبِيعِ الَّذِي مَجَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي وَجْهِهِ مِنْ بِئْرِهِمْ أَخْبَرَهُ أَنَّ عُبَادَةَ بْنَ الصَّامِتِ أَخْبَرَهُ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا صَلَاةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِأُمِّ الْقُرْآنِ. و حَدَّثَنَاه إِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ وَعَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ قَالَا أَخْبَرَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ عَنْ الزُّهْرِيِّ بِهَذَا الْإِسْنَادِ مِثْلَهُ وَزَادَ فَصَاعِدًا. مسلم

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Al-Hasan bin Ali al-Hulwani, telah menceritakan kepada kami Ya'kub bin Ibrahim bin Sa'ad, telah menceritakan kepada kami Bapakku, dari Shalih dari Ibnu Syihab bahwa Mahmud bin ar-Rabi' yang Rasulullah SAW pernah menyemprotkan air di wajahnya dari sumur mereka, mengabarkan kepadanya bahwa Ubadah bin Ash-Shamit mengabarkan kepadanya bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Tidak (sah) salat bagi orang yang tidak membaca Ummul Qur’an (Al-Fatihah).” Dan telah menceritakan kepada kami tentangnya Ishaq bin Ibrahim dan Abd bin Humaid, keduanya berkata: telah mengabarkan kepada kami Abdurrazzaq, telah mengabarkan kepada kami Ma'mar dari Az-Zuhri dengan sanad semisalnya, dan menambahkan, "Atau lebih banyak." (HR. Muslim, no. 597).

 

Berdasarkan hadis-hadis yang ada pada pendapat kedua dipahami bahwa makmum masbuk yang mendapatkan rukuk bersama imam itu belum dihitung satu rakaat. Hal tersebut karena makmum tidak mendapatkan Al-Fatihah. Sedangkan Al-Fatihah adalah salah satu rukun salat (bila salah satu rukun tidak dikerjakan maka salatnya tidak sah). Apabila makmum masbuk mengalami yang demikian, maka makmum tersebut  tidak ikut salam ketika imam salam. Namun makmum tersebut menyempurnakan rakaat yang kurang.

 

PENJELASAN SINGKAT

Melalui berbagai dalil yang ada dapat diperoleh berbagai informasi mengenai kapan seorang makmum yang terlambat dikatakan makmum masbuk. Adapun melalui komparasi dalil yang ada diperoleh suatu simpulan sebagai berikut.

1. Penulis dalam hal ini sependapat dengan pendapat kedua, dengan alasan sebagaimana penjelasan pendapat kedua.

2. Adapun hadis yang redaksinya: ( مَنْ أَدْرَكَ الرَّكْعَةَ فَقَدْ أَدْرَكَ الصَّلَاةَ ) itu memang benar, tetapi arti “ar-rak’ata” yang dimaksud adalah rakaat dan bukan rukuk. Maksud hadis tersebut adalah: Barangsiapa yang salat Zuhur mendapat satu rakaat, lalu terdengar azan ‘Asar, maka orang tersebut masih terhitung salat pada waktunya, begitu pula kalau seseorang salat ‘Asar mendapat satu rakaat, lalu terdengar azan Magrib, berarti orang tersebut terhitung salat ‘Asar masih dalam waktunya. Hal tersebut sesuai dengan hadis berikut.

 

Hadis Kelimabelas

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْلَمَةَ عَنْ مَالِكٍ عَنْ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ وَعَنْ بُسْرِ بْنِ سَعِيدٍ وَعَنْ الْأَعْرَجِ يُحَدِّثُونَهُ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: مَنْ أَدْرَكَ مِنْ الصُّبْحِ رَكْعَةً قَبْلَ أَنْ تَطْلُعَ الشَّمْسُ فَقَدْ أَدْرَكَ الصُّبْحَ، وَمَنْ أَدْرَكَ رَكْعَةً مِنْ الْعَصْرِ قَبْلَ أَنْ تَغْرُبَ الشَّمْسُ فَقَدْ أَدْرَكَ الْعَصْرَ. مسلم

Artinya: Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Maslamah dari Malik dari Zaid bin Aslam dari 'Atha bin Yasar, dan dari Busr bin Sa'id, dan dari Al A'raj mereka semua menceritakan dari Abu Hurairah, bahwasannya Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa mendapatkan satu rakaat dari salat Subuh sebelum matahari terbit, maka berarti dia telah mendapatkan salat Subuh itu (keseluruhannya). Dan barangsiapa mendapatkan satu rakaat dari salat ‘Asar sebelum matahari terbenam, maka berarti dia telah mendapatkan salat ‘Asar itu (keseluruhannya).” (HR. Muslim, 545).

 

3. Memang rak’ah bisa berarti rukuk bila ada qarinah yang membawa kepada arti tersebut. Namum demikian selama tidak ada qarinah atau sebab-sebab yang memalingkan kata rak’ah kepada arti rukuk, maka rak’ah artinya adalah rakaat. Hadis dengan rak’ah yang berarti rukuk karena ada qarinah yang membawa kepada arti tersebut seperti hadis berikut.

 

Hadis Keenambelas

حَدَّثَنَا حَجَّاجٌ قَالَ حَدَّثَنَا لَيْثٌ قَالَ حَدَّثَنِي عُقَيْلُ بْنُ خَالِدٍ عَنِ ابْنِ شِهَابٍ أَنَّهُ قَالَ أَخْبَرَنِي أَبُو بَكْرِ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ الْحَارِثِ أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا هُرَيْرَةَ يَقُولُ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَامَ إِلَى الصَّلَاةِ يُكَبِّرُ حِينَ يَقُومُ، ثُمَّ يُكَبِّرُ حِينَ يَرْكَعُ ثُمَّ يَقُولُ: سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ حِينَ يَرْفَعُ صُلْبَهُ مِنْ الرَّكْعَةِ، ثُمَّ يَقُولُ وَهُوَ قَائِمٌ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ، ثُمَّ يُكَبِّرُ حِينَ يَهْوِي سَاجِدًا، ثُمَّ يُكَبِّرُ حِينَ يَرْفَعُ رَأْسَهُ، ثُمَّ يُكَبِّرُ حِينَ يَهْوِي سَاجِدًا، ثُمَّ يُكَبِّرُ حِينَ يَرْفَعُ رَأْسَهُ، ثُمَّ يَفْعَلُ ذَلِكَ فِي الصَّلَاةِ كُلِّهَا حَتَّى يَقْضِيَهَا وَيُكَبِّرُ حِينَ يَقُومُ مِنْ اللَّتَيْنِ بَعْدَ الْجُلُوسِ. احمد

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Hajjaj, telah menceritakan kepada kami Laits, telah menceritakan kepadaku 'Uqail bin Khalid dari Ibnu Syihab bahwasanya ia berkata: telah menceritakan kepadaku Abu Bakar bin Abdurrahman bin Al Harits bahwasanya ia mendengar Abu Hurairah, ia berkata: “Adalah Rasulullah SAW apabila berdiri salat, beliau bertakbir ketika berdiri, kemudian bertakbir ketika rukuk, kemudian membaca “Sami'alloohu liman hamidah” ketika mengangkat tulang belakangnya (ketika bangkit) dari rukuk, kemudian membaca “Robbanaa lakal-hamdu” dalam keadaan berdiri. Kemudian beliau bertakbir ketika menunduk sujud. Lalu bertakbir ketika mengangkat kepalanya, kemudian bertakbir ketika turun untuk sujud kembali, kemudian bertakbir ketika mengangkat kepalanya. Dan beliau melakukan seperti itu pada setiap rakaat salat sehingga selesai, dan beliau bertakbir ketika akan bangun dari dua rakaat setelah duduk." (HR. Ahmad, no. 9474).

 

Hadis Ketujuhbelas

و حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ مِهْرَانَ حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ بْنُ مُسْلِمٍ أَخْبَرَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ نَمِرٍ أَنَّهُ سَمِعَ ابْنَ شِهَابٍ يُخْبِرُ عَنْ عُرْوَةَ عَنْ عَائِشَةَ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَهَرَ فِي صَلَاةِ الْخُسُوفِ بِقِرَاءَتِهِ فَصَلَّى أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ فِي رَكْعَتَيْنِ وَأَرْبَعَ سَجَدَاتٍ. مسلم

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Mihran, telah menceritakan kepada kami Al Walid bin Muslim, telah mengabarkan kepada kami Abdurrahman bin Namr bahwa ia mendengar Ibnu Syihab mengabarkan dari Urwah dari Aisyah bahwasanya Nabi SAW membaca jahr dalam salat gerhana dan beliau salat dengan empat kali rukuk dan empat kali sujud dalam dua rakaat. (HR. Muslim, no. 1502).

 

4. Adapun memahami sabda Nabi SAW kepada Abu Bakrah (وَلاَ تَعُدْ) itu dengan “dan jangan kamu ulangi salatmu, karena salat itu sudah sempurna.” Pemahaman tersebut tidak tepat, karena maksud Nabi SAW itu adalah, “lain kali jangan kamu ulangi perbuatan seperti itu.” Perbuatan yang dimaksud yaitu takbir (sebelum sampai di saf), lalu ikut rukuk di luar saf, kemudian berjalan menuju saff dalam keadaan rukuk.

 

5. Ada lagi yang mengambil dasar “mendapatkan rukuk bersama imam ini dihitung satu rakaat.” Hal tersebut dengan berdasar hadis riwayat Abu Dawud, yang disebutkan dalam berbagai situs diantaranya adalah islamport.com dan taqrib.ir. Selain itu juga disebutkan dalam buku Fiqh Islam oleh H. Sulaiman Rasyid halaman 114 pada bab Hukum Masbuq.

 

Hadis Kedelapanbelas

إِذَا جَاءَ أَحَدُكُمُ الصَّلَاةَ وَنَحْنُ سُجُوْدٌ فَاسْجُدُوْا وَلَا تَعُدُّوْهَا شَيْئًا وَمَنْ أَدْرَكَ الرُّكُوْعَ فَقَدْ أَدْرَكَ الرَّكْعَةَ. ابو داود

Artinya: Apabila seseorang diantara kamu datang untuk salat sewaktu kami sujud, hendaklah kamu sujud, dan janganlah kamu hitung itu satu rakaat; dan barangsiapa mendapati rukuk beserta imam, maka ia telah mendapat satu rakaat (HR. Abu Dawud).

 

Sejauh ini, penulis belum menemukan redaksi hadis tersebut pada Sunan Abu Dawud. Bila hadis tersebut benar-benar ada dalam Sunan Abu Dawud, maka akan mudah menemukan redaksi hadis tersebut lengkap dengan jalur sanadnya sehingga mudah untuk dianalisis. Adapun mengambil dasar dengan hadis tersebut yang tidak jelas asal usulnya adalah tidak benar. Hal itu karena redaksi tersebut dalam kitab Sunan Abu Dawud tidak ada. Selain itu, hadis tersebut termuat dalam situs islamport.com dan taqrib.ir yang tidak disebutkan jalur sanadnya. Adapun apabila dikemudian hari ditemukan hadis dengan redaksi yang sama persis dan lengkap jalur sanadnya, mohon penulis untuk diberi tahu.

 

6. Adapun makmum muwafiq terjadi ketika bacaan imam saat salat berjamaah dilaksanakan secara sirr (lembut) sehingga makmum datang terlambat cukup waktu untuk membaca Al-Fatihah maupun surat/ ayat Al-Qur’an secara sendiri-sendiri. Datang terlambat di sini maksudnya adalah tidak sempat takbiratul ihram bersama imam. Salat berjamaah yang bacaannya secara sirr diantaranya adalah salat Zuhur dan Asar. Pembahasan tentang apa yang dilakukan makmum ketika imam membaca Al-Fatihah maupun surat/ ayat Al-Qur’an secara jahr dapat disimak dengan cara klik di sini.

 

7. Adapun perbuatan sahabat Zaid bin Tsabit, Ibnu Mas’ud dan lainnya adalah melakukan rukuk di luar saf, lalu sambil rukuk berjalan menuju saf. Hal tersebut tidak bisa dijadikan dasar untuk diikuti karena seandainya riwayat itu betul, maka dipahami bahwa beliau-beliau itu melakukan rukuk di luar saf lalu sambil rukuk berjalan menuju saf. Hal itu tentu tidak sepengetahuan Nabi SAW (memang dalam riwayat itu tidak ada qarinah yang menunjukkan bahwa hal itu dilakukan dengan sepengetahuan Nabi SAW). Namun ternyata ketika Abu Bakrah melakukan demikian dan diketahui oleh Rasulullah SAW, maka beliau melarangnya. Pemahaman tersebut dikuatkan dengan riwayat hadis sebagai berikut.

 

Hadis Kesembilanbelas

وسفيان عن عبيد الله بن يزيد قال رأيت سعيد بن جبير ركع قبل أن يصل إلى الصف ثم مشى راكعا حتى وصل إلى الصف قال أبو عمر لا أعلم لزيد وبن مسعود مخالفا من الصحابة روى محمد بن إسحاق عن الأعرج قال: قُلْتُ لِأَبِيْ هُرَيْرَةَ: يَرْكَعُ اْلإِمَامُ وَلَمْ أَصِلْ إِلَى الصَّفِّ أَفَاَرْكَعُ؟ فَأَخَذَ بِرِجْلِيْ، وَقَالَ: لَا يَا أَعْرَجُ حَتَّى تَأْخُذَ مَقَامَكَ مِنَ الصَّفِّ. قال أبو عمر قد روي قول أبي هريرة مرفوعا إلى النبي صلى الله عليه وسلم رواه بن عجلان عن الأعرج عن أبي هريرة قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: إِذَا جَاءَ أَحَدُكُمُ الصَّلَاةَ فَلَا يَرْكَعْ دُوْنَ الصَّفِّ حَتىَّ يَأْخُذَ مَكَانَهُ مِنَ الصَّفِّ. وعلى هذا مذهب الشافعي إلا أنه يستحب ألا يركع دون الصف حتى يأخذ مكانه من الصف فإن فعل فلا شيء عليه كأنه لم يقطع بصحة رفع حديث أبي هريرة مع ما روي عن بن مسعود وزيد وقال مالك والليث لا بأس أن يركع الرجل وحده دون الصف ويمشي إلى الصف إذا كان قريبا قدر ما يلحق وقال أبو حنيفة أكره للواحد أن يركع دون الصف ثم يمشي ولا أكره ذلك للجماعة وهو قول الثوري قال أبو عمر من هذا الباب صلاة الرجل الصف وحده وقد اختلف العلماء في ذلك قديما فقال مالك لا بأس أن يصلي الرجل خلف الصف وحده وقد كره أن يجذب إليه رجلا وقال أبو حنيفة والشافعي وأصحابهما والليث بن سعد والثوري إن صلى رجل خلف الصف وحده أجزأه وقال الحسن بن حي والأوزاعي وأحمد بن حنبل وإسحاق وأكثر أهل الظاهر لا يصلي الرجل خلف الصف وحده وإن فعل فعليه الإعادة قال أبو عمر احتج من لم يجز ذلك بحديث وابصة بن معبد رواه جماعة من أئمة أهل الحديث عن حصين بن عبد الرحمن عن هلال بن يساف أنه سمع. ابن عبد البر فى الاستذكار

Artinya: Dan Sufyan, dari ‘Ubaidillah bin Yazid, ia berkata: Saya melihat Sa’id bin Jubair rukuk sebelum ia mencapai saf dan kemudian rukuk sambil berjalan sampai dia mencapai saf. Abu ‘Umar berkata: Saya tidak tahu tentang Zaid dan Ibnu Mas’ud yang berbeda dari para sahabat. Muhammad bin Ishaq meriwayatkan dari Al-Araj, ia berkata: Aku bertanya kepada Abu Hurairah, “Apabila imam sedang rukuk sedangkan aku belum sampai pada saf, apakah aku boleh rukuk (ketika itu)?” Maka Abu Hurairah memegang kakiku, lalu berkata, “Tidak wahai A’raj, sehingga kamu sampai pada tempatmu di saf.” Abu ‘Umar berkata: Abu Hurairah telah meriwayatkan secara marfu’ pada Nabi SAW. Diriwayatkan oleh Ibnu Ajlan dari Al-Araj dari Abu Hurairah, ia berkata: “Apabila seseorang diantara kalian datang untuk salat, maka janganlah rukuk di luar saf sehingga ia berada pada tempatnya di saf.” Dan kemudian ini adalah mazhab Syafi'i, namun mustahab untuk tidak rukuk luar saf sehingga ia berada pada tempatnya di saf. Apabila dia melakukannya, maka tidak ada dalam dirinya seolah-olah ia tidak mengetahui hadis Abu Hurairah sebagaimana yang diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud dan Zaid. Dan berkata Malik dan Laits: “Tidak mengapa seorang laki-laki salat sendirian di belakang saf, dan dia tidak suka menarik laki-laki kepadanya. Seorang laki-laki salat sendirian di belakang saf itu cukup baginya.” Abu Hanifah berkata: Aku benci seseorang yang rukuk tidak pada tempat saf kemudian berjalan, dan aku tidak membenci hal itu terhadap kelompok, seperti perkataan Ats-Tsauri. Abu Umar berkata bahwa tentang bab ini seorang salat sendirian di belakang saf, dan para ulama berbeda pendapat tentang hal itu di masa lalu. Malik berkata: Tidak mengapa seorang laki-laki salat di belakang saf sendirian, dan ia tidak suka menarik laki-laki kepadanya. Abu Hanifah, Asy-Syafi'i dan para sahabatnya, serta Al-Laits bin Sa’ad dan Ats-Tsauri mengatakan bahwa jika seseorang salat sendirian di belakang saf, maka itu cukup baginya. Al-Hasan bin Hayy, Al-Awza'i, Ahmad bin Hanbal, Ishaq, dan tampaknya lebih banyak orang berkata: Seseorang tidak dihitung salat apabila sendirian di belakang saf, dan jika dia melakukannya, dia harus mengulangi (salatnya). Abu Umar berkata, “Orang-orang yang tidak boleh melakukan hal itu membantah hadis Wabisah bin Ma`bad, yang diriwayatkan oleh sekelompok imam hadis dari Husain bin Abdul Rahman dari Hilal bin Yasaf bahwasannya ia mendengar (hadis). (HR. Ibnu ‘Abdil Barr dalam Al-Istidzkar, hal. 315).

 

Hadis Keduapuluh

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرٍ قَالَ: نا أَبُو خَالِدٍ الْأَحْمَرُ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَجْلَانَ، عَنِ الْأَعْرَجِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: لَا تُكبِّرْ حَتَّى تَأْخُذَ مَقَامَكَ مِنَ الصَّفِّ. ابن ابى شيبة

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr, ia berkata: telah menceritakan kepada kami Abu Khalid Al Ahmar, dari Muhammad bin ‘Ajlan, dari Al’araj, dari Abu Hurairah, ia berkata: Jangan bertakbir (memulai salat), sehingga kamu sampai pada tempatmu di saf (HR. Ibnu Abi Syaibah, no. 2932).

 

Berbagai hal yang ada berdasarkan berbagai dalil yang ditemukan penulis berupa hadis lengkap dengan sanad. Namun demikian tidak menutup kemungkinan terdapat dalil shahih maupun sharih lain yang dapat dijadikan landasan/ dasar hukum ketika salat sendirian maupun berjamaah. Semoga yang sedikit ini mampu menjadi perhatian kita semuanya sehingga meraih kesempurnaan pahala dalam salat berjamaah. Aamiin.

 

No comments:

Post a Comment