Friday, December 30, 2022

Khotbah Jum’at: Refleksi Untuk Menggapai Rida Ilahi


 

·      ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى أَرْسَلَ رَسُولَهُۥ بِٱلْهُدَىٰ وَدِينِ ٱلْحَقِّ، لِيُظْهِرَهُۥ عَلَى ٱلدِّينِ كُلِّهِۦ، وَكَفَىٰ بِٱللَّهِ شَهِيدًا. وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه. اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَرَسُولِكَ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ. أَمَّا بَعْدُ: فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ، اُوْصِيْنِيْ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ، وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ.

·      فَقَالَ اللَّهُ تَعَالَى فِى كِتَابِهِ الْكرِيْم، أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ.

Ma'asyiral muslimin rahimakumullah

Syukur alkhamdulillah tidak henti-hentinya kita haturkan kepada Allah SWT, yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar, agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama, dan cukuplah Allah sebagai saksi. Selawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW yang telah membawa risalah Agama Islam kepada umatnya. Semoga kita semuanya tergolong umat Rasulullah Muhammad SAW yang senantiasa melaksanakan ajaran-ajaran Agama Islam di dalam  keseharian hidup kita. Mengerjakan ajaran-ajaran agama merupakan bagian amanat sila pertama Pancasila, dan Undang Undang Dasar 1945 Pasal 29 ayat 2.

Selanjutnya dari mimbar ini saya serukan kepada diri saya sendiri dan umumnya kepada jamaah salat Jum’at agar senantiasa menjaga, mempertahankan, dan terus berusaha meningkatkan iman dan takwa, memahami dan mentaati kalamullah. Iman dengan mengimani rukun iman yang enam, yaitu iman kepada Allah, malaikat-malaikat Allah, kitab-kitab Allah, utusan-utusan Allah, takdir Allah, dan akhirat. Selain itu juga takwa dengan mentaati segala perintah Allah dan Rasulullah, serta menjauhi apa-apa yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya. Sementara itu, memahami dan mentaati kalamullah dengan mentadaburi dan mengamalkan apa yang ada di dalam Al-Qur’an.

Ma'asyiral muslimin rahimakumullah.

Seiring dengan perjalanan waktu, jatah hidup kita di dunia semakin berkurang. Secara sadar atau tidak, kita semuanya sedang dalam perjalanan menuju Allah. Orang yang cerdas tentu akan mempersiapkan bekal yang cukup untuk menghadap Allah. Harapannya, bekal yang cukup tersebut mampu menyelamatkannya dari siksa api neraka. Segala sesuatu perbuatan manusia yang dilakukan di dunia telah tercatat. Allah berfirman,

وَكُلُّ شَيْءٍ فَعَلُوْهُ فِى الزُّبُرِ. القمر: 52

Artinya: Segala sesuatu yang telah mereka perbuat (tertulis) dalam buku-buku catatan (amal). (QS. Al Qamar: 52).

Adapun orang yang catatannya diberikan dari sebelah kanannya, dia akan dihisab dengan pemeriksaan yang mudah, dan dia akan kembali kepada keluarganya yang sama-sama beriman dengan gembira. Adapun orang yang catatannya diberikan dari belakang punggungnya, dia akan berteriak, “Celakalah aku!” Dia akan memasuki neraka Sa‘ir yang menyala-nyala. Hal tersebut sebagaimana yang dikabarkan Allah dalam Surat Al Insyiqaq ayat 6 sampai 12. Oleh karena itu, kita sebagai orang yang beiman tentu menghendaki diri kita selamat dari siksa api neraka. Kita berupaya memperoleh rida Allah dengan amal salih. Suatu hadis meriwayatkan,

عَنْ عَبْدِ الرَّحْمٰنِ بْنِ اَبِيْ بَكْرَةَ عَنْ اَبِيْهِ، اَنَّ رَجُلًا قَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، اَيُّ النَّاسِ خَيْرٌ؟ قَالَ: مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَحَسُنَ عَمَلُهُ. قَالَ: فَاَيُّ النَّاسِ شَرٌّ؟ قَالَ: مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَسَاءَ عَمَلُهُ. الترمذى 3: 387، رقم: 2432، هذا حديث حسن صحيح.

Artinya: Dari 'Abdur Rahman bin Abu Bakrah, dari ayahnya, bahwasanya ada seorang laki-laki bertanya, "Ya Rasulullah, bagaimana orang yang paling baik itu?" Beliau bersabda, "Orang yang panjang umurnya dan baik amalnya." Lalu orang tersebut bertanya lagi, "Lalu bagaimana orang yang paling buruk itu?" Beliau bersabda, "Orang yang panjang umurnya, tetapi jelek amalnya." (HR. Tirmidzi juz 3, hal. 387, no. 2432, ia berkata: Ini hadis hasan shahih).

Ma'asyiral muslimin rahimakumullah.

Marilah kita gunakan kesempatan hidup di dunia ini dengan beramal salih. Banyak diantara amal salih yang bisa kita kerjakan. Diantara amal salih yang bisa kita kerjakan diantaranya melalui ibadah mahdlah dan ibadah ghairu mahdlah. Ibadah mahdlah sebagaimana salat dan puasa, baik wajib maupun sunah yang kita kerjakan. Ibadah ghairu mahdlah banyak ragamnya, diantaranya adalah membelanjakan harta di jalan Allah dengan berinfak. Adapun infak ada yang bersifat wajib maupun sunah. Infak wajib diantaranya zakat, dan infak sunah sebagaimana sedekah yang kita lakukan. Ketika ada kesempatan beramal salih, hendaknya kita kerjakan semaksimalnya. Kesempatan tersebut misalnya infak untuk pembangunan masjid, musala, madrasah, pondok pesantren, dan lain sebagainya yang pada intinya sebagai maslahat umat Islam. Orang yang berinfak di jalan Allah tidak akan rugi. Allah berfirman,

مَنْ ذَا الَّذِيْ يُقْرِضُ اللّٰهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضٰعِفَهٗ لَهٗٓ اَضْعَافًا كَثِيْرَةً ۗوَاللّٰهُ يَقْبِضُ وَيَبْصُۣطُۖ وَاِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ. البقرة: 245

Artinya: Siapakah yang mau memberi pinjaman yang baik kepada Allah? Dia akan melipatgandakan (pembayaran atas pinjaman itu) baginya berkali-kali lipat. Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki). Kepada-Nyalah kamu dikembalikan. (QS. Al Baqarah: 245).

Ma'asyiral muslimin rahimakumullah.

Maksud memberi pinjaman kepada Allah adalah menginfakkan harta di jalan Allah. Ketika kita menginfakkan harta di jalan Allah, maka Allah akan menggantinya dengan berlipat ganda kebaikan. Tentu sebagai orang beriman yang cerdas, kita akan memenuhi kesempatan berinfak di jalan Allah semampu kita. Hal tersebut salah satu jalan pintas supaya sukses memperbanyak amal salih. Segi taat beribadah mahdlah, tentu banyak kaum muslimin di luar sana yang lebih taat beribadah. Hal tersebut rasa-rasanya apabila dibandingkan dengan ibadah mahdlah kita itu tidak ada apa-apanya. Oleh karena itu, cara lain yang diupayakan memperoleh amal kebaikan itu banyak cara sebagaimana ibadah ghairu mahdlah. Salah satu diantaranya adalah infak di jalan Allah. Marilah kita gunakan kesempatan tersebut sebaik-baiknya ditengah-tengah umur kita yang mungkin sudah tidak muda lagi.

Ma'asyiral muslimin rahimakumullah.

Ketika ada kesempatan beramal salih, hendaknya kita kerjakan semaksimalnya. Hal tersebut, harapannya mampu menambah berat timbangan amal baik kita. Diriwayatkan bahwa 'Umar bin Khaththab pernah berpidato, dan diantara isi pidatonya itu beliau menganjurkan agar refleksi diri atau bermuhaasabah.

عَنْ عُمَرَ ابْنِ الْخَطَّابِ اَنَّهُ قَالَ فِى خُطْبَتِهِ: حَاسِبُوْا اَنْفُسَكُمْ قَبْلَ اَنْ تُحَاسَبُوْا، وَزِنُوْا اَنْفُسَكُمْ قَبْلَ اَنْ تُوْزَنُوْا، وَتَزَيَّنُوْا لِلْعَرَضِ اْلاَكْبَرِ يَوْمَ تُعْرَضُوْنَ لَا يَخْفَى مِنْكُمْ خَافِيَةٌ. ابن ابى شيبة 7: 115، رقم: 34448

Artinya: Dari 'Umar bin Khaththab, bahwasanya ia berkata di dalam pidatonya, "Hitung-hitunglah diri kalian sebelum (amal) kalian dihitung (oleh Allah), timbang-timbanglah (amal) kalian sebelum (amal) kalian ditimbang (oleh Allah). Dan berhiaslah kalian untuk menyambut pertemuan agung pada hari kamu sekalian dihadapkan (kepada Allah) dan tidak ada sesuatupun dari kalian yang tersembunyi." (HR. Ibnu Abi Syaibah juz 7, hal. 115, no. 34448).

Marilah kita semua menghitung-hitung diri kita sendiri, apakah diri kita ini sudah layak mendapat rida Allah dan pada akhirnya ditempatkan di syurganya Allah? Kita hidup di dunia ini hanyalah sementara. Akan ada batas waktu kita hidup di dunia. Allah berfirman,

وَلِكُلِّ اُمَّةٍ اَجَلٌۚ فَاِذَا جَاۤءَ اَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُوْنَ سَاعَةً وَّلَا يَسْتَقْدِمُوْنَ. الأعراف: 34

Artinya: Setiap umat mempunyai ajal (batas waktu). Jika ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan sesaat pun dan tidak dapat (pula) meminta percepatan. (QS. Al A’raf: 34).

Oleh sebab itu, marilah ketika kita masih hidup memperbanyak amal salih. Kita hidup di dunia ini hanya sementara. Ketika datang ajal, kita tidak bisa memajukan ataupun mengundurkannya. Oleh karena itu, sudah semestinya semakin berkurang jatah umur kita, maka kita akan menjadi pribadi yang lebih baik. Kita semuanya mesti bersiap-siap memperbanyak amal salih sebagai bekal menghadap Allah. Hal itu supaya kita mendapat rida Allah. Bila Allah sudah rida, tidak akan mungkin menyengsarakan hamba-Nya, tidak akan mungkin memasukkan hamba-Nya yang taat ke dalam neraka. Marilah kita semuanya berusaha menanam kebaikan, sebab sapa nandur bakal ngunduh. Harapannya, kebaikan yang kita tanam akan kita panen di hari akhir nanti.

Ma'asyiral muslimin rahimakumullah.

Semoga yang sedikit ini bisa menjadi pengingat bagi diri saya dan umumnya bermanfaat bagi jamaah semuanya. Mohon maaf apabila terdapat tutur kata yang kurang berkenan.

أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ. بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. وَٱلْعَصْرِ. إِنَّ ٱلْإِنسَـٰنَ لَفِى خُسْرٍ. إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّـٰلِحَـٰتِ وَتَوَاصَوْا۟ بِٱلْحَقِّ وَتَوَاصَوْا۟ بِٱلصَّبْرِ. وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ.

***

الْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَ اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ الَّذِى لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ. وَ الصَّلاَةُ وَ السَّلاَمُ عَلَى اَشْرَفِ اْلاَنْبِيَاءِ وَ اْلمُرْسَلِيْنَ وَ عَلَى آلِهِ وَ اَصْحَابِهِ اَجْمَعِيْنَ.  اَمَّا بَعْدُ.

فَيَااَ يُّهَاالنَّاسُ، اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ.

أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ. اِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِىْ، يَاَ يُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ:

                   اَللّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّـيْتَ عَلَى آلِ اِبـْرَاهِيْمَ. وَ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ اِبـْرَاهِيْمَ، فِى اْلعَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

                   اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، أَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ.

                   رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا، وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِالْإِيْمَانِ، وَلَا تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا، غِلًّا لِلَّذِيْنَ آمَنُوا، رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ

                   رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ، وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ إِمَامًا.

                   رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً، وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

                   سُبْحَانَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.

                   وَأَقِمِ الصَّلَاةَ.

Penyampai: Revolusi Prajaningrat Saktiyudha, S.Si., S.Pd., M.Pd.

 

Monday, December 12, 2022

Salat Jamak

 


Ada kalanya sebagai orang Islam kita berpergian ke luar kota sehingga ruang gerak ibadah kita semakin terbatas. Tentu yang kita rasakan pertama kali adalah ibadah salat fardu kita. Namun demikian, Agama Islam bukanlah agama beban. Akan ada solusi dalam setiap permasalahan yang dihadapi. Salah satunya solusi yang ditawarkan Agama Islam untuk umatnya adalah salat jamak bagi orang Islam yang berpergian. Arti jamak adalah mengumpulkan. Salat jamak merupakan dua salat yang bersekutu waktunya (sama-sama siang atau malam) dari salat fardu, yang dikerjakan dalam satu waktu. Singkatnya yaitu salat jamak ialah mengumpulkan dua salat fardu dan dikerjakan dalam satu waktu. Salat yang boleh dijamak adalah salat Zuhur dengan Asar, dan Magrib dengan Isya. Salat jamak ada 2 (dua) macam, yaitu: jamak taqdim dan jamak takhir. Pertama, jamak taqdim ialah melakukan salat Zuhur dan Asar pada waktu Zuhur atau melakukan salat Magrib dan Isya pada waktu Magrib. Kemudian yang kedua yaitu jamak takhir ialah melakukan salat Zuhur dan Asar pada waktunya salat Asar atau melakukan salat Magrib dan Isya pada waktu salat Isya. Pembahasan batasan musafir dan salat qasar dapat disimak dengan cara klik di sini. Pada pembahasan kali ini, kita akan membahas secara singkat mengenai: (a) dalil salat jamak; (b) salat jamak dengan satu azan dan dua ikamah; (c) salat malam ketika perjalanan (safar); (d) mengusap khuff ketika perjalanan (safar); (e) tayamum ketika perjalanan (safar); (f) salat sepulang perjalanan (safar); (g) salat jamak di kota sendiri; dan (h) penjelasan singkat. Adapun dalil mengenai salat jamak adalah sebagai berikut.

 

A. Dalil Salat Jamak

Berbagai dalil yang ada mengenai salat jamak adalah sebagai berikut.

 

Hadis Pertama

و حَدَّثَنِي عَمْرٌو النَّاقِدُ حَدَّثَنَا شَبَابَةُ بْنُ سَوَّارٍ الْمَدَايِنِيُّ حَدَّثَنَا لَيْثُ بْنُ سَعْدٍ عَنْ عُقَيْلِ بْنِ خَالِدٍ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ أَنَسٍ قَالَ: كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَرَادَ أَنْ يَجْمَعَ بَيْنَ الصَّلَاتَيْنِ فِي السَّفَرِ أَخَّرَ الظُّهْرَ حَتَّى يَدْخُلَ أَوَّلُ وَقْتِ الْعَصْرِ ثُمَّ يَجْمَعُ بَيْنَهُمَا. مسلم

Artinya: Dan telah menceritakan kepadaku 'Amru An Nqid, telah menceritakan kepada kami Syababah bin Suwar Al Madayini, telah menceritakan kepada kami Laits bin Sa'd dari Uqail bin Khalid dari Az Zuhri dari Anas (bin Malik), ia berkata, “Dahulu Nabi SAW apabila akan menjamak antara dua salat dalam bepergian, maka beliau mengakhirkan salat Zuhur sampai masuk awal waktu ‘Asar, lalu beliau menjamak antara keduanya.” (HR. Muslim, no. 1144).

 

Hadis Kedua

و حَدَّثَنِي أَبُو الطَّاهِرِ وَعَمْرُو بْنُ سَوَّادٍ قَالَا أَخْبَرَنَا ابْنُ وَهْبٍ حَدَّثَنِي جَابِرُ بْنُ إِسْمَعِيلَ عَنْ عُقَيْلٍ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ أَنَسٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا عَجِلَ عَلَيْهِ السَّفَرُ يُؤَخِّرُ الظُّهْرَ إِلَى أَوَّلِ وَقْتِ الْعَصْرِ فَيَجْمَعُ بَيْنَهُمَا، وَيُؤَخِّرُ الْمَغْرِبَ حَتَّى يَجْمَعَ بَيْنَهَا وَبَيْنَ الْعِشَاءِ حِينَ يَغِيبُ الشَّفَقُ. مسلم

Artinya: Dan telah menceritakan kepadaku Abu Thahir dan 'Amru bin Sawwad, keduanya berkata: telah mengabarkan kepada kami Ibnu Wahb, telah menceritakan kepadaku Jabir bin Ismail dari 'Uqail dari Ibnu Syihab dari Anas, dari Nabi SAW, apabila beliau ingin segera berangkat safar, beliau mengakhirkan salat Zuhur kepada awal waktu 'Asar, lalu beliau menjamak salat Zuhur dan 'Asar. Dan beliau mengakhirkan salat Magrib sehingga menjamak salat Magrib dan salat 'Isya setelah hilang mega merah (masuk waktu Isya) (HR. Muslim, no. 1145).

 

Hadis Ketiga

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا اللَّيْثُ بْنُ سَعْدٍ عَنْ يَزِيدَ بْنِ أَبِي حَبِيبٍ عَنْ أَبِي الطُّفَيْلِ هُوَ عَامِرُ بْنُ وَاثِلَةَ عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ فِي غَزْوَةِ تَبُوكَ إِذَا ارْتَحَلَ قَبْلَ زَيْغِ الشَّمْسِ أَخَّرَ الظُّهْرَ إِلَى أَنْ يَجْمَعَهَا إِلَى الْعَصْرِ، فَيُصَلِّيَهُمَا جَمِيعًا. وَإِذَا ارْتَحَلَ بَعْدَ زَيْغِ الشَّمْسِ عَجَّلَ الْعَصْرَ إِلَى الظُّهْرِ وَصَلَّى الظُّهْرَ وَالْعَصْرَ جَمِيعًا، ثُمَّ سَارَ. وَكَانَ إِذَا ارْتَحَلَ قَبْلَ الْمَغْرِبِ أَخَّرَ الْمَغْرِبَ حَتَّى يُصَلِّيَهَا مَعَ الْعِشَاءِ. وَإِذَا ارْتَحَلَ بَعْدَ الْمَغْرِبِ عَجَّلَ الْعِشَاءَ فَصَلَّاهَا مَعَ الْمَغْرِبِ. قَالَ وَفِي الْبَاب عَنْ عَلِيٍّ وَابْنِ عُمَرَ وَأَنَسٍ وَعَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو وَعَائِشَةَ وَابْنِ عَبَّاسٍ وَأُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ وَجَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ أَبُو عِيسَى وَالصَّحِيحُ عَنْ أُسَامَةَ وَرَوَى عَلِيُّ بْنُ الْمَدِينِيِّ عَنْ أَحْمَدَ بْنِ حَنْبَلٍ عَنْ قُتَيْبَةَ هَذَا الْحَدِيثَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الصَّمَدِ بْنُ سُلَيْمَانَ حَدَّثَنَا زَكَرِيَّا اللُّؤْلُؤِيُّ حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرٍ الْأَعْيَنُ حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ الْمَدِينِيِّ حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ حَنْبَلٍ حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بِهَذَا الْحَدِيثِ يَعْنِي حَدِيثَ مُعَاذٍ وَحَدِيثُ مُعَاذٍ حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ تَفَرَّدَ بِهِ قُتَيْبَةُ لَا نَعْرِفُ أَحَدًا رَوَاهُ عَنْ اللَّيْثِ غَيْرَهُ وَحَدِيثُ اللَّيْثِ عَنْ يَزِيدَ بْنِ أَبِي حَبِيبٍ عَنْ أَبِي الطُّفَيْلِ عَنْ مُعَاذٍ حَدِيثٌ غَرِيبٌ وَالْمَعْرُوفُ عِنْدَ أَهْلِ الْعِلْمِ حَدِيثُ مُعَاذٍ مِنْ حَدِيثِ أَبِي الزُّبَيْرِ عَنْ أَبِي الطُّفَيْلِ عَنْ مُعَاذٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَمَعَ فِي غَزْوَةِ تَبُوكَ بَيْنَ الظُّهْرِ وَالْعَصْرِ وَبَيْنَ الْمَغْرِبِ وَالْعِشَاءِ رَوَاهُ قُرَّةُ بْنُ خَالِدٍ وَسُفْيَانُ الثَّوْرِيُّ وَمَالِكٌ وَغَيْرُ وَاحِدٍ عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ الْمَكِّيِّ وَبِهَذَا الْحَدِيثِ يَقُولُ الشَّافِعِيُّ وَأَحْمَدُ وَإِسْحَقُ يَقُولَانِ لَا بَأْسَ أَنْ يَجْمَعَ بَيْنَ الصَّلَاتَيْنِ فِي السَّفَرِ فِي وَقْتِ إِحْدَاهُمَا. الترمذي

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id, telah menceritakan kepada kami Al Laits bin Sa'd dari Yazid bin Abu Habib dari Abu Ath Thufail, ia adalah Amir bin Wailah dari Mu'adz bin Jabal bahwasanya Nabi SAW dalam perang Tabuk, apabila beliau berangkat sebelum matahari tergelincir, maka beliau mengakhirkan salat Zuhur kepada waktu ‘Asar, sehingga beliau menjamaknya pada waktu ‘Asar. Dan apabila beliau berangkat setelah matahari tergelincir, beliau memajukan salat ‘Asar kepada Zuhur, lalu menjamak salat Zuhur dan ‘Asar, kemudian berangkat. Dan apabila beliau berangkat sebelum Magrib, maka beliau mengakhirkan salat Magrib sehingga beliau mengerjakannya bersama salat ‘Isya. Dan apabila beliau berangkat setelah Magrib, maka beliau memajukan salat ‘Isya dan mengerjakannya bersama salat Magrib.” (Perawi) berkata: dalam bab ini (ada juga riwayat) dari Ali, Ibnu Umar, Anas, Abdullah bin Amru, 'Aisyah, Ibnu 'Abbas, Usamah bin Zaid dan Jabir bin Abdullah. Abu Isa berkata: yang shahih adalah (riwayat) dari Usamah. Ali bin Al Madini meriwayatkan hadis ini dari Ahmad bin Hanbal dari Qutaibah. Hadis ini (dari jalur lain) telah menceritakan kepada kami Abdush Shamad bin Sulaiman, telah menceritakan kepada kami Zakariya Al Lu'lui, telah menceritakan kepada kami Abu Bakar Al A'yun, telah menceritakan kepada kami Ali bin Al Madini, telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Hanbal, telah menceritakan kepada kami Qutaibah hadis ini yaitu hadis Mu'adz. Sedangkan hadis Mu'adz adalah hadits hasan gharib. Qutaibah adalah perawi tunggal dalam hadis ini, kami tidak mengetahui seorang pun selain dia yang meriwayatkan (hadis ini) dari Al Laits. Sedangkan hadis Al Laits dari Yazid bin Abu Habib dari Abu Ath Thufail dari Mu'adz bin Jabal adalah hadis gharib. Yang terkenal dikalangan ahli ilmu adalah hadis Mu'adz dari hadis Abu Az Zubair dari Abu Ath Thufail dari Mu'adz bahwa pada saat perang Tabuk, Nabi SAW menjamak salat Zuhur dengan Asar dan salat Magrib dengan salat Isya. Hadis ini telah diriwayatkan pula oleh Qurrah bin Khalid dan Sufyan Ats Tsauri dan Malik dan yang lain dari Abu Az Zubair Al Makki. Syafi'i juga berpendapat dengan hadis ini. Ahmad dan Ishaq berkata: tidak mengapa menggabungkan dua salat dalam perjalanan pada salah satu waktunya (HR. Tirmidzi, no. 508).

 

Hadis Keempat

و حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا الْمُفَضَّلُ يَعْنِي ابْنَ فَضَالَةَ عَنْ عُقَيْلٍ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا ارْتَحَلَ قَبْلَ أَنْ تَزِيغَ الشَّمْسُ أَخَّرَ الظُّهْرَ إِلَى وَقْتِ الْعَصْرِ، ثُمَّ نَزَلَ فَجَمَعَ بَيْنَهُمَا. فَإِنْ زَاغَتْ الشَّمْسُ قَبْلَ أَنْ يَرْتَحِلَ صَلَّى الظُّهْرَ ثُمَّ رَكِبَ. مسلم

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Said, telah menceritakan kepada kami Al Mufadhdhal yakni Ibnu Fadhalah dari Uqail dari Ibnu Syihab dari Anas bin Malik, ia berkata, “Dahulu Rasulullah SAW apabila berangkat sebelum matahari tergelincir, beliau mengakhirkan salat Zuhur sampai waktu ‘Asar, kemudian beliau berhenti, lalu salat menjamak antara dua salat tersebut. Tetapi apabila matahari telah tergelincir sebelum beliau berangkat, maka beliau salat Zuhur (dahulu), kemudian berangkat.” (HR. Muslim, no. 1143).

 

Hadis Kelima

حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ قَالَ أَخْبَرَنَا ابْنُ جُرَيْجٍ قَالَ أَخْبَرَنِي حُسَيْنُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ عَبَّاسٍ عَنْ عِكْرِمَةَ وَعَنْ كُرَيْبٍ أَنَّ ابْنَ عَبَّاسٍ قَالَ: أَلَا أُحَدِّثُكُمْ عَنْ صَلَاةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي السَّفَرِ؟ قَالَ: قُلْنَا بَلَى. قَالَ: كَانَ إِذَا زَاغَتْ الشَّمْسُ فِي مَنْزِلِهِ جَمَعَ بَيْنَ الظُّهْرِ وَالْعَصْرِ قَبْلَ أَنْ يَرْكَبَ. وَإِذَا لَمْ تَزِغْ لَهُ فِي مَنْزِلِهِ سَارَ حَتَّى إِذَا حَانَتْ الْعَصْرُ نَزَلَ فَجَمَعَ بَيْنَ الظُّهْرِ وَالْعَصْرِ. وَإِذَا حَانَتْ الْمَغْرِبُ فِي مَنْزِلِهِ جَمَعَ بَيْنَهَا وَبَيْنَ الْعِشَاءِ. وَإِذَا لَمْ تَحِنْ فِي مَنْزِلِهِ رَكِبَ حَتَّى إِذَا حَانَتْ الْعِشَاءُ نَزَلَ فَجَمَعَ بَيْنَهُمَا. أحمد

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abdurrazaq, ia berkata: telah mengabarkan kepada kami Ibnu Juraij, ia berkata: telah mengabarkan kepadaku Al Husain bin Abdullah bin Ubaidullah bin Abbas dari Ikrimah dan dari Kuraib bahwa Ibnu Abbas berkata: Maukah kuceritakan kepada kalian tentang salatnya Rasulullah SAW di dalam safar?” Kami berkata, “Ya, mau.” (Ibnu ‘Abbas) berkata, “Dahulu Rasulullah SAW apabila matahari telah tergelincir, sedang beliau masih di tempat singgahnya, maka beliau menjamak antara salat Zuhur dan ‘Asar sebelum berangkat. Dan apabila matahari belum tergelincir ketika beliau masih di tempat singgahnya, maka beliau terus berangkat, dan setelah datang waktu salat ‘Asar, lalu berhenti, kemudian manjamak antara salat Zuhur dan ‘Asar. Dan apabila telah tiba waktu Magrib, ketika beliau masih di tempat singgahnya, maka beliau menjamak antara salat Magrib dan ‘Isya. Dan apabila belum masuk waktu Magrib sedang beliau masih di tempat singgahnya, maka beliau terus berangkat, sehingga apabila datang waktu ‘Isya, maka beliau berhenti lalu menjamak salat Magrib dan ‘Isya.” (HR. Ahmad, no. 3300).

Keterangan: Hadis tersebut terdapat rawi yang bernama Al Husain bin 'Abdullah bin 'Ubaidillah bin 'Abbas yang merupakan tabi'in kalangan biasa. Komentar ulama tentangnya diantaranya Abu Zur'ah mengatakan laisa bi tsiqah, Yahya bin Ma'in mengatakan dla'if, Ibnu Hajar Al 'Asqalani mengatakan dla'if, Abu Hatim mengatakan dla'if, An Nasa'i mengatakan matruk, Al Bukhari mengomentari: Saya meninggalkan hadisnya. Ahmad bin Hambal mengomentari: Saya meninggalkan hadisnya. Adz Dzahabi mengomentari: Mereka meninggalkannya.

 

B. Salat Jamak dengan Satu Azan dan dua Ikamah

Riwayat yang ada menunjukkan salat jamak yang dikerjakan menggunakan satu azan dan dua ikamah. Hal tersebut sebagaimana hadis berikut.

 

Hadis Keenam

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَإِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ جَمِيعًا عَنْ حَاتِمٍ قَالَ أَبُو بَكْرٍ حَدَّثَنَا حَاتِمُ بْنُ إِسْمَعِيلَ الْمَدَنِيُّ عَنْ جَعْفَرِ بْنِ مُحَمَّدٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ: دَخَلْنَا عَلَى جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ فَسَأَلَ عَنْ الْقَوْمِ حَتَّى انْتَهَى إِلَيَّ فَقُلْتُ أَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَلِيِّ بْنِ حُسَيْنٍ فَأَهْوَى بِيَدِهِ إِلَى رَأْسِي فَنَزَعَ زِرِّي الْأَعْلَى ثُمَّ نَزَعَ زِرِّي الْأَسْفَلَ ثُمَّ وَضَعَ كَفَّهُ بَيْنَ ثَدْيَيَّ وَأَنَا يَوْمَئِذٍ غُلَامٌ شَابٌّ فَقَالَ مَرْحَبًا بِكَ يَا ابْنَ أَخِي سَلْ عَمَّا شِئْتَ فَسَأَلْتُهُ وَهُوَ أَعْمَى وَحَضَرَ وَقْتُ الصَّلَاةِ فَقَامَ فِي نِسَاجَةٍ مُلْتَحِفًا بِهَا كُلَّمَا وَضَعَهَا عَلَى مَنْكِبِهِ رَجَعَ طَرَفَاهَا إِلَيْهِ مِنْ صِغَرِهَا وَرِدَاؤُهُ إِلَى جَنْبِهِ عَلَى الْمِشْجَبِ فَصَلَّى بِنَا فَقُلْتُ أَخْبِرْنِي عَنْ حَجَّةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ بِيَدِهِ فَعَقَدَ تِسْعًا فَقَالَ إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَكَثَ تِسْعَ سِنِينَ لَمْ يَحُجَّ ثُمَّ أَذَّنَ فِي النَّاسِ فِي الْعَاشِرَةِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَاجٌّ فَقَدِمَ الْمَدِينَةَ بَشَرٌ كَثِيرٌ كُلُّهُمْ يَلْتَمِسُ أَنْ يَأْتَمَّ بِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَيَعْمَلَ مِثْلَ عَمَلِهِ فَخَرَجْنَا مَعَهُ حَتَّى أَتَيْنَا ذَا الْحُلَيْفَةِ فَوَلَدَتْ أَسْمَاءُ بِنْتُ عُمَيْسٍ مُحَمَّدَ بْنَ أَبِي بَكْرٍ فَأَرْسَلَتْ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَيْفَ أَصْنَعُ قَالَ اغْتَسِلِي وَاسْتَثْفِرِي بِثَوْبٍ وَأَحْرِمِي فَصَلَّى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْمَسْجِدِ ثُمَّ رَكِبَ الْقَصْوَاءَ حَتَّى إِذَا اسْتَوَتْ بِهِ نَاقَتُهُ عَلَى الْبَيْدَاءِ نَظَرْتُ إِلَى مَدِّ بَصَرِي بَيْنَ يَدَيْهِ مِنْ رَاكِبٍ وَمَاشٍ وَعَنْ يَمِينِهِ مِثْلَ ذَلِكَ وَعَنْ يَسَارِهِ مِثْلَ ذَلِكَ وَمِنْ خَلْفِهِ مِثْلَ ذَلِكَ وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَيْنَ أَظْهُرِنَا وَعَلَيْهِ يَنْزِلُ الْقُرْآنُ وَهُوَ يَعْرِفُ تَأْوِيلَهُ وَمَا عَمِلَ بِهِ مِنْ شَيْءٍ عَمِلْنَا بِهِ فَأَهَلَّ بِالتَّوْحِيدِ لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ لَبَّيْكَ لَا شَرِيكَ لَكَ لَبَّيْكَ إِنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ وَالْمُلْكَ لَا شَرِيكَ لَكَ وَأَهَلَّ النَّاسُ بِهَذَا الَّذِي يُهِلُّونَ بِهِ فَلَمْ يَرُدَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَيْهِمْ شَيْئًا مِنْهُ وَلَزِمَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَلْبِيَتَهُ قَالَ جَابِرٌ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ لَسْنَا نَنْوِي إِلَّا الْحَجَّ لَسْنَا نَعْرِفُ الْعُمْرَةَ حَتَّى إِذَا أَتَيْنَا الْبَيْتَ مَعَهُ اسْتَلَمَ الرُّكْنَ فَرَمَلَ ثَلَاثًا وَمَشَى أَرْبَعًا ثُمَّ نَفَذَ إِلَى مَقَامِ إِبْرَاهِيمَ عَلَيْهِ السَّلَام فَقَرَأَ { وَاتَّخِذُوا مِنْ مَقَامِ إِبْرَاهِيمَ مُصَلًّى }. فَجَعَلَ الْمَقَامَ بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْبَيْتِ فَكَانَ أَبِي يَقُولُ وَلَا أَعْلَمُهُ ذَكَرَهُ إِلَّا عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقْرَأُ فِي الرَّكْعَتَيْنِ قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ وَقُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ ثُمَّ رَجَعَ إِلَى الرُّكْنِ فَاسْتَلَمَهُ ثُمَّ خَرَجَ مِنْ الْبَابِ إِلَى الصَّفَا فَلَمَّا دَنَا مِنْ الصَّفَا قَرَأَ { إِنَّ الصَّفَا والْمَرْوَةَ مِنْ شَعَائِرِ اللَّهِ }. أَبْدَأُ بِمَا بَدَأَ اللَّهُ بِهِ فَبَدَأَ بِالصَّفَا فَرَقِيَ عَلَيْهِ حَتَّى رَأَى الْبَيْتَ فَاسْتَقْبَلَ الْقِبْلَةَ فَوَحَّدَ اللَّهَ وَكَبَّرَهُ وَقَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ أَنْجَزَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ ثُمَّ دَعَا بَيْنَ ذَلِكَ قَالَ مِثْلَ هَذَا ثَلَاثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ نَزَلَ إِلَى الْمَرْوَةِ حَتَّى إِذَا انْصَبَّتْ قَدَمَاهُ فِي بَطْنِ الْوَادِي سَعَى حَتَّى إِذَا صَعِدَتَا مَشَى حَتَّى أَتَى الْمَرْوَةَ فَفَعَلَ عَلَى الْمَرْوَةِ كَمَا فَعَلَ عَلَى الصَّفَا حَتَّى إِذَا كَانَ آخِرُ طَوَافِهِ عَلَى الْمَرْوَةِ فَقَالَ لَوْ أَنِّي اسْتَقْبَلْتُ مِنْ أَمْرِي مَا اسْتَدْبَرْتُ لَمْ أَسُقْ الْهَدْيَ وَجَعَلْتُهَا عُمْرَةً فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ لَيْسَ مَعَهُ هَدْيٌ فَلْيَحِلَّ وَلْيَجْعَلْهَا عُمْرَةً فَقَامَ سُرَاقَةُ بْنُ مَالِكِ بْنِ جُعْشُمٍ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَلِعَامِنَا هَذَا أَمْ لِأَبَدٍ فَشَبَّكَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَصَابِعَهُ وَاحِدَةً فِي الْأُخْرَى وَقَالَ دَخَلَتْ الْعُمْرَةُ فِي الْحَجِّ مَرَّتَيْنِ لَا بَلْ لِأَبَدٍ أَبَدٍ وَقَدِمَ عَلِيٌّ مِنْ الْيَمَنِ بِبُدْنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَوَجَدَ فَاطِمَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا مِمَّنْ حَلَّ وَلَبِسَتْ ثِيَابًا صَبِيغًا وَاكْتَحَلَتْ فَأَنْكَرَ ذَلِكَ عَلَيْهَا فَقَالَتْ إِنَّ أَبِي أَمَرَنِي بِهَذَا قَالَ فَكَانَ عَلِيٌّ يَقُولُ بِالْعِرَاقِ فَذَهَبْتُ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُحَرِّشًا عَلَى فَاطِمَةَ لِلَّذِي صَنَعَتْ مُسْتَفْتِيًا لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيمَا ذَكَرَتْ عَنْهُ فَأَخْبَرْتُهُ أَنِّي أَنْكَرْتُ ذَلِكَ عَلَيْهَا فَقَالَ صَدَقَتْ صَدَقَتْ مَاذَا قُلْتَ حِينَ فَرَضْتَ الْحَجَّ قَالَ قُلْتُ اللَّهُمَّ إِنِّي أُهِلُّ بِمَا أَهَلَّ بِهِ رَسُولُكَ قَالَ فَإِنَّ مَعِيَ الْهَدْيَ فَلَا تَحِلُّ قَالَ فَكَانَ جَمَاعَةُ الْهَدْيِ الَّذِي قَدِمَ بِهِ عَلِيٌّ مِنْ الْيَمَنِ وَالَّذِي أَتَى بِهِ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِائَةً قَالَ فَحَلَّ النَّاسُ كُلُّهُمْ وَقَصَّرُوا إِلَّا النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَنْ كَانَ مَعَهُ هَدْيٌ فَلَمَّا كَانَ يَوْمُ التَّرْوِيَةِ تَوَجَّهُوا إِلَى مِنًى فَأَهَلُّوا بِالْحَجِّ وَرَكِبَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَصَلَّى بِهَا الظُّهْرَ وَالْعَصْرَ وَالْمَغْرِبَ وَالْعِشَاءَ وَالْفَجْرَ ثُمَّ مَكَثَ قَلِيلًا حَتَّى طَلَعَتْ الشَّمْسُ وَأَمَرَ بِقُبَّةٍ مِنْ شَعَرٍ تُضْرَبُ لَهُ بِنَمِرَةَ فَسَارَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلَا تَشُكُّ قُرَيْشٌ إِلَّا أَنَّهُ وَاقِفٌ عِنْدَ الْمَشْعَرِ الْحَرَامِ كَمَا كَانَتْ قُرَيْشٌ تَصْنَعُ فِي الْجَاهِلِيَّةِ فَأَجَازَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى أَتَى عَرَفَةَ فَوَجَدَ الْقُبَّةَ قَدْ ضُرِبَتْ لَهُ بِنَمِرَةَ فَنَزَلَ بِهَا حَتَّى إِذَا زَاغَتْ الشَّمْسُ أَمَرَ بِالْقَصْوَاءِ فَرُحِلَتْ لَهُ فَأَتَى بَطْنَ الْوَادِي فَخَطَبَ النَّاسَ وَقَالَ إِنَّ دِمَاءَكُمْ وَأَمْوَالَكُمْ حَرَامٌ عَلَيْكُمْ كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا فِي شَهْرِكُمْ هَذَا فِي بَلَدِكُمْ هَذَا أَلَا كُلُّ شَيْءٍ مِنْ أَمْرِ الْجَاهِلِيَّةِ تَحْتَ قَدَمَيَّ مَوْضُوعٌ وَدِمَاءُ الْجَاهِلِيَّةِ مَوْضُوعَةٌ وَإِنَّ أَوَّلَ دَمٍ أَضَعُ مِنْ دِمَائِنَا دَمُ ابْنِ رَبِيعَةَ بْنِ الْحَارِثِ كَانَ مُسْتَرْضِعًا فِي بَنِي سَعْدٍ فَقَتَلَتْهُ هُذَيْلٌ وَرِبَا الْجَاهِلِيَّةِ مَوْضُوعٌ وَأَوَّلُ رِبًا أَضَعُ رِبَانَا رِبَا عَبَّاسِ بْنِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ فَإِنَّهُ مَوْضُوعٌ كُلُّهُ فَاتَّقُوا اللَّهَ فِي النِّسَاءِ فَإِنَّكُمْ أَخَذْتُمُوهُنَّ بِأَمَانِ اللَّهِ وَاسْتَحْلَلْتُمْ فُرُوجَهُنَّ بِكَلِمَةِ اللَّهِ وَلَكُمْ عَلَيْهِنَّ أَنْ لَا يُوطِئْنَ فُرُشَكُمْ أَحَدًا تَكْرَهُونَهُ فَإِنْ فَعَلْنَ ذَلِكَ فَاضْرِبُوهُنَّ ضَرْبًا غَيْرَ مُبَرِّحٍ وَلَهُنَّ عَلَيْكُمْ رِزْقُهُنَّ وَكِسْوَتُهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ وَقَدْ تَرَكْتُ فِيكُمْ مَا لَنْ تَضِلُّوا بَعْدَهُ إِنْ اعْتَصَمْتُمْ بِهِ كِتَابُ اللَّهِ وَأَنْتُمْ تُسْأَلُونَ عَنِّي فَمَا أَنْتُمْ قَائِلُونَ قَالُوا نَشْهَدُ أَنَّكَ قَدْ بَلَّغْتَ وَأَدَّيْتَ وَنَصَحْتَ فَقَالَ بِإِصْبَعِهِ السَّبَّابَةِ يَرْفَعُهَا إِلَى السَّمَاءِ وَيَنْكُتُهَا إِلَى النَّاسِ اللَّهُمَّ اشْهَدْ اللَّهُمَّ اشْهَدْ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ أَذَّنَ ثُمَّ أَقَامَ فَصَلَّى الظُّهْرَ ثُمَّ أَقَامَ فَصَلَّى الْعَصْرَ وَلَمْ يُصَلِّ بَيْنَهُمَا شَيْئًا ثُمَّ رَكِبَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى أَتَى الْمَوْقِفَ فَجَعَلَ بَطْنَ نَاقَتِهِ الْقَصْوَاءِ إِلَى الصَّخَرَاتِ وَجَعَلَ حَبْلَ الْمُشَاةِ بَيْنَ يَدَيْهِ وَاسْتَقْبَلَ الْقِبْلَةَ فَلَمْ يَزَلْ وَاقِفًا حَتَّى غَرَبَتْ الشَّمْسُ وَذَهَبَتْ الصُّفْرَةُ قَلِيلًا حَتَّى غَابَ الْقُرْصُ وَأَرْدَفَ أُسَامَةَ خَلْفَهُ وَدَفَعَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَدْ شَنَقَ لِلْقَصْوَاءِ الزِّمَامَ حَتَّى إِنَّ رَأْسَهَا لَيُصِيبُ مَوْرِكَ رَحْلِهِ وَيَقُولُ بِيَدِهِ الْيُمْنَى أَيُّهَا النَّاسُ السَّكِينَةَ السَّكِينَةَ كُلَّمَا أَتَى حَبْلًا مِنْ الْحِبَالِ أَرْخَى لَهَا قَلِيلًا حَتَّى تَصْعَدَ حَتَّى أَتَى الْمُزْدَلِفَةَ فَصَلَّى بِهَا الْمَغْرِبَ وَالْعِشَاءَ بِأَذَانٍ وَاحِدٍ وَإِقَامَتَيْنِ وَلَمْ يُسَبِّحْ بَيْنَهُمَا شَيْئًا ثُمَّ اضْطَجَعَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى طَلَعَ الْفَجْرُ وَصَلَّى الْفَجْرَ حِينَ تَبَيَّنَ لَهُ الصُّبْحُ بِأَذَانٍ وَإِقَامَةٍ ثُمَّ رَكِبَ الْقَصْوَاءَ حَتَّى أَتَى الْمَشْعَرَ الْحَرَامَ فَاسْتَقْبَلَ الْقِبْلَةَ فَدَعَاهُ وَكَبَّرَهُ وَهَلَّلَهُ وَوَحَّدَهُ فَلَمْ يَزَلْ وَاقِفًا حَتَّى أَسْفَرَ جِدًّا فَدَفَعَ قَبْلَ أَنْ تَطْلُعَ الشَّمْسُ وَأَرْدَفَ الْفَضْلَ بْنَ عَبَّاسٍ وَكَانَ رَجُلًا حَسَنَ الشَّعْرِ أَبْيَضَ وَسِيمًا فَلَمَّا دَفَعَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَرَّتْ بِهِ ظُعُنٌ يَجْرِينَ فَطَفِقَ الْفَضْلُ يَنْظُرُ إِلَيْهِنَّ فَوَضَعَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدَهُ عَلَى وَجْهِ الْفَضْلِ فَحَوَّلَ الْفَضْلُ وَجْهَهُ إِلَى الشِّقِّ الْآخَرِ يَنْظُرُ فَحَوَّلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدَهُ مِنْ الشِّقِّ الْآخَرِ عَلَى وَجْهِ الْفَضْلِ يَصْرِفُ وَجْهَهُ مِنْ الشِّقِّ الْآخَرِ يَنْظُرُ حَتَّى أَتَى بَطْنَ مُحَسِّرٍ فَحَرَّكَ قَلِيلًا ثُمَّ سَلَكَ الطَّرِيقَ الْوُسْطَى الَّتِي تَخْرُجُ عَلَى الْجَمْرَةِ الْكُبْرَى حَتَّى أَتَى الْجَمْرَةَ الَّتِي عِنْدَ الشَّجَرَةِ فَرَمَاهَا بِسَبْعِ حَصَيَاتٍ يُكَبِّرُ مَعَ كُلِّ حَصَاةٍ مِنْهَا مِثْلِ حَصَى الْخَذْفِ رَمَى مِنْ بَطْنِ الْوَادِي ثُمَّ انْصَرَفَ إِلَى الْمَنْحَرِ فَنَحَرَ ثَلَاثًا وَسِتِّينَ بِيَدِهِ ثُمَّ أَعْطَى عَلِيًّا فَنَحَرَ مَا غَبَرَ وَأَشْرَكَهُ فِي هَدْيِهِ ثُمَّ أَمَرَ مِنْ كُلِّ بَدَنَةٍ بِبَضْعَةٍ فَجُعِلَتْ فِي قِدْرٍ فَطُبِخَتْ فَأَكَلَا مِنْ لَحْمِهَا وَشَرِبَا مِنْ مَرَقِهَا ثُمَّ رَكِبَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَفَاضَ إِلَى الْبَيْتِ فَصَلَّى بِمَكَّةَ الظُّهْرَ فَأَتَى بَنِي عَبْدِ الْمُطَّلِبِ يَسْقُونَ عَلَى زَمْزَمَ فَقَالَ انْزِعُوا بَنِي عَبْدِ الْمُطَّلِبِ فَلَوْلَا أَنْ يَغْلِبَكُمْ النَّاسُ عَلَى سِقَايَتِكُمْ لَنَزَعْتُ مَعَكُمْ فَنَاوَلُوهُ دَلْوًا فَشَرِبَ مِنْهُ و حَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ حَفْصِ بْنِ غِيَاثٍ حَدَّثَنَا أَبِي حَدَّثَنَا جَعْفَرُ بْنُ مُحَمَّدٍ حَدَّثَنِي أَبِي قَالَ أَتَيْتُ جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ فَسَأَلْتُهُ عَنْ حَجَّةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَسَاقَ الْحَدِيثَ بِنَحْوِ حَدِيثِ حَاتِمِ بْنِ إِسْمَعِيلَ وَزَادَ فِي الْحَدِيثِ وَكَانَتْ الْعَرَبُ يَدْفَعُ بِهِمْ أَبُو سَيَّارَةَ عَلَى حِمَارٍ عُرْيٍ فَلَمَّا أَجَازَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ الْمُزْدَلِفَةِ بِالْمَشْعَرِ الْحَرَامِ لَمْ تَشُكَّ قُرَيْشٌ أَنَّهُ سَيَقْتَصِرُ عَلَيْهِ وَيَكُونُ مَنْزِلُهُ ثَمَّ فَأَجَازَ وَلَمْ يَعْرِضْ لَهُ حَتَّى أَتَى عَرَفَاتٍ فَنَزَلَ. مسلم

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah dan Ishaq bin Ibrahim, semuanya dari Hatim. Abu Bakr berkata: Telah menceritakan kepada kami Hatim bin Isma'il Al Madani dari Ja'far bin Muhammad dari Bapaknya ia berkata: Kami datang ke rumah Jabir bin Abdullah, lalu ia menanyai kami satu persatu, siapa nama kami masing-masing. Sampai giliranku, kusebutkan namaku Muhammad bin Ali bin Husain. Lalu dibukannya kancing bajuku yang atas dan yang bawah. Kemudian diletakkannya telapak tangannya antara kedua susuku. Ketika itu, aku masih muda belia. Lalu dia berkata: "Selamat datang wahai anak saudaraku, tanyakanlah apa yang hendak kamu tanyakan." Maka aku pun bertanya kepadanya. Dia telah buta. Ketika waktu shalat tiba, dia berdiri di atas sehelai sajadah yang selalu dibawanya. Tiap kali sajadah itu diletakkannya ke bahunya, pinggirnya selalu lekat padanya karena kecilnya sajadah itu. Aku bertanya kepadanya, "Terangkanlah kepadaku bagaimana Rasulullah SAW melakukan ibadah haji." Lalu ia bicara dengan isyarat tangannya sambil memegang sembilan anak jarinya. Katanya: Sembilan tahun lamanya beliau menetap di Madinah, namun beliau belum haji. Kemudian beliau memberitahukan bahwa tahun kesepuluh beliau akan naik haji. Karena itu, berbondong-bondonglah orang datang ke Madinah, hendak ikut bersama-sama Rasulullah SAW untuk beramal seperti amalan beliau. Lalu kami berangkat bersama-sama dengan beliau. Ketika sampai di Dzulhulaifah, Asma` binti Humais melahirkan putranya, Muhammad bin Abu Bakar. Dia menyuruh untuk menanyakan kepada Rasulullah SAW apa yang harus dilakukannya (karena melahirkan itu). Maka beliau pun bersabda: "Mandi dan pakai kain pembalutmu. Kemudian pakai pakaian ihrammu kembali." Rasulullah SAW salat dua raka'at di masjid Dzulhulaifah, kemudian beliau naiki untanya yang bernama Qashwa. Setelah sampai di Baida`, kulihat sekelilingku, alangkah banyaknya orang yang mengiringi beliau, yang berkendaraan dan yang berjalan kaki, di kanan-kiri dan di belakang beliau. Ketika itu turun Al Qur`an (wahyu), dimana Rasulullah SAW mengerti maksudnya, yaitu sebagaimana petunjuk amal yang harus kami amalkan. Lalu beliau teriakan bacaan talbiyah: "LABBAIKA ALLAHUMMA LABBAIKA LABBAIKA LAA SYARIIKA LAKA LABBAIKA INNALHAMDA WAN NI'MATA LAKA WALMULKU LAA SYARIIKA LAKA (Aku patuhi perintah-Mu ya Allah, aku patuhi, aku patuhi. Tiada sekutu bagi-Mu, aku patuhi perintah-Mu: sesungguhnya puji dan nikmat adalah milik-Mu, begitu pula kerajaan, tiada sekutu bagi-Mu, aku patuhi perintah-Mu)." Maka talbiyah pula orang banyak seperti talbiyah Nabi SAW itu. Rasulullah SAW tidak melarang mereka membacanya, bahkan senantiasa membaca terus-menerus. Niat kami hanya untuk mengerjakan haji, dan kami belum mengenal umrah. Setelah sampai di Baitullah, beliau cium salah satu sudutnya (hajar Aswad), kemudian beliau thawaf, lari-lari kecil tiga kali dan berjalan biasa empat kali. Kemudian beliau terus menuju ke Maqam. Ibrahim 'Alais Salam, lalu beliau baca ayat: "Jadikanlah maqam Ibrahim sebagai tempat salat..." (Al Baqarah: 125). Lalu ditempatkannya maqam itu diantaranya dengan Baitullah. Sementara itu ayahku berkata bahwa Nabi SAW membaca dalam salatnya: "QUL HUWALLAHU AHADL…" (Al Ikhlas: 1-4). Dan: "QUL YAA AYYUHAL KAAFIRUUN.." (Al Kafirun: 1-6). Kemudian beliau kembali ke sudut Bait (hajar Aswad) lalu diciumnya pula. Kemudian melalui pintu, beliau pergi ke Shafa. Setelah dekat ke bukit Shafa beliau membaca ayat: "Sesungguhnya Sa'i antara Shafa dan Marwah termasuk lambang-lambang kebesaran Agama Allah..." (Al Baqarah: 1589). Kemudian mulailah dia melaksanakan perintah Allah. Maka dinaikinya bukit shafa. Setelah kelihatan Baitullah, lalu beliau menghadap ke kiblat seraya mentauhidkan Allah dan mengagungkan-Nya. Dan beliau membaca: "LAA ILAAHA ILAALLAH WAHDAHU LAA SYARIIKA LAHU LAHUL MULKU WA LAHUL HAMDU WA HUWA 'ALAA KULLI SYAI`IN QADIIR LAA ILAAHA ILLALLAH WAHDAHU ANJAZA WA'DAHU WANASHARA 'ABDAHU WAHAZAMAL AHZABA WAHDAH (Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah satu-satu-Nya, tiada sekutu bagi-Nya, milik-Nyalah kerajaan dan segala puji, sedangkan Dia Maha Kuasa atas segala-galanya. Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah satu-satu-Nya, Yang Maha Menepati janji-Nya dan menolong hamba-hamaba-Nya dan menghancurkan musuh-musuh-Nya sendiri-Nya)." Kemudian beliau berdo'a. Ucapakan tahlil itu diulanginya sampai tiga kali. Kemudian beliau turun di Marwa. Ketika sampai di lembah, beliau berlari-lari kecil. Dan sesudah itu, beliau menuju bukit Marwa sambil berjalan kembali. setelah sampai di bukit Marwa, beliau berbuat apa yang diperbuatnya di bukit Shafa. Tatkala beliau mengakhiri sa'i-nya di bukit Marwa, beliau berujar: "Kalau aku belum lakukan apa yang telah kuperbuat, niscaya aku tidak membawa hadya dan menjadikannya umrah." Lalu Suraqah bin Malik bin Ju'tsyum, "Ya, Rasulullah! Apakah untuk tahun ini saja ataukah untuk selama-lamanya?" Rasulullah SAW memperpanjangkan jari-jari tangannya yang lain seraya bersabda: "Memasukkan umrah ke dalam haji. Memasukkan umrah ke dalam haji, tidak! Bahkan untuk selama-lamanya." Sementara itu Ali datang dari Yaman membawa hewan kurban Nabi SAW. didapatinya Fathimah termasuk orang yang tahallul: dia mengenakan pakaian bercelup dan bercelak mata. Ali melarangnya berbuat demikian. Fathimah menjawab, "Bapakku sendiri yang menyuruhku berbuat begini." Ali berkata: Maka aku pergi menemui Rasulullah SAW untuk meminta fatwa terhadap perbuatan Fathimah tersebut. Kujelaskan kepada beliau bahwa aku mencegahnya berbuat demikian. Beliau pun bersabda: "Fathimah benar." Kemudian beliau bertanya: "Apa yang kamu baca ketika hendak menunaikan haji?" Ali berkata: Aku menjawab: "Ya Allah, aku aku niat menunaikan ibadah haji seperti yang dicontohkan oleh Rasul Engkau." Kemudian Ali bertanya, "Tetapi aku membawa hewan kurban, bagaimana itu?" Beliau menjawab: "Kamu jangan tahallul." Ja'far berkata: Jumlah hadya yang dibawa Ali dari Yaman dan yang dibawa Nabi SAW ada seratus ekor. Para jama'ah telah tahallul dan bercukur semuanya, melainkan Nabi SAW dan orang-orang yang membawa hadya beserta beliau. Ketika hari Tarwiyah (delapan Dzulhijjah) tiba, mereka berangkat menuju Mina untuk melakukan ibadah haji. Rasulullah SAW menunggang untanya (kendaraannya). Di sana beliau shalat Zuhur, 'Asar, Magrib, Isya dan Subuh. Kemudian beliau menanti sebentar hingga terbit matahari: sementara itu beliau menyuruh orang lebih dahulu ke Namirah untuk mendirikan kemah di sana. Sedangkan Orang Quraisy mengira bahwa beliau tentu akan berhenti di Masy'aril Haram (sebuah bukit di Muzdalifah) sebagaimana biasanya orang-orang Jahililiyah. Tetapi ternyata beliau terus saja menuju Arafah. Sampai ke Namirah, didapatinya tenda-tenda telah didirikan orang. Lalu beliau berhenti untuk istirahat di situ. Ketika matahari telah condong, beliau menaiki untanya meneruskan. Sampai di tengah-tengah lebah beliau berpidato: "Sesungguhnya menumpahkan darah, merampas harta sesamamu adalah haram sebagaimana haramnya berperang pada hari ini, pada bulan ini, dan di negeri ini. Ketahuilah, semua yang berbau Jahiliyah telah dihapuskan di bawah undang-undangku, termasuk tebusan darah masa Jahilijyah. Tebusan darah yang pertama-tama kuhapuskan adalah darah Ibnu Rabi'ah bin Harits yang disusukan oleh Bani Sa'ad, lalu ia dibunuh oleh Huzail. Begitu pula telah kuhapuskan riba Jahiliyah: yang mula-mula kuhapuskan ialah riba yang ditetapkan Abbas bin Abdul Muthalib. Sesungguhnya riba itu kuhapuskan semuanya. Kemudian jangalah dirimu terhadap wanita. Kamu boleh mengambil mereka sebagai amanah Allah, dan mereka halal bagimu dengan mematuhi peraturan-peraturan Allah. Setelah itu, kamu punya hak atas mereka, yaitu supaya mereka tidak membolehkan orang lain menduduki tikarmu. Jika mereka melanggar, pukullah mereka dengan cara yang tidak membahayakan. Sebaliknya mereka punya hak atasmu. Yaitu nafkah dan pakaian yang pantas. Kuwariskan kepadamu sekalian suatu pedoman hidup, yang jika kalian berpegang teguh kepadanya yaitu Al Qur`an. Kalian semua akan ditanya mengenai diriku, lalu bagaimana nanti jawab kalian?" mereka menjawab: "Kami bersaksi bahwa Anda benar-benar telah menyampaikan risalah, Anda telah menunaikan tugas dan telah memberi nasehat kepada kami." Kemudian beliau bersabda sambil mengangkat jari telunjuknya ke atas langit dan menunjuk kepada orang banyak: "Ya, Allah saksikanlah, Ya Allah saksikanlah, ya Allah saksikanlah." Sesudah itu, beliau azan kemudian ikamah, lalu salat Zuhur. Lalu ikamah lagi dan salat Asar tanpa salat sunah antara keduanya. Setelah itu, beliau meneruskan perjalanan menuju tempat wukuf. Sampai di sana, dihentikannya unta Qashwa di tempat berbatu-batu dan orang-orang yang berjalan kaki berada di hadapannya. Beliau menghadap ke kiblat, dan senantiasa wukuf sampai matahari terbenam dan mega merah hilang. Kemudian beliau teruskan pula perjalanan dengan membonceng Usamah di belakangnya, sedang beliau sendiri memegang kendali. Beliau tarik tali kekang Unta Qashwa, hingga kepalanya hampir menyentuh bantal pelana. Beliau bersabda dengan isyarat tangannya: "Saudara-saudara, tenanglah, tenanglah." Setiap beliau sampai di bukit, beliau dikendorkannya tali unta sedikit, untuk memudahkannya mendaki. Sampai di Muzdalifah beliau salat Magrib dan Isya dengan satu kali azan dan dua ikamah tanpa salat sunah antara keduanya. Kemudian beliau tidur hingga terbit fajar. Setelah tiba waktu Subuh, beliau salat Subuh dengan satu Azan dan satu ikamah. Kemudian beliau tunggangi pula unta Qaswa meneruskan perjalanan sampai ke Masy'aril Haram. Sampai di sana beliau menghadap ke kiblat, berdo'a, takbir, tahlil dan membaca kaliamat tauhid. Beliau wukuf di sana hingga langit kekuning-kuningan dan berangkat sebelum matahari terbit sambil membonceng Fadlal bin Abbas. Fadlal adalah seorang laki-laki berambut indah dan berwajah putih. Ketika beliau berangkat, berangkat pulalah orang-orang besertanya. Fadlal menengok pada mereka, lalu mukanya ditutup oleh Rasulullah SAW dengan tangannya. Tetapi Fadlal menoleh ke arah lain untuk melihat. Rasulullah SAW pula mukanya dengan tangan lain, sehingga Fadlal mengarahkan pandangannya ke tempat lain. Sampai di tengah lembah Muhassir, dipercepatnya untanya melalui jalan tengah yang langsung menembus ke Jumratul Kubra. Sampai di Jumrah yang dekat dengan sebatang pohon, beliau melempar dengan tujuh buah batu kerikil sambil membaca takbir pada setiap lemparan. Kemudian beliau terus ke tempat penyembelihan kurban. Di sana beliau menyembelih enam puluh tiga hewan kurban dengan tangannya dan sisanya diserahkannya kepada Ali untuk menyembelihnya, yaitu hewan kurban bersama-sama dengan anggota jama'ah yang lain. Kemudian beliau suruh ambil dari setiap hewan kurban itu sepotong kecil, lalu disuruhnya masak dan kemudian beliau makan dagingnya serta beliau minum kuahnya. Sesudah itu, beliau naiki kendaraan beliau menuju ke Baitullah untuk tawaf. Beliau salat Zuhur di Makkah. Sesudah itu, beliau datangi Bani Abdul Muthalib yang sedang menimba sumur zamzam. Beliau bersabda kepada mereka: "Wahai Bani Abdul Muthalib, berilah kami minum. Kalaulah orang banyak tidak akan salah tangkap, tentu akan kutolong kamu menimba bersama-sama." Lalu mereka timbakan seember, dan beliau pun minum daripadanya. Dan telah meceritakan kepada kami Umar bin Hafsh bin Ghiyats, telah menceritakan kepada kami Bapakku, telah menceritakan kepada kami Ja'far bin Muhammad, telah menceritakan kepadaku Bapakku, ia berkata: Saya mendatangi Jabir bin Abdullah dan bertanya kepadanya tentang haji Rasulullah SAW. lalu ia pun menyebutkan hadis yang serupa dengan hadisnya Hatim bin Isma'il, dan ia menambahkan di dalamnya: Dulu orang-orang disuruh oleh Abu Sayyarah untuk menaiki Himar telanjang. Dan ketika Rasulullah SAW melewati Muzdalifah di Masy'aril Haram, orang-orang Quraisy tidak ragu sedikit pun bahwa beliau akan berhenti di situ dan akan menjadi tempat persinggahannya nanti. Namun beliau melewatinya dan tidak singgah hingga beliau sampai di Arafah dan singgah di sana. (HR. Muslim, no. 2137).

 

Hadis Ketujuh

كَذَلِكَ ثنا أَبُو مُوسَى، نا إِسْحَاقُ الْأَزْرَقُ، ثنا سُفْيَانُ الثَّوْرِيُّ، عَنْ عَبْدِ الْعَزِيزِ بْنِ رُفَيْعٍ قَالَ: سَأَلْتُ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ قُلْتُ: أَخْبِرْنِي بِشَيْءٍ، عَقَلْتَهُ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، أَيْنَ صَلَّى الظُّهْرَ يَوْمَ التَّرْوِيَةِ؟ قَالَ: بِمِنًى. قَالَ أَبُو بَكْرٍ: قُلْتُ: فَأَقَامَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَقِيَّةَ يَوْمِ التَّرْوِيَةِ بِمِنًى، وَلَيْلَةَ عَرَفَةَ، ثُمَّ غَدَاةَ عَرَفَةَ، فَسَارَ إِلَى الْمَوْقِفِ بِعَرَفَاتٍ، يَجْمَعُ بَيْنَ الظُّهْرِ وَالْعَصْرِ بِهِ، ثُمَّ سَارَ إِلَى الْمَوْقِفِ، فَوَقَفَ عَلَى الْمَوْقِفِ حَتَّى غَابَتِ الشَّمْسُ، ثُمَّ دَفَعَ حَتَّى رَجَعَ إِلَى الْمُزْدَلِفَةِ، فَجَمَعَ بَيْنَ الْمَغْرِبِ وَالْعِشَاءِ بِالْمُزْدَلِفَةِ وَبَاتَ فِيهَا حَتَّى أَصْبَحَ، ثُمَّ صَلَّى الصُّبْحَ بِالْمُزْدَلِفَةِ، وَسَارَ وَرَجَعَ إِلَى مِنًى، فَأَقَامَ بَقِيَّةَ يَوْمِ النَّحْرِ، وَيَوْمَيْنِ مِنْ أَيَّامِ التَّشْرِيقِ، وَبَعْضَ الثَّالِثِ مِنْ أَيَّامِ التَّشْرِيقِ بِمِنًى، فَلَمَّا زَالَتِ الشَّمْسُ مِنْ أَيَّامِ التَّشْرِيقِ رَمَى الْجِمَارَ الثَّلَاثَ، وَرَجَعَ إِلَى مَكَّةَ، فَصَلَّى الظُّهْرَ وَالْعَصْرَ مِنْ آخِرِ أَيَّامِ التَّشْرِيقِ، ثُمَّ الْمَغْرِبَ وَالْعِشَاءَ، ثُمَّ رَقَدَ رَقْدَةً بِالْمُحَصَّبِ، فَهَذِهِ تَمَامُ عَشَرَةِ أَيَّامٍ جَمِيعُ مَا أَقَامَ بِمَكَّةَ وَمِنًى فِي الْمَرَّتَيْنِ وَبِعَرَفَاتٍ، فَجَعَلَ أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ كُلَّ هَذَا إِقَامَةً بِمَكَّةَ، وَلَيْسَ مِنًى وَلَا عَرَفَاتٌ مِنْ مَكَّةَ، بَلْ هُمَا خَارِجَانِ مِنْ مَكَّةَ وَعَرَفَاتٌ خَارِجٌ مِنَ الْحَرَمِ أَيْضًا، فَكَيْفَ يَكُونُ مَا هُوَ خَارِجٌ مِنَ الْحَرَمِ مِنْ مَكَّةَ؟ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حِينَ ذَكَرَ مَكَّةَ وَتَحْرِيمَهَا: «إِنَّ اللَّهَ حَرَّمَ مَكَّةَ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ، فَهِيَ حَرَامٌ بِحَرَامِ اللَّهِ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ، لَا يُنْفَرُ صَيْدُهَا، وَلَا يُعْضَدُ شَجَرُهَا، وَلَا يُخْتَلَى خَلَاهَا. فَلَوْ كَانَتْ عَرَفَاتٌ مِنْ مَكَّةَ لَمْ يَحِلَّ أَنْ يُصَادَ بِعَرَفَاتٍ صَيْدٌ، وَلَا يُعْضَدُ بِهَا شَجَرٌ وَلَا يُخْتَلَى بِهَا خَلَاءٌ، وَفِي إِجْمَاعِ أَهْلِ الصَّلَاةِ عَلَى أَنَّ عَرَفَاتٍ خَارِجَةٌ مِنَ الْحَرَمِ مَا بَانَ وَثَبَتَ أَنَّهَا لَيْسَتْ مِنْ مَكَّةَ، وَإِنَّ مَا كَانَ اسْمُ مَكَّةَ يَقَعُ عَلَى جَمِيعِ الْحَرَمِ فَعَرَفَاتٌ خَارِجَةٌ مِنْ مَكَّةَ لِأَنَّهَا خَارِجَةٌ مِنَ الْحَرَمِ وَمِنًى بَايِنٌ مِنْ بِنَاءِ مَكَّةَ وَعُمْرَانِهَا، وَقَدْ يَجُوزُ أَنْ يَكُونَ اسْمُ مَكَّةَ يَقَعُ عَلَى جَمِيعِ الْحَرَمِ فَمِنًي دَاخِلٌ فِي الْحَرَمِ، وَأَحْسَبُ خَبَرَ عَائِشَةَ دَالًا عَلَى أَنَّ مَا كَانَ مِنْ وَرَاءِ الْبِنَاءِ الْمُتَّصِلِ بَعْضُهُ بِبَعْضٍ لَيْسَ مِنْ مَكَّةَ، وَكَذَلِكَ خَبَرُ ابْنُ عُمَرَ. ابن خزيمة

Artinya: Begitu juga Abu Musa menceritakan kepada kami, telah menceritakan kepada kami Ishaq Al Azraq, telah menceritakan kepada kami Sufyan Ats-Tsauri, dari Abdul Aziz bin Rafi', ia berkata, “Aku pernah bertanya kepada Anas bin Malik, 'Beritahukanlah kepadaku apa saja yang kamu ingat tentang Rasulullah SAW, dimana beliau shaiat Zuhur pada hari tarwiyah?' Ia menjawab, 'Di Mina'.'' Abu Bakar berkata, “Aku berpendapat bahwa Rasulullah tinggal di Mina pada sisa hari tarwiyah dan pada malam Arafah, kemudian di pagi harinya beliau berangkat ke Arafah dan berangkat menuju tempat wukuf di Arafah serta salat dengan menggabungkan antara Zuhur dan Asar di tempat itu, lalu menuju tempat wukuf dan melakukan wukuf di tempat wukuf tersebut sampai matahari tenggelam. Setelah itu beliau berangkat sampai tiba di Muzdalifah lalu salat Magrib dan Isya dengan menggabungkan keduanya di Muzdalifah serta bermalam di tempat tersebut sampai tiba waktu Subuh. Lalu salat Subuh di Muzdalifah, kemudian kembali ke Mina. Selanjutnya beliau tinggal pada sisa hari kurban dan dua hari dari hari- hari tasyriq serta pada sisa hari ketiga dari hari tasyriq tersebut di Mina. Ketika matahari telah tergelincir pada hari tasyriq beliau melempar ke tiga jumrah dan kembali ke Mukkah, kemudian shalat Zuhur dan Asar pada akhir dari hari tasyriq lalu salat Magrib dan Isya. Setelah itu beliau berbaring sejenak di tempat melempar jumrah, Ini adalah sepuluh hari secara keseluruhan dimana Rasulullah tinggal di Mekkah dan di Mina pada kedua kalinya dan di Arafah, Anas bin Malik menghitung semua ini sebagai waktu tinggal di Mekkah, padahal Mina dan Arafah bukanlah bagian dari kota Mekkah, bahkan keduanya berada di luar batas tanah haram Makkah dan Arafah juga berada di luar batas kota Makkah. Jadi, bagaimana mungkin daerah yang berada di luar kota Makkah menjadi bagian dari kota Makkah dan Rasulullah ketika menyebutkan tentang kota Mekkah dan pengharamannya telah bersabda, “Allah telah mengharamkan Makkah pada hari penciptaan langit dan bumi. Ia adalah tanah haram dengan pengharaman Allah sampai Hari Kiamat, diharamkan memburu binatang buruannya, diharamkan menebang pepohonannya, dan diharamkan menguasai datarannya." Seandainya Arafah bagian dari Makkah niscaya binatang buruan di Arafah haram diburu. Pepohonannya haram ditebang, dan datarannya haram dikuasai. Menurut kesepakatan kaum muslimin bahwa Arafah adalah daerah yang terletak di luar Makkah yang menjadi bukti nyata bahwa la bukan bagian dari Makkah meski penyebutan nama Makkah untuk semua tanah haram, akan tetapi Arafah bukanlah bagian darinya di luar Makkah. Sedangkan Mina jelas terdiri dari bangunan dan 'pelestarian Makkah dan penyebutan Makkah dapat dinisbatkan untuk seluruh tanah haram. Oleh karena itu, Mina termasuk bagian dari Makkah. Namun aku berpendapat bahwa hadis riwayat Aisyah berfungsi sebagai dalil yang menjelaskan bahwa semua daerah di Bahk tembok perbatasan bukan termasuk Makkah dan demikian juga di dalam hadis riwayat lbnu Umar. (HR. Ibnu Khuzaimah, no. 957).

 

C. Salat Malam Ketika Perjalanan (Safar)

Hadis berikut memuat riwayat Rasulullah melaksanakan salat malam ketika safar. Adapun hadis yang dimaksud adaah sebagai berikut.

 

Hadis Kedelapan

حَدَّثَنَا يَحْيَى بْن بُكَيْرٍ قَالَ حَدَّثَنَا اللَّيْثُ عَنْ عُقَيْلٍ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَامِرِ بْنِ رَبِيعَةَ أَنَّ عَامِرَ بْنَ رَبِيعَةَ أَخْبَرَهُ قَالَ: رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ عَلَى الرَّاحِلَةِ يُسَبِّحُ يُومِئُ بِرَأْسِهِ قِبَلَ أَيِّ وَجْهٍ تَوَجَّهَ وَلَمْ يَكُنْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصْنَعُ ذَلِكَ فِي الصَّلَاةِ الْمَكْتُوبَةِ. وَقَالَ اللَّيْثُ حَدَّثَنِي يُونُسُ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ قَالَ قَالَ سَالِمٌ كَانَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا يُصَلِّي عَلَى دَابَّتِهِ مِنْ اللَّيْلِ وَهُوَ مُسَافِرٌ مَا يُبَالِي حَيْثُ مَا كَانَ وَجْهُهُ قَالَ ابْنُ عُمَرَ وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُسَبِّحُ عَلَى الرَّاحِلَةِ قِبَلَ أَيِّ وَجْهٍ تَوَجَّهَ وَيُوتِرُ عَلَيْهَا غَيْرَ أَنَّهُ لَا يُصَلِّي عَلَيْهَا الْمَكْتُوبَةَ. البخاري

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Bukair, ia berkata: telah menceritakan kepada kami Al Laits dari 'Uqail dari Ibnu Syihab dari 'Abdullah bin 'Amir bin Rabi'ah bahwasannya 'Amir bin Rabi'ah mengabarkan kepadanya, ia berkata: “Saya pernah melihat Rasulullah SAW salat sunah di atas kendaraan beliau menghadap ke arah manasaja, dan beliau berisyarat dengan kepala beliau. Namun beliau tidak melakukan yang demikian itu dalam salat wajib.” Dan berkata Al Laits: telah menceritakan kepada saya Yunus dari Ibnu Syihab, ia berkata: Telah berkata Salim: 'Abdullah bin 'Umar RA ketika bepergian pernah salat malam diatas tunggangannya ke arah mana saja tunggangannya menghadap. berkata Ibnu 'Umar RA: "Rasulullah SAW melaksanakan salat sunah di atas tunggangan Beliau ke arah mana saja menghadap dan juga melaksanakan salat witir di atasnya. Hanya saja Beliau tidak melaksanakan yang demikian untuk salat wajib." (HR. Bukhari, no. 1034).

 

Hadis Kesembilan

حَدَّثَنَا عَبْدُ الْأَعْلَى بْنُ حَمَّادٍ قَالَ حَدَّثَنَا وُهَيْبٌ قَالَ حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ عُقْبَةَ عَنْ نَافِعٍ قَالَ: وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا يُصَلِّي عَلَى رَاحِلَتِهِ وَيُوتِرُ عَلَيْهَا وَيُخْبِرُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَفْعَلُهُ. البخاري

Artinya: Telah menceritakan kepada kami 'Abdul 'a'laa bin Hammad, ia berkata: telah menceritakan kepada kami Wuhaib, ia berkata: telah menceritakan kepada kami Musa bin 'Uqbah dari Nafi' berkata: “Dahulu Ibnu ‘Umar RA pernah salat di atas kendaraannya, dan ia salat witir di atasnya. Dan ia memberitahukan bahwa dahulu Nabi SAW melakukan yang demikian itu.” (HR. Bukhari, no. 1032).

 

D. Mengusap Khuff Ketika Perjalanan (Safar)

Hadis berikut memuat riwayat Rasulullah melaksanakan salat malam ketika safar. Adapun hadis yang dimaksud adaah sebagai berikut.

 

Hadis Kesepuluh

و حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَأَبُو كُرَيْبٍ قَالَ أَبُو بَكْرٍ حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ مُسْلِمٍ عَنْ مَسْرُوقٍ عَنْ الْمُغِيرَةِ بْنِ شُعْبَةَ قَالَ: كُنْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي سَفَرٍ، فَقَالَ: يَا مُغِيرَةُ، خُذْ الْإِدَاوَةَ. فَأَخَذْتُهَا. ثُمَّ خَرَجْتُ مَعَهُ. فَانْطَلَقَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى تَوَارَى عَنِّي فَقَضَى حَاجَتَهُ. ثُمَّ جَاءَ وَعَلَيْهِ جُبَّةٌ شَامِيَّةٌ ضَيِّقَةُ الْكُمَّيْنِ. فَذَهَبَ يُخْرِجُ يَدَهُ مِنْ كُمِّهَا فَضَاقَتْ عَلَيْهِ. فَأَخْرَجَ يَدَهُ مِنْ أَسْفَلِهَا، فَصَبَبْتُ عَلَيْهِ فَتَوَضَّأَ وُضُوءَهُ لِلصَّلَاةِ، ثُمَّ مَسَحَ عَلَى خُفَّيْهِ ثُمَّ صَلَّى. مسلم

Artinya: Dan telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah dan Abu Kuraib, Abu Bakar berkata: telah menceritakan kepada kami Abu Muawiyah dari Al-A'masy dari Muslim dari Masruq dari Al-Mughirah bin Syu'bah, dia berkata: Dahulu aku pernah bepergian bersama Nabi SAW, lalu beliau bersabda, “Hai Mughirah, ambilkan ember berisi air.” Lalu aku mengambilkannya. Kemudian aku keluar bersama beliau, lalu beliau memisahkan diri hingga tidak terlihat dariku, lalu beliau buang hajat. Kemudian beliau datang, ketika itu beliau memakai jubbah buatan Syam yang ujung lengan bajunya sempit. Kemudian beliau akan mengeluarkan tangannya dari lengan bajunya (menyingsingkannya) tetapi kesulitan, maka beliau mengeluarkan tangannya dari bawahnya (melepas bajunya). Lalu aku menuangkan air, dan beliau berwudu untuk salat dan beliau mengusap pada kedua khuff beliau. Kemudian beliau salat. (HR.Muslim, no. 406).

 

Hadis Kesebelas

و حَدَّثَنَا إِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ الْحَنْظَلِيُّ أَخْبَرَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ أَخْبَرَنَا الثَّوْرِيُّ عَنْ عَمْرِو بْنِ قَيْسٍ الْمُلَائِيِّ عَنْ الْحَكَمِ بْنِ عُتَيْبَةَ عَنْ الْقَاسِمِ بْنِ مُخَيْمِرَةَ عَنْ شُرَيْحِ بْنِ هَانِئٍ قَالَ: أَتَيْتُ عَائِشَةَ أَسْأَلُهَا عَنْ الْمَسْحِ عَلَى الْخُفَّيْنِ، فَقَالَتْ: عَلَيْكَ بِابْنِ أَبِي طَالِبٍ فَسَلْهُ، فَإِنَّهُ كَانَ يُسَافِرُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. فَسَأَلْنَاهُ. فَقَالَ: جَعَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ وَلَيَالِيَهُنَّ لِلْمُسَافِرِ، وَيَوْمًا وَلَيْلَةً لِلْمُقِيمِ. قَالَ وَكَانَ سُفْيَانُ إِذَا ذَكَرَ عَمْرًا أَثْنَى عَلَيْهِ و حَدَّثَنَا إِسْحَقُ أَخْبَرَنَا زَكَرِيَّاءُ بْنُ عَدِيٍّ عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو عَنْ زَيْدِ بْنِ أَبِي أُنَيْسَةَ عَنْ الْحَكَمِ بِهَذَا الْإِسْنَادِ مِثْلَهُ و حَدَّثَنِي زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ الْحَكَمِ عَنْ الْقَاسِمِ بْنِ مُخَيْمِرَةَ عَنْ شُرَيْحِ بْنِ هَانِئٍ قَالَ سَأَلْتُ عَائِشَةَ عَنْ الْمَسْحِ عَلَى الْخُفَّيْنِ فَقَالَتْ ائْتِ عَلِيًّا فَإِنَّهُ أَعْلَمُ بِذَلِكَ مِنِّي فَأَتَيْتُ عَلِيًّا فَذَكَرَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمِثْلِهِ. مسلم

Artinya: Dan telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Ibrahim Al-Hanzhali, telah mengabarkan kepada kami Abdurrazzaq, telah mengabarkan kepada kami Ats-Tsauri dari Amru bin Qais Al-Mula'i dari Al-Hakam bin Utaibah dari Al-Qasim bin Mukhaimirah dari Syuraih bin Hani' dia berkata: Aku datang kepada ‘Aisyah untuk bertanya tentang mengusap dua khuff (sepatu yang menutupi mata kaki), maka ‘Aisyah berkata, “Datanglah kepada ‘Ali bin Abi Thalib, tanyakanlah kepadanya, karena ia biasa musafir bersama Rasulullah SAW.” Maka kami bertanya kepadanya, lalu ‘Ali menjawab, “Rasulullah SAW menentukan tiga hari tiga malam (boleh tidak membuka khuff) bagi musafir, dan sehari semalam bagi orang yang mukim.” Syuraih berkata: "Jika Sufyan menyebutkan nama Amru niscaya dia memujinya." Dan telah menceritakan kepada kami Ishaq, telah mengabarkan kepada kami Zakariya' bin Adi dari Ubaidullah bin Amru dari Zaid bin Abu Unaisah dari Al-Hakam dengan sanad ini semisalnya." Dan telah menceritakan kepada kami Zuhair bin Harb, telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah dari Al-A'masy dari Al-Hakam dari Al-Qasim bin Mukhaimirah dari Syuraih bin Hani' dia berkata: "Aku bertanya kepada Aisyah tentang mengusap bagian atas dua khuf, maka dia berkata: 'Datanglah kepada Ali, karena dia lebih mengetahui tentang hal tersebut daripadaku. Maka aku mendatangi Ali, lalu dia menyebutkan dari Nabi SAW seperti hadis tersebut." (HR. Muslim, no. 414).

 

E. Tayamum Ketika Perjalanan (Safar)

Terdapat berbagai riwayat yang memaparkan tentang tayamum ketika safar. Adapun berbagai riwayat yang ada adalah sebagai berikut.

 

Hadis Keduabelas

حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى قَالَ قَرَأْتُ عَلَى مَالِكٍ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ الْقَاسِمِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَائِشَةَ أَنَّهَا قَالَتْ: خَرَجْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي بَعْضِ أَسْفَارِهِ حَتَّى إِذَا كُنَّا بِالْبَيْدَاءِ (أَوْ بِذَاتِ الْجَيْشِ) انْقَطَعَ عِقْدٌ لِي، فَأَقَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى الْتِمَاسِهِ. وَأَقَامَ النَّاسُ مَعَهُ وَلَيْسُوا عَلَى مَاءٍ وَلَيْسَ مَعَهُمْ مَاءٌ. فَأَتَى النَّاسُ إِلَى أَبِي بَكْرٍ فَقَالُوا: أَلَا تَرَى إِلَى مَا صَنَعَتْ عَائِشَةُ؟ أَقَامَتْ بِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَبِالنَّاسِ مَعَهُ وَلَيْسُوا عَلَى مَاءٍ وَلَيْسَ مَعَهُمْ مَاءٌ. فَجَاءَ أَبُو بَكْرٍ وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَاضِعٌ رَأْسَهُ عَلَى فَخِذِي قَدْ نَامَ. فَقَالَ: حَبَسْتِ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالنَّاسَ وَلَيْسُوا عَلَى مَاءٍ وَلَيْسَ مَعَهُمْ مَاءٌ. قَالَتْ فَعَاتَبَنِي أَبُو بَكْرٍ. وَقَالَ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَقُولَ، وَجَعَلَ يَطْعُنُ بِيَدِهِ فِي خَاصِرَتِي، فَلَا يَمْنَعُنِي مِنْ التَّحَرُّكِ إِلَّا مَكَانُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى فَخِذِي. فَنَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى أَصْبَحَ عَلَى غَيْرِ مَاءٍ. فَأَنْزَلَ اللَّهُ آيَةَ التَّيَمُّمِ، فَتَيَمَّمُوا. فَقَالَ أُسَيْدُ بْنُ الْحُضَيْرِ (وَهُوَ أَحَدُ النُّقَبَاءِ) مَا هِيَ بِأَوَّلِ بَرَكَتِكُمْ يَا آلَ أَبِي بَكْرٍ. فَقَالَتْ عَائِشَةُ: فَبَعَثْنَا الْبَعِيرَ الَّذِي كُنْتُ عَلَيْهِ، فَوَجَدْنَا الْعِقْدَ تَحْتَهُ. مسلم

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya, ia berkata: "Saya membaca di hadapan Malik dari Abdurrahman bin Al-Qasim dari Bapaknya (Al-Qasim bin Muhammad bin Abi Bakar Ash-Shiddiq) dari Aisyah RA bahwa ia berkata: Kami pernah keluar bersama Rasulullah SAW dalam suatu perjalanan beliau. Ketika sampai di Baidaa’ (atau Dzaatul Jaisy), kalungku putus. Maka Rasulullah SAW berhenti lalu mencarinya, dan orang-orang pun ikut mencarinya, dan mereka berada di tempat yang tidak ada air, dan merekapun tidak mempunyai air. Kemudian orang-orang mendatangi Abu Bakar, lalu berkata, “Tidakkah kamu melihat apa yang diperbuat ‘Aisyah? Ia menghentikan Rasulullah SAW dan orang-orang yang bersama beliau, dan mereka berada di tempat yang tidak ada air, dan merekapun tidak mempunyai air?” Kemudian Abu Bakar mendatangiku, sedangkan Rasulullah SAW tidur dengan meletakkan kepala beliau di atas pahaku. Abu Bakar berkata, “Kamu telah menahan Rasulullah SAW dan orang-orang yang bersama beliau, dan mereka berada di tempat yang tidak ada air, dan merekapun tidak mempunyai air.” Ia mencelaku dan berkata Maasyaa-Allooh perkataan yang banyak sekali, lalu tangan Abu Bakar menyodok pinggangku, dan tidak ada yang menahanku bergerak kecuali karena Rasulullah SAW berada di atas pahaku. Beliau tidur sampai pagi tanpa ada air sedikitpun. Kemudian Allah menurunkan ayat tentang tayamum, lalu mereka bertayamum.” Sehubungan dengan itu Usaid bin Hudlair (salah seorang pemimpin) berkata, “Itu bukanlah baru yang pertama kali berkah lantaran kalian, wahai keluarga Abu Bakar.” ‘Aisyah berkata, “Kemudian kami mencari unta yang aku kendarai, maka kami temukan kalung itu di bawahnya.” (HR. Muslim, no. 550).

 

Hadis Ketigabelas

حَدَّثَنَا آدَمُ قَالَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ حَدَّثَنَا الْحَكَمُ عَنْ ذَرٍّ عَنْ سَعِيدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبْزَى عَنْ أَبِيهِ قَالَ: جَاءَ رَجُلٌ إِلَى عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ فَقَالَ: إِنِّي أَجْنَبْتُ فَلَمْ أُصِبْ الْمَاءَ؟ فَقَالَ عَمَّارُ بْنُ يَاسِرٍ لِعُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ: أَمَا تَذْكُرُ أَنَّا كُنَّا فِي سَفَرٍ أَنَا وَأَنْتَ، فَأَمَّا أَنْتَ فَلَمْ تُصَلِّ، وَأَمَّا أَنَا فَتَمَعَّكْتُ فَصَلَّيْتُ. فَذَكَرْتُ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّمَا كَانَ يَكْفِيكَ هَكَذَا. فَضَرَبَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِكَفَّيْهِ الْأَرْضَ وَنَفَخَ فِيهِمَا ثُمَّ مَسَحَ بِهِمَا وَجْهَهُ وَكَفَّيْهِ. البخاري

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Adam, ia berkata: telah menceritakan kepada kami Syu'bah, ia berkata: telah menceritakan kepada kami Al Hakam dari Dzar dari Sa'id bin 'Abdurrahman bin Abza dari Bapaknya berkata: Seorang laki-laki datang kepada ‘Umar bin Khaththab, lalu ia bertanya, “Sesungguhnya aku berjunub dan aku tidak mendapati air (bagaimana aku harus berbuat)?” (Maka ‘Umar menjawab, “Kamu jangan salat).” Lalu ‘Ammaar bin Yaasir berkata kepada ‘Umar bin Khaththab, “Apakah engkau tidak ingat (hai Amiirul Mu’miniin), ketika dulu kita dalam musafir, saya dan engkau (berjunub, dan kita tidak mendapatkan air)? Adapun engkau, engkau tidak salat, sedangkan aku, lalu aku berguling di tanah, kemudian aku salat.” Lalu yang demikian itu aku ceritakan kepada Nabi SAW. Kemudian Nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya cukup bagimu demikian.” Kemudian Nabi SAW menepukkan kedua tangan beliau ke tanah, kemudian meniupnya, kemudian mengusapkannya ke wajah beliau dan kedua tangan beliau sampai pergelangan.” (HR. Bukhari, no. 326).

 

Hadis Keempatbelas

حَدَّثَنَا ابْنُ الْمُثَنَّى أَخْبَرَنَا وَهْبُ بْنُ جَرِيرٍ أَخْبَرَنَا أَبِي قَالَ سَمِعْتُ يَحْيَى بْنَ أَيُّوبَ يُحَدِّثُ عَنْ يَزِيدَ بْنِ أَبِي حَبِيبٍ عَنْ عِمْرَانَ بْنِ أَبِي أَنَسٍ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ جُبَيْرٍ الْمِصْرِيِّ عَنْ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ قَالَ: احْتَلَمْتُ فِي لَيْلَةٍ بَارِدَةٍ فِي غَزْوَةِ ذَاتِ السُّلَاسِلِ فَأَشْفَقْتُ إِنْ اغْتَسَلْتُ أَنْ أَهْلِكَ، فَتَيَمَّمْتُ. ثُمَّ صَلَّيْتُ بِأَصْحَابِي الصُّبْحَ. فَذَكَرُوا ذَلِكَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. فَقَالَ: يَا عَمْرُو، صَلَّيْتَ بِأَصْحَابِكَ وَأَنْتَ جُنُبٌ؟ فَأَخْبَرْتُهُ بِالَّذِي مَنَعَنِي مِنْ الِاغْتِسَالِ، وَقُلْتُ: إِنِّي سَمِعْتُ اللَّهَ يَقُولُ: { وَلَا تَقْتُلُوا أَنْفُسَكُمْ، إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيمًا }. فَضَحِكَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلَمْ يَقُلْ شَيْئًا. قَالَ أَبُو دَاوُد عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ جُبَيْرٍ مِصْرِيٌّ مَوْلَى خَارِجَةَ بْنِ حُذَافَةَ وَلَيْسَ هُوَ ابْنُ جُبَيْرِ بْنِ نُفَيْرٍ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ سَلَمَةَ الْمُرَادِيُّ أَخْبَرَنَا ابْنُ وَهْبٍ عَنْ ابْنِ لَهِيعَةَ وَعَمْرِو بْنِ الْحَارِثِ عَنْ يَزِيدَ بْنِ أَبِي حَبِيبٍ عَنْ عِمْرَانَ بْنِ أَبِي أَنَسٍ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ جُبَيْرٍ عَنْ أَبِي قَيْسٍ مَوْلَى عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ أَنَّ عَمْرَو بْنَ الْعَاصِ كَانَ عَلَى سَرِيَّةٍ وَذَكَرَ الْحَدِيثَ نَحْوَهُ قَالَ فَغَسَلَ مَغَابِنَهُ وَتَوَضَّأَ وُضُوءَهُ لِلصَّلَاةِ ثُمَّ صَلَّى بِهِمْ فَذَكَرَ نَحْوَهُ وَلَمْ يَذْكُرْ التَّيَمُّمَ قَالَ أَبُو دَاوُد وَرَوَى هَذِهِ الْقِصَّةَ عَنْ الْأَوْزَاعِيِّ عَنْ حَسَّانَ بْنِ عَطِيَّةَ قَالَ فِيهِ فَتَيَمَّمَ. أبي داود

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Ibnu Al Mutsanna, telah mengabarkan kepada kami Wahb bin Jarir, telah mengabarkan kepada kami Bapakku, dia berkata: Saya telah mendengar Yahya bin Ayyub menceritakan hadis dari Yazid bin Abi Habib dari Imran bin Abi Anas dari Abdurrahman bin Jubair Al Mishri dari Amru bin Al 'Ash dia berkata: “Ketika perang Dzaatus Salaasil pada suatu malam yang sangat dingin, saya bermimpi (sampai keluar mani), lalu jika saya mandi takut binasa, maka saya bertayamum. Kemudian saya salat Subuh mengimami kawan-kawan saya. (Setelah tiba di Madinah) mereka menceritakan hal itu kepada Nabi SAW. Kemudian Nabi SAW bertanya, "Hai 'Amr, mengapa kamu mengimami salat kawan-kawanmu dalam keadaan junub?" Lalu saya beritahukan kepada beliau alasan yang menghalangiku untuk mandi. Saya berkata, "Sesungguhnya saya mendengar Allah berfirman (yang artinya) "Dan janganlah kalian membunuh diri-diri kalian. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepada kalian. (An-Nisaa' : 29),” Kemudian Rasulullah SAW tertawa dan tidak mengatakan sesuatupun." Abu Dawud berkata: Abdurrahman bin Jubair Al Mishri adalah mantan sahaya Kharijah bin Hudzafah, dan dia bukanlah Jubair bin Nufair. Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Salamah Al Muradi, telah mengabarkan kepada kami Ibnu Wahb dari Ibnu Lahi'ah dan Amru bin Al Harits dari Yazid bin Abi Habib dari Imran bin Abi Anas dari Abdurrahman bin Jubair dari Abu Qais, mantan sahaya Amru bin Al 'Ash bahwasanya Amru bin Al 'Ash pernah diutus pada suatu peperangan yang tidak diikuti Rasulullah SAW. Kemudian dia meyebutkan hadis semisal di atas, dia menyebutkan: Dia membasuh bagian-bagian lipatan tubuhnya dan berwudu kemudian salat dengan mereka, lalu dia menyebutkan semisalnya tanpa menyebutkan perihal tayamum. (HR.  Abu Dawud, no. 283).

 

F. Salat Sepulang Perjalanan (Safar)

Terdapat riwayat yang menerangkan bahwa Rasulullah bila datang dari berpergian, beliau masuk masjid lalu salat dua rakaat. Hadis yang memuat riwayat tersebut adalah sebagai berikut.

 

Hadis Kelimabelas

حَدَّثَنَا ابْنُ السَّرْحِ أَخْبَرَنَا ابْنُ وَهْبٍ أَخْبَرَنِي يُونُسُ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ قَالَ أَخْبَرَنِي عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ كَعْبِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ كَعْبٍ قَالَ سَمِعْتُ كَعْبَ بْنَ مَالِكٍ قَالَ: كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَدِمَ مِنْ سَفَرٍ بَدَأَ بِالْمَسْجِدِ فَرَكَعَ فِيهِ رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ جَلَسَ لِلنَّاسِ. وَقَصَّ ابْنُ السَّرْحِ الْحَدِيثَ قَالَ وَنَهَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمُسْلِمِينَ عَنْ كَلَامِنَا أَيُّهَا الثَّلَاثَةُ حَتَّى إِذَا طَالَ عَلَيَّ تَسَوَّرْتُ جِدَارَ حَائِطِ أَبِي قَتَادَةَ وَهُوَ ابْنُ عَمِّي فَسَلَّمْتُ عَلَيْهِ فَوَاللَّهِ مَا رَدَّ عَلَيَّ السَّلَامَ ثُمَّ صَلَّيْتُ الصُّبْحَ صَبَاحَ خَمْسِينَ لَيْلَةً عَلَى ظَهْرِ بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِنَا فَسَمِعْتُ صَارِخًا يَا كَعْبَ بْنَ مَالِكٍ أَبْشِرْ فَلَمَّا جَاءَنِي الَّذِي سَمِعْتُ صَوْتَهُ يُبَشِّرُنِي نَزَعْتُ لَهُ ثَوْبَيَّ فَكَسَوْتُهُمَا إِيَّاهُ فَانْطَلَقْتُ حَتَّى إِذَا دَخَلْتُ الْمَسْجِدَ فَإِذَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَالِسٌ فَقَامَ إِلَيَّ طَلْحَةُ بْنُ عُبَيْدِ اللَّهِ يُهَرْوِلُ حَتَّى صَافَحَنِي وَهَنَّأَنِي. ابو داود

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Ibnu As Sarh, telah mengabarkan kepada kami Ibnu Wahb, telah mengabarkan kepadaku Yunus dari Ibnu Syihab ia berkata: telah mengabarkan kepadaku Abdurrahman bin Abdullah bin Ka'b bin Malik, bahwa Abdullah bin Ka'b berkata: Aku mendengar Ka'b bin Malik, beliau berkata: “Dahulu Nabi SAW apabila datang dari bepergian, beliau masuk ke masjid, lalu salat dua rakaat di dalamnya, kemudian beliau duduk untuk melayani orang-orang. Ibnu As Sarh berkata: dan Rasulullah SAW melarang orang-orang muslim untuk berbicara dengan kami bertiga. Hingga tatkala hal tersebut terasa lama bagiku, aku menaiki dinding kebun Abu Qatadah, ia adalah anak pamanku. Kemudian aku mengucapkan salam kepadanya. Demi Allah, ia tidak membalas salamku. Kemudian aku melakukan Salat Subuh pada hari kelima puluh, di atas rumah diantara rumah-rumah kami. Kemudian aku mendengar seseorang berteriak: "Wahai Ka'b bin Malik, bergembiralah." Kemudian tatkala orang yang aku dengar suaranya untuk memberikan kabar gembira telah datang kepadaku, maka aku lepaskan pakaianku dan aku berikan kepadanya. Kemudian aku pergi hingga tatkala aku memasuki masjid, ternyata Rasulullah SAW sedang duduk. Kemudian Thalhah berdiri untuk menyambutku dengan berlari-lari kecil, hingga ia menyalami dan mengucapkan selamat kepadaku. (HR. Abu Dawud, no. 2392).

Keterangan: Nabi SAW salat dua rakaat ini bisa juga karena pulang dari safar, bisa juga salat Duha (karena waktu itu waktu duha), dan bisa juga salat tahiyatul masjid karena beliau masuk masjid. Wallahu a’lam.

 

G. Salat Jamak di Kota Sendiri

Ada riwayat yang menerangkan bahwa Rasulullah pernah melakukan salat jamak di kota sendiri. Adapun riwayat yang dimaksud adalah sebagai berikut.

 

Hadis Keenambelas

و حَدَّثَنِي أَبُو الرَّبِيعِ الزَّهْرَانِيُّ حَدَّثَنَا حَمَّادٌ عَنْ الزُّبَيْرِ بْنِ الْخِرِّيتِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ شَقِيقٍ قَالَ: خَطَبَنَا ابْنُ عَبَّاسٍ يَوْمًا بَعْدَ الْعَصْرِ حَتَّى غَرَبَتْ الشَّمْسُ وَبَدَتْ النُّجُومُ، وَجَعَلَ النَّاسُ يَقُولُونَ: الصَّلَاةَ، الصَّلَاةَ. قَالَ: فَجَاءَهُ رَجُلٌ مِنْ بَنِي تَمِيمٍ لَا يَفْتُرُ وَلَا يَنْثَنِي: الصَّلَاةَ، الصَّلَاةَ. فَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ: أَتُعَلِّمُنِي بِالسُّنَّةِ؟ لَا أُمَّ لَكَ! ثُمَّ قَالَ: رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَمَعَ بَيْنَ الظُّهْرِ وَالْعَصْرِ، وَالْمَغْرِبِ وَالْعِشَاءِ. قَالَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ شَقِيقٍ: فَحَاكَ فِي صَدْرِي مِنْ ذَلِكَ شَيْءٌ، فَأَتَيْتُ أَبَا هُرَيْرَةَ فَسَأَلْتُهُ، فَصَدَّقَ مَقَالَتَهُ. مسلم

Artinya: Dan telah menceritakan kepadaku Abu Rabi' Az Zahrani, telah menceritakan kepada kami Hammad dari Zubair bin Khirrit dari Abdullah bin Syaqiq katanya: “Pada suatu hari setelah ‘Asar, Ibnu ‘Abbas berkhotbah di hadapan kami hingga matahari terbenam dan muncullah bintang-bintang. Orang-orang sama berkata, “Salat, salat.” Kemudian datanglah seorang laki-laki dari Bani Tamim yang lugu dan bersahaja seraya berkata, “Salat, salat.” Ibnu ‘Abbas berkata, “Apakah kamu akan mengajariku tentang sunah? Celaka kamu.” Kemudian Ibnu ‘Abbas berkata, “Aku pernah melihat Rasulullah SAW menjamak antara salat Zuhur dan ‘Asar, Magrib dan ‘Isya.” ‘Abdullah bin Syaqiq berkata, “Aku masih ragu tentang hal itu, lalu aku datang kepada Abu Hurairah untuk menanyakan hal itu, dan ternyata ia membenarkan apa yang dikatakan Ibnu ‘Abbas itu.” (HR. Muslim, no. 1154).

 

Hadis Ketujuhbelas

و حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَأَبُو كُرَيْبٍ قَالَا حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ ح و حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْبٍ وَأَبُو سَعِيدٍ الْأَشَجُّ وَاللَّفْظُ لِأَبِي كُرَيْبٍ قَالَا حَدَّثَنَا وَكِيعٌ كِلَاهُمَا عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ حَبِيبِ بْنِ أَبِي ثَابِتٍ عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: جَمَعَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَيْنَ الظُّهْرِ وَالْعَصْرِ وَالْمَغْرِبِ وَالْعِشَاءِ بِالْمَدِينَةِ فِي غَيْرِ خَوْفٍ وَلَا مَطَرٍ. فِي حَدِيثِ وَكِيعٍ قَالَ قُلْتُ لِابْنِ عَبَّاسٍ لِمَ فَعَلَ ذَلِكَ قَالَ كَيْ لَا يُحْرِجَ أُمَّتَهُ وَفِي حَدِيثِ أَبِي مُعَاوِيَةَ قِيلَ لِابْنِ عَبَّاسٍ مَا أَرَادَ إِلَى ذَلِكَ قَالَ أَرَادَ أَنْ لَا يُحْرِجَ أُمَّتَهُ. مسلم

Artinya: Dan telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah dan Abu Kuraib, keduanya berkata: telah menceritakan kepada kami Abu Muawiyah. Dan diriwayatkan dari jalur lain, telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib dan Abu Said Al Asyajj sedangkan lafalnya milik Abu Kuraib, keduanya berkata: telah menceritakan kepada kami Waki', keduanya dari Al A'masy dari Habib bin Abu Tsabit dari Said bin Jubair dari Ibnu Abbas katanya: Rasulullah SAW pernah menjamak antara salat Zuhur dan ‘Asar, Magrib dan ‘Isya di Madinah, bukan karena takut dan bukan karena hujan.” Dalam hadis Waki', katanya: aku tanyakan kepada Ibnu Abbas: "Mengapa beliau lakukan hal itu?" Dia menjawab: "Beliau ingin supaya tidak memberatkan umatnya." (HR. Muslim, no. 1151).

Keterangan: Terkait salat jamak ketika takut atau salat jamak ketika hujan (jamak mathar) merupakan persangkaan atau dugaan sahabat. Hal tersebut tidak dirinci secara jalas apakah salat jamak yang dilakukan Rasulullah itu benar-benar karena takut atau karena hujan. Wallahu a’lam.

 

Hadis Kedelapanbelas

وَأَخْبَرَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ الْحَارِثِ الْفَقِيهُ، أنبأ أَبُو مُحَمَّدِ بْنُ حَيَّانَ أَبُو الشَّيْخِ الأَصْبَهَانِيُّ، ثنا مُحَمَّدُ بْنُ الْعَبَّاسِ، ثنا بُنْدَارٌ، ثنا بِشْرُ بْنُ عُمَرَ، ثنا سُلَيْمَانُ بْنُ بِلالٍ، ثنا هِشَامُ بْنُ عُرْوَةَ، أَنَّ أَبَاهُ عُرْوَةَ، وَسَعِيدَ بْنَ الْمُسَيِّبِ، وَأَبَا بَكْرِ بْنَ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ الْحَارِثِ بْنِ هِشَامِ بْنِ الْمُغِيرَةِ الْمَخْزُومِيَّ، كَانُوا يَجْمَعُونَ بَيْنَ الْمَغْرِبِ وَالْعِشَاءِ فِي اللَّيْلَةِ الْمَطِيرَةِ، إِذَا جَمَعُوا بَيْنَ الصَّلاتَيْنِ وَلا يُنْكِرُونَ ذَلِكَ. البيهقي

Artinya: Telah mengabarkan kepada kami Abu Bakr bin Al Harits Al Faqih, telah menceritakan kepada kami Abu Muhammad bin Hayyan Abu Asy Syaikh Al Ashbahaniy, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al ‘Abbas, telah menceritakan kepada kami Bundar, telah menceritakan kepada kami Bisyr bin Umar, telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Bilal, telah menceritakan kepada kami Hasyim bin Urwah, bahwasanya sesungguhnya Bapaknya (Urwah), Sa’id bin Al Musayyib, dan Abu Bakar bin Abdur Rahman bin Al Harits bin Hisyam bin Al Mughirah Al Makhzumi biasa menjamak salat Magrib dan Isya pada malam yang hujan apabila imam menjamaknya. Dan mereka tidak mengingkari hal tersebut.” (HR. Al Baihaqi dalam Sunan Al Kubra, no. 5123).

Keterangan: Salat jamak ketika hujan di malam hari sebagaimana perbuatan Urwah, Sa’id bin Al Musayyib, dan Abu Bakar bin Abdur Rahman bin Al Harits bin Hisyam bin Al Mughirah Al Makhzumi tidak diterangkan bersandar pada perbuatan Nabi SAW.

 

H. Penjelasan Singkat

Sebagaimana yang diterangkan di awal tulisan ini, arti jamak adalah mengumpulkan. Salat jamak adalah dua salat yang bersekutu waktunya (sama-sama siang atau malam) dari salat fardu, yang dikerjakan dalam satu waktu. Secara singkatnya, salat jamak yaitu mengumpulkan dua salat fardu dan dikerjakan dalam satu waktu. Salat yang boleh dijamak adalah salat Zuhur dengan Asar, dan Magrib dengan Isya. Salat jamak ada 2 (dua) macam, yaitu: jamak taqdim dan jamak takhir. Salat jamak taqdim ialah melakukan salat Zuhur dan Asar pada waktu Zuhur atau melakukan salat Magrib dan Isya pada waktu Magrib. Kemudian salat jamak takhir ialah melakukan salat Zuhur dan Asar pada waktunya salat Asar atau melakukan salat Magrib dan Isya pada waktu salat Isya. Salat jamak bisa dilaksanakan dengan satu azan dan dua ikamah. Hal tersebut sebagaimana hadis riwayat Muslim nomor 2137 dan hadis riwayat Ibnu Khuzaimah nomor 957. Selain itu, ketika safar dapat juga melaksanakan salat malam sebagaimana hadis riwayat Bukhari nomor 1034 dan hadis riwayat Bukhari nomor 1032. Ada beberapa rukhsah ketika safar terkait salat jamak, diantaranya adalah sebagai berikut.

1. Rukhsah ketika safar dapat mengusap khuff. Hal tersebut sebagaimana hadis riwayat Muslim nomor 406 dan hadis riwayat Muslim nomor 414.

2. Tayamum ketika perjalanan (safar). Hal tersebut sebagaimana hadis riwayat  Muslim nomor 550, hadis riwayat Bukhari nomor 326, dan hadis riwayat Abu Dawud nomor 283.

Terkait salat sepulang perjalanan, Nabi SAW salat dua rakaat ini bisa juga karena pulang dari safar, bisa juga salat Duha (karena waktu itu waktu duha), dan bisa juga salat tahiyatul masjid karena beliau masuk masjid. Sementara itu, salat jamak di kota sendiri merupakan perkataan Ibnu Abbas tentang perbuatan Rasulullah menjamak salat di kota sendiri. Terkait salat jamak ketika takut atau salat jamak ketika hujan (jamak mathar) merupakan persangkaan sahabat. Hal tersebut tidak dirinci secara jalas apakah salat jamak yang dilakukan Rasulullah itu benar-benar karena takut atau karena hujan. Oleh karena itu, penulis lebih condong bahwa persangkaan atau dugaan sahabat tersebut belum cukup menjadikannya penyebab kuat dilaksanakannya salat jamak. Hal itu juga didukung dengan tidak ada dalil sharih dari Nabi tentang salat jamak karena takut atau salat jamak ketika hujan (jamak mathar). Adapun salat jamak ketika hujan di malam hari sebagaimana perbuatan Urwah, Sa’id bin Al Musayyib, dan Abu Bakar bin Abdur Rahman bin Al Harits bin Hisyam bin Al Mughirah Al Makhzumi tidak diterangkan bersandar pada perbuatan Nabi SAW. Selain itu, hendaknya kita tidak bermudah-mudah dalam menjamak salat ketika hadlar (mukim). Wallahu a’lam bishshawwab.

 

Demikianlah berbagai dalil ataupun pelajaran yang bisa menjadi acuan kita dalam ibadah salat. Dalil yang kita gunakan untuk beribadah adalah dalil dari Al-Qur’an yang sudah pasti benar dan/ atau hadis shahih atau setidaknya hasan lidzatihi. Adapun selain dalil yang ada, tidak menutup kemungkinan terdapat dalil yang shahih maupun sharih lainnya yang bisa kita gunakan sebagai landasan hukum ibadah. Semoga kita semuanya mampu melaksanakan salat berjamaah dengan baik dan benar sebagai upaya kita meraih kesempurnaan amal salih. Aamiin.