Sunday, December 15, 2019

Kultum: Bersegera Dalam Beramal



Maasyiral muslimin wal muslimat rahimakumullah.

Kita hidup di dunia ini merupakan anuerah. Namun perlu diingat bahwa kita tidaklah hidup selamanya. Sebab kita tahu bahwa setiap yang bernyawa pastilah akan mengalami mati. Kemudian kita mengimani bahwa ada kehidupan selanjutnya setelah manusia itu mengalami mati. Kehidupan yang akan datang ditentukan oleh bagaimana manusia hidup di dunia ini. Amal shalih manusia akan menghantarkan kita ke surga, sedangkan perbuatan zalim justru menggiring manusia ke neraka. Oleh sebab itu, sebagai wujud syukur kita yang telah diijinkan hidup di dunia ini adalah dengan menggunakan segala nikmat dengan sebaik-baiknya, termasuk nikmat waktu yang diberikan Allah sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah SWT.  

Maasyiral muslimin wal muslimat rahimakumullah.

Waktu kita hidup di dunia ini terbatas, maka perlu memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Demi masa, sungguh manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran. Oleh karenanya, Rasulullah telah menyampaikan pelajaran agar manusia bersegera beramal. Termaktub dalam hadis Rasulullah berikut:

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رض اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: بَادِرُوْا بِاْلاَعْمَالِ سَبْعًا: هَلْ تَنْظُرُوْنَ اِلاَّ فَقْرًا مُنْسِيًا، اَوْ غِنًى مُطْغِيًا، اَوْ مَرَضًا مُفْسِدًا، اَوْ هَرَمًا مُنْفِدًا اَوْ مَوْتًا مُجْهِزًا، اَوِ الدَّجَّالَ، فَشَرُّ غَائِبٍ يُنْتَظَرُ، اَوِ السَّاعَةَ فَالسَّاعَةُ اَدْهَى وَ اَمَرُّ. الترمذى و قال: حديث حسن
Dari Abu Hurairah RA, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Bersegeralah kalian untuk beramal sebelum datangnya tujuh hal: (1) Tidaklah kamu menunggu kecuali kemelaratan yang melupakan; atau (2) kekayaan yang menyebabkan melampaui batas; atau (3) sakit yang merusakkan; atau (4) tua yang melemahkan pikiran; atau (5) mati yang datangnya tak terduga; atau (6) dajjal (penipu), yaitu seburuk-buruk yang ditunggu; atau (7) hari kiamat, karena hari kiaamat itu sangat dahsyat lagi pahit” [HR. Tirmidzi, ia berkata hadis hasan].

Melalui hadis riwayat Tirmidzi tadi bisa kita ketahui bahwa kita semestinya beramal salih sebelum datangnya tujuh hal (بَادِرُوْا بِاْلاَعْمَالِ سَبْعًا). Kita sebisa mungkin memanfaatkan waktu yang kita punya sebelum datangnya tujuh hal yang dimaksud. Oleh karenanya, mari kita telaah satu per satu.
1.      Tidaklah kamu menunggu kecuali kemelaratan yang melupakan
(هَلْ تَنْظُرُوْنَ اِلاَّ فَقْرًا مُنْسِيًا)
Ada kalanya kehidupan ini berubah secara drastis. Waktu dulu memiliki kekayaan yang berlebih, tetapi digunakan untuk hal yang sia-sia dan bahkan tidak ada nilai kebaikan di hadapan Allah. Banyak sekali orang yang kelebihan harta hingga lepas kendali. Harta yang berlebih itu digunakan untuk bermaksiat, ada yang digunakan untuk membeli minum-minuman keras, ada yang digunakan untuk berjudi, ada yang digunakan untuk menyewa jasa prostitusi. Ditambah lagi dengan kecanggihan teknologi sehingga semua itu bisa dilakukan hanya dengan ponsel. Oleh karenanya, jangan sampai kita seorang muslim yang taat itu keblinger hanya karena harta. Marilah menggunakan kekayaan itu untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.  
2.      Atau kekayaan yang menyebabkan melampaui batas (اَوْ غِنًى مُطْغِيًا)
Kekayaan adalah salah satu anugerah Allah yang diberikan kepada makhluk-Nya. Allah memberi kekayaan kepada seluruh manusia, baik manusia itu seorang muslim atau non muslim. Seorang muslim hendaknya menggunakan kekayaannya demi fii sabilillah. Sebab tidak semua seorang muslim itu memiliki harta yang berlebih. Akan menjadi suatu pemberat timbangan apabila seorang muslim yang memberikan hartanya demi fii sabilillah. Seorang muslim yang kaya mampu menunaikan zakat, berinfak, sedekah kepada yang membutuhkan, bahkan menunaikan ibadah haji. Oleh karenanya, kita yang diberi titipan harta kekayaan oleh Allah SWT itu suatu keberuntungan.
3.      Atau sakit yang merusakkan (اَوْ مَرَضًا مُفْسِدًا)
Sebagai manusia biasa tentunya tidak lepas dari sakit. Terlebih-lebih di masa-masa sekarang ini banyak sekali penyakit yang bermunculan. Selain itu juga ada penyakit yang tidak ada obatnya, yaitu tua. Tentunya sebelum masa sakit itu datang, kita memanfaatkan masa sehat kita untuk beramal salih. Sebab bila sudah terbaring di rumah sakit dan tidak bisa lagi melakukan aktivitas seperti biasa, bagaimana kita mau beramal salih? Mau salat saja mesti berbaring, puasa juga sudah tidak memungkinkan, bahkan kesulitan juga menunaikan ibadah haji ataupun umrah. Maka marilah kita gunakan masa sehat kita untuk beribadah semaksimal mungkin. Mumpung masih sempat dan masih mampu, mari kita upayakan.  
4.      Atau tua yang melemahkan pikiran (اَوْ هَرَمًا مُنْفِدًا)
Manusia di dunia ini semakin lama semakin tua. Manusia di dunia ini tidaklah selamanya muda. Ketika muda, raga ini masih segar, fresh, masih kuat, masih ganteng-ganteng, gagah-gagah, cantik-cantik. Namun perlu diingat bahwa semua itu hanyalah sementara. Tidak pantas kita menyombongkan semuanya itu. Toh, pada akhirnya fisik yang disombongkan saat ini, kelak akan menua juga. Kulit akan mengeriput, mata akan semakin rabun, pendengaran akan berkurang, dan bahkan mengalami kepikunan. Oleh sebab itu, anugerah Allah yang berupa keelokan fisik kita saat muda jangan jadikan sebagai suatu kesombongan, tetapi sebagai sarana bersyukur kepada Allah yang telah menganugerahi fisik yang lengkap. Marilah kita gunakan masa-masa kita hidup di dunia ini sebagai sarana beribadah kepada Allah SWT.
5.      Atau mati yang datangnya tak terduga (اَوْ مَوْتًا مُجْهِزًا)
Kita sebagai umat muslim yang hidup di Indonesia mestinya menambah syukur kita. Sebab kita hidup di negeri yang damai dan tidak ada konflik. Kita bersukur hidup di negeri Indonesia ini yang leluasa setap harinya beribadah salat lima waktu, azan boleh dikumandangkan, mendapatkan keistimewaan dikuranginya jam kerja atau waktu belajar bagi siswa ketika menjalankan ibadah puasa, ibadah haji yang dikoordinir oleh negara, mendapat pengakuan hari raya Idul Fitri maupun Idul Adha dengan dinyatakan sebagai tanggal libur nasional.
Keberadaan kita di Negeri Indonesia semestinya membuat kita bersemangat dalam beribadah kepada Allah SWT. Bayangkan ketika kita hidup di negara konflik. Bom sewaktu-waktu meledak. Sewaktu-waktu datang hujan rudal yang mematikan. Menyeru akan kalimat-kalimat Allah malah justru disiksa, ditembaki, dianiaya. Menyeru azan justru malah dilarang, tidak bolehnya membaca Alquran, dan lain sebagainya. Kekangan dan keadaan perang membuat diri seorang muslim terancam dan kematian itu bisa datang sewaktu-waktu.
Kita bersyukur hidup di Negara Kesatuan Republik Indonesia, dari pada hidup di negara yang katanya negeri dengan syariat agama yang mencekam. Dimanapun kita hidup mestinya bersyukur bila kita leluasa menjalankan ibadah setiap harinya. Oleh karenanya, marilah bersama menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia ini sehingga NKRI harga mati itu tidak hanya jargon. Selain itu juga marilah semboyan bangsa Bhineka Tunggal Ika itu memang di terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Bangsa Indonesia ini terdiri dari beberapa suku, agama, ras, maupun golongan. Perlambangan Indonesia yang terdiri dari beberapa agama adalah dengan lambang bintang pada sila pertama yang menggambarkan adanya lima agama yang diakui di Indonesia waktu itu. Meskipun kita pribadi tahu dan yakin bahwa agama yang diakui di sisi Allah adalah agama Islam, innadinna indallahil islam. Umat beragamapun pun bisa hidup berdampingan dengan menjalankan tri kerukunan umat beragama, yaitu: (1) kerukunan intern umat beragama; (2) kerukunan antar umat beragama; (3) kerukunan umat beragama dengan pemerintah. Bila kesemuanya itu bisa benar-benar kita laksanakan sebagai umat beragama yang bersama-sama merawat kebhinekaan, alangkah maju dan sejahteranya negeri ini.
6.      Atau dajjal (penipu), yaitu seburuk-buruk yang ditunggu (اَوِ الدَّجَّالَ، فَشَرُّ غَائِبٍ يُنْتَظَرُ)
Dajjal atau penipu pada jaman sekarang sudah banyak. Penipu biasanya mengatakan sesuatu yang baik dikatanan buruk, dan yang buruk dikatakan baik, sesuatu yang hak dibilang batil, dan yang batil dibilang hak. Oleh karenanya, dajjal sering digambarkan sebagai makhluk yang bermata satu. Maksudnya adalah dajjal itu hanya melihat sisi keduniawian saja, tetapi tidak dengan akhirat. Oleh karenanya, saat duduk atahiyat akhir pada salat, kita berdoa: Alloohumma innii a’uudzu bika min ‘adzaabil qobri wa min ‘adzaabin naar, wa min fitnatil mahyaa wal mamaat, wa min fitnatil masiihid dajjaal. (Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur, dari siksa neraka, dari fitnah hidup dan mati dan dari fitnah masiihid dajjaal (perusak yang menghabiskan kebaikan)”.
7.      Atau hari kiamat, karena hari kiamat itu sangat dahsyat lagi pahit (اَوِ السَّاعَةَ فَالسَّاعَةُ اَدْهَى وَ اَمَرُّ)
Kita menunda dalam beramal jangan sampai hingga datangnya hari kiamat. Sebab pada hari kiamat, pintu taubat sudah ditutup. Hari kiamat adalah hari dimana kerusakan yang sangat besar sehingga betapa pedihnya saat hari kiamat terjadi.


Melalui tujuh hal yang disampaikan Rasulullah tadi yang meliputi (1) Tidaklah kamu menunggu kecuali kemelaratan yang melupakan; atau (2) kekayaan yang menyebabkan melampaui batas; atau (3) sakit yang merusakkan; atau (4) tua yang melemahkan pikiran; atau (5) mati yang datangnya tak terduga; atau (6) dajjal (penipu), yaitu seburuk-buruk yang ditunggu; atau (7) hari kiamat, karena hari kiaamat itu sangat dahsyat lagi pahit, kita bisa memetik pelajaran sehingga bersegera dalam beramal. Oleh sebab itu marilah bersegera dalam beramal salih dan berlomba-lomba dalam kebaikan (fastabikul khoirot).

Penyampai: Revolusi Prajaningrat Saktiyudha, S.Si., M.Pd.

Friday, October 11, 2019

Khotbah Jum'at: Salat Sebagai Cahaya Dunia dan Akhirat



بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
·      اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِى لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَ اْلاَرْضِ وَ هُوَ عَلَى كُلّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ. نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه. فَقَالَ اللَّهُ تَعَالَى فِى كِتَابِهِ الْكرِيْم:
·      يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ.
·      يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً. وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا.
·      يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا.
·         أَمَّا بَعْدُ: فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللَّهَ وَخَيْرُ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّي اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَرَّالْأُمُوْرِ مُحْدَثاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعُةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ وَكُلَّ ضَلَالَةٍ فِىالنَّارِ.
·         اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ ، وَعَلَى آلِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.

Ma'asyiral muslimin rahimakumullah

Syukur alkhamdulillah pada siang ini kita diberi kesempatan untuk melaksanakan rangkaian ibadah salat Jum’at. Kesempatan ini merupakan sebagian dari nikmat-Nya yang dianugerahkan kepada kita. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullah SAW yang telah membawa risalah Islam kepada umatnya.

Selanjutnya dari mimbar ini saya serukan secara khusus kepada diri saya sendiri dan kepada jamaah salat jumat pada umumnya agar senantiasa menjaga, mempertahankan, dan terus berupaya meningkatkan iman dan takwa. Sebab dengan berbekal iman dan takwa, kita dapat selamat di hari perhitungan nanti.

Rasulullah SAW telah bersabda dalam hadisnya:

عَنْ اَبِي ذَرّ قَالَ: قَالَ لِي رَسُوْلُ اللهِ ص: اتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَ اَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَ خَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ. الترمذى 3: 239، رقم: 2053

Dari Abu Dzarr, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda kepadaku, "Bertakwalah kamu kepada Allah dimana saja kamu berada, dan ikutilah perbuatan buruk dengan perbuatan yang baik, niscaya perbuatan yang baik itu akan menghapusnya. Dan bergaullah dengan manusia dengan akhlaq yang baik". [HR. Tirmidzi juz 3, hal. 239, no. 2053]

Melalui hadis tersebut dapat kita pahami bahwa kita sebagai umat muslim diperintahkan untuk bertakwa dimanapun kita berada, berbuat baik yang sebanyak-banyaknya, dan bergaul dengan manusia yang berakhlak baik. Semua itu kita lakukan karena keimanan kita terhadap kebenaran yang dibawa Rasul Allah.

Ma'asyiral muslimin rahimakumullah.

Kesempatan khutbah ini saya akan menyampaikan tentang: Salat Sebagai Cahaya Dunia dan Akhirat.  Melalui penghayatan dalam memaknai Salat Sebagai Cahaya Dunia dan Akhirat, kita mampu memupuk iman serta ketakwaan, mampu memperbaiki dan membentuk diri pribadi yang sungguh-sungguh dalam melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Berbagai hal tersebut merupakan perwujudan kita dalam berpegang teguh pada tali agama secara kuat.

Ma'asyiral muslimin rahimakumullah.

Kehidupan seorang manusia di dunia akan menentukan nasib di akhirat kelak. Kita tidak bisa memungkiri bahwa hidup adalah pilihan. Sedang berbagai pilihan-pilihan yang kita ambil dalam kehidupan ini semuanya dinilai oleh Allah SWT. Pilihan yang kita pilih menimbulkan suatu tindakan yang terlihat oleh sikap dan gerak anggota tubuh. Pilihan baik akan menghantarkan ke perbuatan baik. Sedangkan pilihan yang tidak baik akan menghantarkan ke perbuatan yang tidak baik pula. Kita yang memilih memeluk agama Islam semestinya kehidupan kita dihiasi dengan berbagai kebaikan-kebaikan. Suatu hadis menyebutkan:

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ اْلعَاصِ عَنِ النَّبِيّ ص اَنَّهُ ذَكَرَ الصَّلاَةَ يَوْمًا فَقَالَ: مَنْ حَافَظَ عَلَيْهَا كَانَتْ لَهُ نُوْرًا وَ بُرْهَانًا وَ نَجَاةً يَوْمَ اْلقِيَامَةِ. وَ مَنْ لَمْ يُحَافِظْ عَلَيْهَا لَمْ تَكُنْ لَهُ نُوْرًا وَ لاَ بُرْهَانًا وَ لاَ نَجَاةً. وَ كَانَ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ مَعَ قَارُوْنَ وَ فِرْعَوْنَ وَ هَامَانَ وَ اُبَيّ بْنِ خَلَفٍ. احمد، فى نيل الاوطار 1: 343

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-’Ash, dari Nabi SAW bahwa beliau pada suatu hari menerangkan tentang salat, lalu beliau bersabda, “Barangsiapa memeliharanya, maka salat itu baginya sebagai cahaya, bukti dan penyelamat pada hari kiamat. Dan barangsiapa tidak memeliharanya, maka salat itu baginya tidak merupakan cahaya, tidak sebagai bukti, dan tidak (pula) sebagai penyelamat. Dan adalah dia pada hari kiamat bersama-sama Qarun, Fir’aun, Haaman, dan Ubay bin Khalaf”. [HR. Ahmad, dalam Nailul Authar juz 1, hal. 343]

Melalui hadis riwayat Ahmad tersebut bisa kita ketahui bahwa salat itu perkara penting dan kita diminta untuk memeliharanya. Hadis tadi menyebutkan “Barangsiapa memeliharanya (salat)”, maksudnya tetap melaksanakan salat entah apaun yang terjadi baik dalam kondisi maupun situasi tertentu. Sebab pembeda antara seorang muslim dengan kafir adalah salat. Sebagaimana suatu hadis menyebutkan:

عَنْ جَابِرٍ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: بَيْنَ الرَّجُلِ وَ بَيْنَ اْلكُفْرِ تَرْكُ الصَّلاَةِ. الجماعة الا البخارى و النسائى، فى نيل الاوطار 1: 340

Dari Jabir, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda, “(Yang membedakan) antara seseorang dan kekufuran adalah meninggalkan salat”. [HR. Jama’ah, kecuali Bukhari dan Nasai, dalam Nailul Authar juz 1, hal. 340]

Melalui hadis riwayat Jama’ah tadi bisa kita ambil pengertian bahwa yang membedakan seseorang dengan kekufuran adalah salat. Kufur adalah asal kata kafir. Kufur berarti ingkar, menolak atau menutup, menyembunyikan kebaikan, atau mengingkari kebenaran. Sehingga bisa kita ambil pengertian bahwa orang kafir tidaklah salat. Sebab kita tahu bahwa perintah ibadah salat adalah wajib dan salat ini adalah ibadah yang tidak ditemui di ajaran agama lain.

Ma'asyiral muslimin rahimakumullah.

Menurut hadis riwayat Ahmad tadi disebukan bahwa “... salat itu baginya sebagai cahaya, bukti..., maksudnya salat adalah bukti bahwa kaum muslim dalam setiap aspek kehidupannya senantiasa mengerjakan salat dan membawa salat dalam kehidupan sehari-hari. Sebagaimana disebutkan dalam Alquran Surat Al Ankabut (29) ayat 45:

... إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ. العنكبوت: 45

“... . Sesungguhnya salat itu mencagah dari (perbuatan) keji dan munkar.” [QS. Al Ankabut: 45]  

Melalui potongan Surat Al Ankabut ayat 45 bisa kita ketahui bahwa apabila seorang muslim yang melaksanakan salat dan membawa salatnya ke dalam kehidupan sehari-hari, maka seluruh aspek kehidupan seorang muslim tersebut dihiasi berbagai kebaikan. Berbagai kebaikan tersebut meliputi hubungan seorang hamba dengan Rabb-nya maupun seorang hamba terhadap manusia yang lain. Berbagai hal tersebut menjadi bukti bahwa seorang muslim senantiasa diliputi kebaikan-kebaikan.

Ma'asyiral muslimin rahimakumullah.

Menurut hadis riwayat Ahmad tadi disebukan bahwa “...dan penyelamat pada hari kiamat”, maksudnya salat bisa menyelamatkan diri seorang muslim dari siksa api neraka. Amalan yang pertama dihisab pada hari kiamat adalah salat. Bila seorang muslim senantiasa mengerjakan ibadah salat, maka sesungguhnya semua urusannya menjadi kebaikan baginya. Tidak ada tempat yang pantas bagi seorang muslim yang senantiasa mengerjakan salat dan berbagai kebaikan selain di surga.

Ma'asyiral muslimin rahimakumullah.

Menurut hadis riwayat Ahmad tadi disebukan bahwa “Dan barangsiapa tidak memeliharanya, maka salat itu baginya tidak merupakan cahaya, tidak sebagai bukti, dan tidak (pula) sebagai penyelamat.”, maksudnya salat yang tidak dipelihara itu tidak bisa menjadi penyelamat manusia di hari perhitungan kelak. Salat yang tidak dipelihara juga indikator bahwa kehidupan seorang hamba itu tidak diliputi dengan kebaikan. Oleh karenanya, bila ingin memperbaiki kehidupan ini adalah dengan memperbaiki salat. Marilah menegakkan salat lima waktu, syukur-syukur berjamaah di masjid. Sebab melaksanakan salat wajib secara berjamaah itu beripat ganda pahalanya 25 kali lipat daripada salat di rumah atau di pasar. Bahkan di hadis lain menyebutkan bahwa salat berjamaah lebih utama dari pada salat sendirian dengan 27 derajat. Apabila kita memperbaiki salat kita, maka insya Allah kehidupan kita akan bisa lebih baik lagi, teratur, terarah, tentram, dan diliputi kebaikan.

Kehidupan yang membaik membuat kita bisa terhindar dari keburukan-keburukan yang menjerumuskan kita pada siksa api neraka. Sehingga di hari kiamat tidak bersama dengan Qarun (yang kaya raya di dunia), Fir’aun (yang pernah memiliki jabatan tinggi), Haaman (yang merupakan penasihat Fir’aun), dan Ubay bin Khalaf (yang merupakan pembesar/ tokoh Quraisy yang selalu mengejek dan menghina Rasulullah).

Ma'asyiral muslimin rahimakumullah.

Demikianlah penyampaian salat sebagai cahaya di dunia dan di akhirat. Semoga limpahan taufik dan hidayah Allah tetap dicurahkan kepada kita, sehingga mampu meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan. Semoga yang sedikit ini mampu memotivasi kita semua sebagai umat muslim untuk berupaya melaksanakan ibadah salat dan meningkatkan kualitasnya.

أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ. بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. إِنَّاۤ اَعْطَيْنٰكَ الْكَوْثَرَ. فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ. اِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْاَبْتَرُ. وَقُلْ رَّبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَاَنْتَ خَيْرُ الرَّ حِمِيْنَ.


اَلْحَمْدُ ِللهِ حَمْدًا كَثِيْرًا وَ خَيْرًا مَجِيْدًا، هُوَ الَّذِى اَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِاْلهُدَى وَ دِيْنِ اْلحَقّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدّيْنِ كُلّهِ وَ لَوْ كَرِهَ اْلمُشْرِكُوْنَ. وَ الصَّلاَةُ وَ السَّلاَمُ عَلَى اَشْرَفِ اْلاَنْبِيَاءِ وَ اْلمُرْسَلِيْنَ وَ عَلَى آلِهِ وَ اَصْحَابِهِ اَجْمَعِيْنَ، اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَ اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ الَّذِى لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ. اَمَّا بَعْدُ.

Ma'asyiral muslimin rahimakumullah.

Pada khotbah kedua ini saya mengajak pada diri pribadi saya dan jama’ah semuanya untuk mendirikan dan menegakkan salat agar kualitas kehidupan kita bisa lebih baik lagi. Mari kita niatkan seluruh aspek kehidupan kita sebagai sarana mengharap rida Allah SWT. Sebagai penutup khotbah kedua, marilah kita berdo’a.

·      يَا ذَا اْلجَلاَلِ وَ اْلاِكْرَامِ،
·      اَللّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّـيْتَ عَلَى آلِ اِبـْرَاهِيْمَ. وَ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ اِبـْرَاهِيْمَ، فِى اْلعَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
·      اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، أَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ.
·      رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا، وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِالْإِيْمَانِ، وَلَا تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا، غِلًّا لِلَّذِيْنَ آمَنُوا، رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
·      رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ، وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ إِمَامًا.
·      رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً، وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
·      سُبْحَانَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
·      وَأَقِمِ الصَّلَاةَ.
Penyampai: Revolusi Prajaningrat Saktiyudha, S.Si., M.Pd.