Sunday, January 28, 2018

Kultum: Semangat Beramal





Ma'asyiral muslimin wal muslimat rahimakumullah.
Momen pergantian tahun yang lalu masih teringat dalam benak kita. Momen tersebut kita gunakan untuk bermuhasabah dengan menghitung-hitung amal kebaikan dan keburukan masing-masing dari diri kita pada setahun terakhir. Bagaimana hasil evaluasi yang kita lakukan tentunya sebagai bahan motivasi untuk memacu semangat kita dalam beribadah dan beramal sholih. Hal tersebut diupayakan agar timbangan kebaikan kita akan lebih berat. Dalam hadist disebutkan:
عَنْ اَبِي ذَرٍّ قَالَ لِيْ رَسُوْلُ اللهِ ص: اِتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَاَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ. الترمذى
Dari Abu Dzarr, ia berkata: Rasulullah SAW berabda kepadaku, “Bertakwalah kamu kepada Allah dimana saja kamu berada, dan ikutilah perbuatan buruk dengan perbuatan yang baik, niscaya perbuatan yang baik itu akan menghapusnya. Dan bergaullah dengan manusia dengan akhlak yang baik”. [HR. Tirmidzi juz 3, hal. 239, no. 2053. Ini hadits hasan shahih]

Ma'asyiral muslimin wal muslimat rahimakumullah.
Islam merupakan agama yang memotivasi agar umatnya memiliki semangat beramal yang tinggi serta menyibukkan diri dalam kebaikan. Islam juga menyeru agar kita menjauhkan diri dari permasalahan-permasalahan yang tidak bermanfaat. Salah satu motivasi yang tertulis di dalam Al Quran adalah termaktub pada Surat Ali Imran ayat 133:
وَسَارِعُوٓا۟ إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمٰوٰتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ.
133. Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,

Motivasi dalam upaya menggapai cita-cita tentunya perlu perjuangan. Berbagai perjuangan yang bisa kita lakukan adalah dengan berusaha mengerjakan perbuatan baik secara maksimal dan senantiasa berdoa. Kita sebaiknya bersegera dalam melakukan perbuatan amal sholih. Oleh karena itu sebagai renungkan kita pada firman Allah Ta’ala dalam Surat Al Anbiya ayat 90:
فَاسْتَجَبْنَا لَهُۥ وَوَهَبْنَا لَهُۥ يَحْيَىٰ وَأَصْلَحْنَا لَهُۥ زَوْجَهُۥٓ ۚ إِنَّهُمْ كَانُوا۟ يُسٰرِعُونَ فِى الْخَيْرٰتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا ۖ وَكَانُوا۟ لَنَا خٰشِعِينَ.
90. Sungguh, mereka selalu bersegera dalam (mengerjakan) kebajikan, dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka orang-orang yang khusyuk kepada Kami.

Ma'asyiral muslimin wal muslimat rahimakumullah.
Allah telah memberi petunjuk kepada kita bahwa apabila kita beramal sholih dijalan-Nya, maka Allah akan memberi ganjaran yang berlipat ganda. Satu kebaikan akan diganjar oleh Allah sebanyak 700 kali lipat. Sepertihalnya bila kita berinfak sebanyak Rp. 2000,00 secara ikhlas semata-mata mencari rida Allah, maka Allah akan melipatgandakan pahalanya sebanyak 700 kali lipat, dan belum lagi amal sholih lain yang kita lakukan. Allah telah berfirman yang terabadikan didalam Surat Al Baqarah ayat 261 sampai 263, yaitu:
مَّثَلُ الَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمْوٰلَهُمْ فِى سَبِيلِ اللهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنۢبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِى كُلِّ سُنۢبُلَةٍ مِّا۟ئَةُ حَبَّةٍ ۗ وَاللهُ يُضٰعِفُ لِمَن يَشَآءُ ۗ وَاللهُ وٰسِعٌ عَلِيمٌ  {٢٦١} الَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمْوٰلَهُمْ فِى سَبِيلِ اللهِ ثُمَّ لَا يُتْبِعُونَ مَآ أَنفَقُوا۟ مَنًّا وَلَآ أَذًى ۙ لَّهُمْ أَجْرُهُمْ عِندَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ {٢٦٢} قَوْلٌ مَّعْرُوفٌ وَمَغْفِرَةٌ خَيْرٌ مِّن صَدَقَةٍ يَتْبَعُهَآ أَذًى ۗ وَاللهُ غَنِىٌّ حَلِيمٌ {٢٦٣}
261. Perumpamaan orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan (pahala) bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Maha Luas, Maha mengetahui.
262. Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian tidak mengiringi apa yang di infakkan itu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.
263. Perkataan yang baik dan pemberian maaf1 lebih baik daripada sedekah yang diiringi dengan tindakan yang menyakiti. Allah Maha Kaya, Maha Penyantun.
Note:
1) Perkataan yang baik, menolak dengan cara yang baik, dan pemberian maaf ialah memaafkan tingkah laku yang kurang sopan dari peminta.

Oleh sebab itu, amal sholih yang kita lakukan dijalan Allah adalah agar kita bisa memetiknya dikemudian hari. Seperti pepatah jawa yaitu, sopo nandur bakal ngunduh. Begitu pula dengan apa yang kita lakukan didunia ini. Dunia merupakan penjara sekaligus ladang amal bagi insan beriman sebagai bekal menghadap-Nya di hari perhitungan kelak. Jangan sampai mengira membawa begitu banyak amal yang dibawa kehadapan Allah, tetapi setelah ditimbang ternyata amalan yang dilakukan adalah sia-sia. Kita seharusnya beramal sholih dengan hanya mengharap rida Allah. Hal itu seperti yang dijelaskan dalam Al Quran Surat Al Baqoroh ayat 264 sampai 265:
يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تُبْطِلُوا۟ صَدَقٰتِكُم بِالْمَنِّ وَالْأَذَىٰ كَالَّذِى يُنفِقُ مَالَهُۥ رِئَآءَ النَّاسِ وَلَا يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْءَاخِرِ ۖ فَمَثَلُهُۥ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَأَصَابَهُۥ وَابِلٌ فَتَرَكَهُۥ صَلْدًا ۖ لَّا يَقْدِرُونَ عَلَىٰ شَىْءٍ مِّمَّا كَسَبُوا۟ ۗ وَاللهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الْكٰفِرِينَ {٢٦٤} وَمَثَلُ الَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمْوٰلَهُمُ ابْتِغَآءَ مَرْضَاتِ اللهِ وَتَثْبِيتًا مِّنْ أَنفُسِهِمْ كَمَثَلِ جَنَّةٍۭ بِرَبْوَةٍ أَصَابَهَا وَابِلٌ فَـَٔاتَتْ أُكُلَهَا ضِعْفَيْنِ فَإِن لَّمْ يُصِبْهَا وَابِلٌ فَطَلٌّ ۗ وَاللهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ{٢٦٥}
264. Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu merusak pahala sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan penerima), seperti orang yang menginfakkan hartanya karena riya’ (pamer) kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari akhir. Perumpamaan (orang itu) seperti batu licin yang di atasnya ada debu, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, maka tinggallah batu licin itu tadi. Mereka tidak memperoleh sesuatu apapun dari apa yang mereka kerjakan. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.
265. Dan perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya karena mencari ridha Allah dan untuk memperteguh jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buah-buahan dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka embun (pun memadai). Allah Maha Melihat apa yang kamu perbuat.

Perlu kita memperhatikan apa yang kita perbuat agar kita tidak termasuk orang yang pailit atau rugi di hari perhitungan nanti. Usahakan apa yang dilakukan adalah semata-mata untuk mengharap rida Allah dan tidak mencaci orang lain, mengambil hak orang lain. Sebab bila larangan tersebut dilakukan, pahala yang diupayakan seseorang didunia lalu dibawa di hari perhitungan akan diberikan kepada orang yang terzalimi. Beberapa hal yang diperhatikan tersebut sebagaimana yang disebutkan dalam hadist berikut:
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: اَتَدْرُوْنَ مَا الْمُفْلِسُ؟ قَالُوْا: اَلْمُفْلِسُ فِيْنَا مَنْ لَا دِرْهَمَ لَهُ وَ لَا مَتَاعَ. فَقَالَ: اِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ اُمَّتِى يَأْتِى يَوْمَ اْلقِيَامَةِ بِصَلَاةٍ وَ صِيَامٍ وَ زَكَاةٍ وَ يَأْتِى قَدْ شَتَمَ هٰذَا، وَ قَذَفَ هٰذَا، وَ اَكَلَ مَالَ هٰذَا وَ سَفَكَ دَمَ هٰذَا، وَ ضَرَبَ هٰذَا، فَيُعْطَى هٰذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ، وَ هٰذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ، فَاِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ اَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ اُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِى النَّارِ. مسلم 4: 1997
Dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, "Tahukah kalian siapakah orang yang disebut pailit itu?" Jawab para shahabat, "Orang yang pailit diantara kami ialah orang yang tidak punya dirham dan tidak punya barang-barang". Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya orang yang pailit dari ummatku ialah orang yang datang pada hari qiyamat lengkap dengan membawa (pahala) shalatnya, puasanya dan zakatnya. Tetapi di samping itu ia telah mencaci ini, dan menuduh ini, memakan hartanya ini, dan menumpahkan darahnya ini, dan memukul ini, maka diberikan kepada orang yang dianiaya itu dari (pahala) kebaikan amalnya, dan kepada orang yang lainnya lagi (dari pahala) kebaikan amalnya. Maka apabila telah habis (pahala) kebaikannya itu dan belum terbayar semua tuntutan orang-orang yang pernah dianiaya tersebut, maka diambilkan dari dosa-dosa orang yang telah dianiaya itu dan ditanggungkan kepadanya, lalu ia dilemparkan ke neraka". [HR. Muslim juz 4, hal 1997]

Penyakit dengki dan benci juga bisa membuat amal seorang insan beriman itu sia-sia. Hal tersebut dijelaskan dalam hadist berikut:
عَنِ الزُّبَيْرِ بْنِ اْلعَوَّامِ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: دَبَّ اِلَيْكُمْ دَاءُ اْلاُمَمِ قَبْلَكُمْ. اْلحَسَدُ وَاْلبَغْضَاءُ. وَاْلبَغْضَاءُ هِيَ اْلحَالِقَةُ. حِالِقَةُ الدِّيْنِ، لَا حَالِقَةُ الشَّعْرِ، وَالَّذِيْ نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَا تُؤْمِنُوْا حَتَّى تَحَابُّوْا، اَفَلَا اُنَبِّئُكُمْ بِشَيْءٍ اِذَا فَعَلْتُمُوْهُ تَحَابَبْتُمْ؟ اَفْشُوا السَّلَامَ بَيْنَكُمْ. احمد 1: 348، رقم: 1412
Dari Zubair bin 'Awwaam RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Akan menjalar kepada kalian penyakit ummat-ummat sebelum kalian, yaitu dengki dan kebencian yang sangat. Dan kebencian yang sangat itu adalah pencukur. Pencukur agama, bukan pencukur rambut. Demi Tuhan yang jiwa Muhammad di tangan-Nya, kalian tidaklah beriman sehingga kalian berkasih sayang. Maukah aku beritahukan kepada kalian sesuatu yang apabila kalian melakukannya niscaya kalian saling berkasih sayang? Tebarkanlah salam diantara kalian”. [HR. Ahmad juz 1, hal. 348, no. 1412]

Selain itu ada hal fatal yang mampu merusak amal bila dilakukan seorang muslim, yaitu syirik. Mempersekutukan Allah merupakan dosa yang besar. Hal tersebut dijelaskan didalam Surat Al Anam ayat 88:
   ذٰلِكَ هُدَى اللَّـهِ يَهْدِى بِهِۦ مَن يَشَآءُ مِنْ عِبَادِهِۦ ۚ وَلَوْ أَشْرَكُوا۟ لَحَبِطَ عَنْهُم مَّا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ.
88. Itulah petunjuk Allah, yang dengannya Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya diantara hamba-hamba-Nya. Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan.
.
Semangat dalam beramal jangan sampai membuat kita menerjang ketetapan Allah dan Rasul-Nya. Didalam Agama Islam, kita perlu memperhatikan rambu-rambu dari Allah dan Rasulullah dalam beramal sholih. Hal tersebut perlu kita perhatikan karena kita sebagai hamba tidak lebih pandai dari Allah dan Rasulullah. Dalam urusan agama Islam memang kita diperintahkan untuk ber-hujjah atau berlandaskan firman Allah dan sabda Rasulullah. Hal tersebut kita ingat-ingat benar agar tidak terjebak dalam amalan-amalan yang tidak diperintahkan Allah dan amalan-amalan yang tidak dicontohkan oleh Rasulullah. Sebagaimana tertuang dalam Surat Al Hujurat ayat 1 sampai 3, yaitu:
يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تُقَدِّمُوا۟ بَيْنَ يَدَىِ اللَّـهِ وَرَسُولِهِۦ ۖ وَاتَّقُوا۟ اللَّـهَ ۚ إِنَّ اللَّـهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ {١} يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تَرْفَعُوٓا۟ أَصْوٰتَكُمْ فَوْقَ صَوْتِ النَّبِىِّ وَلَا تَجْهَرُوا۟ لَهُۥ بِالْقَوْلِ كَجَهْرِ بَعْضِكُمْ لِبَعْضٍ أَن تَحْبَطَ أَعْمٰلُكُمْ وَأَنتُمْ لَا تَشْعُرُونَ  {٢} إِنَّ الَّذِينَ يَغُضُّونَ أَصْوٰتَهُمْ عِندَ رَسُولِ اللَّـهِ أُو۟لٰٓئِكَ الَّذِينَ امْتَحَنَ اللَّـهُ قُلُوبَهُمْ لِلتَّقْوَىٰ ۚ لَهُم مَّغْفِرَةٌ وَأَجْرٌ عَظِيمٌ {٣}
1. Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya2 dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Mendengar, Maha mengetahui.
2. Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara keras sebagaimana kerasnya (suara) sebagian kamu terhadap yang lain, nanti (pahala) segala amalanmu bisa terhapus, sedangkan kamu tidak menyadari.
3. Sesungguhnya orang-orang yang merendahkan suaranya di sisi Rasulullah, mereka itulah orang-orang yang telah diuji hatinya oleh Allah untuk bertakwa. Mereka akan memperoleh ampunan dan pahala yang besar.
Note:
2) Maksudnya, orang-orang mukmin tidak boleh menetapkan sesuatu hukum, sebelum ada ketetapan dari Allah dan Rasul-Nya.

Oleh sebab itu marilah berpegang teguh kepada tali agama Allah agar selamat di dunia dan di akhirat. Marilah taat kepada Allah dan Rasul-Nya, serta senantiasa meningkatkan amal sholih kita agar timbangan kebaikan kita lebih berat. Upayakan semaksimal mungkin untuk menjahui hal-hal yang dapat merusak dan bahkan menghapus amalan kita dari catatan kebaikan. Pada akhirnya amalan yang kita perbuat tergantung pada niat. Sebagaimana dalam hadist berikut:
عَنْ عُمَرَ بْنِ اْلخَطَّابِ رضي الله عنه قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ: اِنَّمَا اْلاَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَاِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى. فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ اِلىَ دُنْيَا يُصِيْبُهَا اَوِ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ اِلىَ مَا هَاجَرَ اِلَيْهِ. البخارى 1: 2
Dari Umar bin Khaththab RA, ia berkata : Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung pada niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang akan mendapatkan balasan sesuai dengan niatnya. Maka barangsiapa yang berhijrah karena menginginkan keuntungan dunia yang akan didapatnya atau karena menginginkan wanita yang dia akan mengawininya, maka hijrahnya itu akan mendapatkan sesuai apa yang ia berniat hijrah padanya". [HR. Bukhari juz 1, hal. 2]

Sunday, January 7, 2018

Kultum: Muhasabah Diri





Ma'asyiral muslimin wal muslimat rahimakumullah.

Momen pergantian tahun masehi dari 2017 ke tahun 2018 pada umumnya merupakan momen selebrasi. Momen tersebut biasanya diisi dengan berbagai kegiatan. Namun sebagian besar pemuda-pemudi cenderung lebih suka mengisi momen pergantian tahun dengan memadati mal-mal, nonton ke bioskop, nyanyi ditempat karaoke, nongkrong di cafe, dan kongkow-kongkow dijalan hingga larut malam dan bahkan sampai pagi. Semakin parah bila momen pergantian tahun dilengkapi dengan minum-minuman keras yang bahkan sampai peminumnya ndleming-ndleming, konsumsi berbagai narkoba, dan kegiatan lain yang justru merusak diri sendiri dan merugikan/ mengganggu orang lain.

Melihat fenomena tersebut semestinya menggugah kita bahwa momen pergantian tahun sebaiknya merupakan momen yang tepat untuk kita sebagai insan beriman untuk melakukan berbagai kegiatan yang berfaedah seraya bermuhasabah. Muhasabah merupakan sesuatu hal yang perlu dan menjadikannya sebuah kebutuhan pada tiap-tiap insan manusia. Dalam agama Islam, muhasabah sangatlah dianjurkan, sebab bila muhasabah bisa dijalankan dengan baik akan memberi banyak manfaat baik yang akan di dapatkan di dunia maupun diakhirat kelak.

Makna dari muhasabah dalam terminologi syari ialah sebuah upaya untuk melakukan evaluasi diri/ menghitung-hitung terhadap setiap kebaikan dan keburukan beserta berbagai aspeknya. Evaluasi meliputi hubungan seorang hamba (manusia) dengan Rabb-nya, maupun hubungan sesama makluk ciptaan Allah dalam kehidupan sosial yaitu hubungan manusia dengan manusia lainnya.

Telah tersuratkan dalam Al Quran mengenai makna hakekat muhasabah seperti yang ada dalam surat Al Hasyr ayat 18, yaitu:
  يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا۟ اتَّقُوا۟ اللَّـهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا۟ اللَّـهَ ۚ إِنَّ اللَّـهَ خَبِيرٌۢ بِمَا تَعْمَلُونَ.
18. Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.

Muhasabah dapat diartikan mengintropeksi diri sendiri sebagai seorang manusia dengan menghitung berbagai perbuatan yang pernah dilakukan di masa-masa lampau. Manusia beruntung adalah manusia yang senantiasa memperbaiki diri dan selalu mempersiapkan dirinya untuk kehidupan yang kekal abadi kelak di akhirat. Hakikat keberuntungan dan kesuksesan ialah manusia yang selamat di yaumul akhir kelak.

Seorang hamba yang senantiasa bermuhasabah maka tidak akan menyianyiakan waktu yang telah Allah berikan didalam kehidupan, dan disisa umurnya seorang hamba akan dengan sebaik-baiknya memanfaatkan waktunya untuk berbuat baik demi meraih keridhaan Allah SWT.

Dengan datangnya momen pergantian tahun membuat umur kita menjadi bertambah. Namun pada hakikatnya kesempatan hidup kita di dunia ini semakin berkurang. Berkurangnya umur kita berarti semakin dekat kita dengan kubur.

Allah senantiasa melimpahkan nikmatnya kepada kita dengan berbagai nikmat yang kita tidak akan mungkin menghitungnya. Hal tersebut sebagaimana termaktub dalam surat Ibrahim ayat 34:
وَإِن تَعُدُّوا۟ نِعْمَتَ اللَّـهِ لَا تُحْصُوهَآ.
Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak dapat menghitungnya. [QS. Ibrahim: 34]

Diantara nikmat yang banyak Allah curahkan kepada kita adalah kita hidup di dunia ini. Dunia memang tampak indah dan menarik, akan tetapi jangan sampai membuat kita lengah, dan lupa kepada Allah yang menciptakan segala sesuatu. Allah berfirman pada surat Al Hadiid ayat 20, yaitu:
اعْلَمُوٓا۟ أَنَّمَا الْحَيَوٰةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌۢ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِى الْأَمْوٰلِ وَالْأَوْلٰدِ ۖ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُۥ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَىٰهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطٰمًا ۖ وَفِى الْءَاخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِّنَ اللَّـهِ وَرِضْوٰنٌ ۚ وَمَا الْحَيَوٰةُ الدُّنْيَآ إِلَّا مَتٰعُ الْغُرُورِ.
20. Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sendagurauan, perhiasan dan saling berbangga diantara kamu serta berlomba dalam kekayaan dan anak keturunan, seperti hujan yang tanaman-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian (tanaman) itu menjadi kering dan kamu lihat warna kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia tidak lain hanyalah kesenangan yang palsu.  

Oleh karena itu, marilah sejenak bermuhasabah dengan melihat apa yang kita lakukan setahun yang lalu. Banyak hal terjadi hingga ada yang masih teringat oleh kita dan ada pula hilang dari ingatan kita. Kemudian mari lihat diri kita masing-masing sekarang ini. Berikut ada beberapa aspek yang perlu kita perhatikan:

1.     Keduniaan maju, tapi nilai uhrowi turun
Apabila seseorang maju dalam keduniawian dengan bertambahnya dan melimpahnya harta benda yang dimiliki tetapi nilai uhrowi menurun, hendaklah segera sadar sebelum menyesal dikemudian hari. Sebab harta benda yang dimiliki akan lenyap dan harta benda bukanlah hal yang kekal. Segeralah sadar dengan memperbaiki diri dan berupaya meningkatkan nilai uhrowi. Sebagaimana dalam surat An Nahl ayat 96, yaitu:
مَا عِندَكُمْ يَنفَدُ ۖ وَمَا عِندَ اللَّـهِ بَاقٍ ۗ وَلَنَجْزِيَنَّ الَّذِينَ صَبَرُوٓا۟ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ.
96. Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. Dan Kami pasti akan memberi balasan kepada orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.

2.     Uhrowi meningkat, tapi duniawi berkurang
Bila seseorang memiliki nilai uhrowi meningkat tetapi dalam hal harta benda berkurang merupakan suatu pertanda baik. Oleh sebab itu peliharalah nilai uhrowi tersebut, upayakan untuk meningkatkannya. Sebagaimana dijelaskan dalam surat Al Hajj ayat 11, yaitu:
وَمِنَ النَّاسِ مَن يَعْبُدُ اللَّـهَ عَلَىٰ حَرْفٍ ۖ فَإِنْ أَصَابَهُۥ خَيْرٌ اطْمَأَنَّ بِهِۦ ۖ وَإِنْ أَصَابَتْهُ فِتْنَةٌ انقَلَبَ عَلَىٰ وَجْهِهِۦ خَسِرَ الدُّنْيَا وَالْءَاخِرَةَ ۚ ذٰلِكَ هُوَ الْخُسْرَانُ الْمُبِينُ.
11. Dan di antara manusia ada yang menyembah Allah dengan berada di tepi1; maka jika dia memperoleh kebajikan, dia merasa puas, dan jika dia ditimpa suatu cobaan, dia berbalik ke belakang2. Dia rugi di dunia dan di akhirat. Itulah kerugian yang nyata.
Note:
1) Tidak penuh dengan keyakinan
2) Kembali kafir lagi

3.     Besarnya nilai uhrowi
Tercabutnya nikmat duniawi yang meliputi berkurangnya harta benda, kekayaan yang dimiliki itu tidak ada artinya apabila dibandingkan dengan berbagai nikmat uhrowi. Hal itu sebagaimana dalam Al Quran surat Ali Imran ayat 91, yaitu:
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا۟ وَمَاتُوا۟ وَهُمْ كُفَّارٌ فَلَن يُقْبَلَ مِنْ أَحَدِهِم مِّلْءُ الْأَرْضِ ذَهَبًا وَلَوِ افْتَدَىٰ بِهِۦٓ ۗ أُو۟لٰٓئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ وَمَا لَهُم مِّن نّٰصِرِينَ.
91. Ssungguh, orang-orang yang kafir dan mati dalam kekafiran, tidaklah akan diterima (tebusan) dari seseorang diantara mereka sekalipun (berupa) emas sepenuh bumi, sekiranya hendak menebus diri dengannya. Mereka itulah orang-orang yang mendapat azab yang lebih pedih dan tidak memperoleh penolong.

4.     Pengaruh nilai uhrowi
Nilai uhrowi yang tercabut berpengaruh sangat besar dalam kehidupan. Dampaknya bukan hanya menimpa diri sendiri, tetapi juga akan dirasakan oleh segenap keluarga dan masyarakat. Oleh sebab itu peliharalah diri sendiri, keluarga dan masyarakat pada umumnya dari turunnya nilai uhrowi ini. Seperti yang tertulis dalam Al Quran surat Al Anfal ayat 25, yaitu:
وَاتَّقُوا۟ فِتْنَةً لَّا تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا۟ مِنكُمْ خَآصَّةً ۖ وَاعْلَمُوٓا۟ أَنَّ اللَّـهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ.
25. Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak hanya menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksa-Nya.

5.     Retaknya persaudaraan sesama muslim
Retaknya hati dan persaudaraan dengan sesama saudara seiman justru akan memperlemah diri sendiri dan umat. Kita sebaiknya mempererat hubungan sesama muslim dengan tidak berbantah-bantahan dan kembali ke jalan yang lurus, yaitu Al Quran dan As Sunnah. Sebagaimana tertulis dalam Al Quran surat Al Anfal ayat 46, yaitu:
وَأَطِيعُوا۟ اللَّـهَ وَرَسُولَهُۥ وَلَا تَنٰزَعُوا۟ فَتَفْشَلُوا۟ وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ ۖ وَاصْبِرُوٓا۟ ۚ إِنَّ اللَّـهَ مَعَ الصّٰبِرِينَ.
46. Dan taatilah Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berselisih, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan kekuatanmu hilang dan bersabarlah. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar.

Melalui muhasabah diri ini, kita diharapkan mampu memperbaiki diri dengan memupuk nilai uhrowi pada diri kita dan berbuat baik terhadap sesama. Hal tersebut kita lakukan semaksimal mungkin dengan senantiasa bertawakal kepada-Nya. Rasulullah SAW berpesan kepada kita semua bahwasannya supaya kita bertakwa kepada Allah dimana saja kita berada. Dalam hadist desebutkan sebagai berikut:
عَنْ اَبِي ذَرٍّ قَالَ لِيْ رَسُوْلُ اللهِ ص: اِتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَاَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ. الترمذى
Dari Abu Dzarr, ia berkata: Rasulullah SAW berabda kepadaku, “Bertakwalah kamu kepada Allah dimana saja kamu berada, dan ikutilah perbuatan buruk dengan perbuatan yang baik, niscaya perbuatan yang baik itu akan menghapusnya. Dan bergaullah dengan manusia dengan akhlak yang baik”. [HR. Tirmidzi juz 3, hal. 239, no. 2053. Ini hadits hasan shahih]