Sunday, January 7, 2018

Kultum: Muhasabah Diri





Ma'asyiral muslimin wal muslimat rahimakumullah.

Momen pergantian tahun masehi dari 2017 ke tahun 2018 pada umumnya merupakan momen selebrasi. Momen tersebut biasanya diisi dengan berbagai kegiatan. Namun sebagian besar pemuda-pemudi cenderung lebih suka mengisi momen pergantian tahun dengan memadati mal-mal, nonton ke bioskop, nyanyi ditempat karaoke, nongkrong di cafe, dan kongkow-kongkow dijalan hingga larut malam dan bahkan sampai pagi. Semakin parah bila momen pergantian tahun dilengkapi dengan minum-minuman keras yang bahkan sampai peminumnya ndleming-ndleming, konsumsi berbagai narkoba, dan kegiatan lain yang justru merusak diri sendiri dan merugikan/ mengganggu orang lain.

Melihat fenomena tersebut semestinya menggugah kita bahwa momen pergantian tahun sebaiknya merupakan momen yang tepat untuk kita sebagai insan beriman untuk melakukan berbagai kegiatan yang berfaedah seraya bermuhasabah. Muhasabah merupakan sesuatu hal yang perlu dan menjadikannya sebuah kebutuhan pada tiap-tiap insan manusia. Dalam agama Islam, muhasabah sangatlah dianjurkan, sebab bila muhasabah bisa dijalankan dengan baik akan memberi banyak manfaat baik yang akan di dapatkan di dunia maupun diakhirat kelak.

Makna dari muhasabah dalam terminologi syari ialah sebuah upaya untuk melakukan evaluasi diri/ menghitung-hitung terhadap setiap kebaikan dan keburukan beserta berbagai aspeknya. Evaluasi meliputi hubungan seorang hamba (manusia) dengan Rabb-nya, maupun hubungan sesama makluk ciptaan Allah dalam kehidupan sosial yaitu hubungan manusia dengan manusia lainnya.

Telah tersuratkan dalam Al Quran mengenai makna hakekat muhasabah seperti yang ada dalam surat Al Hasyr ayat 18, yaitu:
  يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا۟ اتَّقُوا۟ اللَّـهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا۟ اللَّـهَ ۚ إِنَّ اللَّـهَ خَبِيرٌۢ بِمَا تَعْمَلُونَ.
18. Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.

Muhasabah dapat diartikan mengintropeksi diri sendiri sebagai seorang manusia dengan menghitung berbagai perbuatan yang pernah dilakukan di masa-masa lampau. Manusia beruntung adalah manusia yang senantiasa memperbaiki diri dan selalu mempersiapkan dirinya untuk kehidupan yang kekal abadi kelak di akhirat. Hakikat keberuntungan dan kesuksesan ialah manusia yang selamat di yaumul akhir kelak.

Seorang hamba yang senantiasa bermuhasabah maka tidak akan menyianyiakan waktu yang telah Allah berikan didalam kehidupan, dan disisa umurnya seorang hamba akan dengan sebaik-baiknya memanfaatkan waktunya untuk berbuat baik demi meraih keridhaan Allah SWT.

Dengan datangnya momen pergantian tahun membuat umur kita menjadi bertambah. Namun pada hakikatnya kesempatan hidup kita di dunia ini semakin berkurang. Berkurangnya umur kita berarti semakin dekat kita dengan kubur.

Allah senantiasa melimpahkan nikmatnya kepada kita dengan berbagai nikmat yang kita tidak akan mungkin menghitungnya. Hal tersebut sebagaimana termaktub dalam surat Ibrahim ayat 34:
وَإِن تَعُدُّوا۟ نِعْمَتَ اللَّـهِ لَا تُحْصُوهَآ.
Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak dapat menghitungnya. [QS. Ibrahim: 34]

Diantara nikmat yang banyak Allah curahkan kepada kita adalah kita hidup di dunia ini. Dunia memang tampak indah dan menarik, akan tetapi jangan sampai membuat kita lengah, dan lupa kepada Allah yang menciptakan segala sesuatu. Allah berfirman pada surat Al Hadiid ayat 20, yaitu:
اعْلَمُوٓا۟ أَنَّمَا الْحَيَوٰةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌۢ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِى الْأَمْوٰلِ وَالْأَوْلٰدِ ۖ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُۥ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَىٰهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطٰمًا ۖ وَفِى الْءَاخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِّنَ اللَّـهِ وَرِضْوٰنٌ ۚ وَمَا الْحَيَوٰةُ الدُّنْيَآ إِلَّا مَتٰعُ الْغُرُورِ.
20. Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sendagurauan, perhiasan dan saling berbangga diantara kamu serta berlomba dalam kekayaan dan anak keturunan, seperti hujan yang tanaman-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian (tanaman) itu menjadi kering dan kamu lihat warna kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia tidak lain hanyalah kesenangan yang palsu.  

Oleh karena itu, marilah sejenak bermuhasabah dengan melihat apa yang kita lakukan setahun yang lalu. Banyak hal terjadi hingga ada yang masih teringat oleh kita dan ada pula hilang dari ingatan kita. Kemudian mari lihat diri kita masing-masing sekarang ini. Berikut ada beberapa aspek yang perlu kita perhatikan:

1.     Keduniaan maju, tapi nilai uhrowi turun
Apabila seseorang maju dalam keduniawian dengan bertambahnya dan melimpahnya harta benda yang dimiliki tetapi nilai uhrowi menurun, hendaklah segera sadar sebelum menyesal dikemudian hari. Sebab harta benda yang dimiliki akan lenyap dan harta benda bukanlah hal yang kekal. Segeralah sadar dengan memperbaiki diri dan berupaya meningkatkan nilai uhrowi. Sebagaimana dalam surat An Nahl ayat 96, yaitu:
مَا عِندَكُمْ يَنفَدُ ۖ وَمَا عِندَ اللَّـهِ بَاقٍ ۗ وَلَنَجْزِيَنَّ الَّذِينَ صَبَرُوٓا۟ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ.
96. Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. Dan Kami pasti akan memberi balasan kepada orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.

2.     Uhrowi meningkat, tapi duniawi berkurang
Bila seseorang memiliki nilai uhrowi meningkat tetapi dalam hal harta benda berkurang merupakan suatu pertanda baik. Oleh sebab itu peliharalah nilai uhrowi tersebut, upayakan untuk meningkatkannya. Sebagaimana dijelaskan dalam surat Al Hajj ayat 11, yaitu:
وَمِنَ النَّاسِ مَن يَعْبُدُ اللَّـهَ عَلَىٰ حَرْفٍ ۖ فَإِنْ أَصَابَهُۥ خَيْرٌ اطْمَأَنَّ بِهِۦ ۖ وَإِنْ أَصَابَتْهُ فِتْنَةٌ انقَلَبَ عَلَىٰ وَجْهِهِۦ خَسِرَ الدُّنْيَا وَالْءَاخِرَةَ ۚ ذٰلِكَ هُوَ الْخُسْرَانُ الْمُبِينُ.
11. Dan di antara manusia ada yang menyembah Allah dengan berada di tepi1; maka jika dia memperoleh kebajikan, dia merasa puas, dan jika dia ditimpa suatu cobaan, dia berbalik ke belakang2. Dia rugi di dunia dan di akhirat. Itulah kerugian yang nyata.
Note:
1) Tidak penuh dengan keyakinan
2) Kembali kafir lagi

3.     Besarnya nilai uhrowi
Tercabutnya nikmat duniawi yang meliputi berkurangnya harta benda, kekayaan yang dimiliki itu tidak ada artinya apabila dibandingkan dengan berbagai nikmat uhrowi. Hal itu sebagaimana dalam Al Quran surat Ali Imran ayat 91, yaitu:
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا۟ وَمَاتُوا۟ وَهُمْ كُفَّارٌ فَلَن يُقْبَلَ مِنْ أَحَدِهِم مِّلْءُ الْأَرْضِ ذَهَبًا وَلَوِ افْتَدَىٰ بِهِۦٓ ۗ أُو۟لٰٓئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ وَمَا لَهُم مِّن نّٰصِرِينَ.
91. Ssungguh, orang-orang yang kafir dan mati dalam kekafiran, tidaklah akan diterima (tebusan) dari seseorang diantara mereka sekalipun (berupa) emas sepenuh bumi, sekiranya hendak menebus diri dengannya. Mereka itulah orang-orang yang mendapat azab yang lebih pedih dan tidak memperoleh penolong.

4.     Pengaruh nilai uhrowi
Nilai uhrowi yang tercabut berpengaruh sangat besar dalam kehidupan. Dampaknya bukan hanya menimpa diri sendiri, tetapi juga akan dirasakan oleh segenap keluarga dan masyarakat. Oleh sebab itu peliharalah diri sendiri, keluarga dan masyarakat pada umumnya dari turunnya nilai uhrowi ini. Seperti yang tertulis dalam Al Quran surat Al Anfal ayat 25, yaitu:
وَاتَّقُوا۟ فِتْنَةً لَّا تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا۟ مِنكُمْ خَآصَّةً ۖ وَاعْلَمُوٓا۟ أَنَّ اللَّـهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ.
25. Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak hanya menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksa-Nya.

5.     Retaknya persaudaraan sesama muslim
Retaknya hati dan persaudaraan dengan sesama saudara seiman justru akan memperlemah diri sendiri dan umat. Kita sebaiknya mempererat hubungan sesama muslim dengan tidak berbantah-bantahan dan kembali ke jalan yang lurus, yaitu Al Quran dan As Sunnah. Sebagaimana tertulis dalam Al Quran surat Al Anfal ayat 46, yaitu:
وَأَطِيعُوا۟ اللَّـهَ وَرَسُولَهُۥ وَلَا تَنٰزَعُوا۟ فَتَفْشَلُوا۟ وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ ۖ وَاصْبِرُوٓا۟ ۚ إِنَّ اللَّـهَ مَعَ الصّٰبِرِينَ.
46. Dan taatilah Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berselisih, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan kekuatanmu hilang dan bersabarlah. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar.

Melalui muhasabah diri ini, kita diharapkan mampu memperbaiki diri dengan memupuk nilai uhrowi pada diri kita dan berbuat baik terhadap sesama. Hal tersebut kita lakukan semaksimal mungkin dengan senantiasa bertawakal kepada-Nya. Rasulullah SAW berpesan kepada kita semua bahwasannya supaya kita bertakwa kepada Allah dimana saja kita berada. Dalam hadist desebutkan sebagai berikut:
عَنْ اَبِي ذَرٍّ قَالَ لِيْ رَسُوْلُ اللهِ ص: اِتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَاَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ. الترمذى
Dari Abu Dzarr, ia berkata: Rasulullah SAW berabda kepadaku, “Bertakwalah kamu kepada Allah dimana saja kamu berada, dan ikutilah perbuatan buruk dengan perbuatan yang baik, niscaya perbuatan yang baik itu akan menghapusnya. Dan bergaullah dengan manusia dengan akhlak yang baik”. [HR. Tirmidzi juz 3, hal. 239, no. 2053. Ini hadits hasan shahih]

No comments:

Post a Comment