Friday, February 7, 2020

Khotbah Jum'at: Jangan Merasa Berjasa Masuk Islam


بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
·      اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِى لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَ اْلاَرْضِ وَ هُوَ عَلَى كُلّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ. نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه. فَقَالَ اللَّهُ تَعَالَى فِى كِتَابِهِ الْكرِيْم:
·      يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ.
·      يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً. وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا.
·      يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا.
·         أَمَّا بَعْدُ: فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللَّهَ وَخَيْرُ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّي اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَرَّالْأُمُوْرِ مُحْدَثاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعُةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ وَكُلَّ ضَلَالَةٍ فِىالنَّارِ.
·         اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ ، وَعَلَى آلِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
Ma'asyiral muslimin rahimakumullah
Syukur alkhamdulillah pada siang ini kita diberi kesempatan untuk melaksanakan rangkaian ibadah salat Jum’at. Kesempatan ini merupakan sebagian dari nikmat-Nya yang dianugerahkan kepada kita. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullah SAW yang telah membawa risalah Islam kepada umatnya.
Selanjutnya dari mimbar ini saya serukan secara khusus kepada diri saya sendiri dan kepada jamaah salat jumat pada umumnya agar senantiasa menjaga, mempertahankan, dan terus berupaya meningkatkan iman dan takwa. Sebab dengan berbekal iman dan takwa, kita dapat selamat di hari perhitungan nanti.
Ma'asyiral muslimin rahimakumullah
Manusia diciptakan Allah memiliki akal dan kehendak. Manusia yang diijinkan hidup di dunia sebenarnya fitrahnya sudah siap untuk memeluk agama Islam. Namun yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau manusia yang tidak beriman kepada Allah adalah orang tua mereka. Bila ditelisik lagi, Allah memberi kebebasan manusia untuk menjadi seorang muslim maupun  non-muslim. Sepertihalnya tertuang pada surat Al Kahfi ayat 29:
وَقُلِ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكُمْ ۖ فَمَنْ شَاءَ فَلْيُؤْمِنْ وَمَنْ شَاءَ فَلْيَكْفُرْ. الكهْف: 29
Dan katakanlah (Muhammad), “ Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; barangsiapa menghendaki (beriman) hendaklah dia beriman, dan barangsiapa menghendaki (kafir) biarlah dia kafir.” [QS. Al Kahfi: 29]
Melalui Surat Al Kahfi ayat 29 tadi, kita bisa mengetahui maknanya dari terjemahannya. Tidak dipungkiri, sebagian besar kita yang hidup di Indonesia belum paham betul Bahasa Arab. Oleh karenanya, Negara Indonesia melalui Kementerian Agama Republik Indonesia itu tanggap dengan meluncurkan Alquran dan Terjemahan. Amanah tersebut wujud tindak lanjut ketetapan MPRS nomor XI tahun 1960 pasal 2 dan Pola Proyek I Golongan AA 7 Bidang Terjemah Kitab Suci Alquran. Barulah lembaga Penyelenggara Penerjemah Kitab Suci Alquran terbentuk pada tahun 1962. Sehingga Alquran dan Terjemah pertama kalinya diluncurkan pada 17 Agustus 1965 dalam 3 jilid, setiap jilid berisi 10 juz. Pemutakhiran terus dilakukan hingga bisa kita nikmati hasilnya pada jaman sekarang ini.
Hingga terwujudnya terjemah Alquran standar Kementerian Agama tidak lepas dari ulama-ulama yang mumpuni. Perlu diketahui, ulama yang menjadi tim penyempurna terjemah Alquran di tahun 1998 sampai 2002 antara lain: Prof. Dr. M. Quraish Shihab, M.A.; Prof. Dr. KH. Sayid Agil Husin al-Munawwar, M.A.; dan Prof. Dr. H.A. Baiquni. Ketika itu lajnah dipimpin oleh Drs. H.A. Hafizh Dasuki, M.A. Finalisasi dilakukan pada masa lajnah dipimpin oleh Drs. H. Fadhal Bafadal, M.Sc. Pada tahun 2016 dilakukan kembali penyempurnaan dan dipimpin oleh Kepala Lajnah dan Pentashihan Mushaf Alquran yaitu Dr. KH. Muchlis M Hanafi, M.A. Alkhamdulillah, berkat usaha beliau-beliau di Kementerian Agama RI, kita mampu mengerti arti yang dikatakan di dalam Alquran.
Namun apabila kita menghendaki memahami Alquran lebih mendalam, kita bisa menggunakan kitab-kitab tafsir yang ada. Banyak diantaranya kitab tafsir maupun kitab terjemah tafsir yang beredar, ada kitab Tafsir Ibnu Katsir sekitar dengan 10 jilid, Kitab tafsir Ath-Thabari dengan 26 jilid, Kitab tafsir Al Maraghi dengan 30 jilid. Kitab tafsir Al Qurtubi dengan 10 jilid, dan lain sebagainya. Sebagai catatan, perlu kita ketahui bahwa ada kaidah, “shahibul qauli a’lamu bima yaqulu”, yang artinya pemilik ucapan paling tahu tentang apa yang dia ucapkan. Maka dalam hal ini sebenarnya hanya Allah-lah yang paling paham akan makna dari Alquran. Kita yang menerima Alquran tinggal mempelajarinya, sehingga kita sebaiknya tidak hanya mengacu hanya dari satu mufasir (pembuat tafsir). Hal itu dikarenakan pengaruh subjektivitas mufasir dalam memahami dan menafsirkan sesuatu teks, tidak lepas dari ideologi maupun latar belakang keilmuan mufasir. Oleh karenanya, bila kita ingin mengetahui lebih dalam makna Alquran, sebaiknya kita tidak hanya berpatokan pada satu kitab tafsir saja. Selain itu juga perlu adanya guru sebagai kontrol, apakah apa yang dipahami selama ini sudah sesuai ataukah belum.
Ma'asyiral muslimin rahimakumullah
Kembali ke makna Alquran Surat Al Kahfi ayat 29 diterangkan bahwa, Alquran yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW adalah benar datang dari Allah SWT.  Kemudian ada peringatan dan kebebasan dalam memilih, bila beriman kepada apa yang diturunkan Allah kepada Nabi, maka kerjakanlah. Namun bagi yang memilih mengingkari apa yang diturunkan Allah kepada Nabi, maka lakukanlah. Sebab orang yang mengingkari itu tidak akan menzalimi kecuali kepada dirinya sendiri. Orang yang tidak memeluk Agama Islam adalah orang yang sedang menzalimi dirinya sendiri.
Sebagai seorang muslim, kita tentunya dalam memilih dan memeluk agama Islam ini dilandasi dengan keimanan bahwa tidak ada Tuhan yang patut disembah, kecuali Allah, dan bersaksi bahwa Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah. Tidak ada paksaan dalam memeluk agama Islam. Namun ketika sudah memeluk agama Islam, maka haruslah tunduk dan patuh pada aturan Agama Islam. Sebab Allah tidaklah butuh keimanan dari seseorang. Sebagaimana tertulis dalam Alquran Surat Az Zumar ayat 7:
إِنْ تَكْفُرُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنْكُمْ ۖ وَلَا يَرْضَىٰ لِعِبَادِهِ الْكُفْرَ. الزُّمَرْ: 7
Jika kamu kafir (ketahuilah) maka sesungguhnya Allah tidak memerlukanmu dan Dia tidak meridai kekafiran hamba-hamba-Nya. [QS. Az Zumar: 7]
Melalui Surat Az Zumar ayat 7 tadi bisa kita pahami bahwa manusia beriman atau tidak itu tidak merugikan Allah sedikitpun. Allah disembah manusia tidak menguntungkan-Nya dan apabila manusia tidak menyembah Allah, Allah tidak rugi sedikit pun. Tetaplah Dia, Allah yang Merajai langit dan Bumi, tidak ada sekutu bagi-Nya. namun sebaliknya, kitalah umat manusia yang membutuhkan Allah. Segala yang ada di dunia ini diciptakan untuk kebutuhan seluruh manusia. Manusia-lah yang bergantung pada Allah, entah manuisa itu beriman ataukah kafir, entah manusia itu memeluk agama Islam, maupun yang tidak beragama Islam. Oleh karenanya, janganlah kita merasa berjasa karena masuk Islam, janganlah merasa berjasa karena turut andil dalam berdakwah, jangan merasa berjasa karena banyak infak dan sedekah, jangan merasa berjasa karena telah mengumrohkan atau menghajikan banyak orang. Sebab ada atau tidak adanya kita, Islam tetap akan ada. Bila niat kita tidak lurus, maka niscaya akan digantikan oleh orang-orang yang senantiasa berjuang dijalan Allah dengan niat yang lurus.
Ma'asyiral muslimin rahimakumullah
Orang yang niatnya lurus hanya mengharap rida Allah, maka mudah baginya fii sabilillah. Sebab mereka tahu, kepada Allah-lah manusia kembali. Orang beriman mestinya paham bahwa segala sesuatu bergantung pada Allah SWT. Buktinya adalah  Allah tidak hanya memberi rizki kepada orang beriman saja, tetapi Allah memberikan rizki-Nya kepada seluruh manusia. Hal itu sebagaimana tertulis didalam Alquran Surat Al Baqarah ayat 126:
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَٰذَا بَلَدًا آمِنًا وَارْزُقْ أَهْلَهُ مِنَ الثَّمَرَاتِ مَنْ آمَنَ مِنْهُمْ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۖ قَالَ وَمَنْ كَفَرَ فَأُمَتِّعُهُ قَلِيلًا ثُمَّ أَضْطَرُّهُ إِلَىٰ عَذَابِ النَّارِ ۖ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ. البَقَرَة: 126
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa, “Ya Tuhanku, jadikanlah (negeri Mekah) ini negeri yang aman dan berilah rezeki berupa buah-buahan kepada penduduknya, yaitu di antara mereka yang beriman kepada Allah dan hari kemudian,” Dia (Allah) berfirman, “Dan kepada orang kafir akan Aku beri kesenangan sementara, kemudian akan Aku paksa dia ke dalam azab neraka dan itulah seburuk-buruk tempat kembali.” [QS. Al Baqarah: 126]
Melalui Alquran Surat Al Baqarah ayat 126 bisa kita pahami bahwa Nabi Ibrahim pernah berdoa kepada Allah, agar Allah memberikan rezekinya hanya kepada orang-orang yang beriman. Namun di ayat itu pula, Allah langsung berfirman yang menyatakan bahwa Allah akan memberikan rezekinya kepada orang-orang kafir. Rezeki yang diberikan oleh Allah kepada orang-orang kafir adalah sebagai kesenangan sementara. Namun ketika di akhirat, mereka tidak mendapatkan kesenangan di akhirat.

Demikianlah khotbah jumat yang pertama. Semoga limpahan taufik dan hidayah Allah tetap dicurahkan kepada kita, sehingga mampu meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan. Semoga yang sedikit ini mampu memotivasi kita semua sebagai umat muslim untuk berupaya untuk tidak merasa berjasa masuk Islam.
أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ. بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. إِنَّاۤ اَعْطَيْنٰكَ الْكَوْثَرَ. فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ. اِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْاَبْتَرُ. وَقُلْ رَّبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَاَنْتَ خَيْرُ الرَّ حِمِيْنَ.
اَلْحَمْدُ ِللهِ حَمْدًا كَثِيْرًا وَ خَيْرًا مَجِيْدًا، هُوَ الَّذِى اَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِاْلهُدَى وَ دِيْنِ اْلحَقّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدّيْنِ كُلّهِ وَ لَوْ كَرِهَ اْلمُشْرِكُوْنَ. وَ الصَّلاَةُ وَ السَّلاَمُ عَلَى اَشْرَفِ اْلاَنْبِيَاءِ وَ اْلمُرْسَلِيْنَ وَ عَلَى آلِهِ وَ اَصْحَابِهِ اَجْمَعِيْنَ، اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَ اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ الَّذِى لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ. اَمَّا بَعْدُ.
فَيَا عِبَادَ الله، وَ اتَّقُوا اللهَ وَ اعْلَمُوْا اَنَّ اللهَ بِمَا تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌ. يَا اَرْحَمَ الرَّحِمِيْنَ.
·      اَللّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّـيْتَ عَلَى آلِ اِبـْرَاهِيْمَ. وَ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ اِبـْرَاهِيْمَ، فِى اْلعَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
·      اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، أَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ.
·      رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا، وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِالْإِيْمَانِ، وَلَا تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا، غِلًّا لِلَّذِيْنَ آمَنُوا، رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
·      رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ، وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ إِمَامًا.
·      رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً، وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
·      سُبْحَانَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
·      وَأَقِمِ الصَّلَاةَ.
Penyampai: Revolusi Prajaningrat Saktiyudha, S.Si., M.Pd.