Sunday, June 23, 2019

Kultum: Peningkatan Kualitas Amal


Ma’asyiral muslimin wal muslimat rakhimakumullah.

Bulan Ramadhan telah meninggalkan kita. Ketika di Bulan Ramadhan kita senantisa berupaya beramal salih. Kita secara ajeg melakukan amalan-amalan di Bulan Ramadhan untuk mengharap rida Allah dan mampu mencapai derajat takwa. Itu semua sudah kita lakukan di Bulan Ramadhan yang lalu. Amalan-amalan yang kita lakukan di Bulan Ramadhan hendaknya terus kita jaga hingga sekarang dan sampai nanti. Sebab banyak da’i atau ustadz yang mengatakan bahwa Bulan Ramadhan adalah bulan pendidikan, bulan penggemblengan, bulan maghfiroh. Sehingga apa yang lalui saat Bulan Ramadhan yang lalu bisa terus kita tingkatkan di Bulan Syawal ini dan bulan-bulan berikutnya hingga insya Allah bertemu lagi dengan Bulan Ramadhan. Maka tidak heran bahwa apa yang kita lakukan hari ini mestinya lebih baik dari kemarin. Kalaupun hari ini sama dengan yang kemarin, bisa dikatakan merugi. 

Amalan yang dilakukan di Bulan Ramadhan hingga kini di Bulan Syawal salah satunya adalah salat berjamaah. Keutamaan salat berjamaah sudah banyak diterangkan para ustadz, para da’i. Banyak keutamaan salat berjamaah, diantaranya disebutkan bahwa, salat berjama'ah (di masjid) itu berlipat ganda (pahalanya) dengan dua puluh lima kali lipat dari pada shalatnya di rumah dan di pasar [HR. Bukhari, dan lafadh baginya, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi dan Ibnu Majah]. Hadis lain menyebutkan bahwa, salat berjama'ah itu lebih utama dari pada shalat sendirian dengan dua puluh tujuh derajat" [HR. Malik, Bukhari, Muslim, Tirmidzi dan Nasai]. Begitu istimewanya salat berjamaah hingga didalam hadis menyatakan, seandainya orang yang tidak ikut shalat berjamaah (di masjid) itu mengetahui kebaikan-kebaikannya orang yang berjalan untuk shalat berjama'ah, pasti dia akan mendatanginya walaupun merangkak dengan dua tangan dan kakinya" [HR. Thabarani] dan masih banyak lagi keutamaan-keutamaan salat berjamaah yang lain. Oleh sebab itu, kita mesti bersyukur bahwa rumah kita dekat dengan masjid. Wujud syukur yang bisa kita lakukan adalah dengan salat berjamaah di masjid. Jarak yang dekat menunjukkan bahwa Allah memberi kemudahan kita berjalan menuju masjid, untuk memakmurkan masjid.

Ma’asyiral muslimin wal muslimat rakhimakumullah.

Memakmurkan masjid adalah upaya kita beramal salih. Ketika kita diberi begitu banyak kesempatan beramal salih, maka semaksimal mungkin kita untuk mentunaikannya. Sebab hidup kita hanya sekali. Kita tidak mungkin mengulangi kehidupan yang singkat ini. Kita melihat sendiri dan meyakini bahwa semakin bertambah usia, maka manusia itu semakin tua. Apa tho yang kita cari di dunia ini? Lalu kita menyadari bahwa hidup di dunia ini tidaklah selamanya. Hakikatnya kita semua sedang berjalan menuju Allah SWT.

Allah SWT berfirman:

يَا أَيُّهَا الْإِنْسَانُ إِنَّكَ كَادِحٌ إِلَىٰ رَبِّكَ كَدْحًا فَمُلَاقِيهِ *
Wahai manusia! Sesungguhnya kamu telah bekerja keras menuju Tuhanmu, maka kamu akan menemui-Nya (84: 6)

(Hai manusia! Sesungguhnya kamu telah bekerja) telah beramal dengan sekuat tenagamu (hingga) menemui (Rabbmu) yakni mati (dengan sungguh-sungguh, maka pasti kalian akan menemuinya) yakni, menemui amal perbuatanmu yang telah disebutkan tadi pada hari kiamat nanti, baik amal kebaikan atau pun amal keburukan, semuanya pasti kamu jumpai (Tafsir Jalalayn).

 فَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِينِهِ *

Maka adapun orang yang catatannya diberikan dari sebelah kanannya, (84: 7)

(Adapun orang yang diberikan kitabnya) yakni kitab catatan amalnya (dari sebelah kanan) dia adalah orang yang beriman (Tafsir Jalalayn).

 فَسَوْفَ يُحَاسَبُ حِسَابًا يَسِيرًا *

Maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah, (84: 8)

(Maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah) yaitu pada hari ditampakkan kepadanya amal perbuatannya, sebagaimana yang telah disebutkan di dalam salah satu hadis yang antara lain dikatakan, “Barangsiapa yang diinterogasi di dalam penghisabannya, niscaya dia bakal binasa atau celaka.” Kemudian setelah kepada orang mukmin itu ditampakkan amal perbuatannya, lalu Allah memaafkannya (Tafsir Jalalayn).

 وَيَنْقَلِبُ إِلَىٰ أَهْلِهِ مَسْرُورًا*

Dan dia akan kembali kepada keluarganya (yang sama-sama beriman) dengan gembira. (84: 9)

(Dan dia akan kembali kepada kaumnya/ keluarganya) di dalam surga (dengan gembira) karena mendapatkan ampunan-Nya (Tafsir Jalalayn).

وَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ وَرَاءَ ظَهْرِهِ *

Dan adapun orang yang catatannya diberikan dari sebelah belakang, (84: 10)

(Adapun orang yang diberikan kitabnya dari belakang punggungnya) dia adalah orang kafir, tangan kanannya diikat dan dibelenggu dijadikan satu dengan kepala, kemudian tangan kirinya ditekuk ke belakang berada dipunggungnya, maka dengan tangan kirinya itulah ia mengambil kitab catatan amalnya (Tafsir Jalalayn).

 فَسَوْفَ يَدْعُو ثُبُورًا *

Maka dia akan  berteriak, “Celakalah aku!” (84: 11)

(Maka dia akan berteriak) yakni sewaktu dia melihat apa yang tercatat di dalam kitab amalnya. (“Celakalah aku!”), ia berseru meratapi kebinasaannya, dengan ucapan “Celakalah aku!” (Tafsir Jalalayn).

 وَيَصْلَىٰ سَعِيرًا

Dan dia akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (84:12)

(Dan dia akan masuk ke dalam neraka Sa’iir) yakni neraka yang apinya sangat besar. Menurut suatu qiraat lafal Yashlaa dibaca Yushalla (Tafsir Jalalayn).

Ma’asyiral muslimin wal muslimat rakhimakumullah.
 
Melalui Surat Al Insyiqaq ayat 6 sampai 12 bisa kita pahami bahwa kita semua sedang dalam perjalanan menuju Allah SWT. Orang yang beriman, bertakwa, senaniasa melakukan amal salih akan menerima catatan amal perbuatannya dengan tangan kanan. Sedangkan orang yang durhaka terhadap Allah dan rasulullah akan menerima catatan amal dari belakang dengan tangan kirinya. 

Penyampai: Revolusi Prajaningrat Saktiyudha, S.Si., M.Pd.