Wednesday, April 29, 2020

Tutorial Salat Iftitah




Pernahkah suatu saat mampir salat tarawih di suatu masjid lalu ketika sudah melaksanakan salat bakdiyah isya dan hendak mulai salat tarawih, dibuka dengan salat dua rakaat? Sebenarnya salat dua rakaat apakah itu? Adakah dalil yang mendasari amalan salat itu? Supaya menjawab berbagai pertanyaan itu, mari simak uraian singkat berikut yang memuat: (a) pengertian salat iftitah; (b) hukum salat iftitah; (c) waktu dan tempat salat iftitah; dan (d) tata cara dan bilangan rakaat salat iftitah.

 

 

A. Pengertian Salat Iftitah

Membuka salat tarawih dengan salat dua rakaat itu merupakan pengamalan salat iftitah. Pengertian salat Iftitah adalah salat sunah yang dikerjakan untuk membuka atau sebagai awalan dalam melaksanakan salat malam/ salat lail.

 

B. Hukum Salat Iftitah

Hukum salat iftitah adalah sunah, yang artinya bila dikerjakan mendapat pahala dan bila tidak dikerjakan tidak mendapat dosa. Dalil yang menjadi dasar hukum salat iftitah adalah hadis berikut yang bersandar pada Abu Hurairah dan Aisyah.

 

Hadis Pertama

و حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ عَنْ هِشَامٍ عَنْ مُحَمَّدٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: إِذَا قَامَ أَحَدُكُمْ مِنْ اللَّيْلِ فَلْيَفْتَتِحْ صَلَاتَهُ بِرَكْعَتَيْنِ خَفِيفَتَيْنِ. مسلم

Artinya: Dan telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah, telah menceritakan kepada kami Abu Usamah dari Hisyam dari Muhammad dari Abu Hurairah, dari Nabi SAW, beliau bersabda, "Apabila seseorang diantara kalian bangun malam, maka hendaklah ia membuka salatnya dengan dua rakaat yang ringan. (HR. Muslim, no. 1287).

 

Hadis Kedua

حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى وَأَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ جَمِيعًا عَنْ هُشَيْمٍ قَالَ أَبُو بَكْرٍ حَدَّثَنَا هُشَيْمٌ أَخْبَرَنَا أَبُو حُرَّةَ عَنْ الْحَسَنِ عَنْ سَعْدِ بْنِ هِشَامٍ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَامَ مِنْ اللَّيْلِ لِيُصَلِّيَ افْتَتَحَ صَلَاتَهُ بِرَكْعَتَيْنِ خَفِيفَتَيْنِ. مسلم

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya dan Abu Bakr bin Abu Syaibah, semuanya dari Husyaim. Abu Bakr berkata: telah menceritakan kepada kami Husyaim, telah mengabarkan kepada kami Abu Hurrah dari Al Hasan dari Sa'd bin Hisyam dari Aisyah, ia berkata: "Bila Rasulullah SAW bangun hendak menunaikan salat malam, biasanya beliau memulainya dengan dua rakaat ringan." (HR. Muslim, no. 1286).

 

C. Waktu dan Tempat Salat Iftitah

Salat iftitah dapat dilaksanakan ketika hendak memulai salat malam. Salat iftitah bisa dilaksanakan di bulan Ramadan (salat Tarawih) maupun di luar bulan Ramadan (salat Tahajud). Salat iftitah dapat dilaksanakan di masjid ataupun di rumah.

 

D. Tata Cara dan Bilangan Rakaat Salat Iftitah

Tata cara salat iftitah seperti halnya salat pada umumnya. Adapun bilangan rakaatnya adalah dua rakaat. Salat iftitah dilaksanakan sebelum memulai salat malam/ salat lail. Oleh sebab itu, salat iftitah bisa dilaksanakan di bulan Ramadan (salat Tarawih) maupun di luar bulan Ramadan (salat Tahajud). Menurut hadis yang ada, pelaksanaan salat iftitah dengan 2 rakaat yang ringan. Maksud dari ringan adalah dengan surat atau ayat yang tidak memberatkan atau panjang. Pelaksanaan salat iftitah ini bisa dengan bacaan nyaring (jahr) atau lembut (sirr). Salat iftitah dilaksanakan secara sendiri (munfarid) atau berjamaah. Secara berjamaah hanya ketika di bulan Ramadan. Namun tidak menjadi batasan bila dikerjakan secara sendiri (munfarid) di bulan Ramadan karena melaksanakan salat tarawih secara sendiri (munfarid). Hadis yang mendasarinya adalah sebagaimana hadis berikut.

 

Hadis Ketiga

حَدَّثَنَا عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ شُعَيْبِ بْنِ اللَّيْثِ حَدَّثَنِي أَبِي عَنْ جَدِّي عَنْ خَالِدِ بْنِ يَزِيدَ عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِي هِلَالٍ عَنْ مَخْرَمَةَ بْنِ سُلَيْمَانَ أَنَّ كُرَيْبًا مَوْلَى ابْنِ عَبَّاسٍ أَخْبَرَهُ، أَنَّهُ قَالَ سَأَلْتُ ابْنَ عَبَّاسٍ كَيْفَ كَانَتْ صَلَاةُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِاللَّيْلِ قَالَ بِتُّ عِنْدَهُ لَيْلَةً وَهُوَ عِنْدَ مَيْمُونَةَ فَنَامَ حَتَّى إِذَا ذَهَبَ ثُلُثُ اللَّيْلِ أَوْ نِصْفُهُ اسْتَيْقَظَ فَقَامَ إِلَى شَنٍّ فِيهِ مَاءٌ فَتَوَضَّأَ وَتَوَضَّأْتُ مَعَهُ ثُمَّ قَامَ فَقُمْتُ إِلَى جَنْبِهِ عَلَى يَسَارِهِ فَجَعَلَنِي عَلَى يَمِينِهِ ثُمَّ وَضَعَ يَدَهُ عَلَى رَأْسِي كَأَنَّهُ يَمَسُّ أُذُنِي كَأَنَّهُ يُوقِظُنِي فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ خَفِيفَتَيْنِ قَدْ قَرَأَ فِيهِمَا بِأُمِّ الْقُرْآنِ فِي كُلِّ رَكْعَةٍ ثُمَّ سَلَّمَ ثُمَّ صَلَّى حَتَّى صَلَّى إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً بِالْوِتْرِ ثُمَّ نَامَ فَأَتَاهُ بِلَالٌ فَقَالَ الصَّلَاةُ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَقَامَ فَرَكَعَ رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ صَلَّى لِلنَّاسِ. أبي داود

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abdul Malik bin Syu'aib bin Al Laits, telah menceritakan kepadaku Bapakku dari Kakekku dari Khalid bin Yazid dari Sa'id bin Abu Hilal dari Makhramah bin Sulaiman bahwa Kuraib bekas budak Ibnu Abbas telah mengabarkan kepadanya, dia berkata: Aku pernah bertanya kepada Ibnu Abbas: "Bagaimanakah salat malam Rasulullah SAW?" Ibnu Abbas menjawab: "Aku pernah bermalam di sisi beliau, ketika itu beliau berada di rumah Maimunah, beliau tidur sehingga apabila sepertiga malam telah berlalu atau tengah malam, beliau bangun dan pergi ke bejana yang berisi air, beliau berwudu dan aku pun ikut berwudu bersama beliau, lalu beliau berdiri dan aku pun berdiri di samping kiri beliau, kemudian beliau menempatkanku di sebelah kanan beliau, beliau meletakkan tangannya di atas kepalaku seolah-olah memegang telingaku dan membangunkanku, kemudian beliau salat dua rakaat ringan, beliau membaca Al Fatihah di setiap rakaatnya kemudian salam, setelah itu beliau mengerjakan salat hingga sebelas rakaat beserta witirnya, lalu tidur. Ketika Bilal datang, dia berkata: "Waktu salat telah tiba wahai Rasulullah." Maka beliau berdiri mengerjakan dua rakaat lalu salat (subuh) bersama orang-orang." (HR. Abu Dawud, no. 1157).

 

Mengingat hukum dari salat iftitah ini adalah sunah, maka lebih baik bila diamalkan ketika hendak melaksanakan salat malam/ salat lail. Namun demikian, salat Iftitah bukanlah menjadi syarat sahnya salat malam/ salat lail. Oleh sebab itu, ketika mengerjakan salat tarawih atau salat tahajud tanpa melaksanakan salat iftitah itu tidak mengapa. Adapun tutorial salat tarawih atau salat tahajud bisa klik di sini. Wallahu a’lam bishshwwab.

 

Demikianlah berbagai dalil ataupun pelajaran yang bisa menjadi acuan kita dalam ibadah salat iftitah. Dalil yang kita gunakan untuk beribadah adalah dalil dari Al-Qur’an yang sudah pasti benar dan/ atau hadis shahih atau setidaknya hasan lidzatihi. Adapun selain dalil yang ada, tidak menutup kemungkinan terdapat dalil yang shahih maupun sharih lainnya yang bisa kita gunakan sebagai landasan hukum ibadah. Semoga kita semuanya mampu melaksanakan salat sunah dengan baik dan istiqamah sebagai upaya kita meraih kesempurnaan amal salih. Aamiin.

No comments:

Post a Comment