السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَ بَرَكَاتُهُ
الْحَمْدُ لِلّهِ الَّذِيْ خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيٰوةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا. وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ. اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَرَسُولِكَ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ. رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِي يَفْقَهُوا قَوْلِي. اللَّهُمَّ لَا سَهْلَ إِلَّا مَا جَعَلْتَهُ سَهْلًا وَأَنْتَ تَجْعَلُ الحَزْنَ إِذَا شِئْتَ سَهْلًا. أَمَّا بَعْدُ. مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ رَحِمَكُمُ اللهُ،
Syukur alkhamdulillah tidak henti-hentinya kita haturkan kepada Allah SWT yang memberikan nikmat kepada kita semua untuk beramal salih. Selawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW yang telah membawa ajaran Agama Islam untuk diamalkan umatnya. Mengamalkan ajaran-ajaran agama merupakan bagian amanat sila pertama Pancasila, dan Undang Undang Dasar 1945 Pasal 29 ayat 2.
Terima kasih saya haturkan kepada takmir Masjid, yang telah memberi kesempatan kepada saya untuk berdiri di mimbar ini. Pada kesempatan, ijinkanlah saya menyampaikan materi yang terkhusus untuk nasihat kepada saya pribadi dan kepada jamaah secara umum.
Ma'asyiral muslimin rahimakumullah.
Kita semua sudah hampir di penghujung bulan Ramadan. Ketika di bulan Ramadan diwajibkan untuk berpuasa. Bila boleh dianalogikan seperti sekolah, maka kita semuanya sudah hampir lulus. Kalau siswa yang bersekolah itu lulus wajib belajar ataupun lulus kuliah, tujuan berikutnya adalah memperoleh pekerjaan atau wirausaha. Melalui pekerjaan yang diperoleh atau wirausaha, harapannya segala kebutuhan akan terpenuhi. Namun bagi orang Islam yang mengerjakan puasa, apa yang diperoleh?
Bagi orang Islam, predikat yang diperoleh setelah melaksanakan puasa Ramadan sebulan penuh adalah menjadi orang yang bertakwa. Kewajiban puasa Ramadan ini sebagaimana kita tahu difirmankan Allah sebagai berikut.
﴿ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ ١٨٣ ﴾ ( البقرة/2: 183)
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. (QS. Al-Baqarah/2: 183)
Sebagaimana disebutkan dalam ayat bahwa orang beriman diwajibkan berpuasa sebagaimana orang-orang terdahulu. Tujuannya adalah supaya menjadi orang yang bertakwa. Pengertian takwa secara ringkas adalah mengerjakan perintah Allah dan Rasulullah dan menjauhi apa-apa yang dilarang oleh Allah dan Rasulullah. Orang yang bertakwa itu senantiasa bersegera mencari ampunan Allah dan balasannya adalah surga yang luasnya seluas langit dan bumi. Hal tersebut sebagaimana firman Allah sebagai berikut,
﴿ ۞ وَسَارِعُوْٓا اِلٰى مَغْفِرَةٍ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمٰوٰتُ وَالْاَرْضُۙ اُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِيْنَۙ ١٣٣ ﴾ ( اٰل عمران/3: 133)
Artinya: Bersegeralah menuju ampunan dari Tuhanmu dan surga (yang) luasnya (seperti) langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa, (QS. Ali 'Imran/3: 133).
Melalui ayat tersebut menjadi motivasi kita untuk berusaha menjadi orang yang bertakwa. Lalu bagaimana ciri-ciri orang bertakwa? Penjelasan ciri-ciri orang bertakwa dilanjutkan pada ayat berikutnya. Allah berfirman,
﴿ الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ فِى السَّرَّۤاءِ وَالضَّرَّۤاءِ وَالْكٰظِمِيْنَ الْغَيْظَ وَالْعَافِيْنَ عَنِ النَّاسِۗ وَاللّٰهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَۚ ١٣٤ ﴾ ( اٰل عمران/3: 134)
Artinya: (yaitu) orang-orang yang selalu berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, orang-orang yang menahan amarahnya, dan orang-orang yang memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan. (QS. Ali 'Imran/3:134).
Melalui ayat tersebut, terdapat tiga ciri-ciri orang yang bertakwa. Ciri-ciri tersebut di antaranya: (1) selalu berinfak di segala kondisi; (2) menahan amarahnya; dan (3) memaafkan kesalahan orang lain.
1. Selalu berinfak di segala kondisi
Umat Islam supaya termasuk orang yang bertakwa adalah melazimi berinfak di segala kondisi. Adapun kondisi yang dimaksud juga bisa dalam keadaan giat ataupun malas, sehat ataupun sakit dan dengan segala kondisi apapun.
2. Menahan amarahnya
Supaya tergolong orang yang bertakwa adalah menahan amarah. Orang yang menahan marah, maka balasannya adalah surga. Sebagaimana hadis menyebutkan,
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: لاَ تَغْضَبْ. وَ لَكَ اْلجَنَّةُ. الطبرانى
Artinya: Rasulullah SAW bersabda, "Jangan marah, maka bagimu surga." (HR. Thabarani dalam Al-Ausath no. 2353).
3. Memaafkan kesalah orang lain
Mereka yang suka memberi maaf atas kesalahan orang lain dan tidak menuntut balasan merupakan perbuatan baik. Orang Islam boleh marah tapi tidak lebih dari tiga hari. Maka apabila lebih tiga hari itu termasuk dosa. Tentu orang Islam yang berakal sehat tidak akan mau menambah dosa yang menggiring ke neraka. Orang Islam yang berakal sehat akan mudah memaafkan orang lain.
Pada Al-Qur’an Surat Ali Imran ayat 134 ini ditutup dengan “Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan” yang mengindikasikan bahwa ketakwaan seseorang berada pada tingkatan tertinggi apabila ia mau berinfak di segala kondisi, menahan amarahnya, dan memaafkan kesalahan orang lain. Hal tersebut merupakan perbuatan baik.
Demikian yang bisa saya sampaikan. Semoga bisa menjadi pengingat bagi diri saya dan bermanfaat bagi jamaah secara umum. Mohon maaf apabila terdapat tutur kata yang kurang berkenan. Mari kita tutup dengan hamdalah dan doa penutup majelis.
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَ بَرَكَاتُهُ
Penyampai: Revolusi Prajaningrat Saktiyudha, S.Si., S.Pd., M.Pd.
No comments:
Post a Comment