Sunday, August 25, 2019

Kultum: Enam Perkara Perusak Amal



Ma’asyiral muslimin wal muslimat rakhimakumullah.
Kaum muslim yang taat senantiasa mengharap rida Allah SWT. Demi menggapai rida Allah SWT, seorang hamba akan berusaha mendekatkan diri kepada Rabb-nya. Oleh sebab itu, mau tidak mau seorang hamba itu senantiasa menyandarkan diri pada nilai-nilai ke-Islam-an. Nilai-nilai ke-Islam-an telah diajarkan oleh Rasulullah dan Rasulullah-lah yang tahu persis bagaimana cara mendekatkan diri kepada Allah. Oleh sebab itu, untuk meniti jalan pendekatan diri kepada Allah, seorang hamba hendaknya mengikuti apa yang diajarkan oleh Rasulullah. Diantara cara mendekatkan diri kepada Allah adalah menambah kebaikan dengan beramal.
Kata amal (عَمَلَ) berasal dari bahasa Arab yang berarti berbuat, bekerja. Sedangkan arti kata amal menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah perbuatan baik atau buruk. Bisa kita ambil pengertian bahwa amal adalah segala perbuatan atau pekerjaan yang berasal dari manusia dan dilakukan dengan sengaja. Amal sebagai perbuatan ada yang baik dan ada yang buruk. Sepertihanya dijelaskan di dalam Alquran di dalam surat Fushilat ayat 46. Allah SWT berfirman:
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلِنَفْسِه وَ مَنْ اَسَآءَ فَعَلَيْهَا، وَ مَا رَبُّكَ بِظَلاَّمٍ لّلْعَبِيْدِ. فصلت:46
Barangsiapa yang mengerjakan amal yang salih, maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa yang berbuat jahat, maka (dosanya) atas dirinya sendiri, dan sekali-kali tidaklah Tuhanmu menganiaya hamba-hamba-(Nya). [QS. Fushilat: 46]
Melalui surat Fushilat ayat 46 tadi bisa kita petik pelajaran bahwa seseorang yang berbuat kebaikan, maka kebaikannya untuk dirinya sendiri dan bila seseorang berbuat jahat, maka dosanya untuk dirinya sendiri. Tentu kita sebagai seorang yang beriman menghendaki berbuat baik atau beramal salih demi mengharap rida Allah. Perbuatan baik seorang yang beriman akan kembali kepada dirinya sendiri. Perbuatan baik seorang yang beriman akan menghantarkannya ke surga. Oleh sebab itu, kita sebagai insan yang beriman diperintahkan untuk menjaga segala amal perbuatan kita agar senantiasa bernilai amal salih. Allah SWT berfirman:
ياَيُّهَا الّذِيْنَ امَنُوْآ اَطِيْعُوا اللهَ وَ اَطِيْعُوا الرَّسُوْلَ وَ لاَ تُبْطِلُوْآ اَعْمَالَكُمْ. محمد:33
Hai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul dan janganlah kamu merusakkan (pahala) amal-amalmu. [QS. Muhammad: 33]
Surat Muhammad ayat 33 telah menerangkan supaya kita mentaati Allah dan Rasulullah, serta berupaya menjaga pahala amal-amal yang telah kita kerjakan. Semua pahala amal-amal yang telah kita kerjakan janganlah sampai rusak. Oleh sebab itu, mari kita telusuri bersama bab-bab yang menyebabkan suatu amalan bisa rusak. Rasulullah sebagai utusan Allah yang paham betul tentang risalah Islam pernah bersabda:
سِتَّةُ اَشْيَاءَ تُحْبِطُ اْلاَعْمَالِ: اْلاِشْتِغَالُ بِعُيُوْبِ النَّاسِ، وَ قَسْوَةُ اْلقُلُوْبِ، وَ حُبُّ الدُّنْيَا، وَ قِلَّةُ اْلحَيَاءِ، وَ طُوْلُ اْلاَمَلِ، وَ ظَالِمٌ لاَ يَنْتَهِى. الديلمى عن عدى بن حاتم
Ada enam perkara yang dapat menggugurkan amal: (1) sibuk mencari cela dan kesalahan orang lain: (2) kerasnya hati; (3) cinta dunia; (4) sedikit sekali perasaan malunya; (5) panjang angan-angan; dan (6) terus-menerus berbuat aniaya. [HR. Dailamiy dari ‘Adiy bin Hatim]
Menurut hadis riwayat Dailamiy dari ‘Adiy bin Hatim tersebut, terdapat enam perkara yang mampu merusak amal salih seorang hamba. Sebisa mungkin kita dapat menghindari enam perkara tersebut. Agar lebih jelasnya, mari kita simak penjelasan singkat berikut:
1.     Sibuk mencari cela dan kesalahan orang lain (اْلاِشْتِغَالُ بِعُيُوْبِ النَّاسِ)
Sebagai umat muslim, kita dilarang untuk mencari kesalahan orang lain. Larangan tersebut tertuang pada Alquran surat Al Hujurat ayat 12. Allah SWT berfirman:
يٰۤاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اجْتَنِبُوْا كَثِيْرًا مّنَ الظَّنّ اِنَّ بَعْضَ الظَّنّ اِثْمٌ وَّ لَا تَجَسَّسُوْا وَ لَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا، اَيُحِبُّ اَحَدُكُمْ اَنْ يَّأْكُلَ لَحْمَ اَخِيْهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوْهُ، وَ اتَّقُوا اللهَ، اِنَّ اللهَ تَوَّابٌ رَّحِيْمٌ. الحجرات: 12
Hai orang-orang yang beriman, jauhkanlah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang diantara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. [QS. Al Hujuraat: 12]
Melalui surat Al Hujurat ayat 12 bisa kita ketahui bahwa Allah SWT memerintahkan orang yang beriman untuk menjauhi prasangka, melarang untuk tajassus atau mencari kesalahan aib orang lain, dan menggunjing orang lain. Perbuatan yang disebutkan di dalam surat Al Hujurat diibaratkan memakan daging saudaranya yang telah mati itu menegaskan bahwa perbuatan-perbuatan tersebut tidak layak dilakukan oleh orang yang mengaku sebagai seorang muslim. Sebab kaum muslim itu akan senantiasa menjaga perbuatannya sehingga saudaranya tidak terluka karenanya. Suatu hadis menyebutkan:
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو عَنِ النَّبِيّ ص قَالَ: الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُوْنَ مِنْ لِسَانِهِ وَ يَدِهِ. وَ الْمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللهُ عَنْهُ. البخارى 1: 8
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Orang Islam itu ialah orang yangmana orang-orang Islam yang lain selamat dari perbuatan lisan dan tangannya. Dan orang yang berhijrah ialah orang yang meninggalkan apa-apa yang dilarang oleh Allah. [HR. Bukhari juz 1, hal. 8]
2.     Kerasnya hati (قَسْوَةُ اْلقُلُوْبِ)
Hati yang keras tidak mampu menerima kebenaran yang dibawa oleh Rasulullah. Oleh sebab itu berbahagialah orang yang hatinya ditundukkan Allah agar mampu menerima kebenaran yang dibawa Rasulullah. Umat Rasulullah Muhammad SAW diajak berpikir oleh Allah di dalam surat Al Hadid ayat 16. Allah berfirman:
اَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِيْنَ امَنُوْآ اَنْ تَخْشَعَ قُلُوْبُهُمْ لِذِكْرِ اللهِ وَ مَا نَزَلَ مِنَ اْلحَقّ، وَ لاَ يَكُوْنُوْا كَالَّذِيْنَ اُوْتُوا اْلكِتبَ مِنْ قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ اْلاَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوْبُهُمْ، وَ كَثِيْرٌ مّنْهُمْ فسِقُوْنَ. الحديد: 16
Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Alkitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka, lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan diantara mereka adalah orang-orang yang fasik. [QS. Al-Hadiid: 16]
Melalui surat Al Hadid ayat 16 bisa kita ketahui bahwa Allah mengajak orang-orang beriman untuk berpikir bahwa apakah belum tiba saatnya manusia itu menerima kebenaran Allah dan Rasulullah. Penerimaan kebenaran Allah dan Rasulullah membuat orang beriman tidak terjerumus kedalam kefasikan. Orang fasik adalah orang yang melanggar ketentuan-ketentuan agama, baik berupa ucapan maupun perbuatan.
3.     Cinta dunia (حُبُّ الدُّنْيَا)
Sebagai umat musim, kita diperintahkan untuk tidak menjadikan dunia sebagai tujuan. Dunia hanya kesenangan yang sedikit (مَتَعٌ قَلِيلٌ). Dibanding dunia, ada tujuan yang lebih hakiki, yaitu akhirat. Allah SWT berfirman:
 مَن كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الْاٰخِرَةِ نَزِدْ لَهُۥ فِى حَرْثِهِۦ ۖ وَمَن كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الدُّنْيَا نُؤْتِهِۦ مِنْهَا وَمَا لَهُۥ فِى الْاٰخِرَةِ مِن نَّصِيبٍ. الشورى: 20
Barangsiapa menghendaki keuntungan di akhirat akan kami tambahkan keuntungan itu baginya, dan barangsiapa menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian darinya (keuntungan dunia), tetapi dia tidak akan mendapat bagian di akhirat. [QS. Asy Syura: 20]
Melalui surat Asy Syura ayat 20 bisa kita ambil pelajaran bahwa apabila kita menginginkan keuntungan akhirat, maka keuntungan di dunia akan Allah sertakan. Namun apabila menjadikan dunia ini sebagai tujuan, maka Allah akan memberikan sebagian keuntungan dunia dan Allah tidak akan memberinya keuntungan di akhirat.
4.     Sedikit rasa malu (قِلَّةُ اْلحَيَاءِ)
Akhlak seorang muslim adalah rasa malu. Sebagian cabang iman adalah malu. Suatu hadis menyebutkan:
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: َاْلحَيَاءُ مِنَ اْلاِيْمَانِ وَ اْلاِيْمَانُ فِى اْلجَنَّةِ. وَ اْلبَذَاءُ مِنَ اْلجَفَاءِ وَ اْلجَفَاءُ فِى النَّارِ. الترمذى و قال هذا حديث حسن صحيح،
Dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda, “Malu itu sebagian dari iman, dan iman itu di surga. Perkataan kotor itu termasuk perangai yang kasar dan perangai yang kasar itu di neraka”. [HR Tirmidzi, ia berkata, “Ini hadits hasan shahih”, juz 3, hal. 247, no. 2077]

Melalui hadis riwayat Tirmidzi tersebut bisa kita ambil pelajaran bahwa malu adalah sebagian dari iman yang menghantarkan ke surga. Sebaliknya,perkataan kotor adalah perangai atau sikap kasar yang menjerumuskan ke dalam neraka. Oleh sebab itu, kita sebagai seorang muslim hendaknya menghindari hilangnya rasa malu pada diri kita.
5.     Panjang angan-angan (طُوْلُ اْلاَمَلِ)
Umat muslim dilarang untuk panjang angan-angan. Sebab dengan panjangnya angan, setan menyesatkan manusia sehingga terjerumus ke dalam kekafiran. Tidak ada tempat layak bagi orang yang ingkar kepada Allah kecuali neraka.  Allah SWT berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ ارْتَدُّوا۟ عَلَىٰٓ أَدْبٰرِهِم مِّنۢ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ الْهُدَى ۙ الشَّيْطٰنُ سَوَّلَ لَهُمْ وَأَمْلَىٰ لَهُمْ. محمد:25
Sesungguhnya orang-orang yang berbalik (kepada kekafiran) setelah petunjuk itu jelas bagi mereka, setanlah yang merayu mereka dan memanjangkan angan-angan mereka. [QS. Muhammad: 25]
Melalui surat Muhammad ayat 25 tadi kita ambil pelajaran bahwa kita sebisa mungkin menghindari perilaku panjang angan, sehingga hati kita senantiasa mampu menerima dan menghayati kebenaran petunjuk ayat-ayat Alquran.
6.     Terus menerus berbuat aniaya/ zalim (ظَالِمٌ لاَ يَنْتَهِى)
Berbuat aniaya atau disebut zalim. Sementara lawannya zalim adalah adil. Orang yang adil adalah orang yang mampu menempatkan sesuatu hal pada tempatnya. Sedangkan zalim bisa diambil pengertian bahwa seseorang yang tidak mampu menempatkan sesuatu hal pada tempatnya. Perbuatan zalim ini baik terhadap diri sendiri, orang lain, lingkungan dan bahkan Allah dan Rasulullah. Perbuatan zalim tersebut telah dilarang oleh Allah dan Rasulullah. Sebab perbuatan zalim merupakan perbuatan keji dan hina. Sebagai seorang muslim tidaklah pantas berbuat zalim. Suatu hadis menjelaskan:
عَنْ عَلِيّ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: يَقُوْلُ اللهُ: اِشْتَدَّ غَضَبِى عَلَى مَنْ ظَلَمَ مَنْ لاَ يَجِدُ لَهُ نَاصِرًا غَيْرِى. الطبرانى فى الصغير و الاوسط، فى الترغيب و الترهيب 3: 188
Dari Ali RA, ia berkata: Rasulullah SAW pernah bersabda: Allah berfirman, “Aku sangat murka kepada orang yang berbuat zalim terhadap orang lain yang orang itu tidak mempunyai penolong selain Aku”. [HR. Thabarani di dalam Ash-Shaghir dan Al-Ausath, dalam Targhib wat Tarhib juz 3, hal. 188]
Melalui hadis riwayat Thabarani bisa kita pahami bahwa Allah sangat murka kepada orang zalim terhadap orang yang beriman. Padahal kita tahu ketika Allah murka terhadap sesuatu, maka akah ditimpakan azab terhadapnya, baik di dunia maupun diakhirat. Oleh sebab itu, mari semaksimal mungkin kita menjauhi perbuatan zalim.
Ma’asyiral muslimin wal muslimat rakhimakumullah.
Melalui hadis yang menerangkan enam perkara perusak amal, kita berupaya untuk menjauhi perilaku: (1) sibuk mencari cela dan kesalahan orang lain (اْلاِشْتِغَالُ بِعُيُوْبِ النَّاسِ): (2) kerasnya hati (قَسْوَةُ اْلقُلُوْبِ); (3) cinta dunia (حُبُّ الدُّنْيَا); (4) sedikit sekali perasaan malunya (قِلَّةُ اْلحَيَاءِ); (5) panjang angan-angan (طُوْلُ اْلاَمَلِ); dan (6) terus-menerus berbuat aniaya (ظَالِمٌ لاَ يَنْتَهِى).

Wallahu A'lam


Penyampai: Revolusi Prajaningrat Saktiyudha, S.Si., M.Pd.

No comments:

Post a Comment