Monday, September 28, 2020

Doa Masuk Pasar

 


 

Kita sebagai masyarakat tentu berusaha memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sudah menjadi kebiasaan kita sebagai masyarakat di Indonesia untuk memenuhi kebutuhan pangan maupun sandang ke pasar. Tentu kita sudah biasa mengunjungi pasar. Tahukah kita bahwa terdapat amalan ketika hendak masuk pasar? Begitu mulianya Agama Islam, hingga kita sebagai seorang muslim diajari do’a masuk pasar oleh Rasulullah SAW. Do’a masuk pasar salah satunya sebagaimana hadis berikut:

 

حَدَّثَنَا بِذَلِكَ أَحْمَدُ بْنُ عَبْدَةَ الضَّبِّيُّ حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ وَالْمُعْتَمِرُ بْنُ سُلَيْمَانَ قَالَا حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ دِينَارٍ وَهُوَ قَهْرَمَانُ آلِ الزُّبَيْرِ عَنْ سَالِمِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ قَالَ فِي السُّوقِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِي وَيُمِيتُ وَهُوَ حَيٌّ لَا يَمُوتُ بِيَدِهِ الْخَيْرُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ كَتَبَ اللَّهُ لَهُ أَلْفَ أَلْفِ حَسَنَةٍ وَمَحَا عَنْهُ أَلْفَ أَلْفِ سَيِّئَةٍ وَبَنَى لَهُ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ قَالَ أَبُو عِيسَى وَعَمْرُو بْنُ دِينَارٍ هَذَا هُوَ شَيْخٌ بَصْرِيٌّ تَكَلَّمَ فِيهِ بَعْضُ أَصْحَابِ الْحَدِيثِ وَرَوَاهُ يَحْيَى بْنُ سُلَيْمٍ الطَّائِفِيُّ عَنْ عِمْرَانَ بْنِ مُسْلِمٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ دِينَارٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلَمْ يَذْكُرْ فِيهِ عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ. الترمذي

 

Artinya: Telah menceritakan kepada kami dengan hal tersebut Ahmad bin 'Abdah Adh Dhabbi(1), telah menceritakan kepada kami Hammad bin Zaid(2) serta Al Mu'tamir bin Sulaiman(3), mereka berkata; telah menceritakan kepada kami 'Amr bin Dinar(4), ia adalah bendahara keluarga Az Zubair, dari Salim bin Abdullah bin Umar(5) dari ayahnya(6), dari kakeknya(7) bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Barangsiapa yang di pasar mengucapkan; LAA ILAAHA ILLALLAAHU WAHDAHU LAA SYARIIKA LAHU LAHUL MULKU WA LAHUL HAMDU YUHYII WA YUMIITU LAA YAMUUTU BIYADIHIL KHAIRU WA HUWA 'ALAA KULLI SYAI-IN QADIIR (Tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah semata tidak ada sekutu bagi-Nya, milik-Nya semua kerajaan dan bagi-Nya seluruh pujian, Dia Yang menghidupkan, dan mematikan, di tangan-Nya segala kebaikan, dan Dia Maha Mampu melakukan segala sesuatu), maka Allah mencatat baginya satu juta kebaikan, dan menghapus darinya satu juta kesalahan, dan membangunkan rumah untuknya di Surga." Abu Isa serta 'Amr bin Dinar berkata; orang ini adalah Syekh dari Bashrah, sebagian ulama hadis membicarakan mengenai dirinya. Dan hadis tersebut telah diriwayatkan oleh Yahya bin Sulaim Ath Thai(8), dari Imran bin Muslim(9), dari Abdullah bin Dinar(10), dari Ibnu Umar(11), dari Nabi SAW dan beliau tidak menyebutkan padanya dari Umar RA. (HR. Tirmidi, no. 3351)

 

Daftar Rawi:

(1) Ahmad bin 'Abdah bin Musa, Adl Dlabbiy, Abu 'Abdullah , Tabi'ul Atba' kalangan tua, wafat tahun 245 H, hidup di Bashrah.

(2) Hammad bin Zaid bin Dirham, Abu Isma'il, Al Azraq, Tabi'ut Tabi'in kalangan pertengahan, wafat tahun 179 H, hidup di Bashrah, wafat di Bashrah.

(3) Mu'tamir bin Sulaiman bin Thurkhan, At Taymiy, Abu Muhammad, Ath Thufail, Tabi'in kalangan pertengahan, wafat tahun 187 H, hidup di Bashrah, wafat di Bashrah.

(4) Amru bin Dinar, Al Bashriy, Abu Yahya, Qahraman (kepala rumah tangga) keluarga, Tabi'in (tdk jumpa Shahabat), hidup di Bashrah.

(5) Salim bin 'Abdullah bin 'Umar bin Al Khaththab, Al 'Adawiy Al Qurasyiy, Abu 'Umar, Tabi'in kalangan pertengahan, wafat tahun 106 H, hidup di Madinah.

(6) Abdullah bin 'Umar bin Al Khaththab bin Nufail, Al 'Adawiy Al Qurasyiy, Abu 'Abdur Rahman, Shahabat, wafat tahun 73 H, hidup di Madinah, wafat di Marur Rawdz.

(7) Umar bin Al Khaththab bin Nufail, Al Qurasyiy Al 'Adawiy, Abu Hafsh, Al Faruq Amirul Mu'minin, Shahabat, wafat tahun 23, hidup di Madinah, wafat di Madinah.

(8) Yahya bin Sulaim, Ath Tha'ifiy Al Qurasyiy, Abu Muhammad, Tabi'ut Tabi'in kalangan biasa, wafat tahun 193 H, hidup di Marur Rawdz, wafat di Marur Rawdz.

(9) Imran bin Muslim, Al Minqariy, Abu Bakar, Al Qashir, Tabi'in (tdk jumpa Shahabat), hidup di Bashrah.

(10) ‘Abdullah bin Dinar, maula Ibnu 'Umar", Al 'Adawiy Al Madaniy, Abu 'Abdur Rahman, Tabi'in kalangan biasa, wafat tahun 127 H, hidup di Madinah.

(11) Abdullah bin 'Umar bin Al Khaththab bin Nufail, Al 'Adawiy Al Qurasyiy, Abu 'Abdur Rahman, Shahabat, wafat tahun 73 H, hidup di Madinah, wafat di Marur Rawdz.

PENJELASAN SINGKAT

Hadis riwayat Tirmidzi di atas merupakan hadis marfu’ (disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW) dan memiliki beberapa jalur sanad. Hadis tersebut dikabarkan dengan tiga jalur sanad. Hal tersebut sebagaimana jalur sanad berikut:

 

Jalur Pertama:

‘Umar bin Al Khaththab bin Nufail – Abdullah bin ‘Umar bin Al Khaththab bin Nufail – Salim bin Umar bin Al Khaththab – Amru bin Dinar – Hammad bin Zaid bin Dirham – Ahmad bin ‘Abdah bin Musa

 

Keterangan:

Pada jalur pertama lemah karena terdapat rawi yang bernama Amru bin Dinar. An Nasaa’iy mengomentari laisa bi tsiqah. Sedang Ad Daruquthni mendudukkannya pada kualitas dlaif. Hammad bin Zaid bin Dirham dikomentari tsiqah tsabat faqih oleh Ibnu Hajar Al ‘Asqalani.

 

Jalur Kedua:

‘Umar bin Al Khaththab bin Nufail – Abdullah bin ‘Umar bin Al Khaththab bin Nufail – Salim bin Umar bin Al Khaththab – Amru bin Dinar – Mu’tamir bin Sulaiman bin Turkhan - Ahmad bin ‘Abdah bin Musa

 

Keterangan:

Pada jalur kedua lemah karena terdapat rawi yang bernama Amru bin Dinar. An Nasaa’iy mengomentari laisa bi tsiqah. Sedang Ad Daruquthni mendudukkannya pada kualitas dlaif. Rawi yang bernama Mu’tamir bin Sulaiman bin Turkhan dikomentari shaduq tsiqah oleh Abu Hatim.

 

Jalur Ketiga:

Abdullah bin ‘Umar bin Al Khaththab bin Nufail – ‘Abdullah bin Dinar maula Ibnu ‘Umar – Imran bin Muslim – Yahya bin Sulaim

 

Keterangan:

Jalur ketiga memiliki jalur yang lebih baik. Hal tersebut dikarenakan rawi-rawinya tsiqah, kecuali rawi yang bernama Imran bin Muslim. Ia dikomentari laisa bihi ba’s oleh An Nasaa’iy, tetapi Adz Dzahabi mengomentari tsiqah. Selain itu terdapat rawi yang bernama Yahya bin Sulaim. Ia dikomentari tsiqah oleh Adz Dzahabi. Namun dikomentari shaduq, buruk hapalan oleh Ibnu Hajar Al ‘Asqalani.

 

Melalui penjelasan singkat dapat kita ketahui bahwa hadis marfu’ riwayat Tirmidzi tersebut adalah hadis hasan. Hal tersebut karena bila kita runut dari jalur periwayatan yang ketiga. Sehingga bisa dipahami bahwa ketika kita hendak masuk pasar bisa melafalkan doa ketika hendak masuk pasar. Fadilah mengamalkan doa masuk pasar disebutkan dalam hadis adalah akan Allah catat baginya satu juta kebaikan, dan menghapus darinya satu juta kesalahan, dan membangunkan rumah untuknya di Surga.  Semoga kita semua mampu mengamalkannya dan meraih rida Allah SWT.

 

Wallahu a’lam bishshawab

No comments:

Post a Comment