Pembagian hadis bisa ditinjau dari berbagai aspek. Salah satunya ditinjau dari segi orang yang disandari. Hal tersebut memungkinkan umat Islam mengetahui dari siapakah suatu hadis itu bersandar, apakah dari Nabi, Shahabat, ataukah Tabi’in. Hadis (khabar) terbagi menjadi tiga apabila ditinjau pada orang yang disandari. Pembagian hadis yang dimaksud antara lain yaitu: marfu’, mauquf, dan maqthu. Meski demikian dari pembagian hadis tersebut secara umum hadis Nabi diklasifikasikan ke dalam derajat hadis shahih, hasan, dan dlaif. Maksudnya meskipun hadis tersebut disampaikan secara marfu’, mauquf, atau maqthu itu memiliki derajat shahih, hasan, ataupun dlaif. Pembagian hadis berdasarkan penyandaran bisa disimak melalui penjelasan singkat berikut:
A. Marfu’
Marfu’ ialah hadis yang disandarkan kepada Nabi SAW. Apa yang disandarkan ke Nabi adalah hadis marfu’. Secara bahasa, marfu’ artinya adalah terangkat. Maksudnya ialah setiap hadis yang dinisbatkan kepada Nabi SAW, baik sanadnya bersambung atau tidak, baik shahih atau dlaif. Apabila perkataan/ ucapan dinisbatkan ke Nabi SAW disebut marfu’ qauli. Bila dinisbatkan pada perilaku Nabi SAW disebut marfu’ amali. Jika berdasarkan penetapan Nabi SAW disebut marfu’ taqriri. Sedangkan jika berdasarkan sifat Nabi SAW disebut marfu’ shifati khalqi atau shifati khuluqi. Adapun marfu’ terbagi menjadi dua, yaitu: marfu sharih dan marfu hukum.
1. Marfu’ sharih ialah hadis yang disandarkan kepada Nabi SAW secara langsung baik perkataan atau perbuatan atau taqrir atau sifat atau khuluqnya penciptaannya (akhlaknya).
a. Contoh perkataan sabda Nabi SAW:
و حَدَّثَنَا إِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ وَعَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ جَمِيعًا عَنْ أَبِي عَامِرٍ قَالَ عَبْدٌ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ عَمْرٍو حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ جَعْفَرٍ الزُّهْرِيُّ عَنْ سَعْدِ بْنِ إِبْرَاهِيمَ قَالَ سَأَلْتُ الْقَاسِمَ بْنَ مُحَمَّدٍ عَنْ رَجُلٍ لَهُ ثَلَاثَةُ مَسَاكِنَ فَأَوْصَى بِثُلُثِ كُلِّ مَسْكَنٍ مِنْهَا قَالَ يُجْمَعُ ذَلِكَ كُلُّهُ فِي مَسْكَنٍ وَاحِدٍ ثُمَّ قَالَ أَخْبَرَتْنِي عَائِشَةُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ . مسلم
Artinya: Dan telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Ibrahim dan Abd bin Humaid semuanya dari Abu Amir. Abd berkata; telah menceritakan kepada kami Abdul Malik bin Amru, telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Ja'far Az Zuhri, dari Sa'd bin Ibrahim, dia berkata; aku bertanya kepada Al Qasim bin Muhammad tentang seseorang yang memilki tiga tempat tinggal, lalu dia mewasiatkan sepertiga dari setiap satu tempat tinggal." Sa'd melanjutkan, "Kemudian dia mengumpulkannya menjadi satu." Al Qasim menjawab, "Aisyah telah mengabarkan kepadaku bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Barangsiapa mengamalkan suatu perkara yang tidak kami perintahkan, maka ia tertolak." (HR. Muslim, no. 3243).
b. Contoh perbuatan Nabi SAW:
و حَدَّثَنِي أَبُو بَكْرِ بْنُ نَافِعٍ الْعَبْدِيُّ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ عَنْ سُفْيَانَ عَنْ الْمِقْدَامِ بْنِ شُرَيْحٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا دَخَلَ بَيْتَهُ بَدَأَ بِالسِّوَاكِ. مسلم
Artinya: Dan telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Nafi' al-Abdi, telah menceritakan kepada kami Abdurrahman (bin Mahdiy), dari Sufyan (bin Sa'id bin Masruq), dari al-Miqdam bin Syuraih, dari bapaknya (Syuraih bin Hani'), dari Aisyah bahwa Nabi SAW apabila masuk rumahnya, maka beliau memulainya dengan bersiwak (gosok gigi) (HR. Muslim, no. 372).
c. Contoh penetapan (taqrir) Nabi SAW:
حَدَّثَنَا أَبُو جَعْفَرٍ مُحَمَّدُ بْنُ الصَّبَّاحِ وَأَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَتَقَارَبَا فِي لَفْظِ الْحَدِيثِ قَالَا حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ عَنْ حَجَّاجٍ الصَّوَّافِ عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي كَثِيرٍ عَنْ هِلَالِ بْنِ أَبِي مَيْمُونَةَ عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ الْحَكَمِ السُّلَمِيِّ قَالَ بَيْنَا أَنَا أُصَلِّي مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذْ عَطَسَ رَجُلٌ مِنْ الْقَوْمِ فَقُلْتُ يَرْحَمُكَ اللَّهُ فَرَمَانِي الْقَوْمُ بِأَبْصَارِهِمْ فَقُلْتُ وَا ثُكْلَ أُمِّيَاهْ مَا شَأْنُكُمْ تَنْظُرُونَ إِلَيَّ فَجَعَلُوا يَضْرِبُونَ بِأَيْدِيهِمْ عَلَى أَفْخَاذِهِمْ فَلَمَّا رَأَيْتُهُمْ يُصَمِّتُونَنِي لَكِنِّي سَكَتُّ فَلَمَّا صَلَّى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَبِأَبِي هُوَ وَأُمِّي مَا رَأَيْتُ مُعَلِّمًا قَبْلَهُ وَلَا بَعْدَهُ أَحْسَنَ تَعْلِيمًا مِنْهُ فَوَاللَّهِ مَا كَهَرَنِي وَلَا ضَرَبَنِي وَلَا شَتَمَنِي قَالَ إِنَّ هَذِهِ الصَّلَاةَ لَا يَصْلُحُ فِيهَا شَيْءٌ مِنْ كَلَامِ النَّاسِ إِنَّمَا هُوَ التَّسْبِيحُ وَالتَّكْبِيرُ وَقِرَاءَةُ الْقُرْآنِ أَوْ كَمَا قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي حَدِيثُ عَهْدٍ بِجَاهِلِيَّةٍ وَقَدْ جَاءَ اللَّهُ بِالْإِسْلَامِ وَإِنَّ مِنَّا رِجَالًا يَأْتُونَ الْكُهَّانَ قَالَ فَلَا تَأْتِهِمْ قَالَ وَمِنَّا رِجَالٌ يَتَطَيَّرُونَ قَالَ ذَاكَ شَيْءٌ يَجِدُونَهُ فِي صُدُورِهِمْ فَلَا يَصُدَّنَّهُمْ قَالَ ابْنُ الصَّبَّاحِ فَلَا يَصُدَّنَّكُمْ قَالَ قُلْتُ وَمِنَّا رِجَالٌ يَخُطُّونَ قَالَ كَانَ نَبِيٌّ مِنْ الْأَنْبِيَاءِ يَخُطُّ فَمَنْ وَافَقَ خَطَّهُ فَذَاكَ قَالَ وَكَانَتْ لِي جَارِيَةٌ تَرْعَى غَنَمًا لِي قِبَلَ أُحُدٍ وَالْجَوَّانِيَّةِ فَاطَّلَعْتُ ذَاتَ يَوْمٍ فَإِذَا الذِّيبُ قَدْ ذَهَبَ بِشَاةٍ مِنْ غَنَمِهَا وَأَنَا رَجُلٌ مِنْ بَنِي آدَمَ آسَفُ كَمَا يَأْسَفُونَ لَكِنِّي صَكَكْتُهَا صَكَّةً فَأَتَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَعَظَّمَ ذَلِكَ عَلَيَّ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفَلَا أُعْتِقُهَا قَالَ ائْتِنِي بِهَا فَأَتَيْتُهُ بِهَا فَقَالَ لَهَا أَيْنَ اللَّهُ قَالَتْ فِي السَّمَاءِ قَالَ مَنْ أَنَا قَالَتْ أَنْتَ رَسُولُ اللَّهِ قَالَ أَعْتِقْهَا فَإِنَّهَا مُؤْمِنَةٌ حَدَّثَنَا إِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ أَخْبَرَنَا عِيسَى بْنُ يُونُسَ حَدَّثَنَا الْأَوْزَاعِيُّ عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي كَثِيرٍ بِهَذَا الْإِسْنَادِ نَحْوَهُ. مسلم
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abu Ja'far Muhammad bin ash-Shabbah dan Abu Bakar bin Abi Syaibah dan keduanya berdekatan dalam lafazh hadis tersebut, keduanya berkata, telah menceritakan kepada kami Ismail bin Ibrahim, dari Hajjaj ash-Shawwaf, dari Yahya bin Abi Katsir, dari Hilal bin Abi Maimunah, dari 'Atha' bin Yasar, dari Muawiyah bin al-Hakam as-Sulami, dia berkata, "Ketika aku sedang salat bersama-sama Rasulullah SAW, tiba-tiba ada seorang laki-laki dari suatu kaum bersin. Lalu aku mengucapkan, 'Yarhamukallah (semoga Allah memberi Anda rahmat)'. Maka seluruh jamaah menujukan pandangannya kepadaku." Aku berkata, "Aduh, celakalah Ibuku! Mengapa Anda semua memelototiku?". Mereka bahkan menepukkan tangan mereka pada paha mereka. Setelah itu barulah aku tahu bahwa mereka menyuruhku diam. Tetapi aku telah diam. Tatkala Rasulullah SAW selesai salat, Ayah dan Ibuku sebagai tebusanmu (ungkapan sumpah Arab), aku belum pernah bertemu seorang pendidik sebelum dan sesudahnya yang lebih baik pengajarannya dari pada beliau. Demi Allah! Beliau tidak menghardikku, tidak memukul dan tidak memakiku. Beliau bersabda, 'Sesungguhnya salat ini, tidak pantas di dalamnya ada percakapan manusia, karena salat itu hanyalah tasbih, takbir dan membaca Alquran.' -Atau sebagaimana yang disabdakan Rasulullah SAW, "Saya berkata, 'Wahai Rasulullah SAW, sesungguhnya aku dekat dengan masa jahiliyyah. Dan sungguh Allah telah mendatangkan agama Islam, sedangkan di antara kita ada beberapa laki-laki yang mendatangi dukun.' Beliau bersabda, 'Janganlah kamu mendatangi mereka.' Dia berkata, 'Dan di antara kita ada beberapa laki-laki yang bertathayyur (berfirasat sial).' Beliau bersabda, 'Itu adalah rasa waswas yang mereka dapatkan dalam dada mereka yang seringkali menghalangi mereka (untuk melakukan sesuatu), maka janganlah menghalang-halangi mereka. -Ibnu Shabbah berkata dengan redaksi, 'Maka jangan menghalangi kalian-." Dia berkata, "Aku berkata, 'Di antara kami adalah beberapa orang yang menuliskan garis hidup.' Beliau menjawab, 'Dahulu salah seorang Nabi menuliskan garis hidup, maka barangsiapa yang bersesuaian garis hidupnya, maka itulah (yang tepat, maksudnya seorang Nabi boleh menggambarkan masa yang akan datang, pent)'." Dia berkata lagi, "Dahulu saya mempunyai budak wanita yang menggembala kambing di depan Gunung Uhud dan al-Jawwaniyah. Pada suatu hari aku memeriksanya, ternyata seekor serigala telah membawa seekor kambing dari gembalaannya. Aku adalah laki-laki biasa dari keturunan bani Adam yang bisa marah sebagaimana mereka juga bisa marah. Tetapi aku menamparnya sekali. Lalu aku mendatangi Rasulullah SAW, dan beliau anggap tamparan itu adalah masalah besar. Aku berkata, "(Untuk menebus kesalahanku), tidakkah lebih baik aku memerdekakannya?' Beliau bersabda, 'Bawalah dia kepadaku.' Lalu aku membawanya menghadap beliau. Lalu beliau bertanya, 'Di manakah Allah?' Budak itu menjawab, 'Di langit.' Beliau bertanya, 'Siapakah aku?' Dia menjawab, 'Kamu adalah utusan Allah.' Beliau bersabda, 'Bebaskanlah dia, karena dia seorang wanita mukminah'." Telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Ibrahim telah mengabarkan kepada kami Isa bin Yunus telah menceritakan kepada kami Al-Auza'i, dari Yahya bin Abi Katsir dengan isnad ini hadis semisalnya (HR. Muslim, no. 836).
Taqrir beliau terhadap jawaban seorang budak perempuan ketika beliau bertanya dimana Allah? dia menjawab: Di langit. Lalu Rasulallah mentaqrirkan terhadap yang demikian. Hal tersebut termasuk juga seluruh perkataan atau perbuatan sahabat yang Rasulallah ketahui tapi beliau SAW diam terhadapnya (tidak mengingkari), maka hukumnya marfu’ sharih dan termasuk taqrir.
d. Contoh sifat akhlak Nabi SAW:
حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ عَوْنٍ حَدَّثَنَا حَمَّادٌ هُوَ ابْنُ زَيْدٍ عَنْ ثَابِتٍ عَنْ أَنَسٍ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَحْسَنَ النَّاسِ وَأَجْوَدَ النَّاسِ وَأَشْجَعَ النَّاسِ وَلَقَدْ فَزِعَ أَهْلُ الْمَدِينَةِ ذَاتَ لَيْلَةٍ فَانْطَلَقَ النَّاسُ قِبَلَ الصَّوْتِ فَاسْتَقْبَلَهُمْ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ سَبَقَ النَّاسَ إِلَى الصَّوْتِ وَهُوَ يَقُولُ لَنْ تُرَاعُوا لَنْ تُرَاعُوا وَهُوَ عَلَى فَرَسٍ لِأَبِي طَلْحَةَ عُرْيٍ مَا عَلَيْهِ سَرْجٌ فِي عُنُقِهِ سَيْفٌ فَقَالَ لَقَدْ وَجَدْتُهُ بَحْرًا أَوْ إِنَّهُ لَبَحْرٌ. البخارى
Artinya: Telah menceritakan kepada kami 'Amru bin 'Aun, telah menceritakan kepada kami Hammad, yaitu Ibnu Zaid, dari Tsabit, dari Anas, dia berkata; Nabi SAW adalah sosok yang paling baik (perawakannya), orang yang paling dermawan dan pemberani. Pada suatu malam penduduk Madinah dikejutkan oleh suatu suara, lalu orang-orang keluar ke arah datangnya suara itu. Di tengah jalan mereka bertemu dengan Rasulullah SAW yang hendak pulang. Rupanya beliau telah mendahului mereka ke tempat datangnya suara itu. Beliau mengendarai kuda yang dipinjamnya dari Abu Thalhah, beliau tidak membawa lampu sambil menyandang pedang beliau bersabda: "Jangan takut! Jangan takut!" Kata Anas; "Kami dapati beliau tengah menunggang kuda yang berjalan cepat atau sesungguhnya kudanya berlari kencang." (HR. Bukhari, no. 5573).
Nabi SAW adalah orang yang paling dermawan diantara manusia dan yang paling berani diantara manusia. Apa-apa yang beliau diminta beliau tidak pernah katakan jangan/ tidak boleh dan beliau selalu berseri-seri, lembut perawakannya luwes dalam perkara jika ada dua pilihan melainkan beliau memiliki yang paling mudah kecuali kalau dosa maka beliaulah orang yang paling menjauhinya dibanding yang lain.
e. Contoh sifat diri Nabi SAW:
حَدَّثَنِي ابْنُ بُكَيْرٍ قَالَ حَدَّثَنِي اللَّيْثُ عَنْ خَالِدٍ عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِي هِلَالٍ عَنْ رَبِيعَةَ بْنِ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ قَالَ سَمِعْتُ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ يَصِفُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ كَانَ رَبْعَةً مِنْ الْقَوْمِ لَيْسَ بِالطَّوِيلِ وَلَا بِالْقَصِيرِ أَزْهَرَ اللَّوْنِ لَيْسَ بِأَبْيَضَ أَمْهَقَ وَلَا آدَمَ لَيْسَ بِجَعْدٍ قَطَطٍ وَلَا سَبْطٍ رَجِلٍ أُنْزِلَ عَلَيْهِ وَهُوَ ابْنُ أَرْبَعِينَ فَلَبِثَ بِمَكَّةَ عَشْرَ سِنِينَ يُنْزَلُ عَلَيْهِ وَبِالْمَدِينَةِ عَشْرَ سِنِينَ وَقُبِضَ وَلَيْسَ فِي رَأْسِهِ وَلِحْيَتِهِ عِشْرُونَ شَعَرَةً بَيْضَاءَ قَالَ رَبِيعَةُ فَرَأَيْتُ شَعَرًا مِنْ شَعَرِهِ فَإِذَا هُوَ أَحْمَرُ فَسَأَلْتُ فَقِيلَ احْمَرَّ مِنْ الطِّيبِ. البخارى
Artinya: Telah bercerita kepadaku Ibnu Bukair berkata, telah bercerita kepadaku Al Laits, dari Khalid, dari Sa'id bin Abu Hilal, dari Rabi'ah bin Abu 'Abdur Rahman berkata, aku mendengar Anas bin Malik RA sedang menceritakan sifat-sifat Nabi SAW, katanya; "Beliau adalah seorang laki-laki dari suatu kaum yang tidak tinggi dan juga tidak pendek. Kulitnya terang tidak terlalu putih dan tidak pula terlalu kecoklatan. Rambut beliau tidak terlalu keriting dan tidak lurus. Kepada beliau diturunkan wahyu saat usia beliau empat puluh tahun lalu menetap di Makkah selama sepuluh tahun kemudian diberikan wahyu lagi dan menetap di Madinah selama sepuluh tahun lalu beliau meninggal dunia, dan ada rambut yang beruban pada kepala dan jenggot beliau dengan tidak lebih dari dua puluh helai". Rabi'ah berkata; "Aku pernah melihat sehelai rambut dari rambut kepala beliau berwarna merah lalu kutanyakan. Maka dijawab; "Warna merah itu berasal dari minyak rambut' (HR. Bukhari, no. 3283).
Bahwasanya Nabi SAW adalah orang yang tidak tinggi dan tidak pendek (sedang) rambutnya sepundak, lebat menutupi dua telinganya, janggutnya rapih dan sedikit beruban.
2. Marfu’ hukmi ialah sesuatu yang dihukumi marfu’ kepada Nabi SAW. Marfu’ hukmi diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Perkataan shahabat apabila tidak bersumber dari pendapatnya (ra'yu), bukan tafsiran dan tidak dikenal sebagai orang yang mengambil cerita isra'iliyat. Contoh: Perkatan shahabat seperti khabar tentang tanda-tanda kiamat atau keadaan hari kiamat atau hari pembalasan (hal tersebut namanya marfu' hukmi). Jika bersumber dari pendapatnya (ra'yu) maka dinamakan mauquf. Jika berbentuk tafsir maka hukumnya sama dan tafsirnya dinamakan tafsir mauquf. Jika orangnya terkenal dengan seorang yang mengambil cerita isra'iliyat maka hukumnya tarraddud (saling bertolak belakang) antara khabar isra'iliyat atau hadis marfu', maka tidak boleh diyakini sebagai hadis karena masih diragukan. Seperti Abadalah (orang yang namanya berawalan Abdul) seperti Abdullah bin Umar bin Khattab dan Abdullah bin Amru bin Al Ash, mereka adalah orang yang mengambil cerita-cerita isra'iliyat dari Ka'ab dan lainnya.
وَقَدْ ذَكَرُوْا أَنَّ الْعَبَادِلَةَ وَهُمْ: عَبْدُ اللهِ بْنُ عَبَّاسٍ، وَعَبْدُ اللهِ بْنُ الزُّبَيْرِ، وَعَبْدُ اللهِ بْنُ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ، وَعَبْدُ اللهِ بْنُ عَمْرٍو بْنِ الْعَاصِ، أَخَذُوْا عَنْ أَحْبَارِ بَنِيْ إِسْرَائِيْلَ: مِنْ كَعْبٍ الأَحْبَارِ، أَوْ غَيْرِهِ
Artinya: Para ulama menyebutkan, bahwa Al 'Abadilah yakni: 'Abdullah Ibnu 'Abbas, 'Abdullah Ibnu Az-Zubair, 'Abdullah Ibnu 'Umar Ibnul Khaththab, dan 'Abdullah Ibnu 'Amr Ibnul 'Ash radhiallahu 'anhum, mereka mengambil dari orang-orang shalihnya Bani Israil: dari Ka'ab Al-Ahbar atau selainnya.
b. Perbuatan shahabat apabila tidak bersumber dari pendapatnya, seperti salat khusuf yang dilakukan Ali dengan ruku' melebihi dari dua dalam satu raka'at. Hal tersebut sebagaimana hadis berikut.
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ آدَمَ حَدَّثَنَا زُهَيْرٌ حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ الْحُرِّ حَدَّثَنَا الْحَكَمُ بْنُ عُتَيْبَةَ عَنْ رَجُلٍ يُدْعَى حَنَشًا عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ كَسَفَتْ الشَّمْسُ فَصَلَّى عَلِيٌّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ لِلنَّاسِ فَقَرَأَ يس أَوْ نَحْوَهَا ثُمَّ رَكَعَ نَحْوًا مِنْ قَدْرِ السُّورَةِ ثُمَّ رَفَعَ رَأْسَهُ فَقَالَ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ ثُمَّ قَامَ قَدْرَ السُّورَةِ يَدْعُو وَيُكَبِّرُ ثُمَّ رَكَعَ قَدْرَ قِرَاءَتِهِ أَيْضًا ثُمَّ قَالَ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ ثُمَّ قَامَ أَيْضًا قَدْرَ السُّورَةِ ثُمَّ رَكَعَ قَدْرَ ذَلِكَ أَيْضًا حَتَّى صَلَّى أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ ثُمَّ قَالَ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ ثُمَّ سَجَدَ ثُمَّ قَامَ فِي الرَّكْعَةِ الثَّانِيَةِ فَفَعَلَ كَفِعْلِهِ فِي الرَّكْعَةِ الْأُولَى ثُمَّ جَلَسَ يَدْعُو وَيَرْغَبُ حَتَّى انْكَشَفَتْ الشَّمْسُ ثُمَّ حَدَّثَهُمْ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَذَلِكَ فَعَلَ . احمد
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Adam, telah menceritakan kepada kami Zuhair, telah menceritakan kepada kami Al Hasan bin Al Hur, telah menceritakan kepada kami Al Hakam bin 'Utaibah, dari seorang yang bernama Hanasy, dari Ali RA, dia berkata; Terjadi gerhana matahari, maka Ali RA salat bersama orang-orang, dia membaca surat Yasin atau yang lainnya, kemudian ruku' selama kira-kira bacaan satu surat. Kemudian bangun dari ruku' dan membaca; "SAMI'ALLAHU LIMAN HAMIDAH" kemudian berdiri selama kira-kira bacaan satu surat, kemudian berdoa dan takbir, lalu ruku' lagi selama kira-kira bacaan satu surat dan mengucapkan "SAMI'ALLAHU LIMAN HAMIDAH" kemudian bangun kembali selama kira-kira bacaan satu surat juga sampai dia shalat empat kali ruku' kemudian membaca "SAMI'ALLAHU LIMAN HAMIDAH" lalu sujud dan bangun untuk raka'at yang kedua kemudian dia melakukan seperti yang dia lakukan pada raka'at pertama. Setelah itu dia duduk berdoa dan memohon sampai gerhana matahari berhenti, kemudian berkata; "Sesungguhnya Rasulullah SAW melakukannya seperti itu." (HR. Ahmad, no. 1153).
صحيح ابن خزيمة 1386: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى، ثنا أَبُو نُعَيْمٍ، ثنا زُهَيْرٌ، عَنِ الْحَسَنِ بْنِ الْحُرِّ، حَدَّثَنِي الْحَكَمُ، عَنْ رَجُلٍ يُدْعَى الْحَنَشَ، عَنْ عَلِيٍّ، ح، وَثنا مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى، وَيُوسُفُ بْنُ مُوسَى قَالَا: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ يُونُسَ، حَدَّثَنَا زُهَيْرٌ، حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ الْحُرِّ، حَدَّثَنِي الْحَكَمُ، عَنْ رَجُلٍ يُدْعَى حَنَشًا، عَنْ عَلِيٍّ قَالَ: مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى - وَهَذَا حَدِيثُ أَحْمَدَ - قَالَ: كَسَفَتِ الشَّمْسُ فَصَلَّى عَلِيٌّ بِالنَّاسِ، بَدَأَ فَقَرَأَ بِـ يس أَوْ نَحْوِهَا، ثُمَّ رَكَعَ نَحْوًا مِنْ قَدْرِ السُّورَةِ، ثُمَّ رَفَعَ رَأْسَهُ، فَقَالَ: سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ، ثُمَّ قَامَ قَدْرَ السُّورَةِ يَدْعُو، وَيُكَبِّرُ، ثُمَّ رَكَعَ قَدْرَ قِرَاءَتِهِ أَيْضًا، فَذَكَرَ الْحَدِيثَ، وَقَالَ: ثُمَّ قَامَ فِي الرَّكْعَةِ الثَّانِيَةِ، فَفَعَلَ كَفِعْلِهِ فِي الرَّكْعَةِ الْأُولَى، ثُمَّ حَدَّثَهُمْ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ كَذَلِكَ يَفْعَلُ " قَالَ أَبُو بَكْرٍ فِي هَذَا الْخَبَرِ: إِنَّهُ رَكَعَ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ فِي كُلِّ رَكْعَةٍ مِثْلُ خَبَرِ طَاوُسٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاس ". ابن خزيمة
Artinya: Shahih Ibnu Khuzaimah 1386: Muhammad bin Yahya menceritakan kepada kami, Abu Na’im menceritakan kepada kami, Zuhair menceritakan kepada kami dari Al Hasan bin Al Hur, Al Hakam menceritakan kepadaku dari seorang pria yang bejulukan Al Hanasy, dari Ali (Ha') Muhammad bin Yahya dan Yusuf bin Musa menceritakan kepada kami, keduanya berkata: Ahmad bin Yunus menceritakan kepada kami, Zuhair menceritakan kepada kami, Al Hasan bin Al Hur menceritakan kepada kami, Al Hakam menceritakan kepadaku, Al Hakam menceritakan kepada kami dari seorang laki-laki yang bejulukan Hanasy, dari Ali, Muhammad bin Yahya mengatakan -ini adalah hadis Ahmad-, ia berkata, "Ketika tejadi gerhana matahari dan Ali salat mengimami orang-orang, ia memulai dengan membaca surah Yaasiin atau yang sama sepertinya, lalu ruku seperti panjang bacaannya, kemudian mengangkat kepalanya dan mengucapkan, "Sami'allahu liman hamidah", lalu berdiri sepanjang bacaan surah dan berdoa serta bertakbir, kemudian ruku panjang bacaannya, lalu menyebutkan hadisnya dan berkata, "Kemudian Ali berdiri pada rakaat yang kedua dan mengerjakan seperti apa yang dikejakannya pada rakaat yang pertama, lalu menceritakan kepada mereka bahwa begitulah yang telah dikerjakan oleh Rasulullah SAW." Abu Bakar berkata, "Di dalam hadis ini terdapat keterangan bahwa beliau ruku sebanyak empat kali ruku pada setiap rakaat seperti hadis riwayat Thawus, dari Ibnu Abbas." (HR. Ibnu Khuzaimah, no. 1386).
c. Sahabat menyandarkan sesuatu kepada masa Nabi SAW dan tidak disebutkan bahwasanya ia tahu. Hal itu seperti perkataan Asma' binti Abu Bakar.
و حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ نُمَيْرٍ حَدَّثَنَا أَبِي وَحَفْصُ بْنُ غِيَاثٍ وَوَكِيعٌ عَنْ هِشَامٍ عَنْ فَاطِمَةَ عَنْ أَسْمَاءَ قَالَتْ نَحَرْنَا فَرَسًا عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَكَلْنَاهُ و حَدَّثَنَاه يَحْيَى بْنُ يَحْيَى أَخْبَرَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ ح و حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْبٍ حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ كِلَاهُمَا عَنْ هِشَامٍ بِهَذَا الْإِسْنَادِ. مسلم
Artinya: Dan telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abdullah bin Numair, telah menceritakan kepada kami ayahku (Abdullah bin Numair) dan Hafsh bin Ghiyats dan Waki', dari Hisyam, dari Fatimah, dari Asma dia berkata, "Kami pernah menyembelih seekor kuda pada zaman Rasulullah SAW, lalu kami memakan dagingnya." Dan telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya, telah mengabarkan kepada kami Abu Mu'awiyah. (Dalam jalur lain disebutkan) Telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah menceritakan kepada kami Abu Usamah keduanya dari Hisyam dengan sanad ini." (HR. Muslim, no. 3597).
d. Shahabat berkata tentang sesuatu bahwasanya itu termasuk Sunnah. Hal tersebut seperti perkataan Ibnu Mas'ud.
حَدَّثَنَا أَبُو سَعِيدٍ الْأَشَجُّ حَدَّثَنَا يُونُسُ بْنُ بُكَيْرٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ إِسْحَقَ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ الْأَسْوَدِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ مِنْ السُّنَّةِ أَنْ يُخْفِيَ التَّشَهُّدَ قَالَ أَبُو عِيسَى حَدِيثُ ابْنِ مَسْعُودٍ حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ وَالْعَمَلُ عَلَيْهِ عِنْدَ أَهْلِ الْعِلْمِ . الترمذى
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id Al Asyaj berkata; telah menceritakan kepada kami Yunus bin Bukair, dari Muhammad bin Ishaq, dari Abdurrahman bin Al Aswad, dari Ayahnya (Al Aswad bin Yazid bin Qais), dari Abdullah bin Mas'ud ia berkata; "Ia berkata; "Termasuk sunnah adalah menyembunyikan tasyahud." Abu Isa berkata; "Hadis Ibnu Mas'ud ini derajatnya hasan gharib. Para ahli ilmu mengamalkan hadits ini." (HR. Tirmidzi, no. 268).
Jika tabi'in yang berkata maka bisa marfu' bisa mauquf. Hal tersebut seperti perkataan Ubaidullah bin Abdullah bin Atabah bin Mas'ud.
عن عبيد الله بن عبد الله بن عتبة رضي الله عنه قال: السُّنَّةُ أَنْ يَخْطُبَ الْإِمَامُ فِيْ الْعِيْدَيْنِ خُطْبَتَيْنِ يَفْصِلُ بَيْنَهُمَا بِجُلُوْسٍ. الشافعي
Artinya: Dari Ubaidullah bin Abdullah bin Atabah RA, ia berkata: “Yang sunnah adalah seorang imam berkhuthbah dua kali pada 'idain (hari raya), memisah di antara kedua khutbah tersebut dengan duduk” (HR. As Syafi’i).
e. Perkataan shahabat, seperti: "أُمِرْنَا" (kami diperintahkan) atau "نُهِيْنَا" (kami dilarang) atau "أُمِرَ النَّاسُ" (orang-orang diperintahkan) dan yang semisalnya.
Seperti perkataan Ummu 'Athiyah:
حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ إِسْمَاعِيلَ قَالَ حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ عَنْ مُحَمَّدٍ عَنْ أُمِّ عَطِيَّةَ قَالَتْ أُمِرْنَا أَنْ نُخْرِجَ الْحُيَّضَ يَوْمَ الْعِيدَيْنِ وَذَوَاتِ الْخُدُورِ فَيَشْهَدْنَ جَمَاعَةَ الْمُسْلِمِينَ وَدَعْوَتَهُمْ وَيَعْتَزِلُ الْحُيَّضُ عَنْ مُصَلَّاهُنَّ قَالَتْ امْرَأَةٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِحْدَانَا لَيْسَ لَهَا جِلْبَابٌ قَالَ لِتُلْبِسْهَا صَاحِبَتُهَا مِنْ جِلْبَابِهَا وَقَالَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ رَجَاءٍ حَدَّثَنَا عِمْرَانُ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ سِيرِينَ حَدَّثَتْنَا أُمُّ عَطِيَّةَ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِهَذَا. البخارى
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Musa bin Isma'il, berkata telah menceritakan kepada kami Yazid bin Ibrahim, dari Muhammad, dari Ummu 'Athiyah berkata, "Kami diperintahkan untuk mengajak keluar (wanita) haid dan wanita yang sedang dipingit pada dua hari raya, sehingga mereka bisa menyaksikan jama'ah kaum Muslimin dan mendo'akan mereka, lalu menjauhkan wanita-wanita haid dari tempat salat mereka." Seorang wanita lalu, "Wahai Rasulullah, di antara kami ada yang tidak memiliki jilbab?" Beliau menjawab: "Hendaklah temannya meminjamkan jilbab miliknya kepadanya." 'Abdullah bin Raja' berkata, telah menceritakan kepada kami 'Imran, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Sirin, telah menceritakan kepada kami Ummu 'Athiyah, aku mendengar Nabi SAW bersabda seperti ini." (HR. Bukhari, no. 338).
Dan perkataannya Ummu ‘Athiyah yang lain:
حَدَّثَنَا قَبِيصَةُ بْنُ عُقْبَةَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ خَالِدٍ الْحَذَّاءِ عَنْ أُمِّ الْهُذَيْلِ عَنْ أُمِّ عَطِيَّةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ نُهِينَا عَنْ اتِّبَاعِ الْجَنَائِزِ وَلَمْ يُعْزَمْ عَلَيْنَا. البخارى
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Qabishah bin 'Uqbah, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Khalid Al Hadza', dari Ummu Al Hudzail, dari Ummu 'Athiyyah RA berkata: "Kami dilarang mengantar jenazah namun Beliau tidak menekankan hal tersebut kepada kami" (HR. Bukhari, no. 1199).
Dan perkataan Ibnu Abbas:
حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ ابْنِ طَاوُسٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ أُمِرَ النَّاسُ أَنْ يَكُونَ آخِرُ عَهْدِهِمْ بِالْبَيْتِ إِلَّا أَنَّهُ خُفِّفَ عَنْ الْحَائِضِ. البخارى
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Musaddad, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Ibnu Thowus (Abdullah bin Thawus bin Kaisan), dari Bapaknya (Thawus bin Kaisan), dari Ibnu 'Abbas RA berkata: Orang-orang diperintahkan agar menjadikan akhir dari perjalanan haji mereka adalah thawaf di Ka'bah Baitullah. Namun perintah ini diringankan bagi para wanita yang sedang mengalami haidh (HR. Bukhari, no. 1636).
Dan perkatan Anas:
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى وَقُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ كِلَاهُمَا عَنْ جَعْفَرٍ قَالَ يَحْيَى أَخْبَرَنَا جَعْفَرُ بْنُ سُلَيْمَانَ عَنْ أَبِي عِمْرَانَ الْجَوْنِيِّ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ أَنَسٌ وُقِّتَ لَنَا فِي قَصِّ الشَّارِبِ وَتَقْلِيمِ الْأَظْفَارِ وَنَتْفِ الْإِبِطِ وَحَلْقِ الْعَانَةِ أَنْ لَا نَتْرُكَ أَكْثَرَ مِنْ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً. مسلم
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya dan Qutaibah bin Sa'id keduanya dari Ja'far, Yahya berkata, telah mengabarkan kepada kami Ja'far bin Sulaiman, dari Abu Imran al-Jauni, dari Anas bin Malik dia berkata, Anas berkata, "Waktu yang diberikan kepada kami untuk mencukur kumis, memotong kuku, mencabut bulu ketiak, memotong bulu kemaluan adalah tidak lebih dari empat puluh malam (sehingga tidak panjang)." (HR. Muslim, no. 379).
f. Shahabat menghukumi terhadap sesuatu bahwasanya itu maksiat. Hal tersebut seperti perkataan Abu Hurairah tentang orang yang keluar masjid setelah azan:
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ كَثِيرٍ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ إِبْرَاهِيمَ بْنِ الْمُهَاجِرِ عَنْ أَبِي الشَّعْثَاءِ قَالَ كُنَّا مَعَ أَبِي هُرَيْرَةَ فِي الْمَسْجِدِ فَخَرَجَ رَجُلٌ حِينَ أَذَّنَ الْمُؤَذِّنُ لِلْعَصْرِ فَقَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ أَمَّا هَذَا فَقَدْ عَصَى أَبَا الْقَاسِمِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. ابو داود
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Katsir, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Ibrahim bin Muhajir, dari Abu Sy-Sya'tsa`, dia berkata; Kami pernah berada di masjid bersama Abu Hurairah, lalu ada seorang laki laki keluar ketika Muazin telah mengumandangkan azan shalat Ashar. Maka Abu Hurairah berkata; Adapun orang ini, maka dia telah mendurhakai Abul Qasim (Rasulullah) SAW (HR. Abu Dawud, no. 451).
Begitu pula kalau shahabat menghukumi terhadap sesuatu bahwasanya itu termasuk ketaatan atau mengatakan sesuatu itu bukan maksiat atau ketaatan karena yang demikian tidak mungkin dikatakan shahabat melainkan mereka mengetahui nashnya dari Nabi SAW.
g. Perkataan mereka (tabi’in) dari shahabat dengan dimarfukan haditsnya atau riwayatnya. Hal tersebut seperti perkataan Sa'id bin Jubair dari Ibnu Abbas.
حَدَّثَنِي الْحُسَيْنُ حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مَنِيعٍ حَدَّثَنَا مَرْوَانُ بْنُ شُجَاعٍ حَدَّثَنَا سَالِمٌ الْأَفْطَسُ عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ الشِّفَاءُ فِي ثَلَاثَةٍ شَرْبَةِ عَسَلٍ وَشَرْطَةِ مِحْجَمٍ وَكَيَّةِ نَارٍ وَأَنْهَى أُمَّتِي عَنْ الْكَيِّ رَفَعَ الْحَدِيثَ وَرَوَاهُ الْقُمِّيُّ عَنْ لَيْثٍ عَنْ مُجَاهِدٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْعَسَلِ وَالْحَجْمِ. البخارى
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Al Husain, telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Mani', telah menceritakan kepada kami Marwan bin Syuja', telah menceritakan kepada kami Salim Al Afthas, dari Sa'id bin Jubair, dari Ibnu Abbas RA dia berkata; "Terapi pengobatan itu ada tiga cara, yaitu minum madu, bekam dan kay (menempelkan besi panas pada daerah yang terluka), sedangkan aku melarang ummatku berobat dengan kay." Hadis ini di rafa'kan (kepada Nabi SAW). Dan di riwayatkan pula oleh Al Qumi, dari Laits, dari Mujahid, dari Ibnu Abbas, dari Nabi SAW tentang minum madu dan berbekam." (HR. Bukhari, no. 5248).
Dan perkataan Sa'id bin Musayyab dari Abu Hurairah:
حَدَّثَنَا عَلِيٌّ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ قَالَ الزُّهْرِيُّ حَدَّثَنَا عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رِوَايَةً الْفِطْرَةُ خَمْسٌ أَوْ خَمْسٌ مِنْ الْفِطْرَةِ الْخِتَانُ وَالِاسْتِحْدَادُ وَنَتْفُ الْإِبْطِ وَتَقْلِيمُ الْأَظْفَارِ وَقَصُّ الشَّارِبِ. البخارى
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Ali, telah menceritakan kepada kami Sufyan, Az Zuhri mengatakan; telah menceritakan kepada kami dari Sa'id bin Musayyab, dari Abu Hurairah secara periwayatan, (sunnah-sunnah) fitrah itu ada lima, atau lima dari sunnah-sunnah fitrah, yaitu; berkhitan, mencukur bulu kemaluan, mencabut bulu ketiak, memotong kuku dan mencukur kumis." (HR. Bukhari, no. 5439).
Demikian juga andaikata mereka (para tabi'in) mengatakan dari shahabat: "يَأْثُرُ الْحَدِيْثَ" (seorang shahabat menyebutkan suatu hadis), atau "يَنْمِيْهِ" (seorang shahabat menyampaikan suatu hadis), "يُبَلِّغُ بِهِ" (seorang shahabat menyampaikan suatu hadis) dan yang semisalnya. Sebenarnya berbagai hal tersebut memiliki hukum marfu' secara sharih. Walaupaun tidak sharih penyandarannya kepada Nabi SAW, akan tetapi ada dugaan itu dari Nabi.
B. Mauquf
Mauquf ialah hadis yang disandarkan kepada shahabat tetapi tidak ditetapkan baginya hukum marfu'. Seperti perkatan Umar bin Khatthab:
خْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عُيَيْنَةَ أَخْبَرَنَا عَلِيٌّ هُوَ ابْنُ مُسْهِرٍ عَنْ أَبِي إِسْحَقَ عَنْ الشَّعْبِيِّ عَنْ زِيَادِ بْنِ حُدَيْرٍ قَالَ قَالَ لِي عُمَرُ هَلْ تَعْرِفُ مَا يَهْدِمُ الْإِسْلَامَ قَالَ قُلْتُ لَا قَالَ يَهْدِمُهُ زَلَّةُ الْعَالِمِ وَجِدَالُ الْمُنَافِقِ بِالْكِتَابِ وَحُكْمُ الْأَئِمَّةِ الْمُضِلِّينَ. الدارمى
Artinya: Telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin 'Uyainah, telah mengabarkan kepada kami 'Ali Ibnu Mushir, dari Abu Ishak, dari As Sya'bi, dari Ziyad bin Hudair, ia berkata: "Umar RA telah berkata kepadaku: 'Apakah kamu tahu apa yang dapat menghancurkan Islam itu?', perawi berkata: 'aku menjawab: aku tidak tahu', ia (Umar RA) berkata: 'Yang dapat menghancurkan Islam adalah tergelincirnya seorang ulama`, perdebatan orang munafik berdasarkan Alquran, dan hukum para pemimpin yang menyesatkan'" (HR. Darimi, no. 216).
C. Maqthu’
Maqthu' ialah perkataan yang disandarkan kepada tabi'in dan orang yang setelahnya (tabiut tabiin). Seperti perkataan Ibnu Sirin:
أَخْبَرَنَا أَبُو عَاصِمٍ قَالَ لَا أَدْرِي سَمِعْتُهُ مِنْهُ أَوْ لَا ابْنُ عَوْنٍ عَنْ مُحَمَّدٍ إِنَّ هَذَا الْعِلْمَ دِينٌ فَانْظُرُوا عَمَّنْ تَأْخُذُونَ دِينَكُمْ. الدارمى
Artinya: Telah mengabarkan kepada kami Abu 'Ashim (Adl Dlahhaak bin Makhlad bin Adl Dlahhaak) ia berkata: "Aku tidak tahu mendengarnya dari dia atau bukan Ibnu 'Aun (Abdullah bin 'Aun bin Arthaban), dari Muhammad (bin Sirin, maula Anas bin Malik) ia berkata: "Sesungguhnya ilmu ini adalah (bagian dari) agama, karena itu hendaklah kalian perhatikan dari siapa kalian mengambil agama kalian" (HR. Darimi, no. 425).
D. Hadis Qudsi
Pada dasarnya ada referensi yang tidak memasukkan hadis qudsi ke dalam pembagian hadis berdasarkan penyandaran dan ada yang memasukkan. Sebagai tambahan, sekilas hadis qudsi ditampilkan dalam pembahasan ini. Secara bahasa (etimologis), kata qudsi dinisbahkan kepada kata Al-Quds (Suci). Maksudnya adalah hadis yang dinisbahkan kepada Dzat yang Maha suci, yaitu Allah Ta'ala. Sementara secara istilah (terminologis) didefinisikan sebagai sesuatu (hadis) yang dinukil dari Nabi SAW yang disandarkan beliau kepada Allah Ta’ala. Namun demikian hadis qudsi tidak seperti Alquran. Hadis qudsi adalah hadis khusus yang diucapkan secara verbal oleh Nabi baik makna maupun pengucapannya. Oleh karena itu, tidak ada perbedaan antara hadis qudsi dan perkataan Nabi pada umumnya. Hadis Nabi diklasifikasikan ke dalam hadis shahih, hasan, dan dlaif yang otentik dan bisa juga ditemukan dalam hadis qudsi. Adapun hadis qudsi bukanlah kata-kata langsung dari Allah SWT, tetapi hanya gagasan dan kemudian diucapkan secara verbal oleh Nabi sendiri. Contoh hadis Qudsi adalah sebagai berikut:
حَدَّثَنِي بِشْرُ بْنُ مَرْحُومٍ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سُلَيْمٍ عَنْ إِسْمَاعِيلَ بْنِ أُمَيَّةَ عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِي سَعِيدٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ قَالَ اللَّهُ ثَلَاثَةٌ أَنَا خَصْمُهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ رَجُلٌ أَعْطَى بِي ثُمَّ غَدَرَ وَرَجُلٌ بَاعَ حُرًّا فَأَكَلَ ثَمَنَهُ وَرَجُلٌ اسْتَأْجَرَ أَجِيرًا فَاسْتَوْفَى مِنْهُ وَلَمْ يُعْطِ أَجْرَهُ. البخارى
Artinya: Telah menceritakan kepada saya Bisyir bin Marhum, telah menceritakan kepada kami Yahya bin Sulaim, dari Isma'il bin Umayyah, dari Sa'id bin Abi Sa'id, dari Abu Hurairah RA, dari Nabi SAW bersabda: "Allah Ta'ala berfirman: Ada tiga jenis orang yang Aku menjadi musuh mereka pada hari kiamat, seseorang yang bersumpah atas nama-Ku lalu mengingkarinya, seseorang yang menjual orang yang telah merdeka lalu memakan (uang dari) harganya dan seseorang yang memperkerjakan pekerja kemudian pekerja itu menyelesaikan pekerjaannya namun tidak dibayar upahnya" (HR. Bukhari, no. 2075).
Demikianlah pembagian hadis apabila ditinjau berdasarkan penyandarannya. Semoga senantiasa menambah wawasan keilmuan tentang agama yang kita miliki. Semoga kita semua istiqomah dalam mempelajari ilmu Agama Islam. Harapannya melalui ilmu yang dimiliki mampu menjauhkan dari siksa api neraka.
Wallahu a’lam bishshawab
No comments:
Post a Comment