Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak keberagaman dari Sabang sampai Merauke. Keberagaman di Indonesia adalah wujud dari semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Semboyan bangsa Indonesia tersebut berasal dari karangan Mpu Tantular pada masa kerajaan Majapahit di abad ke-14. Bhinneka Tunggal Ika artinya berbeda-beda tetapi tetap satu. Supaya mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia, semboyan Bhinneka Tunggal Ika akan meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan demi Indonesia maju dengan menyatukan keberagaman.
Bentuk keberagaman masyarakat terjadi karena kondisi masyarakat yang memiliki banyak perbedaan dalam berbagai bidang. Perbedaan tersebut dalam hal suku bangsa, ras, agama, keyakinan, ideologi politik, sosial-budaya, dan ekonomi. Keanekaragaman yang dimiliki bangsa Indonesia merupakan kekayaan dan keindahan wilayah negara Indonesia. Keanekaragaman tersebut merupakan kekayaan milik Bangsa Indonesia yang mesti kita jaga dan lestarikan. Oleh sebab itu harapannya kita mampu memberikan warna ketentraman dan kedamaian bagi rakyat Indonesia agar ke depan tidak banyak menimbulkan persoalan yang mengancam disintegrasi bangsa. Hal tersebut agar persatuan dan kesatuan bangsa dapat terwujud dari sejumlah suku bangsa. Pada awalnya masyarakat yang berdiri sendiri kemudian terwujud persatuan dan kesatuan bangsa. Terwujudnya persatuan dan kesatuan bangsa untuk mendukung kebudayaan yang beraneka ragam itu perlu diperkokoh dengan kerangka acuan yang bersifat nasional, yaitu kebudayaan nasional. Suatu kebudayaan yang mampu memberi makna bagi kehidupan berbangsa dan berkepribadian, akan dapat dibanggakan sebagai identitas nasional. Kebudayaan Indonesia secara sempit dapat didefinisikan sebagai seluruh kebudayaan lokal yang telah ada sebelum terbentuknya Bangsa Indonesia pada tahun 1945. Seluruh kebudayaan lokal yang berasal dari kebudayaan beraneka ragam suku-suku di Indonesia adalah merupakan bagian integral daripada kebudayaan Indonesia.
Bangsa Indonesia adalah masyarakat yang terdiri dari beranekaragam suku bangsa yang memiliki adat istiadat yang berbeda-beda. Indonesia terdapat 656 suku bangsa dengan bahasa lokal 300 macam. Keberagaman di Indonesia terbagi dalam beberapa jenis. Keberagaman di Indonesia diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Wilayah dan lingkungan
Indonesia berada di lokasi yang strategis, yaitu diantara dua Samudra Pasifik dan Samudra Indonesia. Indonesia juga berada diantara dua benua yaitu, benua Asia dan Australia yang mengakibatkan wilayah Indonesia menjadi jalur perdagangan internasional. Lalu lintas perdagangan selama berabad-abad tidak hanya membawa komoditas dagang, tetapi juga membawa pengaruh kebudayaan di masyarakat. Kedatangan bangsa asing yang berbeda ras, kemudian menetap di Indonesia mengakibatkan kemajemukkan ras, agama dan bahasa. Selain itu sebagai negara kepulauan, Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau yang secara fisik terpisah-pisah. Keadaan tersebut menghambat hubungan antar masyarakat dari satu pulau terhadap pulau lainnya. Setiap masyarakat di kepulauan mengembangkan budaya mereka masing-masing, sesuai dengan tingkat kemajuan dan lingkungan masing-masing.
2. Suku bangsa dan budaya
Keberagaman bangsa Indonesia, diakibatkan oleh jumlah suku bangsa yang mendiami wilayah Indonesia sangat banyak dan tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Keragaman suku bangsa dan budaya terjadi karena letak wilayah Indonesia yang terdiri atas wilayah kepulauan. Bahkan ada beberapa pulau yang letaknya terpencil dan tidak dapat berhubungan dengan daerah lain. Wilayah yang terpisah-pisah itu menyebabkan berbagai perbedaan dan hal itu menimbulkan keragaman suku bangsa dan budaya. Setiap suku bangsa tentu mempunyai ciri atau karakter tersendiri, baik dalam aspek sosial maupun budaya. Menurut penelitian Badan Pusat Statistik yang dilaksanakan tahun 2010, di Indonesia terdapat 1.128 suku bangsa. Berbagai perbedaan antar suku bangsa itulah yang membentuk keanekaragaman di Indonesia. Beberapa suku bangsa di Indonesia berdasarkan asal daerah tempat tinggal antara lain di Pulau Sumatra terdapat suku Aceh, Gayo Alas, Batak, Minangkabau, dan Melayu. Di Pulau Jawa terdapat suku Jawa, Sunda, Badui, Samin, sedangkan di Kalimantan terdapat suku Dayak. Di Sulawesi terdapat suku Bugis, Manado, Gorontalo, Makasar. Kawasan Maluku terdapat suku Ambon, Sangir Talaud, Ternate. Kawasan Bali dan Nusa Tenggara antara lain suku Bali, Lombok, Bima, dan Timor. Sedangkan di Papua terdapat suku Asmat, dan suku Dani.
3. Agama dan kepercayaan
Kekayaan alam yang dimiliki bangsa Indonesia membuat pedagang dari berabagai penjuru dunia datang ke nusantara. Para pedagang dari benua Eropa dan Asia, selain berdagang, mereka juga menyebarkan ajaran agama. Ajaran agama Hindu dan Buddha dibawa oleh bangsa India yang sudah lama berdagang dengan Indonesia. Ajaran agama Islam dibawa oleh pedagang Gujarat dan Parsi sekitar abad ke-13 Masehi (ada pula yang berpendapat sejak abad ke-7 Masehi). Kedatangan bangsa Eropa membawa ajaran agama Kristen dan Katolik, sedangkan pedagang dari Cina menganut agama Kong Hu Chu. Berbagai ajaran agama diterima oleh bangsa Indonesia dikarenakan masyarakat sudah mengenal kepercayaan seperti animisme dan dinamisme. Agama mengajarkan kepada umatnya agar berbuat baik dan benar.
4. Keberagaman ras
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis, menyebutkan bahwa ras adalah golongan bangsa berdasarkan ciri-ciri fisik dan garis keturunan. Setiap manusia memiliki perbedaan ras dengan manusia lainnya. Hal tersebut karena adanya perbedaan ciri-ciri fisik, seperti warna kulit, warna dan bentuk rambut, bentuk muka, ukuran badan, bentuk badan, bentuk dan warna mata, dan ciri fisik yang lainnya. Masyarakat Indonesia memiliki keberagaman ras. Hal tersebut disebabkan oleh kedatangan bangsa asing ke wilayah Indonesia, sejarah penyebaran ras di dunia, serta letak dan kondisi geografis wilayah Indonesia. Beberapa ras yang ada dalam masyarakat Indonesia antara lain ras Malayan-Mongoloid yang ada di Sumatra, Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan, dan Sulawesi. Ras Malayan-Mongoloid terdiri dari ras Proto Melayu (Melayu Tua) dan ras Deutro Melayu (Melayu Muda). Kedua adalah ras Melanesoid yang mendiami daerah Papua, Maluku, dan Nusa Tenggara Timur. Ketiga adalah ras Asiatic Mongoloid seperti orang Tionghoa, Jepang, dan Korea. Ras tersebut tersebar di seluruh Indonesia. Kemudian ada pula ras Kaukasoid, yaitu orang India, Timur Tengah, Australia, Eropa, dan Amerika. Ras Negroid antara lain orang Semang di Semenanjung Malaka dan orang Mikopsi di Kepulauan Andaman. Ras Weddoid antara lain orang Sakai di Siak Riau, orang Kubu di Sumatera Selatan dan Jambi, orang Tomuna di Pulau Muna, orang Enggano di Pulau Enggano, dan orang Mentawai di Kepulauan Mentawai.
5. Keberagaman golongan
Sebagai negara yang banyak memiliki keberagaman, adanya penggolongan dalam kehidupan masyarakat di Indonesia merupakan suatu kewajaran. Namun demikian keberadaan berbagai golongan dalam masyarakat dapat menyebabkan terjadinya konflik. Hal tersebut dapat muncul apabila muncul perasaan etnosentrisme yang menganggap hanya kelompok atau golongannya saja yang paling baik dan sempurna, sementera golongan lainnya dianggap banyak memiliki kekurangan. Keberagaman antar golongan tidak boleh menyebabkan terjadinya perselisihan dan perpecahan di masyarakat. Adanya keberagaman antar golongan mestinya menjadi pendorong terwujudnya persatuan dan kesatuan bangsa, dan menjadi pendorong tumbuhnya kesadaran setiap warga negara akan pentingnya pergaulan demi memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa misalnya golongan kelas tinggi membantu golongan kelas rendah. Oleh karenanya ciri golongan tidak ditonjolkan demi kepentingan nasional. Keberagaman masyarakat di Indonesia dapat dilihat dari struktur masyarakatnya.
6. Keberagaman jenis kelamin dan gender
Gender adalah jenis kelamin. Badan Pusat Statistik mencatat jenis kelamin laki-laki dan perempuan pada tahun 2018 dengan jumlah penduduk Indonesia sekitar 264,16 juta jiwa, yang terdiri dari 132,68 juta jiwa penduduk laki-laki dan 131,47 juta jiwa perempuan. Namun demikian dalam keberagaman suku bangsa nusantara telah mengenal banyak gender. Sebagai contoh masyarakat Bugis di Sulawesi Selatan punya keberagamaan gendernya. Sejak era sebelum Islam masuk, orang-orang Bugis telah mengakui lima jenis gender. Mereka membagi masyarakat berdasarkan gendernya menjadi laki-laki (oroane), perempuan (makkunrai), laki-laki menyerupai perempuan (calabai), perempuan menyerupai laki-laki (calalai), dan pendeta androgini (bissu). Kemiripan juga terjadi di provinsi yang sama pada masyarakat Toraja. Mereka mengakui gender ketiga, yang disebut to burake tambolang.
Keberagaman yang ada diantaranya merupakan berbagai perbedaan yang melekat pada manusia, seperti etnis, jenis kelamin, identitas gender, orientasi seksual, usia, kelas sosial, abilitas/ disabilitas, nilai-nilai agama atau etika, dan asal kebangsaan. Keberagaman dapat dikelompokkan menjadi dua macam yaitu Keberagaman Primer dan Keberagaman Sekunder.
1. Keberagaman Primer
Keberagaman Primer adalah keberagaman yang tidak dapat berubah dan dibawa sejak lahir. Contoh keberagaman primer antara lain: (1) Usia, ras, suku, etnis, warisan, latar belakang budaya; (2) Jenis kelamin, orientasi seksual dan gender; (3) Abilitas/ disabilitas; (4) Latar belakang ekonomi; (5) Kemampuan dan kesehatan mental yang beragam; (6) Nilai-nilai dan Ideologi.
2. Keberagaman Sekunder
Keberagaman Sekunder adalah bentuk keberagaman yang dapat berubah dalam hidup. Contoh keberagaman sekunder antara lain: (1) Status kewarganegaraan; (2) Status hubungan dan pernikahan; (3) Lokasi geografis; (4) Latar belakang pendidikan; (5) Pendapatan dan keadaan ekonomi; (6) Pengalaman hidup, pekerjaan, pengalaman kerja; (7) Agama.
Membicarakan tentang keberagaman dimulai dari edukasi terhadap diri sendiri, keluarga, sahabat, masyarakat, lingkungan pendidikan (sekolah atau perguruan tinggi), lingkungan kerja, bangsa dan negara. Apabila keberagaman tidak dapat dirawat dengan baik, maka akan menimbulkan berbagai perpecahan atau konflik antar suatu kelompok. Hal tersebut mengakibatkan suatu kelompok tidak akan berkembang dengan baik.
No comments:
Post a Comment