Wednesday, January 27, 2021

Menjaga Persatuan dalam Keberagaman Agama di Indonesia

 


 

Agama yang diakui di Indonesia antara lain adalah Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghuchu. Selain enam agama yang diakui di Indonesia, aliran kepercayaan juga diakui di Indonesia. Semua hal tersebut merupakan pengamalan sila pertama Pancasila. Oleh karenanya, keragaman di Indonesia mesti kita jaga diantara umat beragama. Hal tersebut merupakan pengamalan tri kerukunan umat beragama. Adapun tri kerukunan umat beragama diantaranya: (1) menjaga kerukunan intern umat beragama; (2) menjaga kerukunan antar umat beragama; (3) menjaga kerukukan umat beragama dengan pemerintah. Hal tersebut dilakukan untuk mewujudkan masyarakat yang toleransi dan menjunjung tinggi persatuan. Wujud toleransi dan menjunjung persatuan sebagaimana yang ada pada artikel berikut.

 

Frederich Silaban, Arsitek Hebat yang Patut Diteladan

 

Tahukah kamu Masjid Istiqlal di Jakarta? Masjid Istiqlal adalah masjid nasional Republik Indonesia yang dibangun di pusat ibu kota Jakarta. Masjid Istiqlal merupakan masjid terbesar dan termegah di Indonesia. Ide pendirian Masjid Istiqlal bermula pada tahun 1953 dari beberapa ulama. Para ulama terdiri atas K.H. Wahid Hasyim bersama H. Agus Salim Anwar Tjokroaminoto, dan Ir. Sofwan Ide pembangunan Masjid Istiqlal pertama kali dilontarkan oleh KH. Wahid Hasyim Menteri Agama pertama Republik Indonesia.

 

Ir Soekamo sebagai presiden saat itu menyambut baik ide pembangunan Masjid Istiqlal sebagai masjid nasional Republik Indonesia. Bahkan Ir. Soekarno menjadi pemrakarsanya. Setelah terbentuk Panitia Pembangunan Masjid Istiqlal (PPMI), Ir. Soekarno bersama PPMI mengadakan sayembara rancangan gambar atau arsitektur Masjid Istiqlal yang jurinya diketuai oleh Presiden Soekarno. Hadiah bagi arsitek pemenang sayembara berupa uang sebesar Rp. 75.000,00 dan emas murni seberat 75 gram. Setelah melalui proses panjang, Presiden Soekarno pun mengumumkan bahwa pemenangnya adalah seorang bernama Friederich Silaban. Siapakah dia?

 

Frederich Silaban adalah putra bangsa yang lahir di Bonandolok, Sumatera Utara, tanggal Desember 1912. Frederich Silaban bukan lulusan sekolah arsitek. la merupakan  lulusan Koningin Wilhelmina School, sebuah sekolah teknik di Jakarta. Meskipun demikian, ia dapat memenangi sayembara tersebut. Sejak menang sayembara, karya-karya Frederich Silaban dikenal di seluruh Indonesia.

 

Pada tanggal 24 Agustus 1961, Ir. Soekarno meletakkan batu pertama sebagai tanda dimulainya pembangunan Masjid Istiqlal. Pembangunan Masjid Istiqlal memerlukan waktu 17 tahun dan baru bisa digunakan pertama kali pada tahun 1978. Membuat bangunan sebesar dan semegah Masjid istiqlal tentu membutuhkan usaha yang gigih, kerja keras, dan pantang menyerah. Selain itu, untuk menjamin kualitas bangunan dibutuhkan pula ketelitian dan ketelatenan. Bahkan untuk menyempurnakan rancangan Masjid Istiqlal, Frederich Silaban yang beragama Kristen dengan tekun mempelajari tata cara dan aturan orang muslim melaksanakan salat dan berdoa. Ia mempelajarinya selama kurang lebih tiga bulan. Frederich Silaban juga mempelajari banyak pustaka mengenai masjid-masjid di dunia. Ketekunan Frederich Silaban telah membuahkan hasil. Bangunan Masjid Istiqlal berhasil ia tuntaskan dengan sempurna.

 

 

Frederich Silaban juga telah berhasil menyandingkan Bangunan Masjid Istiqlal dengan gedung Katedral di Jakarta. Gedung Katedral adalah gedung tempat para umat katolik beribadah. Konsep persatuan dan kesatuan yang dibuat oleh Presiden Sookamo dapat diwujudkan dengan baik melalui kedua bangunan tersebut. Kedua gedung hingga kini masih kokoh berdiri berdampingan sebagai simbol kerukunan dan keharmonisan kehidupan beragama di Indonesia serta simbol toleransi dan persatuan bangsa. Sebuah karya anak bangsa akan tetap bisa dikenang meskipun pembuat karya telah tiada, seperti karya-karya Frederich Silaban. Meskipun Frederich Silaban telah tiada, karva-karyanya hingga kini masih kokoh berdiri sebagai bangunan bersejarah. Beberapa di antaranya Gedung Stadion Gelora Bung Karno (Jakarta/ 1962), Monumen Pembebasan Irian Barat (Jakarta/ 1963), Monumen Nasional atau Tugu Monas (Jakarta/ 1960), Gerbang Taman Makam Pahlawan Kalibata (Jakarta/ 1953), dan Tugu Khatulistiwa (Pontianak/ 1938). Sungguh karya anak bangsa yang membanggakan dan patut diteladani generasi penerus bangsa.

 

 

Berdasarkan artikel tadi dapat kita mengerti beberapa informasi berikut.

 

1. Frederich Silaban mempunyai cita-cita besar yaitu menjadi arsitek dalam pembangunan Masjid Istiqlal.

 

2. Dalam mencapai cita-citanya ada hambatan yang dia hadapi, salah satunya Frederich Silaban kurang memahami tata cara dan aturan orang muslim melaksanakan salat dan berdoa. Padahal pemahaman terhadap tata cara dan aturan orang muslim melaksanakan salat dan berdoa sangat penting untuk menyempurnakan pembangunan Masjid Istiqlal tempat beribadah umat Islam.

 

3. Frederich Silaban tidak putus asa dengan hambatan yang dia hadapi. Buktinya demi kesempurnaan pembangunan Masjid Istiqlal, Frederich Silaban dengan tekun mempelajar tata cara dan aturan orang muslim melaksanakan salat dan berdoa selama kurang lebih 3 bulan. Frederich Silaban juga mempelajari banyak pustaka mengenai masjid-masjid di dunia.

 

4. Frederich Silaban telah menunjukkan sikap gigih, kerja keras, ulet, telaten, tekun, dan tidak putus asa dalam mencapai cita-cita besarnya, yaitu mewujudkan rancangan bangunan Masjid istiqlal yang megah dan kokoh yang telah dia buat. Atas sikapnya tersebut, Frederich Silaban berhasil mewujudkan cita-citanya dengan baik. Bahkan, Frederich Sdaban mampu membuat bangunan-bangunan bersejarah lainnya yang hingga kini masih berdiri kokoh dan membanggakan bagi bangsa Indonesia. Banyak prestasi yang Frederich Silaban raih berkat sikap gigih, kerja keras, ulet, telaten, tekun, dan tidak putus asa dalam meraih cita-citanya.

 

Kini bangunan Masjid Istiqlal yang bersandingan gedung Katedral telah menjadi simbol toleransi dan persatuan. Simbol tersebut sangat penting dipahami masyarakat Indonesia sebagai masyarakat dengan beragam agama. Kita tentunya masih ingat bahwa Pemenintan Indonesia mengakui adanya enam agama yaitu agama Islam, Kristen, Katolik,  Hindu, Buddha, dan Konghucu. Setiap agama memiliki tempat ibadah untuk meningkatkan keimanan dan keyakinannya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Perhatikan enam tempat beribadah umat beragama di Indonesia beserta hari besarnya berikut.

 

No.

Nama Agama

Tempat Ibadah

Hari Besar Agama

1

Islam

Masjid

Idul Fitri, Idul Adha

2

Kristen

Gereja

Natal, Paskah

3

Katolik

Gereja

Natal, Paskah

4

Hindu

Pura

Nyepi, Galungan, Kuningan

5

Buddha

Wihara

Waisak, Kathina

6

Konghuchu

Kelenteng

Imlek, Cap Go Meh

 

 

 

Keberagaman agama masyarakat Indonesia hendaknya memiliki sikap toleransi yang tinggi, saling menghargai, dan saling menghormati antar umat beragama yang berbeda. Dengan demikian, akan tercipta kerukunan dan persatuan dalam perbedaan. Sebagai warga negara Indonesia yang memiliki keberagaman agama, tempat ibadah dan hari-hari besar agama yang berbeda mestinya kita memiliki sikap toleransi dan saling menghormati antar pemeluk agama. Sikap toleransi terhadap perayaan hari besar agama yang berbeda dapat ditunjukkan dengan cara berikut.

 

1. Menjaga ketenangan tempat dilaksanakannya perayaan hari besar agama lain.

2. Berbagi makanan dengan tetangga yang berbeda agama pada saat perayaan hari besar agama.

3. Menjalin silaturahmi secara baik dengan umat beragama lain saat merayakan hari besar agama.

 

Catatan:

Sebagai latihan, kerjakan soal pada buku PR Tema halaman 11 yang A dan B. Kerjakan pada buku PR Tema kalian masing-masing ya. Jangan lupa untuk mengirimkan pekerjaan kalian ke Ustadz kalian ya!


No comments:

Post a Comment