Umat Islam yang berusaha menjalankan syariat Islam dalam hidupnya tentu mengimpikan melaksanakan ibadah haji dan umrah. Ibadah haji merupakan salah satu di antaranya rukun Islam. Namun demikian, dalam praktiknya ibadah haji di tanah haram tidak terlepas dari ibadah umrah. Bagi kita yang masih awam tentunya akan banyak bertanya-tanya bagaimana pelaksanaan ibadah haji dan umrah. Supaya mampu menjawab pertanyaan kita bersama tersebut, pada kesempatan kali ini akan membahas mengenai pelaksanaan haji kiran.
A. Pelaksanaan Haji Kiran
Pelaksanaan haji dan umrah terbagi dalam beberapa macam. Pelaksanaan ibadah haji dan umrah yang sudah dilakukan mencakup tiga macam. Adapun tiga macam yang dimaksud antara lain: (1) haji tamatuk; (2) haji ifrad, dan (3) haji kiran. Buku Bimbingan Praktis Manasik Haji KBIH MTA tahun 2016 menyebutkan bahwa di dalam melaksanakan ibadah haji ada 3 (tiga) cara yang bisa dilakukan, yaitu: (1) haji tamatuk; (2) haji ifrad, dan (3) haji kiran.
Kamus Besar Bahasa Indonesia menerangkan arti haji kiran adalah ibadah haji yang pelaksanaannya bersamaan dengan umrah. Buku Bimbingan Praktis Manasik Haji KBIH MTA tahun 2016 menyebutkan bahwa haji kiran (ditulis qiron atau qiran) adalah ibadah haji yang cara pelaksanaannya dengan melakukan haji dan umrah yang dilaksanakan dengan bersama-sama. Bagi yang melaksanakan dengan cara haji ifrad maka tidak terkena dam sedang yang melaksanakan dengan cara haji tamatuk dan haji kiran harus membayar dam.
Buku Tuntunan Manasik Haji dan Umrah terbitan Kementerian Agama Republik Indonesia tahun 2023 menerangkan bahwa berdasarkan pelaksanaan, ibadah haji dibagi menjadi tiga macam, yaitu: (1) haji ifrad, (2) haji kiran, dan (3) haji tamatuk. Adapun pengertian haji kiran sebagai berikut.
Buku Tuntunan Manasik Haji dan Umrah terbitan Kementerian Agama Republik Indonesia tahun 2023 menerangkan bahwa kata kiran (qiron) berarti berteman atau bersamaan. Maksudnya, orang melaksanakan haji dan umrah secara bersamaan dengan sekali niat untuk dua pekerjaan, tetapi diharuskan membayar dam. Haji kiran adalah mengerjakan haji dan umrah di dalam satu niat dan satu pekerjaan sekaligus. Jemaah yang melakukan cara ini wajib membayar dam nusuk. Pelaksanaan dam haji kiran sama dengan pelaksanaan pada haji tamatuk. Orang yang melakukan cara ini wajib membayar dam nusuk satu ekor kambing. Haji kiran dapat dipilih apabila karena sesuatu hal, seperti seorang jemaah tidak dapat melaksanakan umrah, baik sebelum maupun sesudah haji, termasuk jemaah haji yang masa tinggalnya di Makkah sangat terbatas.
B. Dalil Pelaksanaan Haji Kiran
Tiga macam pelaksanaan ibadah haji tentunya berlandaskan dalil. Adapun dali yang menyebutkan pelaksanaan haji ifrad, haji kiran, dan haji tamatuk adalah sebagai berikut.
Hadis Ke-1
صحيح مسلم ٢١١٨: حَدَّثَنِي يَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ حَدَّثَنَا عَبَّادُ بْنُ عَبَّادٍ الْمُهَلَّبِيُّ حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ عَنْ الْقَاسِمِ بْنِ مُحَمَّدٍ عَنْ أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ: مِنَّا مَنْ أَهَلَّ بِالْحَجِّ مُفْرَدًا وَمِنَّا مَنْ قَرَنَ وَمِنَّا مَنْ تَمَتَّعَ. حَدَّثَنَا عَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَكْرٍ أَخْبَرَنَا ابْنُ جُرَيْجٍ أَخْبَرَنِي عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ عَنْ الْقَاسِمِ بْنِ مُحَمَّدٍ قَالَ جَاءَتْ عَائِشَةُ حَاجَّةً.
Artinya: Shahih Muslim nomor 2118: Telah menceritakan kepadaku Yahya bin Ayyub, telah menceritakan kepada kami Abbad Al Muhallabi, telah menceritakan kepada kami Ubaidullah bin Umar dari Al Qasim bin Muhammad dari Ummul Mukminin Aisyah RA, ia berkata: "Di antara kami ada yang ihram untuk haji ifrad (mendahulukan haji dari umrah), ada yang ihram untuk haji kiran (mengerjakan haji digabung dengan umrah sekaligus) dan ada pula yang ihram untuk haji tamatuk (mendahulukan umrah dari pada haji)." Telah menceritakan kepada kami Abdu bin Humaid, telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Bakr, telah mengabarkan kepada kami Ibnu Juraij, telah mengabarkan kepadaku Ubaidullah bin Umar dari Al Qasim bin Muhammad ia berkata: Aisyah datang untuk menunaikan haji.
Melalui hadis tersebut dapat diperoleh informasi berdasarkan Aisyah mengenai macam pelaksanaan ibadah haji dan umrah. Melalui hadis tersebut di antara orang-orang masa itu ada yang melaksanakan haji dan umrah dengan cara haji ifrad, haji kiran, dan haji tamatuk.
Hadis Ke-2
صحيح البخاري ١٤٦٠: حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ أَخْبَرَنَا مَالِكٌ عَنْ أَبِي الْأَسْوَدِ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ نَوْفَلٍ عَنْ عُرْوَةَ بْنِ الزُّبَيْرِ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّهَا قَالَتْ: خَرَجْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَامَ حَجَّةِ الْوَدَاعِ فَمِنَّا مَنْ أَهَلَّ بِعُمْرَةٍ وَمِنَّا مَنْ أَهَلَّ بِحَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ وَمِنَّا مَنْ أَهَلَّ بِالْحَجِّ وَأَهَلَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالْحَجِّ فَأَمَّا مَنْ أَهَلَّ بِالْحَجِّ أَوْ جَمَعَ الْحَجَّ وَالْعُمْرَةَ لَمْ يَحِلُّوا حَتَّى كَانَ يَوْمُ النَّحْرِ.
Artinya: Shahih Bukhari nomor 1460: Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Yusuf, telah mengabarkan kepada kami Malik dari Abu Al Aswad Muhammad bin 'Abdurrahman bin Naufal dari 'Urwah bin Az Zubair dari 'Aisyah RA berkata: Kami berangkat bersama Nabi SAW pada tahun haji wada' (perpisahan). Di antara kami ada yang berihram untuk 'umrah, ada yang berihram untuk haji dan 'umrah dan ada pula yang berihram untuk haji. Sedangkan Rasulullah SAW berihram untuk haji. Adapun orang yang berihram untuk haji atau menggabungkan haji dan 'umrah maka mereka tidak bertahalul sampai hari nahar (tanggal 10 Zulhijah)."
Hadis Ke-3
صحيح البخاري ٤٠٥٦: حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْلَمَةَ عَنْ مَالِكٍ عَنْ أَبِي الْأَسْوَدِ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ نَوْفَلٍ عَنْ عُرْوَةَ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ: خَرَجْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَمِنَّا مَنْ أَهَلَّ بِعُمْرَةٍ وَمِنَّا مَنْ أَهَلَّ بِحَجَّةٍ وَمِنَّا مَنْ أَهَلَّ بِحَجٍّ وَعُمْرَةٍ وَأَهَلَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالْحَجِّ فَأَمَّا مَنْ أَهَلَّ بِالْحَجِّ أَوْ جَمَعَ الْحَجَّ وَالْعُمْرَةَ فَلَمْ يَحِلُّوا حَتَّى يَوْمِ النَّحْرِ. حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ أَخْبَرَنَا مَالِكٌ وَقَالَ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي حَجَّةِ الْوَدَاعِ. حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ حَدَّثَنَا مَالِكٌ مِثْلَهُ.
Artinya: Shahih Bukhari nomor 4056: Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Maslamah dari Malik dari Al Aswad Muhammad bin 'Abdur Rahman bin Naufal dari 'Urwah dari 'Aisyah RA, dia berkata: Kami keluar bersama Rasulullah SAW. Di antara kami ada yang bertalbiah (niat) dengan umrah, ada juga yang bertalbiah (niat) dengan haji, dan ada juga bertalbiah (niat) dengan haji dan umrah sekaligus. Adapun Rasulullah SAW bertalbiah (niat) dengan haji. Barangsiapa yang bertalbiah dengan haji atau haji dan umrah sekaligus, maka mereka tidak bertahalul hingga hari nahar. Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Yusuf, telah mengabarkan kepada kami Malik dan dia berkata: bersama Rasulullah SAW pada waktu haji wada'. Telah menceritakan kepada kami Isma'il, telah menceritakan kepada kami Malik dengan hadis yang serupa.
C. Pelaksanaan Haji Kiran
Buku Tuntunan Manasik Haji dan Umrah terbitan Kementerian Agama Republik Indonesia tahun 2023 menerangkan bahwa kata kiran (qiron) berarti berteman atau bersamaan. Maksudnya, orang melaksanakan haji dan umrah secara bersamaan dengan sekali niat untuk dua pekerjaan, tetapi diharuskan membayar dam. Hal tersebut sebagaimana dalil berikut.
Dalil Al-Qur’an Ke-1
وَاَتِمُّوا الْحَجَّ وَالْعُمْرَةَ لِلّٰهِ ۗ فَاِنْ اُحْصِرْتُمْ فَمَا اسْتَيْسَرَ مِنَ الْهَدْيِۚ وَلَا تَحْلِقُوْا رُءُوْسَكُمْ حَتّٰى يَبْلُغَ الْهَدْيُ مَحِلَّهٗ ۗ فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَّرِيْضًا اَوْ بِهٖٓ اَذًى مِّنْ رَّأْسِهٖ فَفِدْيَةٌ مِّنْ صِيَامٍ اَوْ صَدَقَةٍ اَوْ نُسُكٍ ۚ فَاِذَآ اَمِنْتُمْ ۗ فَمَنْ تَمَتَّعَ بِالْعُمْرَةِ اِلَى الْحَجِّ فَمَا اسْتَيْسَرَ مِنَ الْهَدْيِۚ فَمَنْ لَّمْ يَجِدْ فَصِيَامُ ثَلٰثَةِ اَيَّامٍ فِى الْحَجِّ وَسَبْعَةٍ اِذَا رَجَعْتُمْ ۗ تِلْكَ عَشَرَةٌ كَامِلَةٌ ۗذٰلِكَ لِمَنْ لَّمْ يَكُنْ اَهْلُهٗ حَاضِرِى الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ ۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَ وَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ شَدِيْدُ الْعِقَابِ. البقرة: ١٩٦
Artinya: Sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah. Akan tetapi, jika kamu terkepung (oleh musuh), (sembelihlah) hadyu56) yang mudah didapat dan jangan mencukur (rambut) kepalamu sebelum hadyu sampai di tempat penyembelihannya. Jika ada di antara kamu yang sakit atau ada gangguan di kepala (lalu dia bercukur), dia wajib berfidyah, yaitu berpuasa, bersedekah, atau berkurban.57) Apabila kamu dalam keadaan aman, siapa yang mengerjakan umrah sebelum haji (tamatu’), dia (wajib menyembelih) hadyu yang mudah didapat. Akan tetapi, jika tidak mendapatkannya, dia (wajib) berpuasa tiga hari dalam (masa) haji dan tujuh (hari) setelah kamu kembali. Itulah sepuluh hari yang sempurna. Ketentuan itu berlaku bagi orang yang keluarganya tidak menetap di sekitar Masjidilharam. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Mahakeras hukuman-Nya. (QS. Al-Baqarah [2]:196)
Catatan:
56) Hadyu adalah hewan ternak yang disembelih di tanah haram Makkah pada Idul Adha dan hari-hari tasyrik karena menjalankan haji tamatuk atau kiran, meninggalkan salah satu manasik haji atau umrah, mengerjakan salah satu larangan manasik, atau murni ingin mendekatkan diri kepada Allah SWT sebagai ibadah sunah.
57) Fidyah (tebusan) karena tidak dapat menyempurnakan manasik haji dengan alasan tertentu.
Hadis Ke-4
مسند أحمد ٤٧٢٤: حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَمَانٍ عَنْ سُفْيَانَ عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ عَنْ نَافِعٍ عَنِ ابْنِ عُمَرَ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ طَافَ طَوَافًا وَاحِدًا لِإِقْرَانِهِ لَمْ يَحِلَّ بَيْنَهُمَا وَاشْتَرَى هَدْيًا مِنْ الطَّرِيقِ مِنْ قُدَيْدٍ.
Artinya: Musnad Ahmad nomor 4724: Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yaman dari Sufyan dari Ubaidullah dari Nafi' dari Ibnu Umar, bahwa dalam haji kiran Nabi SAW melakukan tawaf satu kali dan tidak melakukan tahalul di antara keduanya, dan beliau membeli hewan sembelihan di sepanjang jalan Qudaid."
Hadis Ke-5
سنن النسائي ٢٦٧٥: أَخْبَرَنِي مُعَاوِيَةُ بْنُ صَالِحٍ قَالَ حَدَّثَنِي يَحْيَى بْنُ مَعِينٍ قَالَ حَدَّثَنَا حَجَّاجٌ قَالَ حَدَّثَنَا يُونُسُ عَنْ أَبِي إِسْحَقَ عَنْ الْبَرَاءِ قَالَ: كُنْتُ مَعَ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ حِينَ أَمَّرَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى الْيَمَنِ فَلَمَّا قَدِمَ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ عَلِيٌّ فَأَتَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَيْفَ صَنَعْتَ قُلْتُ أَهْلَلْتُ بِإِهْلَالِكَ قَالَ فَإِنِّي سُقْتُ الْهَدْيَ وَقَرَنْتُ قَالَ وَقَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِأَصْحَابِهِ لَوْ اسْتَقْبَلْتُ مِنْ أَمْرِي مَا اسْتَدْبَرْتُ لَفَعَلْتُ كَمَا فَعَلْتُمْ وَلَكِنِّي سُقْتُ الْهَدْيَ وَقَرَنْتُ.
Artinya: Sunan Nasa'i nomor 2675: Telah mengabarkan kepada kami Mu'awiyah bin Shalih, ia berkata: telah menceritakan kepadaku Yahya bin Ma'in, ia berkata: telah menceritakan kepada kami Hajjaj, ia berkata: telah menceritakan kepada kami Yunus dari Abu Ishaq dari Al Barra`, ia berkata: Saya bersama Ali bin Abi Thalib ketika Rasulullah SAW mengangkatnya sebagai amir di Yaman, ketika ia datang kepada Nabi SAW, Ali berkata: Lalu datang kepada Nabi SAW, kemudian Rasulullah SAW bersabda kepadaku: " Apa yang engkau lakukan?" Maka saya menjawab: Saya mengucapkan doa talbiah dengan seperti doa talbiahmu. Beliau bersabda: "Saya membawa hewan kurban dan melakukan haji kiran (menggabungkan haji dan umrah)." Ia berkata lalu Rasulullah SAW bersabda kepada para sahabatnya: " Jika dulu tampak kepadaku perkara yang saat ini aku lihat maka aku akan seperti apa yang kalian lakukan, tetapi aku telah membawa hadyu dan berniat haji kiran."
Buku Bimbingan Praktis Manasik Haji KBIH MTA tahun 2016 menyebutkan pelaksanaan ibadah haji kiran. Pelaksanan ibadah haji dengan berbagai macam cara. Adapun pelaksanaan haji kiran dapat diuraikan sebagai berikut.
1. Niat Ihram
Haji kiran ialah ibadah haji yang cara melaksanakannya dengan mengerjakan haji dan umrah secara bersama-sama. Hal tersebut sebagaimana hadis berikut.
Hadis Ke-6
سنن الدارقطني ٢٥٧١: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ الْحُسَيْنِ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ أَحْمَدَ بْنِ الْجُنَيْدِ، نا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ زَنْجُوَيْهِ، نا عَبْدُ الرَّزَّاقِ، عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ، عَنْ نَافِعٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ، أَنَّهُ قَرَنَ بَيْنَ الْحَجِّ وَالْعُمْرَةِ وَسَعَى لَهُمَا سَعْيًا وَاحِدًا، وَقَالَ: هَكَذَا صَنَعَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.
Artinya: Sunan Daruquthni nomor 2571: Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Al Husain bin Muhammad bin Ahmad Al Junaid, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abdul Malik bin Zanjawaih, telah menceritakan kepada kami Abdurrazzak, dari Ubaidillah bin Umar, dari Nafi‘, dari Ibnu Umar bahwa dia menggabungkan antara haji dan umrah (melakukan haji kiran) dan melakukan sai satu kali untuk keduanya. seraya berkata, "Demikianlah yang diperbuat oleh Rasulullah SAW."
Setelah jemaah haji berpakaian ihram yang dipakai mulai dari mikat, lalu melafalkan niat ‘umrah dan haji.
لَبَّيْكَ عُمْرَةً وَحَجًّا
Artinya: Aku penuhi panggilan-Mu untuk umrah dan haji.
2. Kegiatan Haji Kiran
Kegiatan jemaah haji yang melaksanakan haji kiran ada beberapa hal. Berbagai hal tersebut terangkum dalam poin-poin berikut.
a. Setelah memakai ihram dari mikat, senantiasa bertalbiah sepanjang perjalanan. Setelah masuk Makkah (Masjidil Haram) kemudian melakukan tawaf qudum, yaitu tawaf tujuh kali dimulai dari Hajar Aswad. Setelah selesai, terus kembali ke Maktab tetap memakai pakaian Ihram. Hal tersebut sebagaimana hadis berikut.
Hadis Ke-7
صحيح مسلم ٢٢١٢: و حَدَّثَنِي أَبُو الطَّاهِرِ وَحَرْمَلَةُ بْنُ يَحْيَى قَالَ حَرْمَلَةُ أَخْبَرَنَا ابْنُ وَهْبٍ أَخْبَرَنِي يُونُسُ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ أَنَّ سَالِمَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ أَخْبَرَهُ أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ قَالَ: رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حِينَ يَقْدَمُ مَكَّةَ إِذَا اسْتَلَمَ الرُّكْنَ الْأَسْوَدَ أَوَّلَ مَا يَطُوفُ حِينَ يَقْدَمُ يَخُبُّ ثَلَاثَةَ أَطْوَافٍ مِنْ السَّبْعِ.
Artinya: Shahih Muslim nomor 2212: Dan telah menceritakan kepadaku Abu Thahir dan Harmalah bin Yahya. Harmalah berkata: telah mengabarkan kepada kami Ibnu Wahb, telah mengabarkan kepadaku Yunus dari Ibnu Syihab bahwa Salim bin Abdullah, telah mengabarkan kepadanya bahwa Abdullah bin Umar berkata: "Saya melihat Rasulullah SAW saat beliau datang ke Makkah. Bila beliau hendak mencium Hajar Aswad, maka pertama kali datang beliau tawaf qudum, dari tujuh kali putaran, beliau berlari-lari kecil sebanyak tiga kali putaran."
b. Setelah hari tarwiyah tanggal 8 Zulhijah berangkat ke Arafah untuk melakukan wukuf dimulai sejak tergelincir matahari sampai terbenam matahari pada tanggal 9 Zulhijah.
c. Pada malam harinya tanggal 9 Zulhijah berangkat ke Mina dan mabit di Muzdalifah. Setelah terbit fajar meneruskan perjalanan ke Mina.
d. Tanggal 10 Zulhijah melempar jamrah ‘Aqabah pada waktu duha, setelah melempar jamrah tersebut, maka menjadi halallah (tahalul dengan bercukur atau menggunting rambut). Namun demikian belum diperbolehkan kumpul suami-istri. Bisa juga bagi yang ingin meneruskan ke Makkah untuk tawaf ifadhah. Hal tersebut menjadikan sudah halal seluruhnya larangan ihram setelah tawaf ifadhah. Adapun bagi yang ingin terus kembali ke Mina setelah melempar jamrah ‘Aqabah dan mencukur atau menggunting rambutnya (tahalul) boleh juga.
e. Melempar 3 jamrah di hari berikutnya yakni tanggal 11, tanggal 12 dan tanggal 13 Zulhijah. Lemparan dimulai dari Jumratul Uulaa, Wustha, dan ‘Aqabah masing-masing tujuh kali lemparan. Pada setiap melempar membaca takbir.
f. Bagi yang ingin mencukupkan dua hari saja di Mina yakni tanggal 11-12 Zulhijah untuk melempar ketiga jamrah maka tidak ada dosa baginya. Hal itu disebut Nafar Awwal. Bagi yang ingin sampai tanggal 13 Zulhijah juga tidak mengapa. Hal itu disebut Nafar Tsani. Setelah selesai melempar jamrah pada hari-hari tasyrik, baru pergi ke Masjidil Haram untuk menunaikan tawaf ifadhah dan dilanjutkan sai sehingga selesailah haji tersebut.
Ketika jemaah melaksanakan tawaf ifadhah, ia harus melakukan sai apabila pada waktu tawaf qudum belum melaksanakan sai. Tawaf qudum yang tidak diikuti sai sebagaimana hadis riwayat Muslim nomor 2212 dan hadis riwayat Daruquthni nomor 2571. Selain itu juga pada hadis lain menyebutkan sebagai berikut.
Hadis Ke-8
صحيح مسلم ٢١٠٨: حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى التَّمِيمِيُّ قَالَ قَرَأْتُ عَلَى مَالِكٍ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ عُرْوَةَ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّهَا قَالَتْ: خَرَجْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَامَ حَجَّةِ الْوَدَاعِ فَأَهْلَلْنَا بِعُمْرَةٍ ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ كَانَ مَعَهُ هَدْيٌ فَلْيُهِلَّ بِالْحَجِّ مَعَ الْعُمْرَةِ ثُمَّ لَا يَحِلُّ حَتَّى يَحِلَّ مِنْهُمَا جَمِيعًا قَالَتْ فَقَدِمْتُ مَكَّةَ وَأَنَا حَائِضٌ لَمْ أَطُفْ بِالْبَيْتِ وَلَا بَيْنَ الصَّفَا وَالْمَرْوَةِ فَشَكَوْتُ ذَلِكَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ انْقُضِي رَأْسَكِ وَامْتَشِطِي وَأَهِلِّي بِالْحَجِّ وَدَعِي الْعُمْرَةَ قَالَتْ فَفَعَلْتُ فَلَمَّا قَضَيْنَا الْحَجَّ أَرْسَلَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَعَ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي بَكْرٍ إِلَى التَّنْعِيمِ فَاعْتَمَرْتُ فَقَالَ هَذِهِ مَكَانُ عُمْرَتِكِ فَطَافَ الَّذِينَ أَهَلُّوا بِالْعُمْرَةِ بِالْبَيْتِ وَبِالصَّفَا وَالْمَرْوَةِ ثُمَّ حَلُّوا ثُمَّ طَافُوا طَوَافًا آخَرَ بَعْدَ أَنْ رَجَعُوا مِنْ مِنًى لِحَجِّهِمْ وَأَمَّا الَّذِينَ كَانُوا جَمَعُوا الْحَجَّ وَالْعُمْرَةَ فَإِنَّمَا طَافُوا طَوَافًا وَاحِدًا.
Artinya: Shahih Muslim nomor 2108: Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya At Tamimi ia berkata: Saya telah membacakan kepada Malik dari Ibnu Syihab dari Urwah dari Aisyah RA, bahwa ia berkata: Kami pergi haji bersama-sama dengan Rasulullah SAW pada tahun haji wada', lalu kami ihram untuk umrah. Kemudian beliau bersabda: "Siapa yang membawa hadya (hewan kurban) boleh ihram untuk haji dan umrah dan tidak boleh tahalul sebelum keduanya selesai." Aisyah berkata: Setibanya aku di Makkah, kebetulan aku haid, sehingga aku tidak tawaf di Baitullah dan tidak sai antara Safa dan Marwah. Hal itu kulaporkan kepada Rasulullah SAW, maka beliau pun bersabda: "Lepas sanggulmu dan bersisirlah. Kemudian teruskan ihrammu untuk haji dan tinggalkan umrah." Apa yang diperintahkan beliau kulaksanakan semuanya. Setelah kami selesai mengerjakan haji, Rasulullah SAW menyuruhku bersama-sama Abdurrahman bin Abu Bakr pergi ke Tan'im untuk melakukan umrah. Beliau bersabda: "Itulah ganti umrahmu yang gagal." Orang-orang yang tadinya ihram untuk umrah (melaksanakan haji tamatuk), setibanya di Makkah mereka terus tawaf dan Baitullah dan sai antara Safa dan Marwah. Kemudian sekembalinya di mereka dari Mina, mereka tawaf kembali selaku tawaf akhir. Ada pun orang-orang yang menggabungkan niat haji dan umrah (haji kiran), mereka tawaf (sai) satu kali saja.
Hadis Ke-9
سنن الترمذي ٨٧٠: حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي عُمَرَ حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ عَنْ الْحَجَّاجِ عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ عَنْ جَابِرٍ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَرَنَ الْحَجَّ وَالْعُمْرَةَ فَطَافَ لَهُمَا طَوَافًا وَاحِدًا. قَالَ وَفِي الْبَاب عَنْ ابْنِ عُمَرَ وَابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ أَبُو عِيسَى حَدِيثُ جَابِرٍ حَدِيثٌ حَسَنٌ وَالْعَمَلُ عَلَى هَذَا عِنْدَ بَعْضِ أَهْلِ الْعِلْمِ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَغَيْرِهِمْ قَالُوا الْقَارِنُ يَطُوفُ طَوَافًا وَاحِدًا وَهُوَ قَوْلُ الشَّافِعِيِّ وَأَحْمَدَ وَإِسْحَقَ و قَالَ بَعْضُ أَهْلِ الْعِلْمِ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَغَيْرِهِمْ يَطُوفُ طَوَافَيْنِ وَيَسْعَى سَعْيَيْنِ وَهُوَ قَوْلُ الثَّوْرِيِّ وَأَهْلِ الْكُوفَةِ.
Artinya: Sunan Tirmidzi nomor 870: Telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu 'Umar, telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah dari Al Hajjaj dari Abu Zubair dari Jabir bahwa Rasulullah SAW mengumpulkan haji dan umrah lalu beliau tawaf untuk keduanya satu kali tawaf. (Abu Isa At Tirmidzi) berkata: "Hadis semakna diriwayatkan dari Ibnu Umar dan Ibnu Abbas." Abu 'Isa berkata: "Hadis Jabir merupakan hadis hasan serta diamalkan oleh sebagian ulama baik dari kalangan sahabat Nabi SAW maupun yang lainnya. Mereka berkata: 'Orang yang berhaji kiran hanya melakukan satu kali tawaf.' Ini juga merupakan pendapat Syafi'i, Ahmad dan Ishaq. Sedangkan sebagian ulama juga dari kalangan sahabat Nabi SAW dan yang lainnya berpendapat untuk bertawaf dua kali dan bersai dua kali. Ini merupakan pendapat Ats Tsauri dan penduduk Kufah."
3. Selesai Kegiatan Haji Kiran
Jemaah pada saat akan meninggalkan Makkah, wajib melaksanakan thawaf wada'. Hal tersebut dikarenakan setelah selesai kegiatan rangkaian haji, ketika pulang disyariatkan melakukan tawaf wada’.
Hadis Ke-10
صحيح مسلم ٢٣٥٠: حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ مَنْصُورٍ وَزُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ قَالَا حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ سُلَيْمَانَ الْأَحْوَلِ عَنْ طَاوُسٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: كَانَ النَّاسُ يَنْصَرِفُونَ فِي كُلِّ وَجْهٍ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَنْفِرَنَّ أَحَدٌ حَتَّى يَكُونَ آخِرُ عَهْدِهِ بِالْبَيْتِ. قَالَ زُهَيْرٌ يَنْصَرِفُونَ كُلَّ وَجْهٍ وَلَمْ يَقُلْ فِي.
Artinya: Shahih Muslim nomor 2350: Telah menceritakan kepada kami Sa'id bin Manshur dan Zuhair bin Harb, keduanya berkata: Telah menceritakan kepada kami Sufyan dari Sulaiman Al Ahwal dari Thawus dari Ibnu Abbas ia berkata: Orang banyak telah pulang ke negerinya masing-masing. Maka bersabdalah Rasulullah SAW: "Janganlah seseorang pulang sebelum dia tawaf wada' (akhir) di Baitullah." Zuhair berkata: "Yansharifuuna kulla wajhiin." Dan ia tidak menyebutkan: "Fii."
D. Mengubah Niat
Buku Tuntunan Manasik Haji dan Umrah terbitan Kementerian Agama Republik Indonesia tahun 2023 menerangkan bahwa mengubah niat dari haji kiran menjadi tamatuk hukumnya boleh, tetapi ia dikenakan dam nusuk dan dam mengubah niat. Sedangkan mengubah niat dari kiran ke ifrad hukumnya boleh tetapi cara ini dikenakan dam karena mengubah niat tanpa perlu kembali ke mikat.
Hadis Ke-11
صحيح البخاري ١٤٦٦: حَدَّثَنَا أَبُو نُعَيْمٍ حَدَّثَنَا أَبُو شِهَابٍ قَالَ قَدِمْتُ مُتَمَتِّعًا مَكَّةَ بِعُمْرَةٍ فَدَخَلْنَا قَبْلَ التَّرْوِيَةِ بِثَلَاثَةِ أَيَّامٍ فَقَالَ لِي أُنَاسٌ مِنْ أَهْلِ مَكَّةَ تَصِيرُ الْآنَ حَجَّتُكَ مَكِّيَّةً فَدَخَلْتُ عَلَى عَطَاءٍ أَسْتَفْتِيهِ فَقَالَ حَدَّثَنِي جَابِرُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّهُ، حَجَّ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ سَاقَ الْبُدْنَ مَعَهُ وَقَدْ أَهَلُّوا بِالْحَجِّ مُفْرَدًا فَقَالَ لَهُمْ أَحِلُّوا مِنْ إِحْرَامِكُمْ بِطَوَافِ الْبَيْتِ وَبَيْنَ الصَّفَا وَالْمَرْوَةِ وَقَصِّرُوا ثُمَّ أَقِيمُوا حَلَالًا حَتَّى إِذَا كَانَ يَوْمُ التَّرْوِيَةِ فَأَهِلُّوا بِالْحَجِّ وَاجْعَلُوا الَّتِي قَدِمْتُمْ بِهَا مُتْعَةً فَقَالُوا كَيْفَ نَجْعَلُهَا مُتْعَةً وَقَدْ سَمَّيْنَا الْحَجَّ فَقَالَ افْعَلُوا مَا أَمَرْتُكُمْ فَلَوْلَا أَنِّي سُقْتُ الْهَدْيَ لَفَعَلْتُ مِثْلَ الَّذِي أَمَرْتُكُمْ وَلَكِنْ لَا يَحِلُّ مِنِّي حَرَامٌ حَتَّى يَبْلُغَ الْهَدْيُ مَحِلَّهُ فَفَعَلُوا قَالَ أَبُو عَبْد اللَّهِ أَبُو شِهَابٍ لَيْسَ لَهُ مُسْنَدٌ إِلَّا هَذَا.
Artinya: Shahih Bukhari nomor 1466: Telah menceritakan kepada kami Abu Nu'aim, telah menceritakan kepada kami Abu Sihab berkata: Aku menuju Makkah dengan berihram untuk umrah sebagai pelaksanaan haji dengan tamatuk. Maka kami tiba tiga hari sebelum hari tarwiah. Maka orang-orang berkata kepadaku: "Dari penduduk (rumah-rumah di) Makkah maka hajimu sekarang sebagai orang Makkah." Kemudian aku menemui 'Atha' untuk meminta fatwa darinya. Maka dia berkata: Telah menceritakan kepada saya Jabir bin 'Abdullah RA bahwa dia pernah melaksanakan haji bersama Nabi SAW ketika beliau menggiring hewan sembelihannya saat orang-orang sudah berihram untuk haji secara ifrad. Maka beliau berkata kepada mereka: "Halalkanlah ihram kalian ketika sudah tawaf di Baitullah dan sai antara bukit As-Safa dan Al-Marwah, dan memotong rambut (tahalul), dan tinggallah (di Makkah) dalam keadaan halal hingga apabila tiba hari tarwiah berihramlah untuk haji. Dan jadikan apa yang sudah kalian lakukan dari manasik ini sebagai pelaksanaan haji dengan tamatuk." Mereka bertanya: "Bagaimana kami menjadikannya sebagai tamatuk sedang kami sudah meniatkannya sebagai ihram haji (ifrad)?" Maka beliau berkata: "Laksanakanlah apa yang aku perintahkan kepada kalian. Seandainya aku tidak membawa hewan sembelihan tentu aku akan melaksanakan seperti yang aku perintahkan kepada kalian. Akan tetapi tidak halal bagiku apa-apa yang diharamkan selama ihram ini hingga hewan sembelihan sudah sampai pada tempat sembelihannya (pada hari nahar)." Maka orang-orang melaksanakannya. Berkata Abu 'Abdullah (Al-Bukhari): "Abu Syihab tidak memiliki sanad selain jalan ini".
Demikian di antaranya yang berkaitan dengan haji dan/ atau umrah umrah. Semoga yang informasi yang didapat membuat kita punya gambaran mengenai ibadah haji dan umrah. Melalui gambaran yang ada, kita paham tata cara pelaksanaan ibadah haji dan umrah. Dalil yang kita gunakan untuk beribadah adalah dalil dari Al-Qur’an yang sudah pasti benar dan/ atau hadis shahih atau setidaknya hasan lidzatihi. Adapun selain dalil yang ada, tidak menutup kemungkinan terdapat dalil yang shahih maupun sharih lainnya yang bisa kita gunakan sebagai landasan hukum ibadah.
Penulis menyadari bahwa sampai tulisan ini diterbitkan belum pernah melaksanakan ibadah haji dan umrah. Tulisan ini bukan bermaksud menggurui. Namun sebagai sarana penambah wawasan dan pengingat kembali mengenai manasik haji dan umrah. Adapun saran yang membangun untuk menambah wawasan bersama dari pembaca yang sudah berhaji dan berumrah maupun yang belum adalah sangat diharapkan demi ulasan yang lebih baik sesuai Al-Qur’an dan As-Sunah. Bagi yang belum, semoga Allah meridai kita semuanya untuk melaksanakan ibadah haji dan umrah. Semoga kita mampu melaksanakan ibadah haji dan umrah dengan baik dan maksimal sehingga kesempurnaan amal salih tercapai dan akhirnya memperoleh surga sebagaimana janjinya Allah. Aamiin.
No comments:
Post a Comment