Monday, August 19, 2024

Pelaksanaan Haji Ifrad

Umat Islam yang berusaha menjalankan syariat Islam dalam hidupnya tentu mengimpikan melaksanakan ibadah haji dan umrah. Ibadah haji merupakan salah satu di antaranya rukun Islam. Namun demikian, dalam praktiknya ibadah haji di tanah haram tidak terlepas dari ibadah umrah. Bagi kita yang masih awam tentunya akan banyak bertanya-tanya bagaimana pelaksanaan ibadah haji dan umrah. Supaya mampu menjawab pertanyaan kita bersama tersebut, pada kesempatan kali ini akan membahas mengenai pelaksanaan haji ifrad.

 

A. Pelaksanaan Haji Ifrad

Pelaksanaan haji dan umrah terbagi dalam beberapa macam. Pelaksanaan ibadah haji dan umrah yang sudah dilakukan mencakup tiga macam. Adapun tiga macam yang dimaksud antara lain: (1) haji tamatuk; (2) haji ifrad, dan (3) haji kiran. Buku Bimbingan Praktis Manasik Haji KBIH MTA tahun 2016 menyebutkan bahwa di dalam melaksanakan ibadah haji ada 3 (tiga) cara yang bisa dilakukan, yaitu: (1) haji tamatuk; (2) haji ifrad, dan (3) haji kiran.

 

Kamus Besar Bahasa Indonesia menerangkan arti haji ifrad adalah ibadah haji yang dilaksanakan sebelum ibadah umrah. Buku Bimbingan Praktis Manasik Haji KBIH MTA tahun 2016 menyebutkan bahwa haji ifrad (kadang ditulis haji ifrod) ialah ibadah haji yang cara pelaksanaannya dengan melakukan haji lebih dahulu kemudian baru umrah. Bagi yang melaksanakan dengan cara haji ifrad maka tidak terkena dam sedang yang melaksanakan dengan cara haji tamatuk dan haji kiran harus membayar dam.

 

Buku Tuntunan Manasik Haji dan Umrah terbitan Kementerian Agama Republik Indonesia tahun 2023 menerangkan bahwa berdasarkan pelaksanaan, ibadah haji dibagi menjadi tiga macam, yaitu: (1) haji ifrad, (2) haji kiran, dan (3) haji tamatuk. Adapun pengertian haji ifrad sebagai berikut. Kata ifrad berarti menyendirikan. Artinya, seseorang melaksanakan ibadah haji saja tanpa melaksanakan umrah. Jemaah yang akan umrah wajib atau sunat, setelah menyelesaikan haji dapat melaksanakan umrah dengan mikat dari Tan'im, Ji'ranah, Hudaibiyah atau daerah tanah halal lainya. Jemaah yang melakukan cara ini tidak dikenakan dam. Orang yang melaksanakan haji jenis ini tidak dikenakan dam dan dapat dilaksanakan dengan cara, yaitu:

1. Melaksanakan haji saja (tanpa melaksanakan umrah);

2. Melaksanakan haji dulu, lalu melaksanakan umrah setelah selesai berhaji.

Selain kedua cara tersebut, haji ifrad juga bisa dilakukan dengan dua acara yang lain. Bisa dengan melaksanakan umrah di luar bulan-bulan haji, menyusul melaksanakan haji pada bulan haji. Selain itu juga melaksanakan umrah pada bulan-bulan haji kemudian pulang ke tanah air, menyusul pergi haji pada bulan-bulan haji di tahun yang sama.

 

B. Dalil Pelaksanaan Haji Ifrad

Tiga macam pelaksanaan ibadah haji tentunya berlandaskan dalil. Adapun dali yang menyebutkan pelaksanaan haji ifrad, haji kiran, dan haji tamatuk adalah sebagai berikut.

 

Hadis Ke-1

صحيح مسلم ٢١١٨: حَدَّثَنِي يَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ حَدَّثَنَا عَبَّادُ بْنُ عَبَّادٍ الْمُهَلَّبِيُّ حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ عَنْ الْقَاسِمِ بْنِ مُحَمَّدٍ عَنْ أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ: مِنَّا مَنْ أَهَلَّ بِالْحَجِّ مُفْرَدًا وَمِنَّا مَنْ قَرَنَ وَمِنَّا مَنْ تَمَتَّعَ. حَدَّثَنَا عَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَكْرٍ أَخْبَرَنَا ابْنُ جُرَيْجٍ أَخْبَرَنِي عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ عَنْ الْقَاسِمِ بْنِ مُحَمَّدٍ قَالَ جَاءَتْ عَائِشَةُ حَاجَّةً.

Artinya: Shahih Muslim nomor 2118: Telah menceritakan kepadaku Yahya bin Ayyub, telah menceritakan kepada kami Abbad Al Muhallabi, telah menceritakan kepada kami Ubaidullah bin Umar dari Al Qasim bin Muhammad dari Ummul Mukminin Aisyah RA, ia berkata: "Di antara kami ada yang ihram untuk haji ifrad (mendahulukan haji dari umrah), ada yang ihram untuk haji kiran (mengerjakan haji digabung dengan umrah sekaligus) dan ada pula yang ihram untuk haji tamatuk (mendahulukan umrah dari pada haji)." Telah menceritakan kepada kami Abdu bin Humaid, telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Bakr, telah mengabarkan kepada kami Ibnu Juraij, telah mengabarkan kepadaku Ubaidullah bin Umar dari Al Qasim bin Muhammad ia berkata: Aisyah datang untuk menunaikan haji.

 

Melalui hadis tersebut dapat diperoleh informasi berdasarkan Aisyah mengenai macam pelaksanaan ibadah haji dan umrah. Melalui hadis tersebut di antara orang-orang masa itu ada yang melaksanakan haji dan umrah dengan cara haji ifrad, haji kiran, dan haji tamatuk.

 

Hadis Ke-2

صحيح البخاري ١٤٦٠: حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ أَخْبَرَنَا مَالِكٌ عَنْ أَبِي الْأَسْوَدِ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ نَوْفَلٍ عَنْ عُرْوَةَ بْنِ الزُّبَيْرِ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّهَا قَالَتْ: خَرَجْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَامَ حَجَّةِ الْوَدَاعِ فَمِنَّا مَنْ أَهَلَّ بِعُمْرَةٍ وَمِنَّا مَنْ أَهَلَّ بِحَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ وَمِنَّا مَنْ أَهَلَّ بِالْحَجِّ وَأَهَلَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالْحَجِّ فَأَمَّا مَنْ أَهَلَّ بِالْحَجِّ أَوْ جَمَعَ الْحَجَّ وَالْعُمْرَةَ لَمْ يَحِلُّوا حَتَّى كَانَ يَوْمُ النَّحْرِ.

Artinya: Shahih Bukhari nomor 1460: Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Yusuf, telah mengabarkan kepada kami Malik dari Abu Al Aswad Muhammad bin 'Abdurrahman bin Naufal dari 'Urwah bin Az Zubair dari 'Aisyah RA berkata: Kami berangkat bersama Nabi SAW pada tahun haji wada' (perpisahan). Di antara kami ada yang berihram untuk 'umrah, ada yang berihram untuk haji dan 'umrah dan ada pula yang berihram untuk haji. Sedangkan Rasulullah SAW berihram untuk haji. Adapun orang yang berihram untuk haji atau menggabungkan haji dan 'umrah maka mereka tidak bertahalul sampai hari nahar (tanggal 10 Zulhijah)."

 

Hadis Ke-3

صحيح البخاري ٤٠٥٦: حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْلَمَةَ عَنْ مَالِكٍ عَنْ أَبِي الْأَسْوَدِ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ نَوْفَلٍ عَنْ عُرْوَةَ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ: خَرَجْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَمِنَّا مَنْ أَهَلَّ بِعُمْرَةٍ وَمِنَّا مَنْ أَهَلَّ بِحَجَّةٍ وَمِنَّا مَنْ أَهَلَّ بِحَجٍّ وَعُمْرَةٍ وَأَهَلَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالْحَجِّ فَأَمَّا مَنْ أَهَلَّ بِالْحَجِّ أَوْ جَمَعَ الْحَجَّ وَالْعُمْرَةَ فَلَمْ يَحِلُّوا حَتَّى يَوْمِ النَّحْرِ. حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ أَخْبَرَنَا مَالِكٌ وَقَالَ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي حَجَّةِ الْوَدَاعِ. حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ حَدَّثَنَا مَالِكٌ مِثْلَهُ.

Artinya: Shahih Bukhari nomor 4056: Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Maslamah dari Malik dari Al Aswad Muhammad bin 'Abdur Rahman bin Naufal dari 'Urwah dari 'Aisyah RA, dia berkata: Kami keluar bersama Rasulullah SAW. Di antara kami ada yang bertalbiah (niat) dengan umrah, ada juga yang bertalbiah (niat) dengan haji, dan ada juga bertalbiah (niat) dengan haji dan umrah sekaligus. Adapun Rasulullah SAW bertalbiah (niat) dengan haji. Barangsiapa yang bertalbiah dengan haji atau haji dan umrah sekaligus, maka mereka tidak bertahalul hingga hari nahar. Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Yusuf, telah mengabarkan kepada kami Malik dan dia berkata: bersama Rasulullah SAW pada waktu haji wada'. Telah menceritakan kepada kami Isma'il, telah menceritakan kepada kami Malik dengan hadis yang serupa.

 

C. Pelaksanaan Haji Ifrad

Buku Bimbingan Praktis Manasik Haji KBIH MTA tahun 2016 menyebutkan pelaksanaan ibadah haji ifrad. Pelaksanan ibadah haji dengan berbagai macam cara. Adapun pelaksanaan haji ifrad dapat diuraikan sebagai berikut.

 

1. Niat Ihram

Haji ifrad ialah ibadah haji yang cara pelaksanaannya dengan melakukan haji lebih dahulu baru umrah. Suatu riwayat pernah menerangkan bahwa Rasulullah SAW melaksanakan haji dengan cara haji ifrad. Adapun riwayat yang dimaksud adalah sebagai berikut.

 

Hadis Ke-4

صحيح مسلم ٢١١٦: حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ بْنُ أَبِي أُوَيْسٍ حَدَّثَنِي خَالِي مَالِكُ بْنُ أَنَسٍ ح و حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى قَالَ قَرَأْتُ عَلَى مَالِكٍ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ الْقَاسِمِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَفْرَدَ الْحَجَّ.

Artinya: Shahih Muslim nomor 2116: Telah menceritakan kepada kami Isma'il bin Abu Aus, telah menceritakan kepadaku pamanku Malik bin Anas. Dalam riwayat lain, dan telah meceritakan kepada kami Yahya bin Yahya, ia berkata: Aku telah membacakan kepada Malik dari Abdurrahman bin Qasim dari Bapaknya (Al Qasim bin Muhammad) dari Aisyah RA, bahwa Rasulullah SAW pernah melakukan haji ifrad (mendahulukan haji dari umrah).

 

Setelah jemaah haji berpakaian ihram yang dipakai mulai dari Zulhulaifah (Bir Ali/ Abyar Ali) apabila gelombang I dan King Abdul Aziz (Jeddah) apabila gelombang II lalu niat haji.

لَبَّيْكَ حَجًّا

Artinya: Aku penuhi panggilan-Mu untuk haji.

 

2. Kegiatan Haji Ifrad

Kegiatan haji ifrad mengacu pada dalil hadis bersandar pada Sahabat Jabir bin Abdullah yang mengisahkan Aisyah. Adapun hadis yang dimaksud adalah sebagai berikut.

 

Hadis Ke-5

صحيح مسلم ٢١٠٨: حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى التَّمِيمِيُّ قَالَ قَرَأْتُ عَلَى مَالِكٍ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ عُرْوَةَ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّهَا قَالَتْ: خَرَجْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَامَ حَجَّةِ الْوَدَاعِ فَأَهْلَلْنَا بِعُمْرَةٍ ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ كَانَ مَعَهُ هَدْيٌ فَلْيُهِلَّ بِالْحَجِّ مَعَ الْعُمْرَةِ ثُمَّ لَا يَحِلُّ حَتَّى يَحِلَّ مِنْهُمَا جَمِيعًا قَالَتْ فَقَدِمْتُ مَكَّةَ وَأَنَا حَائِضٌ لَمْ أَطُفْ بِالْبَيْتِ وَلَا بَيْنَ الصَّفَا وَالْمَرْوَةِ فَشَكَوْتُ ذَلِكَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ انْقُضِي رَأْسَكِ وَامْتَشِطِي وَأَهِلِّي بِالْحَجِّ وَدَعِي الْعُمْرَةَ قَالَتْ فَفَعَلْتُ فَلَمَّا قَضَيْنَا الْحَجَّ أَرْسَلَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَعَ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي بَكْرٍ إِلَى التَّنْعِيمِ فَاعْتَمَرْتُ فَقَالَ هَذِهِ مَكَانُ عُمْرَتِكِ فَطَافَ الَّذِينَ أَهَلُّوا بِالْعُمْرَةِ بِالْبَيْتِ وَبِالصَّفَا وَالْمَرْوَةِ ثُمَّ حَلُّوا ثُمَّ طَافُوا طَوَافًا آخَرَ بَعْدَ أَنْ رَجَعُوا مِنْ مِنًى لِحَجِّهِمْ وَأَمَّا الَّذِينَ كَانُوا جَمَعُوا الْحَجَّ وَالْعُمْرَةَ فَإِنَّمَا طَافُوا طَوَافًا وَاحِدًا.

Artinya: Shahih Muslim nomor 2108: Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya At Tamimi ia berkata: Saya telah membacakan kepada Malik dari Ibnu Syihab dari Urwah dari Aisyah RA, bahwa ia berkata: Kami pergi haji bersama-sama dengan Rasulullah SAW pada tahun haji wada', lalu kami ihram untuk umrah. Kemudian beliau bersabda: "Siapa yang membawa hadya (hewan kurban) boleh ihram untuk haji dan umrah dan tidak boleh tahalul sebelum keduanya selesai." Aisyah berkata: Setibanya aku di Makkah, kebetulan aku haid, sehingga aku tidak tawaf di Baitullah dan tidak sai antara Safa dan Marwah. Hal itu kulaporkan kepada Rasulullah SAW, maka beliau pun bersabda: "Lepas sanggulmu dan bersisirlah. Kemudian teruskan ihrammu untuk haji dan tinggalkan umrah." Apa yang diperintahkan beliau kulaksanakan semuanya. Setelah kami selesai mengerjakan haji, Rasulullah SAW menyuruhku bersama-sama Abdurrahman bin Abu Bakr pergi ke Tan'im untuk melakukan umrah. Beliau bersabda: "Itulah ganti umrahmu yang gagal." Orang-orang yang tadinya ihram untuk umrah (melaksanakan haji tamatuk), setibanya di Makkah mereka terus tawaf dan Baitullah dan sai antara Safa dan Marwah. Kemudian sekembalinya di mereka dari Mina, mereka tawaf kembali selaku tawaf akhir. Ada pun orang-orang yang menggabungkan niat haji dan umrah (haji kiran), mereka tawaf satu kali saja.

 

Hadis Ke-6

صحيح مسلم ٢١٢٧: حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ وَمُحَمَّدُ بْنُ رُمْحٍ جَمِيعًا عَنْ اللَّيْثِ بْنِ سَعْدٍ قَالَ قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا لَيْثٌ عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ عَنْ جَابِرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّهُ قَالَ: أَقْبَلْنَا مُهِلِّينَ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِحَجٍّ مُفْرَدٍ وَأَقْبَلَتْ عَائِشَةُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا بِعُمْرَةٍ حَتَّى إِذَا كُنَّا بِسَرِفَ عَرَكَتْ حَتَّى إِذَا قَدِمْنَا طُفْنَا بِالْكَعْبَةِ وَالصَّفَا وَالْمَرْوَةِ فَأَمَرَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يَحِلَّ مِنَّا مَنْ لَمْ يَكُنْ مَعَهُ هَدْيٌ قَالَ فَقُلْنَا حِلُّ مَاذَا قَالَ الْحِلُّ كُلُّهُ فَوَاقَعْنَا النِّسَاءَ وَتَطَيَّبْنَا بِالطِّيبِ وَلَبِسْنَا ثِيَابَنَا وَلَيْسَ بَيْنَنَا وَبَيْنَ عَرَفَةَ إِلَّا أَرْبَعُ لَيَالٍ ثُمَّ أَهْلَلْنَا يَوْمَ التَّرْوِيَةِ ثُمَّ دَخَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا فَوَجَدَهَا تَبْكِي فَقَالَ مَا شَأْنُكِ قَالَتْ شَأْنِي أَنِّي قَدْ حِضْتُ وَقَدْ حَلَّ النَّاسُ وَلَمْ أَحْلِلْ وَلَمْ أَطُفْ بِالْبَيْتِ وَالنَّاسُ يَذْهَبُونَ إِلَى الْحَجِّ الْآنَ فَقَالَ إِنَّ هَذَا أَمْرٌ كَتَبَهُ اللَّهُ عَلَى بَنَاتِ آدَمَ فَاغْتَسِلِي ثُمَّ أَهِلِّي بِالْحَجِّ فَفَعَلَتْ وَوَقَفَتْ الْمَوَاقِفَ حَتَّى إِذَا طَهَرَتْ طَافَتْ بِالْكَعْبَةِ وَالصَّفَا وَالْمَرْوَةِ ثُمَّ قَالَ قَدْ حَلَلْتِ مِنْ حَجِّكِ وَعُمْرَتِكِ جَمِيعًا فَقَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي أَجِدُ فِي نَفْسِي أَنِّي لَمْ أَطُفْ بِالْبَيْتِ حَتَّى حَجَجْتُ قَالَ فَاذْهَبْ بِهَا يَا عَبْدَ الرَّحْمَنِ فَأَعْمِرْهَا مِنْ التَّنْعِيمِ وَذَلِكَ لَيْلَةَ الْحَصْبَةِ. و حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ حَاتِمٍ وَعَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ قَالَ ابْنُ حَاتِمٍ حَدَّثَنَا وَقَالَ عَبْدٌ أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَكْرٍ أَخْبَرَنَا ابْنُ جُرَيْجٍ أَخْبَرَنِي أَبُو الزُّبَيْرِ أَنَّهُ سَمِعَ جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا يَقُولُا دَخَلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا وَهِيَ تَبْكِي فَذَكَرَ بِمِثْلِ حَدِيثِ اللَّيْثِ إِلَى آخِرِهِ وَلَمْ يَذْكُرْ مَا قَبْلَ هَذَا مِنْ حَدِيثِ اللَّيْثِ و حَدَّثَنِي أَبُو غَسَّانَ الْمِسْمَعِيُّ حَدَّثَنَا مُعَاذٌ يَعْنِي ابْنَ هِشَامٍ حَدَّثَنِي أَبِي عَنْ مَطَرٍ عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ أَنَّ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا فِي حَجَّةِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَهَلَّتْ بِعُمْرَةٍ وَسَاقَ الْحَدِيثَ بِمَعْنَى حَدِيثِ اللَّيْثِ وَزَادَ فِي الْحَدِيثِ قَالَ وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلًا سَهْلًا إِذَا هَوِيَتْ الشَّيْءَ تَابَعَهَا عَلَيْهِ فَأَرْسَلَهَا مَعَ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي بَكْرٍ فَأَهَلَّتْ بِعُمْرَةٍ مِنْ التَّنْعِيمِ قَالَ مَطَرٌ قَالَ أَبُو الزُّبَيْرِ فَكَانَتْ عَائِشَةُ إِذَا حَجَّتْ صَنَعَتْ كَمَا صَنَعَتْ مَعَ نَبِيِّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.

Artinya: Shahih Muslim nomor 2127: Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id dan Muhammad bin Rumh, semuanya dari Laits bin Sa'id. Qutaibah berkata: Telah menceritakan kepada kami Laits dari Abu Zubair dari Jabir RA, bahwa ia berkata: Kami pernah memulai ihram bersama Rasulullah SAW pada haji ifrad, sedangkan Aisyah memulai umrah. Ketika kami berada di Sarif, Aisyah haid. Maka setelah kami tiba, kami melakukan tawaf di Kakbah dan sai antara Safa dan Marwah. Setelah itu, Rasulullah SAW memerintahkan orang-orang di atantara kami yang tidak memiliki hadyu (hewan sembelihan) agar bertahalul (memotong rambut). Kami tanyakan, "Tahallul untuk apa?" Beliau menjawab: "Tahallul secara keseluruhan." Jabir berkata: Maka kamipun menggauli istri-istri kami, memakai wewangian dan mengenakan pakaian, sedangkan jarak antara kami dengan (hari) Arafah hanya empat malam saja. Kemudian di hari tarwiah kami mulai berihram lagi. Lalu Rasulullah SAW menemui 'Aisyah dan beliau mendapatinya sedang menangis, lalu beliaupun menanyainya: "Mengapa kamu menangis?" Aisyah menjawab, "Karena aku sedang haid. Padahal orang-orang telah bertahalul. Sedang aku belum bertahalul dan belum melaksanakan tawaf. Mereka sekarang telah pergi untuk melaksanakan haji." Beliau bersabda: "Sesungguhnya perkara ini telah ditetapkan oleh Allah atas kaum perempuan dari keturunan bani Adam. Oleh karena itu segera mandilah kamu, kemudian berihramlah untuk melaksanakan haji." Aisyah kemudian melaksanakannya, lalu ia jalani wukuf dan berhenti pada tempat yang telah ditentukan. Setelah suci, maka Aisyah tawaf di Kakbah dan Sai antara Safa dan Marwah. Kemudian beliau bersabda: "Kamu telah bertahalul dari hajimu dan juga umrahmu sekaligus." Aisyah berkata: "Wahai Rasulullah, tapi aku merasa belum melakukan tawaf di Baitullah, sampai aku selesai melaksanakan haji." Beliau bersabda: "Wahai Abdurrahman, bawalah dia dan umrahkanlah ia dari Tan'im." Dan saat itu adalah malam hashbah (yakni malam keluarnya para jemaah haji dari Mekkah setelah hari tasyrik). Dan telah meceritakan kepadaku Muhammad bin Hatim dan Abdu bin Hamid. Ibnu Hatim berkata: Telah menceritakan kepada kami. Sementara Abdu mengatakan: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Bakr, telah mengabarkan kepada kami Ibnu Juraij, telah mengabarkan kepadaku Abu Zubair bahwa ia mendengar Jabir bin Abdullah RA berkata: Nabi SAW menemui 'Aisyah dan beliau mendapatinya sedang menangis. Lalu ia menyebutkan seperti hadis Al Laits sampai akhir, dan sebelumnya ia tidak menyebutkan dari hadis Al Laits. Dan telah meceritakan kepada kami Abu Ghassan Al Misma'i, telah menceritakan kepada kami Mu'adz bin Hisyam, telah menceritakan kepadaku Bapakku dari Mathar dari Abu Az Zubair dari Jabir bin Abdillah bahwa pada saat Nabi SAW melaksanakan haji, Aisyah berihram untuk umrah. Lalu ia menyebutkan hadis yang semakna dengan hadis Al Laits, dan dalam hadis itu ia menambahkan: Dan Rasulullah SAW adalah seorang lelaki yang suka mempermudah, jika ia (Aisyah) ingin melaksanakan sesuatu maka beliaupun akan mengabulkan keinginannya. Maka beliau menyuruh Abdurrahman bin Abi Bakar untuk mengantarnya sehingga ia berihram untuk umrah dari Tan'im. Mathar berkata: Abu Az Zubair berkata: Apabila Aisyah melaksanakan haji, maka ia akan melakukan sebagaimana yang dilakukannya ketika masih bersama Nabi SAW.

 

Kegiatan jemaah haji yang melaksanakan haji ifrad ada beberapa hal. Berbagai hal tersebut terangkum dalam poin-poin berikut.

a. Terus bertalbiah sepanjang perjalanan. Setelah masuk Makkah kemudian melaksanakan tawaf qudum tujuh kali putaran yang dimulai dari Hajar Aswad. Selesai itu kembali ke Maktab tetap memakai pakaian ihram menunggu pelaksanaan haji. Hal tersebut sebagaimana hadis berikut.

 

Hadis Ke-7

صحيح مسلم ٢٢١٢: و حَدَّثَنِي أَبُو الطَّاهِرِ وَحَرْمَلَةُ بْنُ يَحْيَى قَالَ حَرْمَلَةُ أَخْبَرَنَا ابْنُ وَهْبٍ أَخْبَرَنِي يُونُسُ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ أَنَّ سَالِمَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ أَخْبَرَهُ أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ قَالَ: رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حِينَ يَقْدَمُ مَكَّةَ إِذَا اسْتَلَمَ الرُّكْنَ الْأَسْوَدَ أَوَّلَ مَا يَطُوفُ حِينَ يَقْدَمُ يَخُبُّ ثَلَاثَةَ أَطْوَافٍ مِنْ السَّبْعِ.

Artinya: Shahih Muslim nomor 2212: Dan telah menceritakan kepadaku Abu Thahir dan Harmalah bin Yahya. Harmalah berkata: telah mengabarkan kepada kami Ibnu Wahb, telah mengabarkan kepadaku Yunus dari Ibnu Syihab bahwa Salim bin Abdullah, telah mengabarkan kepadanya bahwa Abdullah bin Umar berkata: "Saya melihat Rasulullah SAW saat beliau datang ke Makkah. Bila beliau hendak mencium Hajar Aswad, maka pertama kali datang beliau tawaf qudum, dari tujuh kali putaran, beliau berlari-lari kecil sebanyak tiga kali putaran."

 

b. Setelah hari tarwiah tanggal 8 Zulhijah berangkat ke Arafah untuk melakukan wukuf dimulai sejak tergelincir matahari sampai terbenam matahari (pada tanggal 9 Zulhijah).

c. Pada malam harinya berangkat ke Mina dan Mabit di Mudzdalifah setelah terbit fajar meneruskan perjalanan ke Mina.

d. Tanggal 10 Zulhijah melempar jamrah Aqabah pada waktu duha setelah melempar jamrah tersebut, maka menjadi halal (tahalul dengan memotong rambut). Namun belum diperbolehkan kumpul dengan suami/ istrinya.

e. Bagi yang ingin meneruskan ke Makkah untuk tawaf ifadhah, pada saat itu diperbolehkan juga dan sudah halal seluruh larangan ihram setelah tawaf ifadhah. Bagi siapa yang ingin terus kembali ke Mina setelah melempar jamrah Aqabah dan menggunting rambutnya (tahallul) boleh juga.

f. Selanjutnya melempar 3 jamrah berikutnya yakni tanggal 11, 12, dan 13 Zulhijah dimulai dari jumratul Ulaa, Wustha, dan Aqabah masing-masing tujuh kali lemparan dengan membaca takbir.

g. Bagi yang ingin mencukupkan dua hari saja di Mina yakni tanggal 11 dan 12 untuk melempar ketiga jamrh, maka tidak ada dosa baginya. Hal itu disebut dengan Nafar Awal. Namun bagi yang ingin sampai tanggal 13 tidak mengapa. Hal itu disebut Nafar Tsani.

h. Setelah selesai melempar jamrah pada hari-hari tersebut, barulah pergi ke Masjidil Haram untuk menunaikan tawaf ifadhah dan dilanjutkan sa’i sehingga selesailah haji tersebut.

 

3. Selesai Kegiatan Haji Ifrad

Buku Tuntunan Manasik Haji dan Umrah terbitan Kementerian Agama Republik Indonesia tahun 2023 menerangkan bahwa cara pelaksanaan haji ifrad ada dua, yaitu: (a) melaksanakan haji saja (tanpa melaksanakan umrah); dan (b) melaksanakan haji dulu, lalu melaksanakan umrah setelah selesai berhaji. Salah satu cara haji ifrad adalah melaksanakan haji saja tanpa umrah. Namun kita sebagai jemaah dari Indonesia yang sudah mempersiapkan niat, fisik, psikis, dan biaya besar, tentunya tidak ingin melewatkan kesempatan umrah. Riwayat Rasulullah hanya melaksanakan haji saja dan tidak berumrah sebagaimana hadis berikut.

 

Hadis Ke-8

مسند أحمد ٢٣٤٧٤: حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ قَالَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ مُحَمَّدٍ عَنْ عَلْقَمَةَ بْنِ أَبِي عَلْقَمَةَ عَنْ أُمِّهِ عَنْ عَائِشَةَ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَرَ النَّاسَ عَامَ حَجَّةِ الْوَدَاعِ فَقَالَ مَنْ أَحَبَّ أَنْ يَبْدَأَ مِنْكُمْ بِعُمْرَةٍ قَبْلَ الْحَجِّ فَلْيَفْعَلْ وَأَفْرَدَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْحَجَّ وَلَمْ يَعْتَمِرْ.

Artinya: Musnad Ahmad nomor 23474: Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id, dia berkata: telah menceritakan kepada kami Abdul Aziz bin Muhammad, dari Al-Qomah bin Abi Al-Qomah, dari Ibunya (Marjanah), dari Aisyah, pada tahun haji wada', Rasulullah SAW memerintahkan manusia dengan bersabda: "Barangsiapa di antara kalian yang senang untuk memulai dengan umrah sebelum haji maka lakukanlah." Sedangkan Rasulullah sendiri hanya melakukan haji dan tidak berumrah (haji ifrad)."

 

Buku Bimbingan Praktis Manasik Haji KBIH MTA tahun 2016 menyebutkan ketika selesai haji, kemudian melaksanakan umrah dengan mengambil mikat dari Tan’im atau Ji’ranah. Setelah jemaah berpakaian ihram dari Tan’im atau Ji’ranah lalu berniat umrah.

لَبَّيْكَ عُمْرَةً

Artinya: Aku penuhi panggilan-Mu untuk umrah.

 

Setelah berniat, kemudian terus berangkat ke Masjidil Haram. Setelah sampai lalu melakukan tawaf tujuh kali. Tawaf dimulai dari Hajar Aswad dan Sai tujuh kali dimulai dari Safa ke Marwah. Akhir prosesi ditutup dengan tahalul (gunting rambut) sehingga selesailah umrah. Ketika akan pulang di syariatkan untuk melakukan tawaf wada’.

 

Hadis Ke-9

صحيح مسلم ٢٣٥٠: حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ مَنْصُورٍ وَزُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ قَالَا حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ سُلَيْمَانَ الْأَحْوَلِ عَنْ طَاوُسٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: كَانَ النَّاسُ يَنْصَرِفُونَ فِي كُلِّ وَجْهٍ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَنْفِرَنَّ أَحَدٌ حَتَّى يَكُونَ آخِرُ عَهْدِهِ بِالْبَيْتِ. قَالَ زُهَيْرٌ يَنْصَرِفُونَ كُلَّ وَجْهٍ وَلَمْ يَقُلْ فِي.

Artinya: Shahih Muslim nomor 2350: Telah menceritakan kepada kami Sa'id bin Manshur dan Zuhair bin Harb, keduanya berkata: Telah menceritakan kepada kami Sufyan dari Sulaiman Al Ahwal dari Thawus dari Ibnu Abbas ia berkata: Orang banyak telah pulang ke negerinya masing-masing. Maka bersabdalah Rasulullah SAW: "Janganlah seseorang pulang sebelum dia tawaf wada' (akhir) di Baitullah." Zuhair berkata: "Yansharifuuna kulla wajhiin." Dan ia tidak menyebutkan: "Fii."

 

D. Mengubah Niat

Buku Tuntunan Manasik Haji dan Umrah terbitan Kementerian Agama Republik Indonesia tahun 2023 menerangkan bahwa mengubah niat dari haji ifrad menjadi haji tamattu' atau haji qiran atau sebatiknya, hukumnya boleh. Namun pelakunya dikenakan dam tamatuk/ kiran serta dam mengubah niat. Dia tidak perlu kembali ke mikat.

 

Hadis Ke-10

صحيح البخاري ١٤٦٦: حَدَّثَنَا أَبُو نُعَيْمٍ حَدَّثَنَا أَبُو شِهَابٍ قَالَ قَدِمْتُ مُتَمَتِّعًا مَكَّةَ بِعُمْرَةٍ فَدَخَلْنَا قَبْلَ التَّرْوِيَةِ بِثَلَاثَةِ أَيَّامٍ فَقَالَ لِي أُنَاسٌ مِنْ أَهْلِ مَكَّةَ تَصِيرُ الْآنَ حَجَّتُكَ مَكِّيَّةً فَدَخَلْتُ عَلَى عَطَاءٍ أَسْتَفْتِيهِ فَقَالَ حَدَّثَنِي جَابِرُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّهُ، حَجَّ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ سَاقَ الْبُدْنَ مَعَهُ وَقَدْ أَهَلُّوا بِالْحَجِّ مُفْرَدًا فَقَالَ لَهُمْ أَحِلُّوا مِنْ إِحْرَامِكُمْ بِطَوَافِ الْبَيْتِ وَبَيْنَ الصَّفَا وَالْمَرْوَةِ وَقَصِّرُوا ثُمَّ أَقِيمُوا حَلَالًا حَتَّى إِذَا كَانَ يَوْمُ التَّرْوِيَةِ فَأَهِلُّوا بِالْحَجِّ وَاجْعَلُوا الَّتِي قَدِمْتُمْ بِهَا مُتْعَةً فَقَالُوا كَيْفَ نَجْعَلُهَا مُتْعَةً وَقَدْ سَمَّيْنَا الْحَجَّ فَقَالَ افْعَلُوا مَا أَمَرْتُكُمْ فَلَوْلَا أَنِّي سُقْتُ الْهَدْيَ لَفَعَلْتُ مِثْلَ الَّذِي أَمَرْتُكُمْ وَلَكِنْ لَا يَحِلُّ مِنِّي حَرَامٌ حَتَّى يَبْلُغَ الْهَدْيُ مَحِلَّهُ فَفَعَلُوا قَالَ أَبُو عَبْد اللَّهِ أَبُو شِهَابٍ لَيْسَ لَهُ مُسْنَدٌ إِلَّا هَذَا.

Artinya: Shahih Bukhari nomor 1466: Telah menceritakan kepada kami Abu Nu'aim, telah menceritakan kepada kami Abu Sihab berkata: Aku menuju Makkah dengan berihram untuk umrah sebagai pelaksanaan haji dengan tamatuk. Maka kami tiba tiga hari sebelum hari tarwiah. Maka orang-orang berkata kepadaku: "Dari penduduk (rumah-rumah di) Makkah maka hajimu sekarang sebagai orang Makkah." Kemudian aku menemui 'Atha' untuk meminta fatwa darinya. Maka dia berkata: Telah menceritakan kepada saya Jabir bin 'Abdullah RA bahwa dia pernah melaksanakan haji bersama Nabi SAW ketika beliau menggiring hewan sembelihannya saat orang-orang sudah berihram untuk haji secara ifrad. Maka beliau berkata kepada mereka: "Halalkanlah ihram kalian ketika sudah tawaf di Baitullah dan sai antara bukit As-Safa dan Al-Marwah, dan memotong rambut (tahalul), dan tinggallah (di Makkah) dalam keadaan halal hingga apabila tiba hari tarwiah berihramlah untuk haji. Dan jadikan apa yang sudah kalian lakukan dari manasik ini sebagai pelaksanaan haji dengan tamatuk." Mereka bertanya: "Bagaimana kami menjadikannya sebagai tamatuk sedang kami sudah meniatkannya sebagai ihram haji (ifrad)?" Maka beliau berkata: "Laksanakanlah apa yang aku perintahkan kepada kalian. Seandainya aku tidak membawa hewan sembelihan tentu aku akan melaksanakan seperti yang aku perintahkan kepada kalian. Akan tetapi tidak halal bagiku apa-apa yang diharamkan selama ihram ini hingga hewan sembelihan sudah sampai pada tempat sembelihannya (pada hari nahar)." Maka orang-orang melaksanakannya. Berkata Abu 'Abdullah (Al-Bukhari): "Abu Syihab tidak memiliki sanad selain jalan ini".

 

Demikian di antaranya yang berkaitan dengan haji dan/atau umrah umrah. Semoga yang informasi yang didapat membuat kita punya gambaran mengenai ibadah haji dan umrah. Melalui gambaran yang ada, kita paham tata cara pelaksanaan ibadah haji dan umrah. Dalil yang kita gunakan untuk beribadah adalah dalil dari Al-Qur’an yang sudah pasti benar dan/ atau hadis shahih atau setidaknya hasan lidzatihi. Adapun selain dalil yang ada, tidak menutup kemungkinan terdapat dalil yang shahih maupun sharih lainnya yang bisa kita gunakan sebagai landasan hukum ibadah.

 

Penulis menyadari bahwa sampai tulisan ini diterbitkan belum pernah melaksanakan ibadah haji dan umrah. Tulisan ini bukan bermaksud menggurui. Namun sebagai sarana penambah wawasan dan pengingat kembali mengenai manasik haji dan umrah. Adapun saran yang membangun untuk menambah wawasan bersama dari pembaca yang sudah berhaji dan berumrah maupun yang belum adalah sangat diharapkan demi ulasan yang lebih baik sesuai Al-Qur’an dan As-Sunah. Bagi yang belum, semoga Allah meridai kita semuanya untuk melaksanakan ibadah haji dan umrah. Semoga kita mampu melaksanakan ibadah haji dan umrah dengan baik dan maksimal sehingga kesempurnaan amal salih tercapai dan akhirnya memperoleh surga sebagaimana janjinya Allah. Aamiin.

 

No comments:

Post a Comment