Monday, February 5, 2024

Pakaian Ihram Bagi Laki-laki


 

Umat Islam yang berusaha menjalankan syariat Islam dalam hidupnya tentu mengimpikan melaksanakan ibadah haji dan umrah. Ibadah haji merupakan salah satu di antaranya rukun Islam. Namun demikian, dalam praktiknya ibadah haji di tanah haram tidak terlepas dari ibadah umrah. Bagi kita yang masih awam tentunya akan banyak bertanya-tanya bagaimana pelaksanaan ibadah haji dan umrah. Supaya mampu menjawab pertanyaan kita bersama tersebut, pada kesempatan kali ini akan membahas mengenai pakaian ihram bagi laki-laki.

 

A. Pengertian Pakaian Ihram Bagi Laki-laki

Pakaian dalam dalam Kamus Bahasa Indonesia (KBBI) berarti barang yang dipakai (baju, celana, dan sebagainya). Sementara kata ihram dalam Kamus Bahasa Indonesia (KBBI) berarti suci; dalam keadaan bersuci diri (pada waktu melakukan ibadah haji dan umrah di Makkah). Bisa juga ihram diartikan meniatkan dan melakukan pekerjaan ihram untuk tujuan ibadah haji dan/ atau umrah. Oleh sebab itu pengertian pakaian ihram adalah pakaian yang harus dikenakan oleh orang-orang yang telah berniat untuk melakukan ibadah haji atau umrah. Adapun pengertian pakaian ihram bagi laki-laki adalah dua helai kain (izaar dan ridaa’). Izhaar disarungkan, sedangkan ridaa’ diselempangkan dengan posisi pundak kanan terbuka dan pundak kiri tertutup. Hal tersebut sebagaimana yang disebutkan dalam Buku Bimbingan Praktis Manasik Haji KBIH MTA tahun 2016. Namun demikian Buku Tuntunan Manasik Haji dan Umrah terbitan Kementerian Agama Republik Indonesia tahun 2023 menerangkan bahwa Jemaah pria memakai dua helai kain ihram. Satu kain disarungkan dan satu kain lainnya diselendangkan di kedua bahu dengan menutup aurat. Saat ia tawaf, disunahkan memakai kain ihram dengan cara idhtiba’, yaitu meletakkan bagian tengah selendang di bawah bahu kanan, sedangkan kedua ujungnya di atas bahu kiri.

 

B. Dalil Mengenai Pakaian Ihram Bagi Laki-laki

Berbagai dalil menerangkan tentang tata cara berpakaian ihram. Di antaranya adalah dalil mengenai tata cara memakai pakaian ihram bagi laki-laki. Adapun berbagai dalil yang dimaksud adalah sebagai berikut.

 

1. Pakaian Ihram Atas Sebelah Kanan Diselempangkan di Bawah Ketiak dan Sebelah Kiri Diselempangkan di Atas Pundak

Ketentuan pakaian Ihram bagi laki-laki bagian atas sebelah kanan diselempangkan di bawah ketiak dan sebelah kiri diselempangkan di atas pundak. Hal tersebut sebagaimana hadis berikut.

 

Hadis Ke-1

سنن أبي داوود ١٦٠٨: حَدَّثَنَا أَبُو سَلَمَةَ مُوسَى حَدَّثَنَا حَمَّادٌ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُثْمَانَ بْنِ خُثَيْمٍ عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَصْحَابَهُ اعْتَمَرُوا مِنْ الْجِعْرَانَةِ فَرَمَلُوا بِالْبَيْتِ وَجَعَلُوا أَرْدِيَتَهُمْ تَحْتَ آبَاطِهِمْ قَدْ قَذَفُوهَا عَلَى عَوَاتِقِهِمْ الْيُسْرَى.

Artinya: Sunan Abu Daud nomor 1608: Telah menceritakan kepada kami Abu Salamah Musa, telah menceritakan kepada kami Hammad dari Abdullah bin Utsman bin Khutsaim dari Sa'id bin Jubair dari Ibnu Abbas bahwasannya Rasulullah SAW dan para sahabatnya umrah dari Ji’irraanah (Ji’ranah), mereka berlari-lari kecil di Baitullah dan menjadikan ridaa’ mereka itu di bawah ketiak mereka (yang kanan) lalu diselempangkan di atas pundak-pundak mereka di sebelah kiri.

 

2. Ketika Berihram Dilarang Memakai Baju, Celana, Surban, Kopiah, dan Sepatu

Ketika jamaah haji dan umrah berihram dilarang memakai baju, celana, surban, kopiah, dan tidak pula sepatu khuff. Hal tersebut sebagaimana hadis berikut.

 

Hadis Ke-2

صحيح البخاري ٥٣٥٨: حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ إِسْمَاعِيلَ حَدَّثَنَا جُوَيْرِيَةُ عَنْ نَافِعٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ: قَامَ رَجُلٌ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا تَأْمُرُنَا أَنْ نَلْبَسَ إِذَا أَحْرَمْنَا؟ قَالَ: لَا تَلْبَسُوا الْقَمِيصَ وَالسَّرَاوِيلَ وَالْعَمَائِمَ وَالْبَرَانِسَ وَالْخِفَافَ إِلَّا أَنْ يَكُونَ رَجُلٌ لَيْسَ لَهُ نَعْلَانِ فَلْيَلْبَسْ الْخُفَّيْنِ أَسْفَلَ مِنْ الْكَعْبَيْنِ وَلَا تَلْبَسُوا شَيْئًا مِنْ الثِّيَابِ مَسَّهُ زَعْفَرَانٌ وَلَا وَرْسٌ.

Artinya: Shahih Bukhari nomor 5358: Telah menceritakan kepada kami Musa bin Isma'il, telah menceritakan kepada kami Juwairiyah dari Nafi' dari Abdullah, ia berkata: Ada seorang laki-laki berdiri, lalu bertanya: "Ya Rasulullah, pakaian apakah yang engkau perintahkan kepada kami untuk kami pakai ketika ihram?" Beliau bersabda: "Janganlah kalian mengenakan baju, celana, surban, kopiah, dan tidak pula sepatu khuff, kecuali seseorang yang memang tidak mempunyai sepasang sendal, maka ia boleh memakai sepatu khuff  yang di bawah mata kaki. Dan janganlah kalian memakai pakaian apapun yang dicelup za'faran dan wars.

 

3. Apabila Tidak Punya Sendal, Boleh Memakai Sepatu Asalkan Dipotong Sehingga di Bawah Mata Kaki

Ketika memakai pakaian ihram dan tidak mempunyai sendal, maka boleh memakai sepatu. Namun ketentuannya adalah sepatu yang dipakai tidak boleh di atas mata kaki. Apabila sepatu yang ada itu di atas mata kaki, maka diperintahkan untuk dipotong. Hal tersebut sebagaimana hadis berikut.

 

Hadis Ke-3

صحيح البخاري ٥٣٥٩: حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ قَالَ سَمِعْتُ الزُّهْرِيَّ قَالَ أَخْبَرَنِي سَالِمٌ عَنْ أَبِيهِ، عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا يَلْبَسُ الْمُحْرِمُ الْقَمِيصَ وَلَا الْعِمَامَةَ وَلَا السَّرَاوِيلَ وَلَا الْبُرْنُسَ وَلَا ثَوْبًا مَسَّهُ زَعْفَرَانٌ وَلَا وَرْسٌ وَلَا الْخُفَّيْنِ إِلَّا لِمَنْ لَمْ يَجِدْ النَّعْلَيْنِ فَإِنْ لَمْ يَجِدْهُمَا فَلْيَقْطَعْهُمَا أَسْفَلَ مِنْ الْكَعْبَيْنِ.

Artinya: Shahih Bukhari nomor 5359: Telah menceritakan kepada kami Ali bin Abdullah, telah menceritakan kepada kami Sufyan, ia berkata: Aku mendengar Az Zuhri, ia berkata: telah mengabarkan kepadaku Salim dari Bapaknya dari Nabi SAW beliau bersabda: Orang yang sedang berihram tidak boleh memakai baju, tidak boleh memakai surban, tidak boleh memakai celana, tidak boleh memakai kopiah, dan juga tidak boleh memakai pakaian apapun yang dicelup za’faran dan wars. Dan tidak boleh memakai sepatu khuff, kecuali bagi seseorang yang memang tidak mendapati sendal, maka hendaklah dia memotong sepatu khuff sehingga menjadi di bawah mata kaki.

 

Hadis Ke-4

صحيح مسلم ٢٠١٣: و حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى وَعَمْرٌو النَّاقِدُ وَزُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ كُلُّهُمْ عَنْ ابْنِ عُيَيْنَةَ قَالَ يَحْيَى أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ سَالِمٍ عَنْ أَبِيهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: سُئِلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا يَلْبَسُ الْمُحْرِمُ قَالَ لَا يَلْبَسُ الْمُحْرِمُ الْقَمِيصَ وَلَا الْعِمَامَةَ وَلَا الْبُرْنُسَ وَلَا السَّرَاوِيلَ وَلَا ثَوْبًا مَسَّهُ وَرْسٌ وَلَا زَعْفَرَانٌ وَلَا الْخُفَّيْنِ إِلَّا أَنْ لَا يَجِدَ نَعْلَيْنِ فَلْيَقْطَعْهُمَا حَتَّى يَكُونَا أَسْفَلَ مِنْ الْكَعْبَيْنِ.

Artinya: Shahih Muslim nomor 2013: Dan telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya dan Amru An Naqid dan Zuhair bin Harb, semuanya dari Ibnu Uyainah. Yahya berkata: telah mengabarkan kepada kami Sufyan bin Uyainah dari Az Zuhri dari Salim dari Bapaknya RA, ia berkata: Nabi SAW pernah ditanya tentang pakaian yang (boleh) dipakai oleh orang yang sedang ihram (muhrim). Rasulullah SAW menjawab, ”Dia tidak boleh memakai kemeja, surban, kopiah, dan celana dan tidak boleh memakai pakaian yang dicelup dengan wars dan za’faran, dan tidak boleh memakai dua sepatu khuff, kecuali kalau tidak mendapatkan dua sandal (boleh memakai khuff) tetapi hendaklah ia potong keduanya sehingga menjadi dibawah dua mata kaki.”

 

4. Tidak Boleh Memakai Pakaian Dicelup Wars atau Za’faran

Ketika memakai pakaian ihram dilarang untuk mencelupnya atau memakai wars atau za’faran. Hal tersebut sebagaimana hadis berikut.

 

Hadis Ke-5

سنن ابن ماجه ٢٩٢١: حَدَّثَنَا أَبُو مُصْعَبٍ حَدَّثَنَا مَالِكُ بْنُ أَنَسٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ دِينَارٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ أَنَّهُ قَالَ: نَهَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يَلْبَسَ الْمُحْرِمُ ثَوْبًا مَصْبُوغًا بِوَرْسٍ أَوْ زَعْفَرَانٍ.

Artinya: Sunan Ibnu Majah nomor 2921: Telah menceritakan kepada kami Abu Mush'ab: telah menceritakan kepada kami Malik bin Anas dari Abdullah bin Dinar dari Abdullah bin 'Umar bahwasannya ia berkata: Rasulullah SAW melarang orang yang berihram memakai pakaian yang dicelup wars atau za’faran.

Keterangan:

a. Za’faran adalah jenis tumbuh-tumbuhan di negeri ’Arab yang berwarna merah kekuningan, biasa dipakai untuk mewarnai kain dan dibuat minyak wangi.

b. Wars adalah jenis tumbuh-tumbuhan di negeri ’Arab yang berwarna kuning dan berbau wangi yang biasa untuk mewarnai kain.

 

5. Dianjurkan Mandi, Memakai Wangi-wangian Bagi yang akan Ihram

Anjuran mandi dianjurkan pada laki-laki maupun perempuan. Adapun memakai wewangian khusus untuk laki-laki. Hal tersebut sebagaimana hadis berikut.

 

Hadis Ke-6

البحر الزخار بمسند البزار، ١٧٣٦: حَدَّثَنَا الْفَضْلُ بْنُ يَعْقُوبَ الْجَزَرِيُّ، نا سَهْلُ بْنُ يُوسُفَ، نا حُمَيْدٌ، عَنْ بَكْرٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ، قَالَ: مِنَ السُّنَّةِ أَنْ يَغْتَسِلَ الرَّجُلُ إِذَا أَرَادَ أَنْ يُحْرِمَ. وَهَذَا الْحَدِيثُ لا نَعْلَمُهُ يُرْوَى عَنِ ابْنِ عُمَرَ مِنْ وَجْهٍ أَحْسَنَ مِنْ هَذَا الْوَجْهِ .

Artinya: Al Bahr Al Zakhar Bimusand Al Bazzar nomor 1736: Telah menceritakan kepada kami Al Fadl bin Ya’qub Al-Jazari, telah meceritakan kepada kami Sahl bin Yusuf, telah menceritakan kepada kami Humaid, dari Bakr, dari Ibnu Umar, ia berkata: Menurut sunah bahwa orang (mesti) mandi apabila hendak berihram. Kami tidak mengetahui hadis yang diriwayatkan dari Ibnu Umar melalui sanad yang lebih baik dari yang ini.

 

Hadis Ke-7

صحيح مسلم ٢٠٤٧: و حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ رَافِعٍ حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي فُدَيْكٍ أَخْبَرَنَا الضَّحَّاكُ عَنْ أَبِي الرِّجَالِ عَنْ أُمِّهِ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّهَا قَالَتْ: طَيَّبْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِحُرْمِهِ حِينَ أَحْرَمَ وَلِحِلِّهِ قَبْلَ أَنْ يُفِيضَ بِأَطْيَبِ مَا وَجَدْتُ.

Artinya: Shahih Muslim nomor 2047: Dan telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Rafi', telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Fudaik, telah mengabarkan kepada kami Adl Dlahak dari Abu Rijal dari Ibunya (Amrah binti Abdur Rahman bin Sa’ad bin Zurarah) dari Aisyah RA, bahwa ia berkata: Aku memakaikan minyak wangi pada Rasulullah SAW untuk ihram beliau ketika akan berihram, dan untuk tahallul beliau sebelum beliau tawaf ifadlah, dengan sebaik-baik minyak wangi yang aku dapatkan.

Keterangan: Memakai wangi-wangian ini hanya khusus untuk laki-laki.

 

C. Contoh Tata Cara Memakai Pakaian Ihram Bagi Laki-laki

Berikut ini adalah tata cara memakai pakaian ihram bagi laki-laki. Gambar berikut sebagaimana yang dicantumkan pada Buku Tuntunan Manasik Haji dan Umrah terbitan Kementerian Agama Republik Indonesia tahun 2023.



 

Demikian di antaranya yang berkaitan dengan haji dan umrah. Semoga yang informasi yang didapat membuat kita punya gambaran mengenai ibadah haji dan umrah. Melalui gambaran yang ada, kita paham tata cara pelaksanaan ibadah haji dan umrah. Dalil yang kita gunakan untuk beribadah adalah dalil dari Al-Qur’an yang sudah pasti benar dan/ atau hadis shahih atau setidaknya hasan lidzatihi. Adapun selain dalil yang ada, tidak menutup kemungkinan terdapat dalil yang shahih maupun sharih lainnya yang bisa kita gunakan sebagai landasan hukum ibadah.

 

Penulis menyadari bahwa sampai tulisan ini diterbitkan belum pernah melaksanakan ibadah haji dan umrah. Tulisan ini bukan bermaksud menggurui. Namun sebagai sarana penambah wawasan dan pengingat kembali mengenai manasik haji dan umrah. Adapun saran yang membangun untuk menambah wawasan bersama dari pembaca yang sudah berhaji dan berumrah maupun yang belum adalah sangat diharapkan demi ulasan yang lebih baik sesuai Al-Qur’an dan As-Sunah. Bagi yang belum, semoga Allah meridai kita semuanya untuk melaksanakan ibadah haji dan umrah. Semoga kita mampu melaksanakan ibadah haji dan umrah dengan baik dan maksimal sehingga kesempurnaan amal salih tercapai dan akhirnya memperoleh surga sebagaimana janjinya Allah. Aamiin.

 

 

No comments:

Post a Comment