Monday, February 12, 2024

Pakaian Ihram Bagi Perempuan


 

Umat Islam yang berusaha menjalankan syariat Islam dalam hidupnya tentu mengimpikan melaksanakan ibadah haji dan umrah. Ibadah haji merupakan salah satu di antaranya rukun Islam. Namun demikian, dalam praktiknya ibadah haji di tanah haram tidak terlepas dari ibadah umrah. Bagi kita yang masih awam tentunya akan banyak bertanya-tanya bagaimana pelaksanaan ibadah haji dan umrah. Supaya mampu menjawab pertanyaan kita bersama tersebut, pada kesempatan kali ini akan membahas mengenai pakaian ihram bagi perempuan.

 

A. Pengertian Pakaian Ihram Bagi Perempuan

Pakaian dalam dalam Kamus Bahasa Indonesia (KBBI) berarti barang yang dipakai (baju, celana, dan sebagainya). Sementara kata ihram dalam Kamus Bahasa Indonesia (KBBI) berarti suci; dalam keadaan bersuci diri (pada waktu melakukan ibadah haji dan umrah di Makkah). Bisa juga ihram diartikan meniatkan dan melakukan pekerjaan ihram untuk tujuan ibadah haji dan/ atau umrah. Oleh sebab itu pengertian pakaian ihram adalah pakaian yang harus dikenakan oleh orang-orang yang telah berniat untuk melakukan ibadah haji atau umrah. Adapun pengertian pakaian ihram bagi perempuan adalah pakaian yang harus menutup semua badan kecuali wajah dan telapak tangan. Buku Bimbingan Praktis Manasik Haji KBIH MTA tahun 2016 menyebutkan bahwa pakaian ihram bagi wanita bebas menutup aurat, tidak boleh memakai sarung tangan dan tutup muka (cadar). Namun demikian Buku Tuntunan Manasik Haji dan Umrah terbitan Kementerian Agama Republik Indonesia tahun 2023 menerangkan bahwa Jemaah perempuan memakai pakaian yang menutup seluruh tubuh kecuali muka dan kedua tangan dari pergelangan tangan sampai ujung jari (kaffain), baik telapak tangan maupun punggung tangan.

 

B. Dalil Mengenai Pakaian Ihram Bagi Perempuan

Berbagai dalil menerangkan tentang tata cara berpakaian ihram. Di antaranya adalah dalil mengenai tata cara memakai pakaian ihram bagi perempuan. Adapun berbagai dalil yang dimaksud adalah sebagai berikut.

 

1. Pakaian Ihram Bagi Perempuan Hendaknya Menutupi Aurat

Ketentuan pakaian ihram bagi perempuan adalah menutupi aurat perempuan. Hal tersebut sebagaimana dalil berikut.

 

Dalil Al-Qur’an Ke-1

يٰٓاَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِّاَزْوَاجِكَ وَبَنٰتِكَ وَنِسَاۤءِ الْمُؤْمِنِيْنَ يُدْنِيْنَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيْبِهِنَّۗ ذٰلِكَ اَدْنٰىٓ اَنْ يُّعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَۗ وَكَانَ اللّٰهُ غَفُوْرًا رَّحِيْمًا. الأحزاب: ٥٩

Artinya: Wahai Nabi (Muhammad), katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin supaya mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali sehingga mereka tidak diganggu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Ahzab: 59).

 

2. Pakaian Ihram Perempuan Boleh Mengenakan Baju dan Celana

Perempuan ketika berihram boleh mengenakan baju dan celana, perhiasan, maupun sutera. Hal tersebut sebagaimana hadis berikut.

 

Hadis Ke-1

سنن أبي داوود ١٥٥٦: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ حَنْبَلٍ حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ حَدَّثَنَا أَبِي عَنْ ابْنِ إِسْحَقَ قَالَ فَإِنَّ نَافِعًا مَوْلَى عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ حَدَّثَنِي عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ، أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى النِّسَاءَ فِي إِحْرَامِهِنَّ عَنْ الْقُفَّازَيْنِ وَالنِّقَابِ وَمَا مَسَّ الْوَرْسُ وَالزَّعْفَرَانُ مِنْ الثِّيَابِ وَلْتَلْبَسْ بَعْدَ ذَلِكَ مَا أَحَبَّتْ مِنْ أَلْوَانِ الثِّيَابِ مُعَصْفَرًا أَوْ خَزًّا أَوْ حُلِيًّا أَوْ سَرَاوِيلَ أَوْ قَمِيصًا أَوْ خُفًّا. قَالَ أَبُو دَاوُد رَوَى هَذَا الْحَدِيثَ عَنْ ابْنِ إِسْحَقَ عَنْ نَافِعٍ عَبْدَةُ بْنُ سُلَيْمَانَ وَمُحَمَّدُ بْنُ سَلَمَةَ إِلَى قَوْلِهِ وَمَا مَسَّ الْوَرْسُ وَالزَّعْفَرَانُ مِنْ الثِّيَابِ وَلَمْ يَذْكُرَا مَا بَعْدَهُ.

Artinya: Sunan Abu Daud nomor 1556: Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Hanbal, telah menceritakan kepada kami Ya'qub, telah menceritakan kepada kami Bapakku dari Ibnu Ishaq, ia berkata: Sesungguhnya Nafi' mantan budak Abdullah bin Umar telah menceritakan kepadaku dari Abdullah bin Umar bahwasanya ia mendengar Rasulullah SAW melarang para wanita dalam ihram mereka memakai dua sarung tangan dan tutup muka (cadar) dan pakaian yang dicelup dengan wars dan za’faran, tetapi boleh ia memakai selain dari itu apa-apa yang ia sukai dari bermacam-macam pakaian yang dicelup dengan ‘ushfur atau sutera atau perhiasan atau celana atau baju atau sepatu. Abu Daud berkata: hadis ini diriwayatkan oleh 'Abdah bin Sulaiman, serta Muhammad bin Salamah dari Ibnu Ishaq, dari Nafi' hingga perkataannya: serta pakaian yang dicelup dengan Wars dan Za’faran. Dan mereka berdua tidak menyebutkan setelah perkataan tersebut.

 

3. Ketika Perempuan Berihram Dilarang Memakai Penutup Muka (Cadar) dan Sarung Tangan

Ketika jamaah haji dan umrah berihram perempuan dilarang memakai penutup muka (cadar) dan Sarung Tangan. Hal tersebut sebagaimana hadis berikut.

 

Hadis Ke-2

صحيح البخاري ١٧٠٧: حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يَزِيدَ حَدَّثَنَا اللَّيْثُ حَدَّثَنَا نَافِعٌ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ: قَامَ رَجُلٌ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَاذَا تَأْمُرُنَا أَنْ نَلْبَسَ مِنْ الثِّيَابِ فِي الْإِحْرَامِ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَلْبَسُوا الْقَمِيصَ وَلَا السَّرَاوِيلَاتِ وَلَا الْعَمَائِمَ وَلَا الْبَرَانِسَ إِلَّا أَنْ يَكُونَ أَحَدٌ لَيْسَتْ لَهُ نَعْلَانِ فَلْيَلْبَسْ الْخُفَّيْنِ وَلْيَقْطَعْ أَسْفَلَ مِنْ الْكَعْبَيْنِ وَلَا تَلْبَسُوا شَيْئًا مَسَّهُ زَعْفَرَانٌ وَلَا الْوَرْسُ وَلَا تَنْتَقِبْ الْمَرْأَةُ الْمُحْرِمَةُ وَلَا تَلْبَسْ الْقُفَّازَيْنِ. تَابَعَهُ مُوسَى بْنُ عُقْبَةَ وَإِسْمَاعِيلُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ بْنِ عُقْبَةَ وَجُوَيْرِيَةُ وَابْنُ إِسْحَاقَ فِي النِّقَابِ وَالْقُفَّازَيْنِ وَقَالَ عُبَيْدُ اللَّهِ وَلَا وَرْسٌ وَكَانَ يَقُولُ لَا تَتَنَقَّبْ الْمُحْرِمَةُ وَلَا تَلْبَسْ الْقُفَّازَيْنِ وَقَالَ مَالِكٌ عَنْ نَافِعٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ لَا تَتَنَقَّبْ الْمُحْرِمَةُ وَتَابَعَهُ لَيْثُ بْنُ أَبِي سُلَيْمٍ.

Artinya: Shahih Bukhari nomor 1707: Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Yazid, telah mengabarkan kepada kami Al Laits, telah menceritakan kepada kami Nafi' dari 'Abdullah bin 'Umar RA berkata: Seorang laki-laki datang lalu berkata: "Wahai Rasulullah, pakaian apa yang engkau perintahkan untuk kami ketika ihram?" Nabi SAW menjawab: "Janganlah kalian mengenakan baju, celana, surban, kopiah (pakaian yang menutupi kepala) kecuali seseorang yang tidak memiliki sandal, hendaklah dia mengenakan sapatu khuff tapi dipotongnya hingga berada dibawah mata kaki dan jangan pula kalian memakai pakaian yang diberi minyak wangi atau wewangian dari daun tumbuhan. Dan wanita yang sedang ihram tidak boleh memakai cadar (penutup wajah) dan sarung tangan." Hadis ini dikuatkan pula oleh Musa bin 'Uqbah dan Isma'il bin Ibrahim bin 'Uqbah dan Juwairiyah dan Ibnu Ishaq tentang cadar (tutup muka) dan sarung tangan. Dan berkata 'Ubaidullah: Dan tidak pula wewangian dari daun tumbuhan yang wangi. Dan beliau bersabda: "Dan wanita yang sedang ihram janganlah memakai cadar dan juga jangan memakai sarung tangan." Dan berkata Malik dari Nafi' dari Ibnu 'Umar: "Dan wanita yang sedang ihram janganlah memakai." Dan hadis ini dikuatkan pula oleh Laits bin Abu Salim.

 

Hadis Ke-3

سنن أبي داوود ١٥٥٥: حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ سَعِيدٍ الْمَدِينِيُّ عَنْ نَافِعٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ، عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْمُحْرِمَةُ لَا تَنْتَقِبُ وَلَا تَلْبَسُ الْقُفَّازَيْنِ.

Artinya: Sunan Abu Daud nomor 1555: Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id, telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Sa'id Al Madini dari Nafi' dari Ibnu Umar dari Nabi SAW, beliau bersabda: “Wanita yang berihram, jangan memakai cadar dan jangan memakai sarung tangan.”

 

4. Perempuan Ketika Berihram Dilarang Menggunakan Wars dan Za’faran

Ketika perempuan berihram dilarang menggunakan wars dan za’faran. Hal tersebut sebagaimana hadis berikut.

 

Hadis Ke-4

مسند أحمد ٥٧٣١: حَدَّثَنَا هَاشِمُ بْنُ الْقَاسِمِ حَدَّثَنَا لَيْثٌ حَدَّثَنِي نَافِعٌ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ، أَنَّهُ قَالَ قَامَ رَجُلٌ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَاذَا تَأْمُرُنَا أَنْ نَلْبَسَ مِنْ الثِّيَابِ فِي الْإِحْرَامِ فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَلْبَسُوا الْقُمُصَ وَلَا السَّرَاوِيلَاتِ وَلَا الْعَمَائِمَ وَلَا الْبَرَانِسَ وَلَا الْخِفَافَ إِلَّا أَنْ يَكُونَ أَحَدٌ لَيْسَتْ لَهُ نَعْلَانِ فَلْيَلْبَسْ الْخُفَّيْنِ مَا أَسْفَلَ مِنْ الْكَعْبَيْنِ وَلَا تَلْبَسُوا شَيْئًا مِنْ الثِّيَابِ مَسَّهُ الْوَرْسُ وَلَا الزَّعْفَرَانُ وَلَا تَنْتَقِبْ الْمَرْأَةُ الْحَرَامُ وَلَا تَلْبَسْ الْقُفَّازَيْنِ.

Artinya: Musnad Ahmad nomor 5731: Telah menceritakan kepada kami Hasyim bin Qasim, telah menceritakan kepada kami Laits, telah menceritakan kepadaku Nafi' dari Abdullah bahwa dia berkata: seorang laki-laki berdiri dan bertanya, "Wahai Rasulullah, pakaian apa yang engkau perintahkan kepada kami untuk dipakai saat ihram?" Rasulullah SAW menjawab: "Janganlah kamu memakai gamis, celana, sorban, kopiah (sejenis mantel penutup kepala) dan jangan pula kamu memakai sepatu kecuali bagi seorang yang tidak memiliki sandal, dengan syarat tingginya di bawah mata kaki. Dan jangan kamu memakai sesuatu pun dari jenis pakaian yang tersentuh wars dan za’faran. Dan jangan seorang wanita muhrim memakai kain penutup mukanya (cadarnya) dan jangan pula memakai sarung tangan.

 

Hadis Ke-5

سنن ابن ماجه ٢٩٢١: حَدَّثَنَا أَبُو مُصْعَبٍ حَدَّثَنَا مَالِكُ بْنُ أَنَسٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ دِينَارٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ أَنَّهُ قَالَ: نَهَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يَلْبَسَ الْمُحْرِمُ ثَوْبًا مَصْبُوغًا بِوَرْسٍ أَوْ زَعْفَرَانٍ.

Artinya: Sunan Ibnu Majah nomor 2921: Telah menceritakan kepada kami Abu Mush'ab: telah menceritakan kepada kami Malik bin Anas dari Abdullah bin Dinar dari Abdullah bin 'Umar bahwasannya ia berkata: Rasulullah SAW melarang orang yang berihram memakai pakaian yang dicelup wars atau za’faran.

Keterangan:

a. Za’faran adalah jenis tumbuh-tumbuhan di negeri ’Arab yang berwarna merah kekuningan, biasa dipakai untuk mewarnai kain dan dibuat minyak wangi.

b. Wars adalah jenis tumbuh-tumbuhan di negeri ’Arab yang berwarna kuning dan berbau wangi yang biasa untuk mewarnai kain.

 

5. Pakaian Ihram Perempuan Boleh Dicelup dengan Ushfur

Pada pakaian ihram perempuan dibolehkan menggunakan ushfur. Hal seperti itu sebagaimana hadis yang sudah disebutkan dan dikuatkan dengan hadis berikut.

 

Hadis Ke-6

موطأ مالك ٦٢٧: و حَدَّثَنِي عَنْ مَالِك عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَسْمَاءَ بِنْتِ أَبِي بَكْرٍ، أَنَّهَا كَانَتْ تَلْبَسُ الثِّيَابَ الْمُعَصْفَرَاتِ الْمُشَبَّعَاتِ وَهِيَ مُحْرِمَةٌ لَيْسَ فِيهَا زَعْفَرَانٌ.

Artinya: Muwatha' Malik nomor 627: Telah menceritakan kepadaku dari Malik dari Hisyam bin Urwah dari Bapaknya dari Asma' binti Abu Bakar bahwasannya dia mengenakan pakaian yang dicelup dengan ‘ushfur padahal dia sedang ihram, tetapi tidak mengenakan za'faran."

Keterangan: ’Ushfur adalah jenis tumbuh-tumbuhan yang berwarna kuning yang biasa dipakai untuk mewarnai kain.

 

C. Contoh Tata Cara Memakai Pakaian Ihram Bagi Perempuan

Berikut ini adalah tata cara memakai pakaian ihram bagi perempuan. Gambar berikut sebagaimana yang dicantumkan pada Buku Tuntunan Manasik Haji dan Umrah terbitan Kementerian Agama Republik Indonesia tahun 2023.

 


 

Demikian di antaranya yang berkaitan dengan haji dan umrah. Semoga yang informasi yang didapat membuat kita punya gambaran mengenai ibadah haji dan umrah. Melalui gambaran yang ada, kita paham tata cara pelaksanaan ibadah haji dan umrah. Dalil yang kita gunakan untuk beribadah adalah dalil dari Al-Qur’an yang sudah pasti benar dan/ atau hadis shahih atau setidaknya hasan lidzatihi. Adapun selain dalil yang ada, tidak menutup kemungkinan terdapat dalil yang shahih maupun sharih lainnya yang bisa kita gunakan sebagai landasan hukum ibadah.

 

Penulis menyadari bahwa sampai tulisan ini diterbitkan belum pernah melaksanakan ibadah haji dan umrah. Tulisan ini bukan bermaksud menggurui. Namun sebagai sarana penambah wawasan dan pengingat kembali mengenai manasik haji dan umrah. Adapun saran yang membangun untuk menambah wawasan bersama dari pembaca yang sudah berhaji dan berumrah maupun yang belum adalah sangat diharapkan demi ulasan yang lebih baik sesuai Al-Qur’an dan As-Sunah. Bagi yang belum, semoga Allah meridai kita semuanya untuk melaksanakan ibadah haji dan umrah. Semoga kita mampu melaksanakan ibadah haji dan umrah dengan baik dan maksimal sehingga kesempurnaan amal salih tercapai dan akhirnya memperoleh surga sebagaimana janjinya Allah. Aamiin.

 

 

No comments:

Post a Comment