السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَ بَرَكَاتُهُ
الْحَمْدُ لِلّهِ الَّذِيْ خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيٰوةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا. وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ. اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَرَسُولِكَ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ. رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِي يَفْقَهُوا قَوْلِي. اللَّهُمَّ لَا سَهْلَ إِلَّا مَا جَعَلْتَهُ سَهْلًا وَأَنْتَ تَجْعَلُ الحَزْنَ إِذَا شِئْتَ سَهْلًا. أَمَّا بَعْدُ. فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ، أُوْصِيْنِيْ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللَّهُ تَعَالَى فِى كِتَابِهِ الْكرِيْم: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ {آل عمران: 102}. وَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَاَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَـمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ. مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ رَحِمَكُمُ اللهُ،
Syukur alkhamdulillah tidak henti-hentinya kita haturkan kepada Allah SWT yang memberikan nikmat kepada kita semua untuk beramal salih. Selawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW yang telah membawa ajaran Agama Islam untuk diamalkan umatnya. Mengamalkan ajaran-ajaran agama merupakan bagian amanat sila pertama Pancasila, dan Undang Undang Dasar 1945 Pasal 29 ayat 2. Selanjutnya dari mimbar ini saya serukan kepada diri saya sendiri dan umumnya kepada jamaah salat Jum’at agar senantiasa menjaga, mempertahankan, dan terus berusaha meningkatkan iman dan takwa.
Ma'asyiral muslimin rahimakumullah.
Kita masih diberikan umur oleh Allah, mari kita gunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Gunakan sisa umur kita untuk beramal salih dan memperdalam ilmu Agama. Kita gunakan umur kita untuk fii sabilillah. Hal tersebut merupakan wujud syukur kita akan nikmat Allah. Di antara nikmat Allah yang diberikan, terdapat nikmat yang besar. Nikmat tersebut adalah diutusnya Rasulullah Muhammad SAW untuk membimbing manusia ke jalan yang lurus, jalan yang benar, jalan keselamatan yang menghantarkan ke surga. Supaya manusia dapat beribadah sehingga berada di jalan kebenaran, Rasulullah Muhammad SAW diperintahkan untuk menerima perintah ibadah salat. Allah berfirman,
سُبْحٰنَ الَّذِيْٓ اَسْرٰى بِعَبْدِهٖ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ الْاَقْصَا الَّذِيْ بٰرَكْنَا حَوْلَهٗ لِنُرِيَهٗ مِنْ اٰيٰتِنَاۗ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ
Artinya: Mahasuci (Allah) yang telah memperjalankan hamba-Nya (Nabi Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidilaqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya425) agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (QS. Al-Isra: 1).
Catatan: 425) Masjidilaqsa dan daerah sekitarnya diberkahi Allah SWT, di antaranya, dengan diutusnya banyak nabi di sana dan dengan kesuburan tanahnya.
Tafsir Ringkas Kementerian Agama Republik Indonesia menerangkan bahwa pada akhir Surah an-Nahl mengandung pesan kepada Nabi Muhammad agar bersabar dan tidak bersedih hati disebabkan tipu daya dan penolakan orang-orang yang menentang dakwahnya. Di saat beliau mengalami kesulitan menghadapi orang-orang kafir yang menolak dakwahnya, ayat pertama dari surah Al-Isra ini menyatakan bahwa Rasulullah mempunyai kedudukan yang mulia di sisi Allah, di mana Allah memperjalankannya dari Masjidilharam ke Masjidil Aqsha dan memperlihatkan kepadanya tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran-Nya.
Tanggal 27 Rajab tahun ke-11 dari kenabian, Nabi Muhammad SAW menjalani Isra' dan Mi'raj. Israa' menurut bahasa ialah: "Berjalan di waktu malam hari" atau "Membawa berjalan di malam hari." Namun yang dimaksud Israa' di dalam Kitab-kitab Tarikh ialah: "Perjalanan Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram (Makkah) ke Masjidil Aqsha (Palestina) di malam hari." Sedangkan Mi'raaj menurut bahasa ialah: "Tangga" atau "Alat untuk naik dari bawah ke atas." Namun yang dimaksud Mi'raaj di dalam kitab-kitab Tarikh ialah: "Perjalanan Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Aqsha di Palestina naik ke langit sampai tujuh langit, selanjutnya ke Mustawa, ke Baitul Makmur, ke Sidratul Muntaha. Di sana beliau SAW menerima wahyu perintah dari Allah SWT supaya salat wajib lima waktu sehari semalam." Adapun tentang bagaimana terjadinya Israa' dan Mi'raaj yang dijalani oleh Nabi SAW tersebut, yakni apakah dengan tubuh kasar (jasmani) serta tubuh halus (rohani)nya, ataukah hanya dengan tubuh halus (rohani)nya saja? Tentang ini para ulama berselisih pendapat.
Ma'asyiral muslimin rahimakumullah.
Sayyid Quthb dalam Tafsir Fi Zhilalil Qur’an pada Al-Qur’an Surat Al-Isra ayat 1 menerangkan bahwasannya kisah Isra dan Mikraj, keduanya terjadi dalam satu malam yang sama. Isra dari Masjidil Haram di Mekah ke Masjidil Aqsha di Baitul Maqdis, sedang Mikraj dari Baitul Maqdis ke atas tujuh lapis langit dan Sidraful Muntaha yang semuanya itu merupakan bagian dari alam gaib yang tak kita ketahui. Riwayat-riwayat yang menerangkan kisah ini terdapat dalan berbagai versi. Ada perbedaan pendapat, misalnya tentang tempat dari mana Rasulullah diisrakan. Ada yang mengatakan dari dalam Masjidil Haram, seperti yang dapat dipahami dari tekstual ayat. Ada yang mengatakan bahwa beliau diisrakan dari rumah Ummu Hani' binti Abdul Muttalib, dan yang dimaksud dengan Masjidil Haram adalah seluruh tanah Haram (Mekah), disebabkan tanah Haram itu meliputi dan mencakup Masjidil Haram. Namun demikian Sayyid Quthb dalam Tafsir Fi Zhilalil Qur’an menyimpulkan bahwa dari sekian riwayat yang ada adalah Rasulullah meninggalkan tempat tidurnya di rumah Ummu Hani' untuk pergi ke masjid. Tatkala beliau berada di Hijir Ismail, dalam keadaan antara tidur dan terjaga, beliau diisrakan dan dimikrajkan. Kemudian beliau kembali lagi ke tempat tidurnya sebelum alas tidurnya itu dingin.
Ma'asyiral muslimin rahimakumullah.
Hadis Riwayat Bukhari nomor 3598 dari Anas bin Malik dari Malik bin Sha'sha'ah RA menerangkan tentang peristiwa Isra dan Mikraj. Mafum dari hadis tersebut adalah dalam keadaan berbaring, ketika itu datanglah kepada Rasulullah seseorang, lalu ia membelah dada Rasulullah. Orang yang datang itu mengeluarkan hati Rasulullah, kemudian Rasulullah dibawakan bejana dari emas yang penuh dengan iman. Lalu dicucilah hati Rasulullah, lantas diisi kemudian dikembalikan. Kemudian didatangkan seekor binatang yang tubuhnya lebih kecil daripada baghal dan lebih besar daripada himar (keledai) yang putih rupanya. Ia adalah buraq. Berangkatlah Jibril bersama Rasulullah sehingga sampailah ke langit dunia pertama, lantas minta dibukakan. Ketika Rasulullah telah melalui, di sanalah ada Nabi Adam. Ketika mencapai langit kedua ada Nabi Yahya dan Nabi 'Isa. Di langit ketiga ada Nabi Yusuf. Di langit keempat ada Nabi Idris. Di langit kelima ada Nabi Harun. Pada langit keenam ada Nabi Musa. Sementara itu di langit ketujuh ada Nabi Ibrahim. Kemudian diperlihatkan "Sidratul Muntaha" kepada Rasulullah. Kemudian Rasulullah diperlihatkan kepada Al-Baitul Makmur.
Ma'asyiral muslimin rahimakumullah.
Kemudian didatangkan kepada Rasulullah bejana berisi khamr, bejana berisi susu, dan bejana berisi madu. Lalu Rasulullah mengambil bejana yang berisi susu. Maka Jibril berkata: "Itulah Al-Fithrah (kesucian), kamu dan umatmu (memilih) berada padanya." Kemudian difardukan kepada Rasulullah salat limapuluh kali setiap hari. Lalu Rasulullah kembali, maka Rasulullah melewati Musa, lalu ia bertanya: "Kamu diperintah apa?" Nabi SAW menjawab: "Aku diperintah dengan salat limapuluh kali setiap hari." Musa berkata: "Sesungguhnya umatmu tidak akan mampu mengerjakan salat limapuluh kali sehari. Sesungguhnya Musa, pernah mencoba orang-orang sebelummu dan Musa telah melatih bani Israil dengan latihan yang sungguh-sungguh, maka kembalilah kepada Tuhan dan mintalah keringanan untuk umatmu." Lalu Rasulullah kembali, lalu Allah memberi kemurahan kepada Rasulullah sepuluh, lalu Rasulullah kembali kepada Musa. Maka Musa berkata seperti tadi. Maka Rasulullah pun kembali, Lalu Allah memberi keringanan kepada Rasulullah sepuluh lagi. Lalu Rasulullah kembali kepada Musa, maka Musa berkata seperti tadi. Lalu Rasulullah kembali kepada Tuhan, maka Tuhan memberi keringanan kepada Rasulullah sepuluh lagi. Lalu Rasulullah kembali kepada Musa, lalu ia berkata seperti tadi. Lalu Rasulullah kembali kepada Tuhan, maka Rasulullah diperintahkan sepuluh salat setiap hari. Lalu Rasulullah kembali (kepada Musa), maka ia berkata seperti tadi, lalu Rasulullah kembali kepada Tuhan, lalu Rasulullah diperintahkan lima kali salat setiap hari. Lalu Rasulullah kembali kepada Musa, maka Musa bertanya: "Kamu diperintah apa?" Rasulullah menjawab: "Aku diperintah supaya salat limakali sehari." Ia berkata: "Sesungguhnya umatmu tidak akan mampu mengerjakan salat lima kali setiap hari, dan sesungguhnya aku telah mencoba orang-orang sebelummu dan aku telah melatih bani Israil dengan latihan yang sungguh-sungguh, maka kembalilah kepada Tuhanmu, dan mintalah keringanan untuk umatmu kepada-Nya." Rasulullah bersabda: "Saya telah meminta kepada Tuhanku sehingga aku merasa malu, tapi aku rida dan aku menyerah." Maka setelah Rasulullah melewatinya ada seorang penyeru yang menyerukan: "Aku telah meluluskan fardu dari-Ku dan Aku telah meringankan pada hamba-hamba-Ku."
Ma'asyiral muslimin rahimakumullah.
Melalui hadis Riwayat Bukhari nomor 2968 atau 3598 dari Anas bin Malik dari Malik bin Sha'sha'ah RA menjadi dasar perintah salat wajib sehari lima kali. Hadis tersebut berkaitan dengan Surat Al-Isra ayat 1. Prof. Dr. Quraish Shihab dalam Tafsir Al Misbah menerangkan bahwa Al-Qur’an Surat Al-Isra ayat 1 menyebutkan awal perjalanan Isra’ dan akhirnya, yakni antara dua masjid. Hal tersebut untuk mengisyaratkan bahwa peijalanan hidup manusia menuju Allah SWT hendaknya bermula dari masjid, yakni kepatuhan kepada Allah dan berakhir pula dengan masjid, yakni kepatuhan kepada-Nya.
Ma'asyiral muslimin rahimakumullah.
Melalui riwayat tentang isra dan mikraj, harapannya kita mampu meningkatkan kualitas iman, menambah kapasitas keilmuan, lalu mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Kita upayakan untuk terus taat dan patuh pada ketetapan Allah dan Rasulullah hingga akhir hayat kita. Suksesnya di dunia adalah mampu mengamalkan Al-Qur’an dan As-Sunah. Sedangkan suksesnya di akhirat adalah terhindar dari siksa api neraka dan memperoleh kenikmatan surga yang mana mata belum pernah melihatnya, telinga belum pernah mendengarnya, dan belum pernah terbesit dalam hati. Semoga yang sedikit ini bisa menjadi pengingat bagi diri saya dan umumnya bermanfaat bagi jamaah semuanya. Mohon maaf apabila terdapat tutur kata yang kurang berkenan.
أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ. بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. وَٱلْعَصْرِ. إِنَّ ٱلْإِنسَـٰنَ لَفِى خُسْرٍ. إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّـٰلِحَـٰتِ وَتَوَاصَوْا۟ بِٱلْحَقِّ وَتَوَاصَوْا۟ بِٱلصَّبْرِ. وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ.
***
الْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَ اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ الَّذِى لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ. وَ الصَّلاَةُ وَ السَّلاَمُ عَلَى اَشْرَفِ اْلاَنْبِيَاءِ وَ اْلمُرْسَلِيْنَ وَ عَلَى آلِهِ وَ اَصْحَابِهِ اَجْمَعِيْنَ. اَمَّا بَعْدُ.
فَيَااَ يُّهَاالنَّاسُ، اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ.
أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ. اِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِىْ، يَاَ يُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ:
• اَللّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّـيْتَ عَلَى آلِ اِبـْرَاهِيْمَ. وَ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ اِبـْرَاهِيْمَ، فِى اْلعَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
• اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، أَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ.
• رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا، وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِالْإِيْمَانِ، وَلَا تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا، غِلًّا لِلَّذِيْنَ آمَنُوا، رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
• رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ، وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ إِمَامًا.
• رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً، وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
• سُبْحَانَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
• وَأَقِمِ الصَّلَاةَ.
Penyampai: Revolusi Prajaningrat Saktiyudha, S.Si., S.Pd., M.Pd.
No comments:
Post a Comment