Umat Islam disyariatkan untuk berpuasa. Salah satu diantaranya adalah puasa Asyura. Adapun puasa Asyura biasanya terangkai dengan puasa Tasu’a. Pada kesempatan kali ini akan membahas mengenai: (a) pengertian puasa Tasu’a dan puasa Asyura; (b) hukum puasa Tasu’a dan puasa Asyura; (c) waktu pelaksanaan puasa Tasu’a dan puasa Asyura; (d) tata cara puasa Tasu’a dan puasa Asyura; dan (e) keutamaan puasa Asyura.
A. Pengertian Puasa Tasu’a dan Puasa Asyura
Puasa disebutkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah meniadakan makan, minum, dan sebagainya dengan sengaja (terutama bertalian dengan keagamaan). Puasa juga berarti salah satu rukun Islam berupa ibadah menahan diri atau berpantang makan, minum, dan segala yang membatalkannya mulai terbit fajar sampai terbenam matahari. Adapun Asyura menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti Muharam, hari ke-10 Muharam, perayaan tanggal 10 Muharam yang dilakukan oleh kaum Syiah (hari raya Hasan dan Husen). Sementara Tasu’a menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti waktu yang disunahkan bagi muslim untuk berpuasa pada hari ke-9 Muharam. Oleh sebab itu dapat dipetik pengertian bahwa Puasa Asyura merupakan puasa yang dikerjakan umat Islam di setiap 10 Muharam pada kalender Hijriah. Sedangkan Puasa Tasu’a adalah puasa yang dilaksanakan tanggal 9 Muharam.
B. Hukum Puasa Tasu’a dan Puasa Asyura
Kedudukan hukum puasa Tasu’a dan puasa Asyura adalah sunah. Namun demikian pada mulanya sebelum diwajibkan puasa Ramadan, puasa Asyura adalah puasa yang wajib. Namun demikian, setelah ada kewajiban puasa Ramadan, puasa Asyura ini menjadi sunah. Hal tersebut berdasarkan hadis berikut.
Hadis Pertama
حَدَّثَنَا زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ كَانَتْ قُرَيْشٌ تَصُومُ عَاشُورَاءَ فِي الْجَاهِلِيَّةِ وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُهُ فَلَمَّا هَاجَرَ إِلَى الْمَدِينَةِ صَامَهُ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ فَلَمَّا فُرِضَ شَهْرُ رَمَضَانَ قَالَ مَنْ شَاءَ صَامَهُ وَمَنْ شَاءَ تَرَكَهُ و حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَأَبُو كُرَيْبٍ قَالَا حَدَّثَنَا ابْنُ نُمَيْرٍ عَنْ هِشَامٍ بِهَذَا الْإِسْنَادِ وَلَمْ يَذْكُرْ فِي أَوَّلِ الْحَدِيثِ وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُهُ وَقَالَ فِي آخِرِ الْحَدِيثِ وَتَرَكَ عَاشُورَاءَ فَمَنْ شَاءَ صَامَهُ وَمَنْ شَاءَ تَرَكَهُ وَلَمْ يَجْعَلْهُ مِنْ قَوْلِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَرِوَايَةِ جَرِيرٍ. مسلم
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Zuhair bin Harb, telah menceritakan kepada kami Jarir, dari Hisyam bin Urwah, dari Bapaknya, dari Aisyah RA, ia berkata; Di zaman Jahiliyah orang-orang Quraisy melakukan puasa pada hari Asyura’, dan Rasulullah SAW pernah pula melaksanakannya. Ketika beliau melakukan hijrah ke Madinah beliau berpuasa dan beliau memerintahkan agar berpuasa. Maka tatkala puasa Ramadan diwajibkan, beliau bersabda: "Siapa yang suka puasa di hari Asyura’ silakan ia berpuasa, dan siapa yang tidak suka boleh meninggalkannya." Dan telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah dan Abu Kuraib, keduanya berkata: telah menceritakan kepada kami Ibnu Numair dari Hisyam dengan isnad ini, dan ia tidak menyebutkan di awal hadis; "Dan Rasulullah SAW juga pernah berpuasa Asyura’." Dan di akhir hadis ia menyebutkan; "Beliau meninggakan puasa Asyura’. Siapa yang suka melakukan puasa Asyura’ silakan mengerjakan, dan siapa yang meninggalkannya (tidaklah mengapa)." Ia tidak menjadikan ungkapan sebagai bagian dari sabda Nabi SAW, sebagaimana pula yang tercantum dalam riwayatnya Jarir (HR. Muslim, no. 1897).
Adapun terkait puasa Tasu’a berdasarkan kejadian yang terdapat pada beberapa hadis berikut.
Hadis Kedua
و حَدَّثَنِي ابْنُ أَبِي عُمَرَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ أَيُّوبَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدِمَ الْمَدِينَةَ فَوَجَدَ الْيَهُودَ صِيَامًا يَوْمَ عَاشُورَاءَ فَقَالَ لَهُمْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا هَذَا الْيَوْمُ الَّذِي تَصُومُونَهُ فَقَالُوا هَذَا يَوْمٌ عَظِيمٌ أَنْجَى اللَّهُ فِيهِ مُوسَى وَقَوْمَهُ وَغَرَّقَ فِرْعَوْنَ وَقَوْمَهُ فَصَامَهُ مُوسَى شُكْرًا فَنَحْنُ نَصُومُهُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَنَحْنُ أَحَقُّ وَأَوْلَى بِمُوسَى مِنْكُمْ فَصَامَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ و حَدَّثَنَا إِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ أَخْبَرَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ حَدَّثَنَا مَعْمَرٌ عَنْ أَيُّوبَ بِهَذَا الْإِسْنَادِ إِلَّا أَنَّهُ قَالَ عَنْ ابْنِ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ لَمْ يُسَمِّهِ. مسلم
Artinya: Dan telah menceritakan kepadaku Ibnu Abu Umar, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Ayyub, dari Abdullah bin Sa'id bin Jubair, dari Bapaknya, dari Ibnu Abbas RA, bahwa Rasulullah SAW mendatangi kota Madinah, lalu didapatinya orang-orang Yahudi berpuasa di hari 'Asyura. Maka beliau pun bertanya kepada mereka: "Hari apakah ini, hingga kalian berpuasa?" Mereka menjawab, "Hari ini adalah hari yang agung, hari ketika Allah memenangkan Musa dan kaumnya, dan menenggelamkan Fir'aun serta kaumnya. Karena itu, Musa puasa setiap hari itu untuk menyatakan syukur, maka kami pun melakukannya." Maka Rasulullah SAW bersabda: "Kami lebih berhak dan lebih pantas untuk memuliakan Musa daripada kalian." Kemudian beliau pun berpuasa dan memerintahkan kaum puasa di hari itu. Dan telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Ibrahim, telah mengabarkan kepada kami Abdurrazaq, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Ayyub, dengan isnad ini, hanya saja ia berkata; "Dari Ibnu Sa'id bin Jubair." Ia tidak menyebutkan namanya (HR. Muslim, no. 1911).
Melalui hadis tersebut diperoleh informasi bahwa puasa pada tanggal 10 Muharam juga dilaksanakan oleh orang Yahudi. Dikarenakan menyerupai kaum Yahudi, maka sahabat menanyakan hal tersebut kepada Rasulullah. Hal tersebut sebagaimana hadis berikut.
Hadis Ketiga
و حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ عَلِيٍّ الْحُلْوَانِيُّ حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي مَرْيَمَ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ حَدَّثَنِي إِسْمَعِيلُ بْنُ أُمَيَّةَ أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا غَطَفَانَ بْنَ طَرِيفٍ الْمُرِّيَّ يَقُولُ سَمِعْتُ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا يَقُولُا حِينَ صَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّهُ يَوْمٌ تُعَظِّمُهُ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَإِذَا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ صُمْنَا الْيَوْمَ التَّاسِعَ قَالَ فَلَمْ يَأْتِ الْعَامُ الْمُقْبِلُ حَتَّى تُوُفِّيَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. مسلم
Artinya: Dan telah menceritakan kepada kami Al Hasan bin Ali Al Hulwani, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Maryam, telah menceritakan kepada kami Yahya bin Ayyub, telah menceritakan kepadaku Isma'il bin Umayyah, bahwa ia mendengar Abu Ghathafan bin Tharif Al Murri, berkata, saya mendengar Abdullah bin Abbas RA berkata saat Rasulullah SAW berpuasa pada hari Asyura’ dan juga memerintahkan para sahabatnya untuk berpuasa; Para sahabat berkata, "Wahai Rasulullah, itu adalah hari yang sangat diagungkan oleh kaum Yahudi dan Nasrani." Maka Rasulullah SAW bersabda: "Pada tahun depan insya Allah, kita akan berpuasa pada hari ke sembilan (Muharram)." Tahun depan itu pun tak kunjung tiba, hingga Rasulullah SAW wafat (HR. Muslim, no. 1916).
C. Waktu Pelaksanaan Puasa Tasu’a dan Puasa Asyura
Sebagaimana disebutkan dalam hadis yang ada, puasa Asyura dilaksanakan pada tanggal 10 Muharam. Sedangkan puasa Tasu’a dilaksanakan pada tanggal 9 Muharam. Namun demikian ada juga yang berpendapat bahwa inti dari pelaksanaan puasa Tasu’a adalah menyelisihi kaum Yahudi dan Nasrani. Oleh sebab itu, puasa dengan tujuan menyelisihi kaum Yahudi maupun Nasrani dengan cara berpuasa sebelum atau sesudah tanggal 10 Muharam. Hal tersebut sebagaimana hadis berikut.
Hadis Keempat
قَالَ هُشَيْمٌ أَخْبَرَنَا ابْنُ أَبِي لَيْلَى عَنْ دَاوُدَ بْنِ عَلِيٍّ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صُومُوا يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَخَالِفُوا فِيهِ الْيَهُودَ صُومُوا قَبْلَهُ يَوْمًا أَوْ بَعْدَهُ يَوْمًا. احمد
Artinya: Berkata Husyaim, telah mengabarkan kepada kami Ibnu Abu Laila, dari Dawud bin Ali, dari Bapaknya, dari Kakeknya yaitu Ibnu 'Abbas, ia berkata; Rasulullah SAW bersabda: "Berpuasalah kalian pada hari Asyura’ dan selisihilah kaum Yahudi, maka berpuasalah satu hari sebelum atau sesudahnya." (HR. Ahmad, no. 2047).
Keterangan: Hadis tersebut dlaif karena dalam sanadnya terdapat perawi Ibnu Abu Laila. Nama asli Ibnu Abu Laila adalah Muhammad bin’Abdur Rahman bin Abi Laila Al-Anshariy. Yahya bin Sa’id men-dlaif-kannya. Ahmad bin Hanbal berkata, “Ia buruk hafalannya, mudltharibul hadits. Ibnu Hibban berkata, “Ia buruk, banyak kelirunya dan buruk hafalannya, banyak meriwayatkan hadis-hadis munkar (Lihat Tahdzibut Tahdzib juz 9, hal. 268, no. 503). Dikarenakan hadis dlaif, maka tidak bisa dijadikan hujjah.
Melalui hadis di atas yang dlaif, maka penulis condong bahwa dalam rangka menyelisihi kaum Yahudi maupun Nasrani adalah dengan berpuasa pada tanggal 9 Muharam (Puasa Tasu’a). Hal tersebut sebagaimana azam/ niat Nabi SAW sebelum meninggal.
D. Tata Cara Puasa Tasu’a dan Puasa Asyura
Tata cara puasa Tasu’a dan Puasa Asyura sebagaimana tata cara puasa Ramadan. Tata cara puasa Tasu’a dan Puasa Asyura adalah dengan menahan diri untuk tidak makan, minum, termasuk merokok, dan bersetubuh, dari mulai fajar hingga terbenam matahari karena mencari rida Allah. Adapun syarat dan rukun puasa sebagaimana puasa Ramadan. Penjelasan syarat dan rukun puasa dapat disimak dengan cara klik di sini.
E. Keutamaan Puasa Asyura
Mengamalkan puasa Asyura’ memiliki keutamaan yang besar. Keutamaan mengamalkan puasa Asyura’ adalah dosa selama satu tahun akan diampuni. Hal tersebut sebagaimana hadis berikut:
Hadis Kelima
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى وَمُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ وَاللَّفْظُ لِابْنِ الْمُثَنَّى قَالَا حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ غَيْلَانَ بْنِ جَرِيرٍ سَمِعَ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ مَعْبَدٍ الزِّمَّانِيَّ عَنْ أَبِي قَتَادَةَ الْأَنْصَارِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُئِلَ عَنْ صَوْمِهِ. قَالَ: فَغَضِبَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. فَقَالَ عُمَرُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: رَضِينَا بِاللَّهِ رَبًّا وَبِالْإِسْلَامِ دِينًا وَبِمُحَمَّدٍ رَسُولًا وَبِبَيْعَتِنَا بَيْعَةً. قَالَ: فَسُئِلَ عَنْ صِيَامِ الدَّهْرِ. فَقَالَ: لَا صَامَ وَلَا أَفْطَرَ. أَوْ مَا صَامَ وَمَا أَفْطَرَ. قَالَ: فَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمَيْنِ وَإِفْطَارِ يَوْمٍ. قَالَ: وَمَنْ يُطِيقُ ذَلِكَ؟ قَالَ: وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمٍ وَإِفْطَارِ يَوْمَيْنِ. قَالَ: لَيْتَ أَنَّ اللَّهَ قَوَّانَا لِذَلِكَ. قَالَ: وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمٍ وَإِفْطَارِ يَوْمٍ. قَالَ: ذَاكَ صَوْمُ أَخِي دَاوُدَ عَلَيْهِ السَّلَام. قَالَ: وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ الِاثْنَيْنِ. قَالَ: ذَاكَ يَوْمٌ وُلِدْتُ فِيهِ وَيَوْمٌ بُعِثْتُ أَوْ أُنْزِلَ عَلَيَّ فِيهِ. قَالَ: فَقَالَ صَوْمُ ثَلَاثَةٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ وَرَمَضَانَ إِلَى رَمَضَانَ صَوْمُ الدَّهْرِ. قَالَ: وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَرَفَةَ. فَقَالَ: يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ وَالْبَاقِيَةَ. قَالَ: وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَاشُورَاءَ. فَقَالَ: يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ. وَفِي هَذَا الْحَدِيثِ مِنْ رِوَايَةِ شُعْبَةَ قَالَ وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ الِاثْنَيْنِ وَالْخَمِيسِ فَسَكَتْنَا عَنْ ذِكْرِ الْخَمِيسِ لَمَّا نُرَاهُ وَهْمًا و حَدَّثَنَاه عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ مُعَاذٍ حَدَّثَنَا أَبِي ح و حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا شَبَابَةُ ح و حَدَّثَنَا إِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ أَخْبَرَنَا النَّضْرُ بْنُ شُمَيْلٍ كُلُّهُمْ عَنْ شُعْبَةَ بِهَذَا الْإِسْنَادِ و حَدَّثَنِي أَحْمَدُ بْنُ سَعِيدٍ الدَّارِمِيُّ حَدَّثَنَا حَبَّانُ بْنُ هِلَالٍ حَدَّثَنَا أَبَانُ الْعَطَّارُ حَدَّثَنَا غَيْلَانُ بْنُ جَرِيرٍ فِي هَذَا الْإِسْنَادِ بِمِثْلِ حَدِيثِ شُعْبَةَ غَيْرَ أَنَّهُ ذَكَرَ فِيهِ الِاثْنَيْنِ وَلَمْ يَذْكُرْ الْخَمِيسَ. مسلم
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Mutsanna dan Muhammad bin Basysyar, lafalnya dari Ibnul Mutsanna, keduanya berkata: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja'far, telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari Ghailan bin Jarir bahwa mendengar Abdullah bin Ma'bad Az Zimani dari Abu Qatadah Al-Anshariy RA bahwasanya Rasulullah SAW ditanya tentang puasa beliau. Maka Rasulullah SAW marah. Kemudian 'Umar berkata, "Kami rida Allah sebagai Tuhan, Islam sebagai agama, Muhammad sebagai Rasul, dan bai'at kami sebagai bai'at." (Abu Qatadah) berkata: Lalu beliau ditanya tentang puasa terus-menerus. Maka beliau bersabda, "Tidak ada puasa terus-menerus dan tidak ada berbuka terus-menerus," atau "Tidak boleh berpuasa terus-menerus dan tidak boleh berbuka terus-menerus." (Abu Qatadah) berkata: Lalu beliau ditanya tentang puasa dua hari dan berbuka satu hari. Beliau balik bertanya, "Siapa yang kuat melakukan yang demikian itu?" Dan beliau ditanya tentang berpuasa satu hari dan berbuka dua hari. Beliau bersabda, "Alangkah baiknya seandainya Allah memberi kekuatan kepada kita untuk melakukan demikian itu." Dan beliau ditanya tentang berpuasa satu hari dan berbuka satu hari. Beliau bersabda, "Itu puasa saudaraku Dawud AS." Dan beliau ditanya tentang puasa hari Senin. Beliau bersabda, "Hari Senin itu adalah hari kelahiranku dan hari aku diutus, atau diturunkannya wahyu kepadaku." (Abu Qatadah) berkata: Lalu beliau bersabda, "Puasa tiga hari setiap bulan, dan puasa Ramadan ke Ramadan adalah sama dengan puasa sepanjang masa." (Abu Qatadah) berkata: Dan beliau ditanya tentang puasa hari 'Arafah. Beliau bersabda, "Menghapus dosa satu tahun yang lalu dan satu tahun yang akan datang." Dan beliau ditanya tentang.puasa 'Asyura'. Beliau bersabda, "Menghapus dosa satu tahun yang lalu." Dan di dalam hadis ini, yakni dari riwayat Syu'bah, ia berkata: "Dan beliau ditanya tentang puasa hari Senin dan Kamis." Namun kami tidak menyebutkan puasa Kamis, karena menurut kami padanya terdapat Wahm (kekurang akuratan berita). Dan telah meceritakannya kepada kami Ubaidullah bin Mu'adz, telah menceritakan kepada kami Bapakku. Dalam riwayat lain, dan telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah, telah menceritakan kepada kami Syababah. Dalam riwayat lain, dan telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Ibrahim, telah mengabarkan kepada kami An Nadlr bin Syumail, semuanya dari Syu'bah dengan isnad ini. Dan telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Sa'id Ad Darimi, telah menceritakan kepada kami Habban bin Hilal, telah menceritakan kepada kami Aban Al 'Aththar, telah menceritakan kepada kami Ghailan bin Jarir dalam isnad ini, sebagaimana hadisnya Syu'bah, hanya saja ia menyebutkan hari Senin, tetapi tidak menyebutkan hari Kamis. (HR. Muslim, no. 1977).
Hadis Keenam
حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَعْدَانَ، حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ سَعِيدٍ الْهَمْدَانِيُّ، حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ الْفُرَاتِ، عَنِ ابْنِ لَهِيعَةَ، عَنْ خَالِدِ بْنِ يَزِيدَ، عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ، عَنْ أَبِي الْخَلِيلِ، عَنْ أَبِي قَتَادَةَ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: مَنْ صَامَ يَوْمَ عَرَفَةَ غُفِرَ لَهُ سَنَةٌ أَمَامَهُ وَسَنَةٌ خَلْفَهُ، وَمَنْ صَامَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ غُفِرَ لَهُ سَنَةٌ. أبي الزبير عن غير جابر
Artinya: Telah menceritakan kepadaku Ibrahim bin Adbillah bin Ma’dan, telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Said Al Hamdani, telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Al Fujat, dari Ibnu Lahiah, dari Khalid bin Yazid, dari Abu Az Zubair, dari Al Khalil, dari Abu Qatadah, bahwasannya Nabi SAW bersabda: “Barangsiapa yang berpuasa Arafah, diampuni baginya (dosanya) setahun yang lalu dan setahun berikutnya. Dan barangsiapa yang berpuasa Asyura’, diampuni baginya (dosanya) satu tahun.” (HR. Abu Az Zubair dari selain Jabir, no. 81).
Keterangan: Hadis tersebut dlaif karena dalam sanadnya ada perawi Ibnu Lahi’ah yang nama aslinya Abdullah bin Lahi'ah. Ia dikatakan dlaif oleh Adz Dzahabi dan Muhammad bin Sa’d.
Hadis Ketujuh
عَنْ اَبِى سَعِيْدِ اْلخُدْرِيِّ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه و سلم: مَنْ صَامَ يَوْمَ عَرَفَةَ غُفِرَ لَهُ سَنَةٌ أَمَامَهُ وَ سَنَةٌ خَلْفَهُ. وَ مَنْ صَامَ عَاشُوْرَاءَ غُفِرَ لَهُ سَنَةٌ. الطبراني في الأوسط بإسناد حسن
Artinya: Dari Abu Sa’id Al-Khudriy RA, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang berpuasa Arafah, diampuni baginya (dosanya) setahun yang lalu dan setahun berikutnya. Dan barangsiapa yang berpuasa Asyura’, diampuni baginya (dosanya) satu tahun.” (HR. Thabrani, di dalam Al-Ausath dengan sanad hasan).
Demikianlah berbagai dalil ataupun pelajaran yang bisa menjadi acuan kita dalam ibadah puasa. Dalil yang kita gunakan untuk beribadah adalah dalil dari Al-Qur’an yang sudah pasti benar dan/ atau hadis shahih atau setidaknya hasan lidzatihi. Adapun selain dalil yang ada, tidak menutup kemungkinan terdapat dalil yang shahih maupun sharih lainnya yang bisa kita gunakan sebagai landasan hukum ibadah. Semoga kita semuanya mampu melaksanakan puasa dengan baik dan istiqamah sebagai upaya kita meraih kesempurnaan amal salih. Aamiin.
No comments:
Post a Comment