Monday, July 10, 2023

Puasa Syakban


 

Banyak diantara dalil-dalil mengenai puasa bagi umat Islam. Banyak ragam puasa, diantaranya adalah puasa Syakban. Supaya lebih paham mengenai puasa Syakban, maka akan diulas beberapa bahasan, yaitu: (a) pengertian puasa Syakban; (b) hukum puasa Syakban; (c) waktu pelaksanaan puasa Syakban; dan (d) tata cara puasa Syakban.

 

A. Pengertian Puasa Sya’ban

Puasa disebutkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah meniadakan makan, minum, dan sebagainya dengan sengaja (terutama bertalian dengan keagamaan). Puasa juga berarti salah satu rukun Islam berupa ibadah menahan diri atau berpantang makan, minum, dan segala yang membatalkannya mulai terbit fajar sampai terbenam matahari. Adapun Syakban menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti bulan ke-8 tahun Hijriah (29 hari). Penulisan Syakban seringkali kita jumpai di media dengan ditulis “Sya’ban” yang merupakan bentuk bukan kata baku. Oleh sebab itu, pengertian puasa Syakban adalah puasa yang dilakukan di bulan Syakban dan biasanya tidak dilaksanakan selama satu bulan penuh.

 

B. Hukum Puasa Syakban

Dalil yang menunjukkan adanya puasa Syakban adalah bersandar dari Aisyah. Dalil tersebut termaktub dalam hadis berikut.

 

Hadis Pertama

حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى قَالَ قَرَأْتُ عَلَى مَالِكٍ عَنْ أَبِي النَّضْرِ مَوْلَى عُمَرَ بْنِ عُبَيْدِ اللَّهِ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ عَائِشَةَ أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّهَا قَالَتْ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ لَا يُفْطِرُ، وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ لَا يَصُومُ. وَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ قَطُّ إِلَّا رَمَضَانَ. وَمَا رَأَيْتُهُ فِي شَهْرٍ أَكْثَرَ مِنْهُ صِيَامًا فِي شَعْبَانَ. مسلم

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya, ia berkata: Saya telah membacakan kepada Malik dari Abu Nadlr Maula Umar bin Ubaidullah, dari Abu Salamah bin Abdurrahman dari Aisyah Ummul Mukminin RA, ia berkata, "Adalah Rasulullah SAW berpuasa, sehingga kami mengira seolah-olah beliau tidak pernah berbuka. Dan (apabila) beliau tidak berpuasa, kami mengira seolah-olah beliau tidak pernah berpuasa. Dan saya tidak pernah melihat Rasulullah SAW berpuasa sebulan penuh melainkan di bulan Ramadan, dan tidak pernah saya lihat beliau memperbanyak puasa pada bulan lain seperti bulan Syakban." (HR. Muslim, no. 1956).

 

Hadis-hadis terkait puasa Syakban dapat ditarik menjadi beberapa pendapat. Adapun pendapat-pendapat yang ada diantaranya adalah sebagai berikut.

 

1. Puasa Syakban itu disunahkan dan tidak dilaksanakan sebulan penuh

Pendapat ini mengetengahkan bahwa puasa Syakban itu disunahkan dan tidak dilaksanakan secara satu bulan penuh. Hadis yang mendasarinya adalah sebagai berikut.

 

Hadis Kedua

و حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَعَمْرٌو النَّاقِدُ جَمِيعًا عَنْ ابْنِ عُيَيْنَةَ قَالَ أَبُو بَكْرٍ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ عَنْ ابْنِ أَبِي لَبِيدٍ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ قَالَ سَأَلْتُ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، عَنْ صِيَامِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَتْ: كَانَ يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ قَدْ صَامَ وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ قَدْ أَفْطَرَ وَلَمْ أَرَهُ صَائِمًا مِنْ شَهْرٍ قَطُّ أَكْثَرَ مِنْ صِيَامِهِ مِنْ شَعْبَانَ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ إِلَّا قَلِيلًا. مسلم

Artinya: Dan telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah dan Amru An Naqid, semuanya dari Ibnu Uyainah. Abu Bakr berkata: telah menceritakan kepada kami Sufyan bin Uyainah dari Ibnu Abu Labid dari Abu Salamah, ia berkata: Saya pernah bertanya kepada Aisyah RA tentang puasa Rasulullah SAW, maka ia pun berkata: Rasulullah SAW sering berpuasa hingga kami mengira bahwa beliau akan puasa seterusnya. Dan beliau sering berbuka (tidak puasa) sehingga kami mengira beliau akan berbuka (tidak puasa) terus-menerus. Dan aku tidak pernah melihat beliau berpuasa terus sebulan penuh kecuali Ramadan. Dan aku juga tidak pernah melihat beliau puasa sunah dalam sebulan yang lebih banyak daripada puasanya di bulan Syakban. Beliau berpuasa pada bulan Syakban hingga sisa harinya tinggal sedikit." (HR. Muslim, no. 1957).

 

Hadis tadi menunjukkan Rasulullah sering berpuasa di bulan Syakban. Namun hanya sedikit hari yang dilalui oleh Nabi SAW di bulan Syakban tanpa berpuasa.

 

2. Puasa Syakban ini disunahkan tetapi dilarang bila sudah melewati separuh bulan Syakban

Pendapat kedua ini mengetengahkan puasa Syakban disunahkan tetapi tidak boleh dilaksanakan apabila sudah melewati separuh bulan. Hal tersebut sebagaimana hadis Nabi SAW yang menyatakan tidak boleh berpuasa ketika memasuki paruh kedua bulan Syakban, yakni dari tanggal 16 sampai akhir. Hadis yang dimaksud adalah sebagai berikut.

 

Hadis Ketiga

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ مُحَمَّدٍ قَالَ: قَدِمَ عَبَّادُ بْنُ كَثِيرٍ الْمَدِينَةَ فَمَالَ إِلَى مَجْلِسِ الْعَلَاءِ فَأَخَذَ بِيَدِهِ فَأَقَامَهُ ثُمَّ قَالَ اللَّهُمَّ إِنَّ هَذَا يُحَدِّثُ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا انْتَصَفَ شَعْبَانُ فَلَا تَصُومُوا. فَقَالَ الْعَلَاءُ اللَّهُمَّ إِنَّ أَبِي حَدَّثَنِي عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِذَلِكَ قَالَ أَبُو دَاوُد رَوَاهُ الثَّوْرِيُّ وَشِبْلُ بْنُ الْعَلَاءِ وَأَبُو عُمَيْسٍ وَزُهَيْرُ بْنُ مُحَمَّدٍ عَنْ الْعَلَاءِ قَالَ أَبُو دَاوُد وَكَانَ عَبْدُ الرَّحْمَنِ لَا يُحَدِّثُ بِهِ قُلْتُ لِأَحْمَدَ لِمَ قَالَ لِأَنَّهُ كَانَ عِنْدَهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَصِلُ شَعْبَانَ بِرَمَضَانَ وَقَالَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خِلَافَهُ قَالَ أَبُو دَاوُد وَلَيْسَ هَذَا عِنْدِي خِلَافُهُ وَلَمْ يَجِئْ بِهِ غَيْرُ الْعَلَاءِ عَنْ أَبِيهِ. أبي داود

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id, telah menceritakan kepada kami Abdul Aziz bin Muhammad, ia berkata: 'Abbad bin Katsir datang ke Madinah kemudian ia datang ke Majelis Al 'Ala` dan menggandeng tangannya dan mengajaknya berdiri, kemudian berkata: "Ya Allah, orang ini telah menceritakan dari Bapaknya dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW berkata: 'Apabila telah berlalu setengah dari bulan Syakban, maka janganlah kalian berpuasa!'" Kemudian Al 'Ala` berkata: "Ya Allah, sesungguhnya Bapakku (Abdurahman bin Ya’qub) telah menceritakan kepadaku dari Abu Hurairah dari Nabi SAW seperti itu." Abu Daud berkata: Hadis tersebut diriwayatkan oleh Ats Tsuri, Syibl bin Al 'Ala`, Abu 'Umais, serta Zuhair bin Muhammad, dari Al 'Ala`. Abu Daud berkata: dan Abdurrahman tidak menceritakannya. Aku katakan kepada Ahmad: Mengapa ia mengatakan menurutnya bahwa Nabi SAW menyambung Syakban dengan Ramadan sementara Abu Hurairah mengatakan dari Nabi SAW sesuatu yang menyelisihinya? Abu Daud berkata: Menurutku hal ini tidaklah menyelisihinya, dan tidak ada yang meriwayatkannya selain Al 'Ala` dari Bapaknya. (HR. Abu Dawud, no. 1990).

 

3. Puasa Syakban itu disunahkan dan maksimal dikerjakan selama sebulan penuh

Pendapat ini mengeukakan bahwa puasa Syakban itu disunahkan dengan maksimal pengamalannya adalah sebulan penuh. Hal tersebut sebagaimana hadis berikut.

 

Hadis Keempat

أَخْبَرَنَا أَحْمَدُ بْنُ سَعْدِ بْنِ الْحَكَمِ قَالَ حَدَّثَنَا عَمِّي قَالَ حَدَّثَنَا نَافِعُ بْنُ يَزِيدَ أَنَّ ابْنَ الْهَادِ حَدَّثَهُ أَنَّ مُحَمَّدَ بْنَ إِبْرَاهِيمَ حَدَّثَهُ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ يَعْنِي ابْنَ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: لَقَدْ كَانَتْ إِحْدَانَا تُفْطِرُ فِي رَمَضَانَ فَمَا تَقْدِرُ عَلَى أَنْ تَقْضِيَ حَتَّى يَدْخُلَ شَعْبَانُ وَمَا كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ فِي شَهْرٍ مَا يَصُومُ فِي شَعْبَانَ كَانَ يَصُومُهُ كُلَّهُ إِلَّا قَلِيلًا بَلْ كَانَ يَصُومُهُ كُلَّهُ. النسائي

Artinya: Telah mengabarkan kepada kami Ahmad bin Sa'd bin Al Hakam, dia berkata: Pamanku (Sa’id bin Abi Maryam Al Hakam) telah menceritakan kepada kami, dia berkata: telah menceritakan kepada kami Nafi' bin Yazid, Ibnul Had (Yazid bin Abdullah bin Usamah bin Al Had) menceritakan kepadanya, bahwasanya Muhammad bin Ibrahim menceritakan kepadanya dari Abu Salamah bin 'Abdurrahman dari 'Aisyah, dia berkata: "Sungguh salah seorang dari kami pernah berbuka pada bulan Ramadan, kemudian tidak sanggup untuk mengqadanya hingga masuk bulan Syakban. Rasulullah SAW tidak pernah berpuasa satu bulan penuh seperti pada bulan Syakban: beliau berpuasa semuanya (satu bulan penuh) kecuali hanya sedikit (beberapa hari); bahkan beliau pernah berpuasa semuanya (satu bulan penuh)." (HR. Nasa’i, no. 2149).

 

Tentang pasa Syakban ini memang terjadi perbedaan pendapat di kalangan kaum muslimin. Namun demikian, penulis lebih condong pada pendapat pertama yaitu puasa Syakban itu disunahkan dan tidak dilaksanakan sebulan penuh. Hal tersebut juga didukung bahwa dalam berbagai dalil belum diketemukan adanya ketentuan jumlah hari dan tanggal-tanggalnya. Pada dalil puasa Syakban ini tidak ada ketentuan jumlah hari dan tanggal-tanggalnya, hanya yang biasa dilakukan oleh Rasulullah SAW adalah kurang dari satu bulan. Tegasnya tidak satu bulan penuh.

 

C. Waktu Pelaksanaan Puasa Syakban

Sebagaimana hadis yang ada bahwa puasa Syakban ini dilaksanakan pada bulan Syakban. Puasa Syakban tidak ada ketentuan jumlah hari dan tanggal-tanggalnya, hanya yang biasa dilakukan oleh Rasulullah SAW adalah kurang dari satu bulan. Terkait durasi waktu, sebagaimana puasa pada umumnya, yaitu dari mulai terbit fajar sampai terbenamnya matahari. Selama durasi tersebut ia mesti mencegah dari hal-hal yang membatalkan puasa sebagaimana puasa-puasa lain.

 

D. Tata Cara Puasa Syakban

Tata cara puasa Syakban sebagaimana tata cara puasa Ramadan. Tata cara puasa Syakban adalah dengan menahan diri untuk tidak makan, minum, termasuk merokok, dan bersetubuh, dari mulai fajar hingga terbenam matahari karena mencari rida Allah. Adapun syarat dan rukun puasa sebagaimana puasa Ramadan. Penjelasan syarat dan rukun puasa dapat disimak dengan cara klik di sini.

 

Demikianlah berbagai dalil ataupun pelajaran yang bisa menjadi acuan kita dalam ibadah puasa. Dalil yang kita gunakan untuk beribadah adalah dalil dari Al-Qur’an yang sudah pasti benar dan/ atau hadis shahih atau setidaknya hasan lidzatihi. Adapun selain dalil yang ada, tidak menutup kemungkinan terdapat dalil yang shahih maupun sharih lainnya yang bisa kita gunakan sebagai landasan hukum ibadah. Semoga kita semuanya mampu melaksanakan puasa dengan baik dan istiqamah sebagai upaya kita meraih kesempurnaan amal salih. Aamiin.

No comments:

Post a Comment