Tuesday, January 3, 2023

Dalil Salat Sunah

 


 

Banyak sekali nikmat Allah yang diberikan kepada manusia, khususnya kaum muslimin. Di antara nikmat yang Allah berikan kepada kaum muslimin adalah adanya amalan-amalan sunah selain Allah menetapkan adanya amalan-amalan yang wajib. Melalui adanya amalan-amalan sunah tersebut, kaum muslimin semakin banyak kesempatan untuk beramal salih. Amalan sunah yang bisa kita kerjakan di antaranya adalah salat sunah. Terkait salat sunah, pada kesempatan kali ini akan dibahas mengenai: (a) pengertian salat sunah; (b) dalil adanya salat sunah; (c) anjuran tempat untuk melaksanakan salat sunah; (d) pelaksanaan salat sunah; dan (e) keutamaan salat sunah.

 

A. Pengertian Salat Sunah

Salat sunah ialah salat yang di anjurkan kepada orang Islam untuk mengerjakannya sebagai tambahan bagi salat fardu. Salat sunah ini sifatnya bukanlah suatu keharusan. Oleh sebab itu, bagi yang melakukan salat sunah akan mendapatkan pahala dan bagi yang tidak melakukan salat sunah tidak mendapat dosa. Bidang ilmu fikih menerangkan bahwa salat sunah sering juga disebut dengan istilah lain seperti salat tathawwu’, salat mandubah, dan salat nafilah.

 

B. Dalil Adanya Salat Sunah

Dalil yang menerangkan tentang disyariatkannya salat sunah diantaranya terdapat pada hadis yang bersandar pada Thalhah bin ‘Ubaidillah. Adapun hadis yang dimaksud adalah sebagai berikut.

 

Hadis Pertama

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ جَعْفَرٍ عَنْ أَبِي سُهَيْلٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ طَلْحَةَ بْنِ عُبَيْدِ اللَّهِ، أَنَّ أَعْرَابِيًّا جَاءَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثَائِرَ الرَّأْسِ, فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَخْبِرْنِي مَاذَا فَرَضَ اللَّهُ عَلَيَّ مِنْ الصَّلَاةِ؟ فَقَالَ: الصَّلَوَاتِ الْخَمْسَ إِلَّا أَنْ تَطَّوَّعَ شَيْئًا. فَقَالَ: أَخْبِرْنِي مَا فَرَضَ اللَّهُ عَلَيَّ مِنْ الصِّيَامِ؟ فَقَالَ: شَهْرَ رَمَضَانَ إِلَّا أَنْ تَطَّوَّعَ شَيْئًا. فَقَالَ: أَخْبِرْنِي بِمَا فَرَضَ اللَّهُ عَلَيَّ مِنْ الزَّكَاةِ؟ فَقَالَ: فَأَخْبَرَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ شَرَائِعَ الْإِسْلَامِ. قَالَ: وَالَّذِي أَكْرَمَكَ لَا أَتَطَوَّعُ شَيْئًا وَلَا أَنْقُصُ مِمَّا فَرَضَ اللَّهُ عَلَيَّ شَيْئًا. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَفْلَحَ إِنْ صَدَقَ أَوْ دَخَلَ الْجَنَّةَ إِنْ صَدَقَ. البخاري

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id, telah menceritakan kepada saya Isma'il bin Ja'far dari Abu Suhail dari Bapaknya dari Thalhah bin 'Ubaidullah, bahwasanya ada seorang Arab gunung yang rambutnya acak-acakan datang kepada Rasulullah SAW, lalu berkata, “Ya Rasulullah, beritahukanlah kepadaku, salat apa yang difardukan oleh Allah kepadaku?” Jawab Rasulullah SAW, “Salat lima waktu, kecuali kalau engkau mau salat sunah.” Seorang Arab gunung bertanya lagi: “Beritahukanlah kepadaku puasa apakah yang Allah wajibkan bagiku?” Nabi menjawab: "Puasa di bulan Ramadan, kecuali jika engkau ingin melaksanakan yang sunah." Seorang Arab gunung bertanya: 'Beritahukanlah kepadaku, zakat apakah yang Allah wajibkan atasku?” (Thalhah bin 'Ubaidullah) berkata: Maka Rasulullah SAW memberitahukan kepadanya syariat-syariat Islam, dan Arab gunung tersebut mengatakan: “Demi Dzat yang memuliakanmu, saya tidak akan melakukan yang sunah, tetapi juga tidak akan mengurangi sedikitpun apa yang telah Allah fardukan atas diriku.” Maka Rasulullah bersabda: "Dia beruntung jika ia jujur, (atau dengan redaksi) ia masuk surga jika jujur." (HR. Bukhari, no. 1758).

 

Banyak pelajaran yang dapat diambil dari hadis tadi yang bersandar pada Thalhah bin 'Ubaidullah. Hadis yang dimaksud tadi merupakan hadis yang shahih mengenai disyariatkannya salat sunah. Sebagaimana dalam hadis, dapat dipetik pelajaran bahwa selain salat yang lima waktu yang terdiri dari Subuh, Zuhur, 'Asar, Magrib, dan 'Isya, adalah salat sunah/ tathawwu'.

 

C. Anjuran Tempat untuk Melaksanakan Salat Sunah

Terdapat anjuran di mana tempat yang lebih baik/ afdal dalam melaksanakan salat sunah. Anjuran tempat untuk melaksanakan salat sunah adalah di rumah. Adapun dalil yang menyatakan demikian adalah sebagai berikut.

 

Hadis Kedua

حَدَّثَنَا عَبْدُ الْأَعْلَى بْنُ حَمَّادٍ قَالَ حَدَّثَنَا وُهَيْبٌ قَالَ حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ عُقْبَةَ عَنْ سَالِمٍ أَبِي النَّضْرِ عَنْ بُسْرِ بْنِ سَعِيدٍ عَنْ زَيْدِ بْنِ ثَابِتٍ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اتَّخَذَ حُجْرَةً. قَالَ: حَسِبْتُ أَنَّهُ، قَالَ: مِنْ حَصِيرٍ فِي رَمَضَانَ فَصَلَّى فِيهَا لَيَالِيَ فَصَلَّى بِصَلَاتِهِ نَاسٌ مِنْ أَصْحَابِهِ فَلَمَّا عَلِمَ بِهِمْ جَعَلَ يَقْعُدُ فَخَرَجَ إِلَيْهِمْ، فَقَالَ: قَدْ عَرَفْتُ الَّذِي رَأَيْتُ مِنْ صَنِيعِكُمْ، فَصَلُّوا أَيُّهَا النَّاسُ فِي بُيُوتِكُمْ فَإِنَّ أَفْضَلَ الصَّلَاةِ صَلَاةُ الْمَرْءِ فِي بَيْتِهِ إِلَّا الْمَكْتُوبَةَ. قَالَ عَفَّانُ حَدَّثَنَا وُهَيْبٌ حَدَّثَنَا مُوسَى سَمِعْتُ أَبَا النَّضْرِ عَنْ بُسْرٍ عَنْ زَيْدٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. البخاري

Artinya: Telah menceritakan kepada kami 'Abdul A'la bin Hammad, ia berkata: telah menceritakan kepada kami Wuhaib, ia berkata: telah menceritakan kepada kami Musa bin 'Uqbah dari Salim Abu An Nadlr dari Busr bin Sa'id dari Zaid bin Tsabit, bahwasannya Rasulullah SAW membuat satu ruangan. (Busr) berkata: Aku menduga Zaid bin Tsabit berkata: Membuat tikar pada bulan Ramadan, lalu beliau melaksakan salat malam di (kamar atau tikar) tersebut dalam beberapa malam. Kemudian para sahabat mengikuti salat beliau. Ketika mengetahui apa yang mereka lakukan, beliau pun berdiam di rumah, setelah itu beliau keluar seraya berkata kepada mereka: "Sungguh aku telah mengetahui sebagaimana aku lihat apa yang kalian lakukan. Salatlah wahai manusia di rumah-rumah kalian, karena sebaik-baik salat itu ialah salat seseorang di rumahnya, kecuali salat fardu. 'Affan berkata: telah menceritakan kepada kami Wuhaib, telah menceritakan kepada kami Musa, aku mendengar Abu An Nadlr dari Busr dari Zaid dari Nabi SAW. (HR. Bukhari, no. 689).

 

Sebagaimana diterangkan dalam hadis bahwa sebaik-baik salat itu ialah salat seseorang di rumahnya. Namun demikian ada beberapa salat sunah yang pada dasarnya tidak dilaksanakan di rumah, yaitu salat tahiyatul masjid. Selain itu, ada salat yang hukumnya sunah lainnya yang tidak dikerjakan di rumah, yaitu salat id. Apadun penjelasan tentang salat id dapat disimak dengan cara klik di sini.

 

D. Pelaksanaan Salat Sunah

Tidak seperti pelaksanaan salat fardu dalam keadaan normal yang harus berdiri, salat sunah bisa dilaksanakan dengan berdiri, duduk, maupun berbaring. Adapun hadis yang menerangkan tentang hal tersebut sebagaimana hadis berikut.

 

Hadis Ketiga

حَدَّثَنَا أَبُو مَعْمَرٍ قَالَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَارِثِ قَالَ حَدَّثَنَا حُسَيْنٌ الْمُعَلِّمُ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ بُرَيْدَةَ أَنَّ عِمْرَانَ بْنَ حُصَيْنٍ وَكَانَ رَجُلًا مَبْسُورًا وَقَالَ أَبُو مَعْمَرٍ مَرَّةً عَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ قَالَ: سَأَلْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ صَلَاةِ الرَّجُلِ وَهُوَ قَاعِدٌ، فَقَالَ: مَنْ صَلَّى قَائِمًا فَهُوَ أَفْضَلُ وَمَنْ صَلَّى قَاعِدًا فَلَهُ نِصْفُ أَجْرِ الْقَائِمِ، وَمَنْ صَلَّى نَائِمًا فَلَهُ نِصْفُ أَجْرِ الْقَاعِدِ. قَالَ أَبُو عَبْد اللَّهِ نَائِمًا عِنْدِي مُضْطَجِعًا هَا هُنَا. البخاري

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abu Ma'mar, ia berkata: telah menceritakan kepada kami ‘Abdul Warits, ia berkata: telah menceritakan kepada kami Husain Al Mu'alim dari 'Abdullah bin Buraidah bahwa 'Imran bin Hushain RA adalah seorang yang pernah menderita sakit wasir. Dan suatu kali Abu Ma'mar berkata: dari Hushain yang berkata: Aku pernah bertanya kepada Rasulullah SAW tentang salatnya seseorang dengan duduk, maka beliau SAW bersabda, "Siapa yang salat dengan berdiri, itu adalah yang paling baik/ sempurna, dan barangsiapa yang salat dengan duduk, maka baginya separuh dari pahala yang berdiri, dan barangsiapa salat dengan tiduran maka baginya separuh dari pahala yang duduk." Abu 'Abdullah berkata: "Menurutku yang dimaksud dengan tiduran adalah berbaring." (HR. Bukhari, no. 1049).

 

Hadis Keempat

حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ حَدَّثَنَا عِيسَى بْنُ يُونُسَ حَدَّثَنَا حُسَيْنٌ الْمُعَلِّمُ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ بُرَيْدَةَ عَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ قَالَ: سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ صَلَاةِ الرَّجُلِ وَهُوَ قَاعِدٌ فَقَالَ مَنْ صَلَّى قَائِمًا فَهُوَ أَفْضَلُ وَمَنْ صَلَّى قَاعِدًا فَلَهُ نِصْفُ أَجْرِ الْقَائِمِ وَمَنْ صَلَّى نَائِمًا فَلَهُ نِصْفُ أَجْرِ الْقَاعِدِ. قَالَ وَفِي الْبَاب عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو وَأَنَسٍ وَالسَّائِبِ وَابْنِ عُمَرَ قَالَ أَبُو عِيسَى حَدِيثُ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ وَقَدْ رُوِيَ هَذَا الْحَدِيثُ عَنْ إِبْرَاهِيمَ بْنِ طَهْمَانَ بِهَذَا الْإِسْنَادِ إِلَّا أَنَّهُ يَقُولُ عَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ قَالَ سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ صَلَاةِ الْمَرِيضِ فَقَالَ صَلِّ قَائِمًا فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَقَاعِدًا فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَعَلَى جَنْبٍ حَدَّثَنَا بِذَلِكَ هَنَّادٌ حَدَّثَنَا وَكِيعٌ عَنْ إِبْرَاهِيمَ بْنِ طَهْمَانَ عَنْ حُسَيْنٍ الْمُعَلِّمِ بِهَذَا الْحَدِيثِ قَالَ أَبُو عِيسَى وَلَا نَعْلَمُ أَحَدًا رَوَى عَنْ حُسَيْنٍ الْمُعَلِّمِ نَحْوَ رِوَايَةِ إِبْرَاهِيمَ بْنِ طَهْمَانَ وَقَدْ رَوَى أَبُو أُسَامَةَ وَغَيْرُ وَاحِدٍ عَنْ حُسَيْنٍ الْمُعَلِّمِ نَحْوَ رِوَايَةِ عِيسَى بْنِ يُونُسَ وَمَعْنَى هَذَا الْحَدِيثِ عِنْدَ بَعْضِ أَهْلِ الْعِلْمِ فِي صَلَاةِ التَّطَوُّعِ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي عَدِيٍّ عَنْ أَشْعَثَ بْنِ عَبْدِ الْمَلِكِ عَنْ الْحَسَنِ قَالَ إِنْ شَاءَ الرَّجُلُ صَلَّى صَلَاةَ التَّطَوُّعِ قَائِمًا وَجَالِسًا وَمُضْطَجِعًا وَاخْتَلَفَ أَهْلُ الْعِلْمِ فِي صَلَاةِ الْمَرِيضِ إِذَا لَمْ يَسْتَطِعْ أَنْ يُصَلِّيَ جَالِسًا فَقَالَ بَعْضُ أَهْلِ الْعِلْمِ يُصَلِّي عَلَى جَنْبِهِ الْأَيْمَنِ و قَالَ بَعْضُهُمْ يُصَلِّي مُسْتَلْقِيًا عَلَى قَفَاهُ وَرِجْلَاهُ إِلَى الْقِبْلَةِ قَالَ سُفْيَانُ الثَّوْرِيُّ فِي هَذَا الْحَدِيثِ مَنْ صَلَّى جَالِسًا فَلَهُ نِصْفُ أَجْرِ الْقَائِمِ قَالَ هَذَا لِلصَّحِيحِ وَلِمَنْ لَيْسَ لَهُ عُذْرٌ يَعْنِي فِي النَّوَافِلِ فَأَمَّا مَنْ كَانَ لَهُ عُذْرٌ مِنْ مَرَضٍ أَوْ غَيْرِهِ فَصَلَّى جَالِسًا فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ الْقَائِمِ وَقَدْ رُوِيَ فِي بَعْضِ هَذَا الْحَدِيثِ مِثْلُ قَوْلِ سُفْيَانَ الثَّوْرِيِّ. الترمذي

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Ali bin Hujr, ia berkata: telah menceritakan kepada kami Isa bin Yunus, ia berkata: telah menceritakan kepada kami Husain bin Al Muallim dari Abdullah bin Buraidah dari Imran bin Hushain, ia berkata: "Aku bertanya kepada Rasulullah SAW tentang salat seorang yang dilakukan sambil duduk, maka beliau menjawab: "Barangsiapa salat dengan berdiri maka lebih utama, barangsiapa salat dengan duduk maka pahalanya adalah setengah dari salatnya orang dengan berdiri, dan barangsiapa salat dengan berbaring, maka pahalanya adalah setengah dari salatnya orang dengan duduk." Ia berkata: "Dalam bab ini juga ada riwayat dari Abdullah bin Amru, Anas bin As Sa`ib dan Ibnu Umar." Abu Isa berkata: "Hadis Imran bin Hushain derajatnya hasan shahih. Hadis ini juga telah diriwayatkan dari Ibrahim bin Thahman dengan sanad ini, hanya saja ia mengatakan: dari Imran bin Hushain. Ia berkata: "Aku bertanya kepada Rasulullah SAW tentang salat orang yang sakit, beliau lalu menjawab: "Salatlah kamu dengan berdiri, jika tidak mampu maka salatlah dengan duduk, dan jika tidak mampu maka salatlah dengan berbaring." Seperti itulah Hannad meriwayatkan kepada kami, ia berkata: telah menceritakan kepada kami Waki' dari Ibrahim bin Thahman dari Husain Al Mu'allim. Abu Isa berkata: "Kami tidak mengetahui seorang pun yang meriwayatkan dari Husain Al Amu'allim seperti riwayat Ibrahim bin Thahman. Abu Usamah dan banyak orang meriwayatkan dari Husain Al Mu'allim seperti riwayat Isa bin Yunus. Dan menurut ahli ilmu makna hadis ini berlaku dalam salat sunah." Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basysyar berkata: telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Adi dari Asy'ats bin Abdul Malik dari Al Hasan, ia berkata: "Jika seseorang berkehendak, ia bisa salat sunah dengan berdiri, duduk, dan berbaring." Para ulama berbeda pendapat dengan salatnya orang sakit dan tidak bisa salat dengan duduk. Sebagian ahli ilmu berkata: "Hendaknya ia salat dengan berbaring di atas lambung kanan." Sedangkan sebagian ulama yang lain berkata: "Hendaknya ia salat terlentang dengan menghadapkan kakinya ke arah kiblat." Sufyan Ats Tsauri berkata tentang hadis ini, "Barangsiapa salat dengan duduk maka ia mendapatkan setengah pahala orang yang salat dengan berdiri." Ia berkata: "Ini berlaku bagi orang yang sehat dan orang yang tidak mempunyai uzur (yakni dalam salat sunah). Adapun orang yang berhalangan karena sakit atau yang lainnya lalu ia salat dengan duduk maka ia akan mendapatkan pahala seperti orang yang berdiri. Dan sebagian hadis ini telah diriwayatkan pula seperti perkataan Sufyan Ats Tsauri." (HR. Tirmidzi, no. 339).

 

Sebagaimana diterangkan dalam hadis, salat-salat yang dimaksud dalam hadis di atas adalah salat sunah. Hal tersebut dikarenakan salat wajib tidak boleh dikerjakan dengan duduk atau berbaring/ tiduran, kecuali ada sebab/ uzur yang dibenarkan oleh agama. Namun demikian, kita sebagai mukmin yang dianugerahi nikmat sehat, kesempatan untuk beribadah, dan menghendaki keuntungan, tentu mengupayakan salat sunah dengan berdiri. Hal tu supaya kita mampu memperoleh kesempurnaan kebaikan salat sunah.

 

E. Keutamaan Salat Sunah

Keutamaan salat sunah diantaranya disebutkan dalam hadis yang ada. Pada hadis berikut disebutkan bahwa amalan sunah (termasuk didalamnya salat sunah) adalah sebagai tambahan amalan wajib. Hal tersebut sebagaimana hadis berikut.

 

Hadis Kelima

حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ سَعِيدٍ الدَّارِمِيُّ حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ عَنْ دَاوُدَ بْنِ أَبِي هِنْدٍ عَنْ زُرَارَةَ بْنِ أَوْفَى عَنْ تَمِيمٍ الدَّارِيِّ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ح و حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ الصَّبَّاحِ حَدَّثَنَا عَفَّانُ حَدَّثَنَا حَمَّادٌ أَنْبَأَنَا حُمَيْدٌ عَنْ الْحَسَنِ عَنْ رَجُلٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ وَدَاوُدُ بْنُ أَبِي هِنْدٍ عَنْ زُرَارَةَ بْنِ أَوْفَى عَنْ تَمِيمٍ الدَّارِيِّ، عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: أَوَّلُ مَا يُحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ صَلَاتُهُ فَإِنْ أَكْمَلَهَا كُتِبَتْ لَهُ نَافِلَةً. فَإِنْ لَمْ يَكُنْ أَكْمَلَهَا قَالَ اللَّهُ سُبْحَانَهُ لِمَلَائِكَتِهِ انْظُرُوا هَلْ تَجِدُونَ لِعَبْدِي مِنْ تَطَوُّعٍ فَأَكْمِلُوا بِهَا مَا ضَيَّعَ مِنْ فَرِيضَتِهِ ثُمَّ تُؤْخَذُ الْأَعْمَالُ عَلَى حَسَبِ ذَلِكَ. ابن ماجه

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Sa'id Ad Darimi, ia berkata: telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Harb, ia berkata: telah menceritakan kepada kami Hammad bin Salamah dari Dawud bin Abu Hind dari Zurarah bin Aufa dari Tamim Ad-Dari dari Nabi SAW. Dalam jalur lain disebutkan, telah menceritakan kepada kami Al Hasan bin Muhammad bin Ash Shabbah, ia berkata: telah menceritakan kepada kami Affan berkata: telah memberitakan kepada kami Humaid dari Al Hasan dari seorang laki-laki dari Abu Hurairah dan Dawud bin Abu Hind dari Zurarah bin Aufa dari Tamim Ad-Dari dari Nabi SAW, beliau bersabda: "Pertama yang akan dihisab atas seorang hamba pada hari kiamat adalah salatnya, jika ia menyempurnakannya maka akan ditulis baginya pahala nafilah (tambahan). Jika tidak menyempurnakannya, Allah Subhanahu berkata kepada malaikat-Nya, "Lihatlah, apakah kalian mendapati ia mempunyai ibadah thathawu' (sunah)? Dengannya sempurnakanlah ibadah wajibnya yang kurang," Kemudian semua amalan akan diperlakukan seperti itu." (HR. Ibnu Majah, no. 1416).

 

Demikianlah berbagai dalil ataupun pelajaran yang bisa menjadi acuan kita dalam ibadah salat sunah. Dalil yang kita gunakan untuk beribadah adalah dalil dari Al-Qur’an yang sudah pasti benar dan/ atau hadis shahih atau setidaknya hasan lidzatihi. Adapun selain dalil yang ada, tidak menutup kemungkinan terdapat dalil yang shahih maupun sharih lainnya yang bisa kita gunakan sebagai landasan hukum ibadah. Semoga kita semuanya mampu melaksanakan salat sunah dengan baik dan benar sebagai upaya kita meraih kesempurnaan amal salih. Aamiin.

No comments:

Post a Comment