Saturday, May 23, 2020

Tutorial Singkat Salat Id




Salat yang ditegakkan di hari raya adalah salat id. Dua hari raya yang ditegakkan salat tersebut ialah salat id di hari raya Idul Fitri dan salat id di hari raya Idul Adha. Salat Idul Fitri dilaksanakan pada setiap tanggal 1 Syawal setelah umat muslim menunaikan ibadah puasa Ramadan sebulan penuh pada setiap tahun. Sedangkan salat Idul Adha dilaksanakan pada setiap tanggal 10 Dzulhijjah pada setiap tahun. Supaya memahami tentang salat id, pada kesempatan kali ini akan membahas: (a) pengertian salat id; (b) hukum salat id; (c) waktu dan tempat pelaksanaan salat id; (d) lafal takbir hari raya; (e) tata cara dan banyaknya rakaat salat id; (f) khotbah seusai salat id; dan (g) tahniah hari raya.

 

A. Pengertian Salat Id

Salat id merupakan gambaran yang agung dari kegiatan-kegiatan spiritual yang hakiki, yaitu suatu kegiatan amal taqarrub yang dibina di atas landasan keyakinan tauhid, yang menjadi sumber pokok dari ajaran Islam. Salat id adalah salat yang dikerjakan ketika Hari Raya Idul Fitri maupun Hari Raya Idul Adha.

 

B. Hukum Salat Id

Terdapat perbedaan pendapat mengenai kedudukan hukum salat id. Ada yang menyatakan fardu ‘ain, fardu kifayah, dan sunah muakaddah. Namun demikian Imam An-Nawawi menjelaskan sebagai berikut.

 

فَصْلٌ الْأَذَانُ وَالْإِقَامَةُ سُنَّةٌ، وَقِيلَ فَرْضُ كِفَايَةٍ، وَإِنَّمَا يُشْرَعَانِ لِمَكْتُوبَةٍ، وَيُقَالُ فِي الْعِيدِ وَنَحْوِهِ: الصَّلَاةَ جَامِعَةً. الإمام العلامة أبو زكريا محيي الدين بن شرف النووي الدمشقي

Artinya, “(Pasal) hukum azan dan ikamah adalah sunah. Tetapi ada ulama yang mengatakan, fardu kifayah. Azan dan ikamah hanya dilakukan untuk salat wajib. Sementara untuk Salat Id dan sejenisnya cukup dengan ‘As-shalaatu jaami‘ah’.” (Imam An-Nawawi, Minhajut Thalibin wa ‘Umdatul Muftin, Darul Minhaj, Beirut Libanon, 1426 H/2005 M, halaman 92).

 

Menurut penjelasan Imam An-Nawawi, azan dan ikamah hanya dilaksanakan ketika salat wajib (salat lima waktu termasuk didalamnya salat Jum’at). Sehingga hukum salat id secara umum adalah sunah, yang artinya bila dikerjakan mendapat pahala dan ketika tidak dikerjakan tidak akan mendapat dosa. Hal tersebut dikarenakan dalam pelaksanaan salat id tidak menggunakan azan dan ikamah. Salat id merupakan salat sunah yang dibiasakan oleh Rasulullah, maka dalam hal ini hukum salat id adalah sunah muakkadah (sunah yang ditekankan). Adapun seruan untuk memulai salat id secara berjamaah dengan seruan ‘As-shalaatu jaami‘ah’. Keterangan dari Imam An-Nawawi bahwa salat id tidak ada azan dan ikamah sebagaimana hadis berikut.

 

Hadis Pertama

و حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى وَحَسَنُ بْنُ الرَّبِيعِ وَقُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ وَأَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ قَالَ يَحْيَى أَخْبَرَنَا و قَالَ الْآخَرُونَ حَدَّثَنَا أَبُو الْأَحْوَصِ عَنْ سِمَاكٍ عَنْ جَابِرِ بْنِ سَمُرَةَ قَالَ: صَلَّيْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْعِيدَيْنِ غَيْرَ مَرَّةٍ وَلَا مَرَّتَيْنِ بِغَيْرِ أَذَانٍ وَلَا إِقَامَةٍ. مسلم

Artinya: Dan telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya dan Hasan bin Rabi' dan Qutaibah bin Sa'id dan Abu Bakar bin Abu Syaibah. Yahya berkata: telah mengabarkan kepada kami, sementara orang-orang yang lain berkata: telah menceritakan kepada kami Abul Ahwash dari Simak dari Jabir bin Samurah, ia berkata "Saya salat dua Hari Raya bersama Rasulullah SAW bukan hanya sekali atau dua kali, (semuanya) tanpa azan dan ikamah." (HR. Muslim, no. 1470).

 

Menurut hadis di atas menunjukkan bahwa Rasulullah SAW ketika salat Hari Raya Idul Fitri dan Hari Raya Idul Adha tanpa azan dan ikamah.

 

C. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Salat Id

Waktu pelaksanaan salat id adalah pagi hari. Namun ada sedikit perbedaan pelaksanaan salat id pada Hari Raya Idul Adha itu lebih pagi dari pada waktu salat Hari Raya Idul Fitri. Adapun pernyataan tersebut berdasarkan hadis berikut.

 

Hadis Kedua

حديث روي أنه صلى الله عليه وسلم كتب إلى عمرو بن حزم لما ولاه البحرين أن عجل الأضحى وأخر الفطر وذكر الناس الشافعي عن إبراهيم بن محمد عن أبي الحويرث به وهذا مرسل قلت وضعيف أيضا وقال البيهقي لم أر له أصلا في حديث عمرو بن حزم وفي كتاب الأضحى للحسن بن أحمد البنا من طريق وكيع عن المعلى بن هلال عن الأسود بن قيس عن جندب قال كان النبي صلى الله عليه وسلم: يُصَلِّي بِنَا يَوْمَ الْفِطْرِ وَالشَّمْسُ عَلًى قَيْدِ رُمْحَيْنِ وَالْأَضْحَى عَلَى قَيْدِ رُمْحٍ. التلخيص الحبير في تخريج أحاديث الرافعي الكبير

Artinya: Sebuah hadis meriwayatkan bahwa beliau SAW menulis kepada ‘Amru bin Hazm ketika dia memerintah Bahrain supaya dia menyegerakan (salat id) Adha dan mengakhirkan (salat id) Fitri, dan orang-orang menyebutkan As-Syafi'i dari Ibrahim bin Muhammad dari Abi Al-Huwairith dengannya, dan ini adalah yang dikatakan mursal dan juga lemah. Dan berkata Al Baihaqi: Saya tidak melihat dasar untuk itu dalam hadis ‘Amru bin Hazm, dan dalam kitab Al Adha oleh Al Hassan bin Ahmad Al Banna, melalui Waki', dari Al-Mu'alla bin Hilal, dari Al-Aswad bin Qais, dari Jundab, "Adalah Nabi SAW salat Hari Raya Idul Fitri bersama kami di waktu matahari tingginya sekadar dua batang tombak dan beliau salat Hari Raya Idul Adha di waktu matahari tingginya sekadar satu batang tombak." (Al-Talkhis Al-Habir dalam takhrij hadis-hadis Al-Rafi Al-Kabir).

 

 

Menurut riwayat hadis 'Amru bin Hazm yang dikatakan mursal dan lemah, tetapi dari riwayat yang bersandar pada Jundab bisa diambil pelajarannya. Pelaksanaan waktu salat id secara umum adalah pagi hari. Namun berdasarkan hadis di atas, ada sedikit perbedaan pelaksanaan salat id pada Hari Raya Idul Adha itu lebih pagi dari pada waktu salat Hari Raya Idul Fitri. Andaikata hadis di atas tetap dianggap mursal dan lemah sehingga tidak dipedomani, maka salat id yang dilaksanakan di pagi hari tetaplah sah. Pelaksanaan salat id dan khotbah di tanah lapang. Hal tersebut sebagaimana hadis berikut.

 

Hadis Ketiga

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا هُشَيْمٌ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ إِسْحَقَ عَنْ حَفْصِ بْنِ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ أَنَسٍ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُفْطِرُ عَلَى تَمَرَاتٍ يَوْمَ الْفِطْرِ قَبْلَ أَنْ يَخْرُجَ إِلَى الْمُصَلَّى. قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ صَحِيحٌ. الترمذي

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Qutaibah, telah menceritakan kepada kami Husyaim dari Muhammad bin Ishaq dari Hafsh bin 'Ubaidillah bin Anas dari Anas bin Malik, bahwasannya dahulu pada Hari Raya Idul Fitri Nabi SAW biasa makan beberapa kurma sebelum berangkat ke Musala (tempat salat Hari Raya). Abu Isa berkata: Ini adalah hadis hasan gharib shahih. (HR. Tirmidzi, no. 498).

Keterangan: Melalui hadits tersebut bisa dipahami bahwa dahulu Nabi SAW mengadakan salat Hari Raya di Musala (tanah lapang).

 

Selain tempat pelaksanaan salat id di tanah lapang, diriwayatkan pula bahwa Nabi SAW pernah salat id di masjid ketika hujan. Hal tersebut sebagaimana hadis berikut.

 

Hadis Keempat

حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ عَمَّارٍ حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ ح و حَدَّثَنَا الرَّبِيعُ بْنُ سُلَيْمَانَ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ بْنُ مُسْلِمٍ حَدَّثَنَا رَجُلٌ مِنْ الْقَرَوِيِّينَ وَسَمَّاهُ الرَّبِيعُ فِي حَدِيثِهِ عِيسَى بْنَ عَبْدِ الْأَعْلَى بْنِ أَبِي فَرْوَةَ سَمِعَ أَبَا يَحْيَى عُبَيْدَ اللَّهِ التَّيْمِيَّ يُحَدِّثُ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّهُ أَصَابَهُمْ مَطَرٌ فِي يَوْمِ عِيدٍ فَصَلَّى بِهِمْ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَاةَ الْعِيدِ فِي الْمَسْجِدِ. ابو داود

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Hisyam bin 'Ammar, telah menceritakan kepada kami Al Walid dan telah di riwayatkan dari jalur lain, telah menceritakan kepada kami Ar Rabi' bin Sulaiman, telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Yusuf, telah menceritakan kepada kami Al Walid bin Muslim, telah menceritakan kepada kami seorang dari pedesaan yang Ar Rabi' beri nama dalam hadisnya Isa bin Abdul A'la bin Abi Farawwah, dia mendengar Abu Yahya 'Ubaidullah At Taimi mengatakan dari Abu Hurairah bahwasanya pada suatu Hari Raya, para sahabat kehujanan, maka Nabi SAW mengerjakan salat Hari Raya bersama mereka di masjid. (HR. Abu Dawud, 980).

Keterangan: Hadis tersebut dlaif karena terdapat rawi yang bernama Isa bin 'Abdul A'laa bin 'Abdullah. Ia merupakan tabi'ut tabi'in kalangan tua. Komentar Ulama tentangnya diantaranya Ibnul Qaththan mengatakan majhul, dan Ibnu Hajar Al 'Asqalani mengatakan majhul.

 

Menurut kebiasaan memang Nabi SAW mengerjakan salat dan khotbah Hari Raya di tanah lapang. Namun hal itu tidak menunjukkan kepada hukum wajib. Sesuatu perbuatan bisa menunjukkan kepada hukum wajib jika disertai dengan perintah. Kebanyakan ulama memandang bahwa Nabi SAW mengerjakan yang demikian itu bukan karena tidak sah dikerjakan di masjid, tetapi karena tak cukup tempat di masjid. Hal itu dikarenakan pada waktu itu orang-orang yang berkumpul pada Hari Raya lebih banyak dari pada hari-hari lainnya. Melalui seluruh pembicaraan tersebut, salat Hari Raya di masjid itu tidak terlarang, apalagi jika turun hujan atau lain-lain halangan. Oleh karena itu, perkataan Abu Hurairah tadi walaupun lemah riwayatnya tetapi shahih maknanya. Melalui keterangan tersebut, jelaslah bahwa Rasulullah SAW biasanya mengadakan salat Hari Raya itu di tanah lapang. Perlu dijelaskan bahwa Rasulullah SAW salat di tanah lapang itu diambil dari pengertian Musala. Adapun Musala di zaman Nabi SAW dijelaskan dalam kitab Fiqhus Sunnah sebagai berikut.

 

الْمُصَلَّى مَوْضِعٌ بِبَابِ الْمَدِيْنَةِ الشَّرْقِيِّ. فقه السنة 1: 268

Artinya: "Musala itu adalah suatu tempat di pintu gerbang Madinah sebelah timur." (Fiqhus Sunnah juz 1, hal. 268)

 

اَلْمُصَلَّى مَوْضِعٌ بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْمَسْجِدِ اَلْفَ ذِرَاعٍ. فقه السنة 1: 271

Artinya: "Musala itu tempatnya berjarak 1.000 hasta dari masjid Madinah." (Fiqhus Sunnah juz 1, ha. 271).

 

D. Lafal Takbir Hari Raya

Sebelum dilaksanakan salat dianjurkan memperbanyak takbir. Lafal bacaan takbir pada Hari Raya berdasarkan hadis berikut.

 

Hadis Kelima

حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ، قَالَ: حَدَّثَنَا شَرِيكٌ، قَالَ: قُلْتُ لِأَبِي إِسْحَاقَ: كَيْفَ كَانَ يُكَبِّرُ عَلِيٌّ، وَعَبْدُ اللَّهِ؟، قَالَ: كَانَا يَقُولَانِ:  اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَاللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، وَلِلَّهِ الْحَمْدُ. ابن أبي شيبة

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Yazid bin Harun, ia berkata: telah menceritakan kepada kami Syarik, ia berkata: Aku bertanya kepada Abu Ishaq: Bagaimana takbirnya Ali dan Abdullah? Ia berkata: Adalah takbir mereka dengan mengucap: Allaahu Akbar, Allaahu Akbar, laa ilaaha illalaahu wallaahu Akbar, Allaahu Akbar walillaahil hamdu (Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, tidak ada tuhan kecuali Allah, Allah Maha Besar dan kepunyaan Allah-lah segala pujian) (HR. Ibnu Abi Syaibah, no. 5510).

 

Berdasarkan keterangan di atas, bacaan takbir adalah Alloohu Akbar, Alloohu Akbar, Laa ilaaha illalloohu walloohu Akbar Alloohu Akbar wa lillaahil-hamdu. Pembahasan lafal takbir hari raya dapat disimak lebih lanjut dengan cara klik di sini. Setelah tiba waktunya salat id secara berjamaah, barulah menyeru dengan As-shalaatu jaami‘ah. Kemudian berdiri melaksanakan salat id secara berjamaah.

 

E. Tata Cara dan Banyaknya Rakaat Salat Id

Salat id sendiri terdiri dari dua rakaat. Hal tersebut sebagaimana yang disebutkan dalam hadis berikut.

 

Hadis Keenam

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ نُمَيْرٍ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بِشْرٍ أَنْبَأَنَا يَزِيدُ بْنُ زِيَادِ بْنِ أَبِي الْجَعْدِ عَنْ زُبَيْدٍ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي لَيْلَى عَنْ كَعْبِ بْنِ عُجْرَةَ عَنْ عُمَرَ قَالَ صَلَاةُ السَّفَرِ رَكْعَتَانِ وَصَلَاةُ الْجُمُعَةِ رَكْعَتَانِ وَالْفِطْرُ وَالْأَضْحَى رَكْعَتَانِ تَمَامٌ غَيْرُ قَصْرٍ عَلَى لِسَانِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. ابن ماجه

 

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abdullah bin Numair berkata, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Bisyr berkata, telah memberitakan kepada kami Yazid bin Ziyad bin Abu Al Ju'd, dari Zubaid, dari 'Abdurrahman bin Abu Laila, dari Ka'b bin Ujrah, dari Umar (bin Khaththab) ia berkata, "Salat safar itu dua rakaat, Jum'at dua rakaat, Idul Fitri dan Idul Adha dua rakaat, sempurna tanpa meringkas sebagaimana sabda Muhammad SAW. " (HR. Ibnu Majah, no. 1054).

 

Pelaksanaan salat id sebagaimana salat pada umumnya, yaitu diawali takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam. Namun pada salat id dituntunkan untuk membaca takbir seraya mengangkat tangan (intiqal) sebanyak tujuh kali pada rakaat pertama dan lima kali pada rakaat kedua sebelum membaca surat Al Fatihah. Hal tersebut sebagaimana hadis berikut.

 

Hadis Ketujuh

حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا الْمُعْتَمِرُ قَالَ سَمِعْتُ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الطَّائِفِيَّ يُحَدِّثُ عَنْ عَمْرِو بْنِ شُعَيْبٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ قَالَ: قَالَ نَبِيُّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ التَّكْبِيرُ فِي الْفِطْرِ سَبْعٌ فِي الْأُولَى وَخَمْسٌ فِي الْآخِرَةِ وَالْقِرَاءَةُ بَعْدَهُمَا كِلْتَيْهِمَا. ابو داود

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Musaddad, telah menceritakan kepada kami Al Mu'tamir dia berkata: aku mendengar Abdullah bin Abdurrahman Ath Thaifi menceritakan dari Amru bin Syu'aib dari Bapaknya dari Abdullah bin Amr bin Al Ash, ia berkata: Nabi SAW bersabda: Takbir pada (salat) Idul Fitri adalah 7 kali di rakaat pertama dan 5 kali di rakaat yang akhir (kedua). Adapun bacaan, sesudah kedua-duanya itu." (HR. Abu Dawud, no. 971).

 

Menurut hadis di atas, pelaksanaan salat id dengan 7 takbir di rakaat pertama dan 5 takbir di rakaat kedua. Bacaan Al Fatihah sesudah takbir dilakukan. Kemudian 7 takbir di rakaat pertama dan 5 takbir di rakaat kedua itu dilakukan selain takbir yang biasa dilakukan dalam salat. Hal tersebut sebagaimana hadis berikut.

 

Hadis Kedelapan

حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ أَحْمَدَ الدَّقَّاقُ، ثنا الْحَسَنُ بْنُ سَلَّامٍ، ثنا أَبُو نُعَيْمٍ، ثنا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الطَّائِفِيُّ، ثنا عَمْرُو بْنُ شُعَيْبٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ جَدِّهِ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: كَبَّرَ فِي الْعِيدِ يَوْمَ الْفِطْرِ سَبْعًا فِي الْأُولَى وَفِي الْآخِرَةِ خَمْسًا سِوَى تَكْبِيرَةِ الصَّلَاةِ. الدارقطني

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Utsman bin Ahmad Ad-Daqqaq, telah menceritakan kepada kami Al Hasan bin Salam, telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Abdurrahman Ath-Thaifi, telah menceritakan kepada kami Amr bin Syu'aib, dari Bapaknya, dari Kakeknya bahwasanya Rasulullah SAW bertakbir dalam salat Hari Raya Idul Fitri tujuh takbir pada rakaat pertama dan lima takbir pada rakaat kedua, selain takbir (yang biasa dalam) salat. (HR. Daraquthni, no. 1714).

 

Melalui hadis di atas bisa kita ketahui bahwa 7 takbir di rakaat pertama dan 5 takbir di rakaat kedua itu dilakukan selain takbir yang biasa dilakukan dalam salat. Sehingga takbiratul ihram pada rakaat pertama dan takbir ketika bangkit memasuki rakaat kedua tidak terhitung. Ada 8 takbir pada rakaat pertama bila dijumlah takbiratul ihram dengan 7 takbir. Kemudian ada 6 takbir pada rakaat kedua bila dijumlah takbir ketika bangkit dan 5 takbir. Adapun doa iftitah tetap dibaca setelah takbiratul ihram atau sebelum 7 takbir di rakaat pertama dilakukan.

 

F. Khotbah Seusai Salat Id

Setelah dilaksanakan salat id, maka dilaksanakan khotbah. Hal tersebut sebagaimana hadis berikut.

 

Hadis Kesembilan

حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ عَبَّاسٍ قَالَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَابِسٍ قَالَ: سَمِعْتُ ابْنَ عَبَّاسٍ قَالَ: خَرَجْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ فِطْرٍ أَوْ أَضْحَى فَصَلَّى ثُمَّ خَطَبَ، ثُمَّ أَتَى النِّسَاءَ فَوَعَظَهُنَّ وَذَكَّرَهُنَّ وَأَمَرَهُنَّ بِالصَّدَقَةِ. البخاري

Artinya: Telah menceritakan kepada kami 'Amru bin 'Abbas, ia berkata: telah menceritakan kepada kami 'Abdurrahman, telah menceritakan kepada kami Sufyan dari 'Abdurrahman bin 'Abis, ia berkata: Aku mendengar Ibnu 'Abbas berkata: "Aku pernah keluar bersama Nabi SAW pada Hari Raya Idul Fitri atau Idul Adha, lalu beliau salat (Id), kemudian berkhotbah. Kemudian beliau datang ke tempat para wanita, memberikan nasihat kepada mereka, mengingatkan mereka, dan menganjurkan kepada mereka untuk bersedekah." (HR. Bukhari, no. 922).

 

Hadis di atas bisa dipahami bahwa Rasulullah SAW berkhotbah ketika selesai salat id. Sehingga ketika kita menjadi imam saat melaksanakan salat id berjamaah, kita mesti menyelenggarakan khotbah. Jumlah minimal salat berjamaah adalah dua atau lebih. Oleh karena itu ditengah-tengah pandemi Covid-19, khotbah salat id bisa dilaksanakan setidaknya ada imam dan makmum. Tidak seperti rangkaian ibadah salat Jum'at, khotbah setelah salat id dilakukan hanya sekali khotbah. Berbeda lagi ketika terpaksa munfarid, kita tidak mungkin mengkhotbahi diri sendiri.

 

 

G. Tahniah Hari Raya

Adapun setelah salat id dan khotbah dilaksanakan, ada kebiasaan diantara sahabat Nabi Muhammad SAW ketika bertemu satu dengan yang lain. Kebiasaan tersebut adalah tahniah di hari raya. Kebiasaan tersebut diantaranya bersumber pada hadis yang bersandar pada ‘Ubadah bin Ash Shamit, Watsilah bin Al Asqa’, Adham maula ‘Umar bin Abdul ‘Aziz, dan Jubair bin Nufair berikut.

 

Hadis Kesepuluh

أَخْبَرَنَاهُ أَبُو الْحُسَيْنِ بْنُ بِشْرَانَ بِبَغْدَادَ، أنبأ أَبُو جَعْفَرٍ مُحَمَّدُ بْنُ عَمْرٍو الرَّزَّازُ، ثنا مُحَمَّدُ بْنُ الْهَيْثَمِ بْنِ حَمَّادٍ، ثنا نُعَيْمُ بْنُ حَمَّادٍ، ثنا عَبْدُ الْخَالِقِ بْنُ زَيْدِ بْنِ وَاقِدٍ الدِّمَشْقِيُّ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ مَكْحُولٍ، عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ قَوْلِ النَّاسِ فِي الْعِيدَيْنِ: تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ، قَالَ: ذَلِكَ فِعْلُ أَهْلِ الْكِتَابَيْنِ وَكَرِهَهُ، عَبْدُ الْخَالِقِ بْنُ زَيْدٍ مُنْكَرُ الْحَدِيثِ، قَالَهُ الْبُخَارِيُّ .البيهقي

Artinya: Telah mengabarkan kepada kami Abu Al Husain bin Bisyran tentang peristiwa itu di Baghdad, telah menceritakan kepada kami Abu Ja’far bin Muhammad bin ‘Amru Ar Razzaz, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Haitsam bin Hammad, telah menceritakan kepada kami Nuaim bin Hammad, telah menceritakan kepada kami ‘Abdul Khaliq bin Zaid bin Waqid Ad Dimasqi, dari Bapaknya, dari Makhul, dari ‘Ubadah bin Ash Shamit RA, ia berkata: Aku bertanya kepada Rasulullah SAW tentang ucapan tahniah umat di hari raya: Taqobbalalloohu minnaa wa minkum (Semoga Allah menerima amalan kami dan amalan kalian). Maka (Rasulullah) menjawab: Itu adalah amal ahli Kitabain (Yahudi dan Nasrani) dan Nabi pun enggan padanya. Abdul Khaliq bin Zaid adalah mungkarul hadits sebagaimana perkataan Al Bukhari. (HR. Baihaqi, no. 5817).

Keterangan: Hadis tersebut terdapat rawi Abdul Khaliq bin Zaid yang dinilai mungkarul hadits oleh Al Bukhari. Selain itu ada rawi yang bernama Nuaim bin Hammad. Ia di-dla'if-kan oleh Imam Nasa’i.

 

Hadis Kesebelas

أَخْبَرَنَا أَبُو الْحَسَنِ بْنُ عَبْدَانَ، أنبأ أَحْمَدُ بْنُ عُبَيْدٍ، ثنا إِسْحَاقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ بْنِ سُفْيَانَ، ثنا أَبُو عَلِيٍّ أَحْمَدُ بْنُ الْفَرَجِ الْمُقْرِئُ، ثنا مُحَمَّدُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ الشَّامِيُّ، ثنا بَقِيَّةُ بْنُ الْوَلِيدِ، عَنْ ثَوْرِ بْنِ يَزِيدَ، عَنْ خَالِدِ بْنِ مَعْدَانَ، قَالَ: لَقِيتُ وَاثِلَةَ بْنَ الأَسْقَعِ فِي يَوْمِ عِيدٍ، فَقُلْتُ: تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْكَ، نَعَمْ، تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْكَ. قَالَ وَاثِلَةُ : لَقِيتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ عِيدٍ فَقُلْتُ: تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْكَ، قَالَ: نَعَمْ، تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْكَ .البيهقي

Artinya: Telah mengabarkan kepada kami Abu Al Hasan bin ‘Abdan, telah menceritakan kepada kami Ahmad bin ‘Ubaid, telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Ibrahim bin Sufyan, telah menceritakan kepada kami Abu ‘Ali Ahmad bin Al Faraji Al Muqri’, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ibrahim Asy Syami, telah menceritakan kepada kami Baqiyyah bin Al Walid, dari Tsauri bin Yazid, dari Khalid bin Ma’dan, ia berkata: Aku berjumpa Watsilah bin Al Asqa’ di hari raya. Lalu aku ucapkan kepadanya: Taqobbalalloohu minnaa wa minka (Semoga Allah menerima amalan kami dan amalan anda). (Ia pun menjawab): Na’am, taqobbalalloohu minnaa wa minka (Ya, semoga Allah menerima amalan kami dan amalan anda). Lalu Watsilah (bin Asqa’) berkata: Aku pernah menjumpai Rasulullah SAW di hari raya dan aku ucapkan tahniah kepada beliau: Taqobbalalloohu minnaa wa minka (Semoga Allah menerima amalan kami dan amalan anda). Maka beliau menjawab: Na’am, taqobbalalloohu minnaa wa minka (Ya, semoga Allah menerima amalan kami dan amalan anda). (HR. Baihaqi, no. 5814).

Keterangan: Terkait rawi yang bernama Muhammad bin Ibrahim Asy Syami dikomentari oleh Ibnu Hajar Al Asqalani yaitu munkarul hadits, dan dia mengatakan dalam Al-Matalib Al-Aaliyah: Sangat lemah. Selain itu Ad Daruquthni menilai kadzab (pembohong). Rawi yang bernama Abu 'Ali Ahmad bin Al Faraji Al Muqri' dikatakan dla'if oleh Al Husain bin Ahmad bin Bakir. Rawi Ishaq bin Ibrahim bin Sufyan tidak diketahui (majhul).

 

Hadis Keduabelas

أَخْبَرَنَا أَبُو عَبْدِ اللَّهِ الْحَافِظُ، ثنا أَبُو الْعَبَّاسِ مُحَمَّدُ بْنُ يَعْقُوبَ، ثنا الْعَبَّاسُ بْنُ مُحَمَّدٍ، ثنا أَحْمَدُ بْنُ إِسْحَاقَ، ثنا عَبْدُ السَّلامِ الْبَزَّازُ، عَنْ أَدْهَمَ مَوْلَى عُمَرَ بْنِ عَبْدِ الْعَزِيزِ قَالَ: كُنَّا نَقُولُ لِعُمَرَ بْنِ عَبْدِ الْعَزِيزِ فِي الْعِيدَيْنِ: تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْكَ يَا أَمِيرَ الْمُؤْمِنِينَ ، فَيَرُدُّ عَلَيْنَا وَلا يُنْكِرُ ذَلِكَ عَلَيْنَا. وَقَدْ رُوِيَ حَدِيثٌ مَرْفُوعٌ فِي كَرَاهِيَةِ ذَلِكَ َلا يَصِحُّ. البيهقي

Artinya: Telah mengabarkan kepada kami Abu ‘Abdillah Al Hafizh, telah menceritakan kepada kami Abu Al ‘Abbas Muhammad bin Ya’qub, telah menceritakan kepada kami Al ‘Abbas bin Muhammad, telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Ishaq, telah menceritakan kepada kami ‘Abdu Assalam Al Bazzar, dari Adham maula ‘Umar bin Abdul ‘Aziz, ia berkata: Kami mengucapkan tahniah kepada ‘Umar bin ‘Abdul Aziz di hari raya: Taqobbalalloohu minnaa wa minka ya Amirul Mukminin (Semoga Allah menerima amalan kami dan amalan anda wahai Amirul Mukminin). Maka ia pun menjawab tahniah kami dan tidak mengingkarinya. Hadis yang diriwayatkan marfu’ yang tidak disukai itu tidak benar. (HR. Baihaqi, no. 5816).

 

Hadis Ketigabelas

حدثنا المهني بن يحيى، قال: حدثنا مبشر بن إسماعيل الحلبي، عن إسماعيل بن عياش، عن صفوان بن عمرو، عن عبد الرحمن بن جبير بن نفير، عن أبيه قال: كَانَ أَصْحَابُ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم إِذَا اِلْتَقَوْا يَوْمَ الْعِيدِ، يَقُوْلُ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ: تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكَ. الحسين بن إسماعيل المحاملي في صلاة العيدين

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Al-Muhanni bin Yahya, ia berkata: telah menceritakan kepada kami Mubasyir bin Isma’il Al-Halabi, dari Isma’il bin ‘Ayyasy, dari Shafwan bin ‘Amru, dari ‘Abdurrahman bin Jubair bin Nufair, dari Bapaknya (Jubair bin Nufair), ia berkata: Dahulu para sahabat Nabi SAW apabila mereka bertemu pada Hari Raya, satu dengan yang lain saling mengucapkan, “Taqobbalalloohu minnaa wa minka (Semoga Allah menerima amalan kami dan amalan anda).” (HR. Al-Husain bin Isma’il Al-Mahamili dalam bab Salat Idain).

 

Hadis Keempatbelas

وَرَوَيْنَا فِي الْمَحامِلِيَّاتِ بِإِسْنَادٍ حَسَنٍ، عَنْ جُبَيْرِ بْنِ نُفَيْرٍ، قَالَ: كَانَ أَصْحَابُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا اِلْتَقَوْا يَوْمَ الْعِيدِ يَقُولُ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ: تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْك. ابن حجر في فتح الباري

Artinya: Dan diceritakan kepada kami dalam Al Mahamiliyat dengan isnad hasan, dari Jubair bin Nufair, ia berkata: Dahulu para sahabat Rasulullah SAW apabila mereka bertemu pada Hari Raya, satu dengan yang lain saling mengucapkan, “Taqobbalalloohu minnaa wa minka (Semoga Allah menerima amalan kami dan amalan anda).” (HR. Ibnu Hajar dalam Fathul Bari).

 

Hal tersebut didukung pula riwayat lain dari Jubair bin Nufair dengan lafal yang sedikit berbeda.

 

Hadis Kelimabelas

وروينا في المحامليات بإسناد حسن عن جبير بن نفير قال: كَانَ أَصْحَابُ رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه وسلم اِذَا اِلْتَقَوْا يَوْمَ اْلعِيْدِ يَقُوْلُ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ: تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ. وجاء في الفتح (2/ 446).

Artinya: Dan diceritakan kepada kami dalam Al Mahamiliyat dengan isnad hasan, dari Jubair bin Nufair, ia berkata: Dahulu para sahabat Rasulullah SAW apabila mereka bertemu pada Hari Raya, satu dengan yang lain saling mengucapkan, “Taqobbalalloohu minnaa wa minkum (Semoga Allah menerima amalan kami dan amalan kalian).” (Terdapat dalam Al Fath 2: 446)

 

Hadis Keenambelas

كَانَ أَصْحَابُ رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه وسلم اِذَا تَلَقَّوْا يَوْمَ اْلعِيْدِ يَقُوْلُ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ: تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ. جبير بن نفير

Dahulu para sahabat Rasulullah SAW apabila mereka bertemu pada Hari Raya, satu dengan yang lain saling mengucapkan, “Taqobbalalloohu minnaa wa minkum (Semoga Allah menerima amalan kami dan amalan kalian). (Jubair bin Nufair)

 

Menurut riwayat di atas, kita mengucapkan tahniah ketika telah melaksanakan rangkaian ibadah salat id. Hal tersebut sebagaimana jalur dari Jubair bi Nufair yang memiliki isnad hasan ataupun riwayat Adham maula ‘Umar bin Abdul ‘Aziz. Lafal yang ada diantaranya sebagai berikut:

 

1. Taqobbalalloohu minnaa wa minka (Semoga Allah menerima amalan kami dan amalan anda)

2. Taqobbalalloohu minnaa wa minkum (Semoga Allah menerima amalan kami dan amalan kalian)

 

Sebagaimana riwayat yang ada menunjukkan bahwa tahniah ketika selepas salat id merupakan kebiasaan salafush-shalih. Tahniah yang ada merupakan doa dan tidak termasuk ibadah mahdlah yang harus sesuai dengan aturan-aturan khusus. Namun demikian, tidak ada buruknya lafal yang kita gunakan adalah sebagaimana lafal para salafush-shalih. Wallahu ‘alam bish-shawwab.

 

Demikianlah berbagai dalil ataupun pelajaran yang bisa menjadi acuan kita dalam ibadah salat id. Dalil yang kita gunakan untuk beribadah adalah dalil dari Al-Qur’an yang sudah pasti benar dan/ atau hadis shahih atau setidaknya hasan lidzatihi. Adapun selain dalil yang ada, tidak menutup kemungkinan terdapat dalil yang shahih maupun sharih lainnya yang bisa kita gunakan sebagai landasan hukum ibadah. Semoga kita semuanya mampu melaksanakan salat sunah dengan baik dan istiqamah sebagai upaya kita meraih kesempurnaan amal salih. Aamiin.

No comments:

Post a Comment