Memasuki Bulan 1 Syawal Tahun Hijriyah, umat Islam pada pagi harinya melaksanakan salat Idul Fitri. Ketika memasuki tanggal 10 Dzulhijjah, umat Islam pada pagi harinya melaksanakan salat Idul Adha, kemudian diikuti dengan penyembelihan hewan kurban. Umat muslim ketika akan melaksanakan salat Id di Hari Raya hendaknya mengagungkan Allah dengan bertakbir. Adapun waktu takbir dan tempat takbir di Hari Raya serta bacaan takbir di Hari Raya itu beragam. Oleh karenanya, mari kita simak uraian singkat berikut.
A. Waktu dan Tempat Takbir Hari Raya
Ada beragam waktu dan tempat bertakbir di Hari Raya. Ragam waktu dan tempat yang telah ditemukan dalam hadis diantaranya: (1) mulai dari rumah hingga tempat salat; (2) mulai dari keluar rumah hingga tempat salat; (3) mulai dari masjid hingga imam datang di tempat salat; (4) bertakbir sepanjang hari raya; dan (5) mulai di tempat salat sampai berdirinya salat. Adapun waktu dan tempat bertakbir di hari raya beragam sebagaimana tertulis pada hadis yang ada dan lengkap dengan sanad beserta terjemahannya.
1. Mulai dari Rumah Hingga Tempat Salat
Pada pembahasan ini, yang menjadi landasan dalam bertakbir mulai dari rumah hingga tempat salat sebagaimana hadis berikut.
Hadis Pertama
حدثنا يزيد بن هارون قال: أخبرنا ابن أبي ذئب، عن الزهري قال : كَانَ رسول الله صلى الله عليه وسلم يَخْرُجُ يَوْمَ اْلفِطْرِ فَيُكَبِّرُ مِنْ حِيْنِ يَخْرُجُ مِنْ بَيْتِهِ حَتَّى يَأْتِيَ الْمُصَلَّى. فإذا قضى الصلاة فطع التكبير قال: وأما الأضحى فكان يكبر من صلاة الظهر يو العرفة إلى صلاة الظهر منآخر أيام التشريق. مرويات الإمام أحمد بن حنبل في التفسير
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Yazid bin Harun, ia berkata: Telah mengabarkan kepada kami Ibnu Abi Dhib, dari Az Zuhri, ia berkata: “Dahulu Nabi SAW keluar untuk salat Hari Raya Idul Fitri dengan takbir mulai dari rumahnya hingga tiba di tempat salat". Jika sudah selesai salat lalu bertakbir. (Perawi) berkata: Adapun Idul Adha bertakbir dari salat Zuhur di hari Arafah hingga salat Zuhur di hari-hari tasriq. (Marwiyyatu al-Imam Ahmad bin Hanbal fit Tafsiir)
Keterangan: Hadis tersebut mursal. Hal itu karena rawi Az Zuhri yang bernama Muhammad bin Muslim bin 'Ubaidillah bin 'Abdullah bin Syihab merupakan Tabi'ut Tabi'in kalangan pertengahan. Ia wafat 124 H. Sementara Rasulullah wafat tahun 11 H.
2. Mulai dari Keluar Rumah Hingga Tempat Salat
Pada pembahasan ini, yang menjadi landasan dalam bertakbir mulai dari keluar rumah hingga tempat salat sebagaimana hadis berikut.
Hadis Kedua
سنن الدارقطني 1698: حَدَّثَنَا أَبُو عَبْدِ اللَّهِ الْأُبُلِّيُّ مُحَمَّدُ بْنُ عَلِيِّ بْنِ إِسْمَاعِيلَ ، ثنا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ خُنَيْسٍ ، ثنا مُوسَى بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ عَطَاءٍ ، ثنا الْوَلِيدُ بْنُ مُحَمَّدٍ ، نا الزُّهْرِيُّ ، أَخْبَرَنِي سَالِمُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ ، أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ أَخْبَرَهُ ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُكَبِّرُ يَوْمَ الْفِطْرِ مِنْ حِينِ يَخْرُجُ مِنْ بَيْتِهِ حَتَّى يَأْتِيَ الْمُصَلَّى. الدارقطني
Artinya: Sunan Daruquthni 1698: Abu Abdillah Al UbuIIi Muhammad bin Ali bin Isma'il menceritakan kepada kami, Ubaidillah bin Muhammad bin Khunais menceritakan kepada kami, Musa bin Muhammad bin Atha' menceritakan kepada kami, Al Walid bin Muhammad menceritakan kepada kami, Az-Zuhri mengabarkan kepada kami, Salim bin Abdullah bin Umar mengabarkan kepadaku, bahwa Abdullah bin Umar telah mengabarkan kepadanya, "Bahwa Rasulullah SAW bertakbir pada hari Idul Fitri dimulai ketika beliau keluar dari rumahnya hingga sampai ke tempat salat." (HR. Daruquthni, no. 1698).
Keterangan: Hadis tersebut dlaif. Hal itu karena ada rawi yang bernama Al Walid bin Muhammad. Ia dilemahkan/ dikatakan dlaif oleh Yahya bin Ma’in dan Abu Daud. Abu Zur’ah mengatakan layyinul hadits. Abu Hatim berkomentar dla'iful hadits. Ibnu Hajar berkomentar matruk. Adz Dzahabi berkomentar mereka meninggalkannya.
3. Mulai dari Masjid Hingga Imam Datang di Tempat Salat
Pada poin ini, yang menjadi landasan dalam bertakbir di hari raya mulai dari masjid hingga imam datang di tempat salat sebagaimana hadis berikut.
Hadis Ketiga
وأخبرنا أبو عبد الله الحافظ أنبأ أبو بكر بن إسحاق الفقيه أنبأ أبو المثنى ثنا مسدد ثنا يحيى يعني بن سعيد القطان عن محمد بن عجلان حدثني نافع أن بن عمر : كان يغدو إلى العيد من المسجد وكان يرفع صوته بالتكبير حتى يأتي المصلى ويكبر حتى يأتي الإمام ورواه بن إدريس عن بن عجلان وقال يوم الفطر والأضحى وهذا هو الصحيح موقوف وقد روي من وجهين ضعيفين مرفوعا أما أمثلهما. البيهقى
Artinya: Dan telah mengabarkan kepada kami Abu ‘Abdillah al Hafizh, telah memberitakan kepada kami Ishaq al Faqih, telah memberitakan kepada kami Abu al Mutsna, telah menceritakan kepada kami Yahya yakni Ibnu Sa’id al Qatthan, dari Muhammad bin Ajlan, telah menceritakan kepadaku Nafi’ bahwasanya dahulu Ibnu 'Umar berangkat ke salat Id dengan bertakbir dengan suara keras sejak dari masjid sampai tiba di tempat salat, dan ia terus bertakbir hingga imam datang. Diriwayatkan oleh Ibnu Idris, dari Ibnu Ajlan dan ia berkata, hari Idul Fitri dan Idul Adha, dan ini adalah yang benar mauquf. Dan diriwayatkan dari cara yang marfu’ lemah. Inilah yang terbaik. (HR. Baihaqi dalam Sunan Al Kubra nomor 5924).
Keterangan: Hadis tersebut mauquf (hadis berhenti hanya sampai sahabat) dan tidak ada qarinah (indikasi) yang memalingkannya ke marfu’ sebagaimana penjelasan dalam hadis.
4. Bertakbir Sepanjang Hari Raya
Pada poin ini, yang menjadi landasan dalam bertakbir sepanjang hari raya sebagaimana hadis berikut.
Hadis Keempat
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ وُهَيْبٍ الْغَزِّيُّ ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ أَبِي السَّرِيِّ الْعَسْقَلانِيُّ ، حَدَّثَنَا بَقِيَّةُ بْنُ الْوَلِيدِ ، حَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ رَاشِدٍ الْيَمَامِيُّ ، حَدَّثَنَا أَبُو كَثِيرٍ يَزِيدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ ، قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : زَيِّنُوا أَعْيَادَكُمْ بِالتَّكْبِيرِ لَمْ يَرْوِهِ عَنْ أَبِي كَثِيرٍ ، إِلَّاعُمَرُ ، وَعَنْ عُمَرَ ، إِلَّابَقِيَّةُ تَفَرَّدَ بِهِ ابْنُ أَبِي السَّرِيِّ. الطبراني
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Wuhaib al Ghazzi, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ahmad bin Abi as Sari al ‘Asqalani, telah menceritakan kepada kami Baqiyyah bin al Walid, telah menceritakan kepada kami Umar bin Rasyid al Yamami, telah menceritakan kepada kami Abu Katsir Yazid bin Abdurahman, dari Abu Hurairah RA, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, "Hiasilah Hari Raya-Hari Raya kalian dengan takbir". Hadis ini tidak diriwayatkan dari Abu Katsir kecuali Umar, dan dari Umar kecuali Baqiyyah meriwayatkannya secara tunggal pada Ibnu Abi as Sari. (HR. Thabarani dalam Mujam Thabarani Shaghir nomor 600).
Keterangan: Hadis tersebut dlaif. Hal itu karena dalam sanadnya ada perawi yang bernama Umar bin Rasyid. Ia dikomentari dlaif oleh Yahya bin Ma'in, Daruquthni, dan Ibnu Hajar al Asqalani. Abu Zur’ah mengomentari layyinul hadits.
5. Mulai di Tempat Salat Sampai Berdirinya Salat
Pada poin ini, yang menjadi landasan dalam bertakbir mulai di tempat salat sampai berdirinya salat sebagaimana hadis berikut.
Hadis Kelima
و حَدَّثَنَا عَمْرٌو النَّاقِدُ حَدَّثَنَا عِيسَى بْنُ يُونُسَ حَدَّثَنَا هِشَامٌ عَنْ حَفْصَةَ بِنْتِ سِيرِينَ عَنْ أُمِّ عَطِيَّةَ قَالَتْ، أَمَرَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ نُخْرِجَهُنَّ فِي الْفِطْرِ وَالْأَضْحَى الْعَوَاتِقَ وَالْحُيَّضَ وَذَوَاتِ الْخُدُورِ فَأَمَّا الْحُيَّضُ فَيَعْتَزِلْنَ الصَّلَاةَ وَيَشْهَدْنَ الْخَيْرَ وَدَعْوَةَ الْمُسْلِمِينَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِحْدَانَا لَا يَكُونُ لَهَا جِلْبَابٌ قَالَ لِتُلْبِسْهَا أُخْتُهَا مِنْ جِلْبَابِهَا. مسلم
Artinya: Dan telah menceritakan kepada kami Amru An Naqid telah menceritakan kepada kami Isa bin Yunus telah menceritakan kepada kami Hisyam dari Hafshah binti Sirin dari Ummu Athiyyah ia berkata; Rasulullah SAW memerintahkan kepada kami agar mengajak serta keluar melakukan salat Idul Fitri dan Idul Adha para gadis, wanita haid dan wanita yang sedang dipingit. Adapun mereka yang sedang haid tidak ikut salat, namun turut menyaksikan kebaikan dan menyambut seruan kaum muslimin. Saya bertanya kepada Rasulullah SAW, "Wahai Rasulullah, diantara kami ada yang tidak memiliki baju." Beliau menjawab: "Hendaknya saudaranya yang memiliki jilbab memakaikannya." (HR. Muslim, no. 1475).
Hadis Keenam
حَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ حَفْصٍ قَالَ حَدَّثَنَا أَبِي عَنْ عَاصِمٍ عَنْ حَفْصَةَ عَنْ أُمِّ عَطِيَّةَ قَالَتْ، كُنَّا نُؤْمَرُ أَنْ نَخْرُجَ يَوْمَ الْعِيدِ حَتَّى نُخْرِجَ الْبِكْرَ مِنْ خِدْرِهَا حَتَّى نُخْرِجَ الْحُيَّضَ فَيَكُنَّ خَلْفَ النَّاسِ فَيُكَبِّرْنَ بِتَكْبِيرِهِمْ وَيَدْعُونَ بِدُعَائِهِمْ يَرْجُونَ بَرَكَةَ ذَلِكَ الْيَوْمِ وَطُهْرَتَهُ. البخارى
Artinya: Telah menceritakan kepada kami 'Umar bin Hafsh berkata, telah menceritakan kepada kami Bapakku dari 'Ashim dari Hafshah dari Ummu 'Athiyyah berkata, "Dahulu kami diperintahkan untuk keluar pada Hari Raya (ke tempat salat Id), sehingga kami mengeluarkan para gadis yang dalam pingitannya, sehingga kami mengeluarkan para wanita yang sedang haid, lalu mereka berada di tempat belakang para jama'ah, mereka para wanita bertakbir dengan takbir mereka, berdo'a dengan do'a mereka, para wanita itu mengharapkan berkahnya pada hari itu dan kesuciannya (dari dosa)". (HR. Bukhari, no. 918).
B. Bacaan Takbir Hari Raya
Beberapa lafal bacaan takbir bersumber pada beberapa hadis yang ada. Lafal takbir hari raya beragam. Setelah ditelusur, petunjuk tentang redaksi dan kaifiyat takbir didapatkan dari ucapan atau amal sahabat (hadis mauquf), baik secara khusus berkaitan dengan salat Id maupun kejadian/ peristiwa secara umum. Redaksi atau lafaf yang ditulis pada postingan ini adalah redaksi atau lafal pada hadis yang sudah ditemui penulis. Oleh karena itu, tidak menutup kemungkinan ada takbir yang dituntunkan pada Hari Raya yang belum ditemukan penulis. Adapun redaksi dan kaifiyat takbir dari ucapan atau amal sahabat secara khusus adalah sebagai berikut.
Hadis Ketujuh
سنن الدارقطني 1721: ثنا عُثْمَانُ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ السَّمَّاكِ ، ثنا أَبُو قِلَابَةَ ، ثنا نَائِلُ بْنُ نَجِيحٍ ، عَنْ عَمْرِو بْنِ شِمْرٍ ، عَنْ جَابِرٍ ، عَنْ أَبِي جَعْفَرٍ ، وَعَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ سَابِطٍ ، عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ ، قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا صَلَّى الصُّبْحَ مِنْ غَدَاةِ عَرَفَةَ يُقْبِلُ عَلَى أَصْحَابِهِ فَيَقُولُ: عَلَى مَكَانِكُمْ ، وَيَقُولُ: اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ ، لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ ، اللَّهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ ، فَيُكَبِّرُ مِنْ غَدَاةِ عَرَفَةَ إِلَى صَلَاةِ الْعَصْرِ مِنْ آخِرِ أَيَّامِ التَّشْرِيقِ. الدارقطني
Artinya: Sunan Daruquthni 1721: Utsman bin Ahmad As-Sammak menceritakan kepada kami, Abu Qilabah menceritakan kepada kami, Na'il bin Najih menceritakan kepada kami, dari Amr bin Syamir, dari Jabir, dari Abu Ja'far dan Abdurrahman bin Sabith, dari Jabir bin Abdullah, dia berkata: "Rasulullah SAW jika telah melaksanakan salat Subuh pada pagi hari Arafah. Beliau menghadapkan wajahnya kepada para sahabatnya seraya bersabda, "Tetaplah kalian di tempat." Dan membaca. "Allaahu Akbar, Allaahu Akbar, Allaahu Akbar, Laa llaaha Illallaah Wallaahu Akbar, Allaahu Akbar Walillahilhamdu (Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, tidak ada tuhan kecuali Allah, Allah Maha Besar, segala puji bagi-Nya)." Beliau bertakbir mulai dari pagi hari Arafah sampai salat Asar pada akhir hari-hari Tasyriq." (HR. Daruquthni, no. 1721).
Keterangan: Hadis tersebut matruq karena ada rawi yang bernama Amr bin Syamir. Nama lengkapnya adalah Amr bin Syamir al Ja’fiy al Kufiy al Sya’biy Abu Abdullah. Ia seorang pengikut syiah rafidhah seorang pendusta yang sering mencaci sahabat Nabi dan meriwayatkan hadits maudlu’ dari para periwayat tsiqah. Menurut al Bukhari, hadisnya munkar, dan menurut Yahya bin Ma’in hadinya tidak dapat dijadikan hujjah. Selain itu ada rawi yang bernama Na'il bin Najih. Ia dikomentari dlaif oleh Adz Dzahabi dan Ibnu Hajar Al Asqalani.
Hadis Kedelapan
حدثنا محمد بن النضر الأزدي ثنا معاوية بن عمرو ثنا زهير ثنا أبو إسحاق عن أصحاب عبد الله عن عبد الله : أنه كان يكبر صلاة الغداة من يوم عرفة ويقطع صلاة العصر من يوم النحر يكبر إذا صلى العصر قال : وكان يكبر الله أكبرالله أكبر لا إله إلا الله والله أكبر الله أكبر ولله الحمد. الطبراني
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin al Nadr al Azdi, telah menceritakan kepada kami Mu'awiyah bin Amr, telah menceritakan kepada kami Zuhair, telah menceritakan kepada kami Abu Ishaq, dari sahabatnya Abdullah, dari Abdullah (Ibnu Mas’ud): Ia bertakbir sejak salat subuh pada hari Arafah dan berhenti pada salat Asar di hari Nahar (10 Dzulhijjah), setelah salat Asar beliau bertakbir, ia (Rawi) berkata, ‘kaana yukabbiru: Allaahu Akbar Allaahu Akbar, Laa llaaha Illallaah Wallaahu Akbar, Allaahu Akbar Walillahilhamdu (Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, tidak ada tuhan kecuali Allah, Allah Maha Besar dan kepunyaan Allah-lah segala pujian). (HR. Thabarani dalam Mujam Thabarani Kabir jilid 9 halaman 307 hadis nomor 9558).
Keterangan: Hadis tersebut dlaif karena ada rawi yang tidak disebutkan namanya, yaitu sahabatnya Abdullah.
Hadis Kesembilan
حَدَّثَنَا وَكِيعٌ، عَنْ حَسَنِ بْنِ صَالِحٍ، عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ، عَنْ أَبِي الْأَحْوَصِ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ ، أَنَّهُ كَانَ يُكَبِّرُ أَيَّامَ التَّشْرِيقِ : اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَاللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، وَلِلَّهِ الْحَمْدُ. ابن أبي شيبة
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Waki’, dari Hasan bin Shalih, dari Abi Ishaq, dari Abi al-Ahwash, dari ‘Abdillah, bahwa ia bertakbir pada hari-hari tasyriq: Allaahu Akbar, Allaahu Akbar, laa ilaaha illalaahu wallaahu Akbar, Allaahu Akbar walillaahil hamdu (Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, tidak ada tuhan kecuali Allah, Allah Maha Besar dan kepunyaan Allah-lah segala pujian).” (HR. Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannaf Ibnu Abi Syaibah jilid 1 halaman 490 hadis nomor 5651)
Keterangan: Hadis tersebut ada perawi yang bernama Hasan bin Shalih. Ia dikatakan tertuduh Syiah oleh Ibnu Hajar Al Asqalani meskipun juga mengomentari tsiqah fakih dan abid. Namun Yahya bin Ma’in, Abu Hatim, An Nasa’i, dan Ad Daruquthni mengomentari tsiqah.
Hadis Kesepuluh
حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ، قَالَ: حَدَّثَنَا شَرِيكٌ، قَالَ: قُلْتُ لِأَبِي إِسْحَاقَ: كَيْفَ كَانَ يُكَبِّرُ عَلِيٌّ، وَعَبْدُ اللَّهِ؟ قَالَ: كَانَا يَقُولَانِ: اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَاللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، وَلِلَّهِ الْحَمْدُ. ابن أبي شيبة
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Yazid bin Harun, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Syarik, ia berkata: Aku bertanya kepada Abu Ishaq: Bagaimana takbirnya Ali dan Abdullah? Ia berkata: Adalah takbir mereka dengan mengucap: Allaahu Akbar, Allaahu Akbar, laa ilaaha illalaahu wallaahu Akbar, Allaahu Akbar walillaahil hamdu (Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, tidak ada tuhan kecuali Allah, Allah Maha Besar dan kepunyaan Allah-lah segala pujian) (HR. Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannaf Ibnu Abi Syaibah jilid 1 halaman 490 hadis nomor 5653).
Melalui hadis yang dijumpai tentang lafal bacaan takbir di hari raya yang lebih kuat adalah hadis kesepuluh. Lafal yang dimaksud yaitu, Allaahu Akbar, Allaahu Akbar, laa ilaaha illalaahu wallaahu Akbar, Allaahu Akbar walillaahil hamdu (Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, tidak ada tuhan kecuali Allah, Allah Maha Besar dan kepunyaan Allah-lah segala pujian). Lafal tersebut dengan melantunkan Allaahu Akbar sebanyak dua kali. Adapun bila dikemudian hari terdapat hadis yang kuat tentang lafal takbir yang lainnya di hari raya, maka hadis tersebut dapat digunakan sebagai hujjah. Wallahu a’lam bishshawab. Sebagai tambahan, berikut ini adalah redaksi dan kaifiyat takbir dari ucapan atau amal sahabat digunakan pada kejadian umum.
Hadis Kesebelas
وَأَخْبَرَنَا أَبُو الْحُسَيْنِ بْنُ بِشْرَانَ أَخْبَرَنَا إِسْمَاعِيلُ الصَّفَّارِ حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مَنْصُورٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ عَنْ عَاصِمِ بْنِ سُلَيْمَانَ عَنْ أَبِى عُثْمَانَ النَّهْدِىِّ قَالَ : كَانَ سَلْمَانُ رَضِىَ اللَّهُ عَنْهُ يُعَلِّمُنَا التَّكْبِيرَ يَقُولُ : كَبِّرُوا اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا أَوْ قَالَ تَكْبِيرًا اللَّهُمَّ أَنْتَ أَعْلَى وَأَجَلُّ مِنْ أَنْ تَكُونَ لَكَ صَاحِبَةٌ أَوْ يَكُونَ لَكَ وَلَدٌ أَوْ يَكُونَ لَكَ شَرِيكٌ فِى الْمُلْكِ أَوْ يَكُونَ لَكَ وَلِىٌّ مِنَ الذُّلِّ وَكَبِّرْهُ تَكْبِيرًا ، اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا ، اللَّهُمَّ ارْحَمْنَا ثُمَّ قَالَ : وَاللَّهِ لَتَكْتُبُنَّ هَذِهِ لاَ تُتْرَكُ هَاتَانِ وَلَتَكُونَنَّ شَفْعًا لِهَاتَيْنِ. البيهقي
Artinya: Dan telah mengabarkan kepada kami Abu Husain bin Bisyran, telah mengabarkan kepada kami Ismail as Shaffar, telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Manshur, telah mengabarkan kepada kami ‘Abdurrazzaq, telah mengabarkan kepada kami Ma’mar, dari ‘Ashim bin Sulaiman, dari Abi ‘Usman an Nahdi, ia berkata: Salman mengajarkan takbir kepada kami, ia berkata, ‘Bertakbirlah, Allaahu Akbar, Allaahu Akbar, Allaahu Akbar kabiira (Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar dari segala yang besar)’, atau agungkanlah dengan mengucapkan Allaahumma anta a’laa wa ajallu min an takuunu laka shaahibah au yakuuna laka walad au yakuuna laka syariik fil mulki au yakuunu laka waliyyin minadz dzulli wa kabbirhu takbiiraa, Allaahummagh firlanaa, Allaahummar hamnaa (Ya Allah, Engkau Maha Luhur dan Maha Agung dari menjadikan bagimu seorang teman, atau menjadikan bagimu seorang anak, atau menjadikan bagimu seorang sekutu di dalam kerajaan, atau menjadikan bagi-Mu wali dan kebinaan, dan kami mengagungkan-Mu dengan takbir, Ya Allah ampunilah dosa kami, Ya Allah sayangilah kami)”, "Lalu dia berkata:" Demi Allah, biarlah ini ditulis, dia tidak akan meninggalkan keduanya, dan biarkan menjadi syafaat." (HR. Baihaqi di dalam Sunan Baihaqi Kabir jilid 3 halaman 316 hadis nomor 6506).
Melalui hadis tadi diperoleh keterangan tentang redaksi takbir dalam kejadian/ peristiwa umum merujuk kepada penjelasan Salman al Farisi. Adapun takbir yang dimaksud adalah Allaahu Akbar, Allaahu Akbar, Allaahu Akbar kabiira (Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar dari segala yang besar). Terkait lafal kelanjutannya berkecenderungan kepada lafal do’a/ permohonan. Wallahu a’lam bishshawab.
No comments:
Post a Comment