Hari raya dalam ajaran Agama Islam diantaranya ada Hari Raya Idul Fitri, Hari Raya Idul Adha, dan Hari Jum’at. Pada Hari Jumat terdapat amalan sekitar salat Jum’at (penjelasan amalan sekitar salat Jum’at klik di sini). Seperti pada salat Jum’at, sekitar salat id terdapat berbagai amalan yang dapat kita amalkan sebagai penambah berat amal kebaikan kita. Hukum salat id adalah sunah muakkadah (penjelasan tentang hukum salat id bisa klik di sini). Sementara itu ada amalan-amalan sunnah yang mengiringi salat id, antara lain diantaranya: (1) mandi janabah; (2) bila ada memakai pakaian terbaik; (3) makan sebelum berangkat; (4) mengambil dua rute jalan; (5) waktu dan tempat bertakbir; (6) salat dan khotbah di tanah lapang; (7) tahniah pada hari raya.
1. Mandi Janabah
Mandi sebelum berangkat melaksanakan salat id. Mandi di sini maksudnya adalah mandi janabah. Sebagaimana hadis berikut.
Hadis Pertama
حَدَّثَنِي يَحْيَى عَنْ مَالِك عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ ابْنِ السَّبَّاقِ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ فِي جُمُعَةٍ مِنْ الْجُمَعِ يَا مَعْشَرَ الْمُسْلِمِينَ إِنَّ هَذَا يَوْمٌ جَعَلَهُ اللَّهُ عِيدًا فَاغْتَسِلُوا وَمَنْ كَانَ عِنْدَهُ طِيبٌ فَلَا يَضُرُّهُ أَنْ يَمَسَّ مِنْهُ وَعَلَيْكُمْ بِالسِّوَاكِ. مالك فى الموطأ
Artinya: Telah menceritakan kepadaku Yahya dari Malik dari Ibnu Syihab dari Ibnu As Sabaq bahwasanya Rasulullah SAW pada suatu Jum'at bersabda: "Hai kaum Muslimin, hari (Jum'at) ini adalah satu hari yang Allah jadikan Hari Raya. Karena itu hendaklah kalian mandi. Barangsiapa memiliki wewangian, maka tidaklah mengapa jika kalian mengenakannya. Dan hendaklah kalian bersiwak." (HR. Malik, dalam Al-Muwaththa’ no. 131).
Menurut hadis di atas, kita disunahkan untuk mandi terlebih dahulu sebelum melaksanakan salat di hari raya. Adapun tata cara mandi janabah bisa klik di sini.
2. Bila Ada Memakai Pakaian Terbaik
Sebelum berangkat melaksanakan salat id, kita dianjurkan memakai pakaian terbaik. Hal tersebut sebagaimana hadis berikut.
Hadis Kedua
وَأَخْبَرَنَا أَبُو زَكَرِيَّا بْنُ أَبِي إِسْحَاقَ، فِي آخَرِينَ، قَالُوا: ثنا أَبُو الْعَبَّاسِ الأَصَمُّ، أنبأ الرَّبِيعُ، أنبأ الشَّافِعِيُّ، أنبأ إِبْرَاهِيمُ بْنُ مُحَمَّدٍ، ثنا جَعْفَرُ بْنُ مُحَمَّدٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ جَدِّهِ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: كَانَ يَلْبَسُ بُرْدَ حِبَرَةٍ فِي كُلِّ عِيدٍ. البيهقي
Artinya: Dan telah mengabarkan kepada kami Abu Zakariyya bin Abi Ishaq pada para perawi yang lain, ia berkata: telah menceritakan kepada kami Abu Al ’Abbas Al Asham, telah menceritakan kepada kami Ar Rabi’, telah menceritakan kepada kami Asy Syafi’i, telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Muhammad (bin Sufyan), telah menceritakan kepada kami Ja’far bin Muhammad, dari Bapaknya, dari Kakeknya bahwasanya Nabi SAW biasa memakai kain buatan Yaman pada tiap-tiap Hari Raya. (HR. Baihaqi, no. 5660).
Keterangan: Terkait rawi yang bernama Ibrahim bin Muhammad bin Sufyan dikomentari Adz Dzahabi bahwa ia salah satu ulama yang lemah dan tidak disebutkan, Yaqub bin Sufyan Al-Fasawi mengatakan matrukul hadits, Ibnu Hajar Al Asqalani mengatakan matrukul hadits.
Hadis di atas merupakan hadis yang lemah (dla’if). Namun demikian tidak ada salahnya apabila kita berangkat salat id dengan mengenakan pakaian yang bagus. Pada amalan sekitar salat Jum’at, memakai pakaian terbaik adalah salah satu amalan. Begitu juga dengan Hari Raya Idul Fitri atau Hari Raya Idul Adha tidak ada salahnya memakai pakaian terbaik. Sebagai catatan bahwa pakaian yang dikenakan saat hari raya tidak harus buatan negeri Yaman.
3. Makan Sebelum Berangkat
Sebelum beragkat salat id, kita disunahkan makan atau tidak makan terlebih dahulu. Ketika berangkat salat Idul Fitri, sebaiknya sebelum berangkat kita makan terlebih dahulu. Saat berangkat salat Idul Adha, sebaiknya kita tidak makan terlebih dahulu. Hal tersebut sebagaimana hadis berikut.
Hadis Ketiga
حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ الصَّبَّاحِ الْبَزَّارُ الْبَغْدَادِيُّ حَدَّثَنَا عَبْدُ الصَّمَدِ بْنُ عَبْدِ الْوَارِثِ عَنْ ثَوَابِ بْنِ عُتْبَةَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ بُرَيْدَةَ عَنْ أَبِيهِ قَالَ: كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَخْرُجُ يَوْمَ الْفِطْرِ حَتَّى يَطْعَمَ وَلَا يَطْعَمُ يَوْمَ الْأَضْحَى حَتَّى يُصَلِّيَ. قَالَ وَفِي الْبَاب عَنْ عَلِيٍّ وَأَنَسٍ قَالَ أَبُو عِيسَى حَدِيثُ بُرَيْدَةَ بْنِ حُصَيْبٍ الْأَسْلَمِيِّ حَدِيثٌ غَرِيبٌ و قَالَ مُحَمَّدٌ لَا أَعْرِفُ لِثَوَابِ بْنِ عُتْبَةَ غَيْرَ هَذَا الْحَدِيثِ وَقَدْ اسْتَحَبَّ قَوْمٌ مِنْ أَهْلِ الْعِلْمِ أَنْ لَا يَخْرُجَ يَوْمَ الْفِطْرِ حَتَّى يَطْعَمَ شَيْئًا وَيُسْتَحَبُّ لَهُ أَنْ يُفْطِرَ عَلَى تَمْرٍ وَلَا يَطْعَمَ يَوْمَ الْأَضْحَى حَتَّى يَرْجِعَ. الترمذي
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Al Hasan bin Shabah Al Bazzar Al Baghdadi, telah menceritakan kepada kami 'Abdush Shamad bin 'Abd Al Warits dari Tsawab bin 'Utbah dari Abdullah bin Buraidah dari Bapaknya dia berkata: bahwa: "Dahulu Rasulullah SAW tidak pergi Salat Hari Raya Idul Fitri melainkan sesudah makan. Dan tidak makan pada Hari Raya Idul Adha melainkan sesudah kembali dari salat." (Perawi) berkata: dalam bab ini (ada juga riwayat) dari Ali dan Anas. Abu Isa berkata: hadis Buraidah bin Hushaib Al Aslami adalah hadis gharib. Muhammad berkata: dan saya tidak mengetahui (riwayatnya) Tsawab bin 'Utbah selain hadis ini. Dan dikalangan ahli ilmu menganjurkan supaya tidak keluar (menuju tempat salat) sehingga makan sesuatu pada Hari Raya Idul Fitri, dan mereka juga menganjurkan untuk memakan kurma, dan tidak makan terlebih dahulu pada Hari Raya Idul Adha sampai dia kembali (dari tempat salat). (HR. Tirmidzi, no. 497).
4. Mengambil Dua Rute Jalan
Kita disunahkan untuk mengambil dua rute jalan. Maksudnya rute jalan ketika berangkat dan pulang itu berbeda. Hal itu sesuai dengan hadis berikut.
Hadis Keempat
حَدَّثَنَا عَبْدُ الْأَعْلَى بْنُ وَاصِلِ بْنِ عَبْدِ الْأَعْلَى الْكُوفِيُّ وَأَبُو زُرْعَةَ قَالَا حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الصَّلْتِ عَنْ فُلَيْحِ بْنِ سُلَيْمَانَ عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْحَارِثِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا خَرَجَ يَوْمَ الْعِيدِ فِي طَرِيقٍ رَجَعَ فِي غَيْرِهِ. قَالَ وَفِي الْبَاب عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ وَأَبِي رَافِعٍ قَالَ أَبُو عِيسَى وَحَدِيثُ أَبِي هُرَيْرَةَ حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ وَرَوَى أَبُو تُمَيْلَةَ وَيُونُسُ بْنُ مُحَمَّدٍ هَذَا الْحَدِيثَ عَنْ فُلَيْحِ بْنِ سُلَيْمَانَ عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْحَارِثِ عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ وَقَدْ اسْتَحَبَّ بَعْضُ أَهْلِ الْعِلْمِ لِلْإِمَامِ إِذَا خَرَجَ فِي طَرِيقٍ أَنْ يَرْجِعَ فِي غَيْرِهِ اتِّبَاعًا لِهَذَا الْحَدِيثِ وَهُوَ قَوْلُ الشَّافِعِيِّ وَحَدِيثُ جَابِرٍ كَأَنَّهُ أَصَحُّ. الترمذي
Artinya: Telah menceritakan kepada kami 'Abdul A'la bin Washil bin 'Abdil A'la Al Kufi dan Abu Zur'ah, keduanya berkata: telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ash Shalt dari Fulaih bin Sulaiman dari Sa'id bin Al Harits dari Abu Hurairah dia berkata: "Dahulu Rasulullah SAW apabila melewati jalan saat pergi Salat Hari Raya, maka ketika pulang beliau mengambil jalan lain (dari yang telah dilalui waktu pergi)." Dalam bab ini (ada juga riwayat) dari Abdullah bin Umar dan Abu Rafi'. Abu Isa berkata: hadis Abu Hurairah adalah hadis hasan gharib. Abu Tumailah dan Yunus bin Muhammad telah meriwayatkan hadis ini dari Fulaih bin Sulaiman dari Sa'id bin Al Harits dari Jabir bin Abdullah dia berkata: Sebagian ahli ilmu menganjurkan (menekankan) bagi seorang imam, jika dia keluar (menuju tempat salat) dengan satu jalan hendaknya ia pulang dengan mengambil jalan yang lain, mengikuti hadis ini, ia merupakan perkataan Syafi'i, sepertinya hadis Jabir adalah hadis yang paling shahih. (HR. Tirmidzi, no. 496).
5. Waktu dan Tempat Bertakbir
Ada berbagai hadis yang menyatakan tentang waktu dan tempat bertakbir. Ada yang memulai takbir sejak dari masjid dengan suara keras hingga datang imam salat id, ada yang memulai takbir ketika keluar rumah, ada yang bertakbir selama hari raya. Namun dari semua hadis yang menjelaskan hal tersebut memiliki derajat yang lemah (dla’if) dan bahkan mursal. Namun dari berbagai hadis yang dikumpulkan, ada hadis yang shahih menjelaskan waktu dan tempat bertakbir. Hadis yang dimaksud adalah sebagai berikut.
Hadis Kelima
حَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ حَفْصٍ قَالَ حَدَّثَنَا أَبِي عَنْ عَاصِمٍ عَنْ حَفْصَةَ عَنْ أُمِّ عَطِيَّةَ قَالَتْ كُنَّا نُؤْمَرُ أَنْ نَخْرُجَ يَوْمَ الْعِيدِ حَتَّى نُخْرِجَ الْبِكْرَ مِنْ خِدْرِهَا حَتَّى نُخْرِجَ الْحُيَّضَ فَيَكُنَّ خَلْفَ النَّاسِ فَيُكَبِّرْنَ بِتَكْبِيرِهِمْ وَيَدْعُونَ بِدُعَائِهِمْ يَرْجُونَ بَرَكَةَ ذَلِكَ الْيَوْمِ وَطُهْرَتَهُ. البخاري
Artinya: Telah menceritakan kepada kami 'Umar bin Hafsh berkata: telah menceritakan kepada kami Bapakku dari 'Ashim dari Hafshah dari Ummu 'Athiyyah, ia berkata: "Dahulu kami diperintahkan untuk keluar pada Hari Raya (ke tempat salat Id), sehingga kami mengeluarkan para gadis yang dalam pingitannya, sehingga kami mengeluarkan para wanita yang sedang haid, lalu mereka berada di tempat belakang para jama'ah, mereka para wanita bertakbir dengan takbir mereka, berdo'a dengan do'a mereka, para wanita itu mengharapkan berkahnya pada hari itu dan kesuciannya (dari dosa)." (HR. Bukhari, no. 918).
Menurut hadis di atas bisa kita pahami bahwa ada perintah untuk keluar pada hari raya ke tempat salat id. Diantaranya termasuk gadis dalam pingitan dan wanita haid. Semua yang berkumpul di tempat salat id bertakbir. Sehingga bisa dipahami bahwa menurut hadis shahih tersebut, waktu ialah ketika sampai di tempat salat id dan tempat bertakbir adalah tempat yang akan digunakan untuk salat id. Adapun takbir yang dimaksud adalah sebagai berikut.
Hadis Keenam
حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ، قَالَ: حَدَّثَنَا شَرِيكٌ، قَالَ: قُلْتُ لِأَبِي إِسْحَاقَ: كَيْفَ كَانَ يُكَبِّرُ عَلِيٌّ، وَعَبْدُ اللَّهِ؟، قَالَ: كَانَا يَقُولَانِ: اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَاللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، وَلِلَّهِ الْحَمْدُ. ابن أبي شيبة
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Yazid bin Harun, ia berkata: telah menceritakan kepada kami Syarik, ia berkata: Aku bertanya kepada Abu Ishaq: Bagaimana takbirnya Ali dan Abdullah? Ia berkata: Adalah takbir mereka dengan mengucap: Allaahu Akbar, Allaahu Akbar, laa ilaaha illalaahu wallaahu Akbar, Allaahu Akbar walillaahil hamdu (Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, tidak ada tuhan kecuali Allah, Allah Maha Besar dan kepunyaan Allah-lah segala pujian) (HR. Ibnu Abi Syaibah, no. 5510).
6. Salat dan Khotbah di Tanah Lapang
Salat id dan khotbah dilaksanakan di tanah lapang. Hal tersebut sebagaimana yang tertulis dalam hadis berikut.
Hadis Ketujuh
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا هُشَيْمٌ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ إِسْحَقَ عَنْ حَفْصِ بْنِ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ أَنَسٍ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُفْطِرُ عَلَى تَمَرَاتٍ يَوْمَ الْفِطْرِ قَبْلَ أَنْ يَخْرُجَ إِلَى الْمُصَلَّى. قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ صَحِيحٌ. الترمذي
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Qutaibah, telah menceritakan kepada kami Husyaim dari Muhammad bin Ishaq dari Hafsh bin 'Ubaidillah bin Anas dari Anas bin Malik, bahwasannya dahulu pada Hari Raya Idul Fitri Nabi SAW biasa makan beberapa kurma sebelum berangkat ke Musala (tempat salat Hari Raya). Abu Isa berkata: Ini adalah hadis hasan gharib shahih. (HR. Tirmidzi, no. 498).
Keterangan: Melalui hadits tersebut bisa dipahami bahwa dahulu Nabi SAW mengadakan salat Hari Raya di Musala (tanah lapang).
Menurut hadis di atas Rasulullah mengadakan salat id di musala (tanah lapang). Diriwayatkan bahwa Nabi SAW pernah salat id di masjid ketika hujan.
Hadis Kedelapan
حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ عَمَّارٍ حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ ح و حَدَّثَنَا الرَّبِيعُ بْنُ سُلَيْمَانَ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ بْنُ مُسْلِمٍ حَدَّثَنَا رَجُلٌ مِنْ الْقَرَوِيِّينَ وَسَمَّاهُ الرَّبِيعُ فِي حَدِيثِهِ عِيسَى بْنَ عَبْدِ الْأَعْلَى بْنِ أَبِي فَرْوَةَ سَمِعَ أَبَا يَحْيَى عُبَيْدَ اللَّهِ التَّيْمِيَّ يُحَدِّثُ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّهُ أَصَابَهُمْ مَطَرٌ فِي يَوْمِ عِيدٍ فَصَلَّى بِهِمْ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَاةَ الْعِيدِ فِي الْمَسْجِدِ. ابو داود
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Hisyam bin 'Ammar, telah menceritakan kepada kami Al Walid dan telah di riwayatkan dari jalur lain, telah menceritakan kepada kami Ar Rabi' bin Sulaiman, telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Yusuf, telah menceritakan kepada kami Al Walid bin Muslim, telah menceritakan kepada kami seorang dari pedesaan yang Ar Rabi' beri nama dalam hadisnya Isa bin Abdul A'la bin Abi Farawwah, dia mendengar Abu Yahya 'Ubaidullah At Taimi mengatakan dari Abu Hurairah bahwasanya pada suatu Hari Raya, para sahabat kehujanan, maka Nabi SAW mengerjakan salat Hari Raya bersama mereka di masjid. (HR. Abu Dawud, no. 980).
Keterangan: Hadis tersebut dlaif karena terdapat rawi yang bernama Isa bin 'Abdul A'laa bin 'Abdullah. Ia merupakan tabi'ut tabi'in kalangan tua. Komentar Ulama tentangnya diantaranya Ibnul Qaththan mengatakan majhul, dan Ibnu Hajar Al 'Asqalani mengatakan majhul.
Meskipun hadis di atas memiliki derajat lemah (dla’if), tetapi shahih maknanya. Kebiasaan Rasulullah memang melaksanakan salat id di tanah lapang. Suatu perbuatan bisa dinyatakan wajib apabila disertai dengan perintah. Sehingga salat id di tanah lapang bukanlah suatu hal yang wajib.
7. Tahniah (Ucapan) Pada Hari Raya
Ada kebiasaan diantara sahabat Nabi Muhammad SAW ketika bertemu satu dengan yang lain ketika selesai mengikuti rangkaian ibadah salat id. Hal itu sebagaimana riwayat dari hadis berikut.
Hadis Kesembilan
حدثنا المهني بن يحيى، قال: حدثنا مبشر بن إسماعيل الحلبي، عن إسماعيل بن عياش، عن صفوان بن عمرو، عن عبد الرحمن بن جبير بن نفير، عن أبيه قال: كَانَ أَصْحَابُ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم إِذَا اِلْتَقَوْا يَوْمَ الْعِيدِ، يَقُوْلُ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ: تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكَ. الحسين بن إسماعيل المحاملي في صلاة العيدين
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Al-Muhanni bin Yahya, ia berkata: telah menceritakan kepada kami Mubasyir bin Isma’il Al-Halabi, dari Isma’il bin ‘Ayyasy, dari Shafwan bin ‘Amru, dari ‘Abdurrahman bin Jubair bin Nufair, dari Bapaknya (Jubair bin Nufair), ia berkata: Dahulu para sahabat Nabi SAW apabila mereka bertemu pada Hari Raya, satu dengan yang lain saling mengucapkan, “Taqobbalalloohu minnaa wa minka (Semoga Allah menerima amalan kami dan amalan anda).” (HR. Al-Husain bin Isma’il Al-Mahamili dalam bab Salat Id).
Menurut riwayat di atas, kita mengucapkan tahniah ketika telah melaksanakan rangkaian ibadah salat id. Wallahu ‘alam bishshawwab. Demikian amalan sekitar salat id. Semoga dapat diambil manfaatnya oleh banyak orang. Dalil yang kita gunakan untuk beribadah adalah dalil dari Al-Qur’an yang sudah pasti benar dan/ atau hadis shahih atau setidaknya hasan lidzatihi. Adapun selain dalil yang ada, tidak menutup kemungkinan terdapat dalil yang shahih maupun sharih lainnya yang bisa kita gunakan sebagai landasan hukum ibadah. Semoga kita semuanya mampu melaksanakan salat sunah dengan baik dan istiqamah sebagai upaya kita meraih kesempurnaan amal salih. Aamiin.
No comments:
Post a Comment