Wednesday, June 9, 2021

Sekitar Khotbah Jum’at


 

Jum’at merupakan nama hari dan nama salat. Hal itu seperti umpamanya perkataan “jama’a fulaanun” berarti si fulan salat Jum’at. Adapun salat Jum’at itu wajib bagi tiap-tiap orang mukallaf dan sah dikerjakan oleh satu orang (tidak berjamaah). Hal ini sesuai pendapat 'Abdullah bin 'Abbas (Kasyful Ghummah hal. 146 dan Al-Mannar juz 7 hal. 26), Dawud bin Ali Ad-Dhahiri, Qasyani, Hasan bin Shalih, dan disepakati pula oleh Imam Ahmad Muhammad Syakir dalam ta’liq-nya (komentarnya) terhadap kitab Al-Muhalla karangan Ibnu Hazm Al-Andalusiy juz 5, hal. 46.

Adapun Jumhur ulama berpendapat bahwa salat Jum’at hanya sah dikerjakan dengan berjamaah. Bagi orang-orang yang ketinggalan salat Jum’at wajib mengerjakan salat Zuhur 4 rakaat. Hal tersebt karena menurut Jumhur ulama, salat Jum’at itu diwajibkan menjadi pengganti salat Zuhur, dan bukan kewajiban yang asal. Oleh karena itu, salat Jum’at itu gugur bagi orang perempuan, budak, orang bepergian, orang sakit, dan penduduk pelosok pegunungan. Namun demikian, kepada orang-orang yang disebutkan tadi diwajibkan salat Zuhur 4 rakaat. Apabila orang-orang tadi mau mengerjakan salat Jum’at, dikatakan sah salat Jum’atnya dan tidak perlu mengerjakan salat Zuhur.

Kedua pendapat di tadi mempunyai pendukung dan pembela dengan dalil-dalil yang tidak dapat dipertemukan kembali. Adapun terkait ulasan singkat mengenai dua pendapat ini bisa disimak lebih lanjut dengan cara klik di sini. Demikian juga terdapat amalan sekitar salat Jum’at yang dapat disimak dengan cara klik di sini. Adapun salat Jum’at waktunya adalah ketika matahari tergelincir. Hal tersebut sebagaimana hadis berikut.

 

Hadis Pertama

حَدَّثَنَا سُرَيْجُ بْنُ النُّعْمَانِ قَالَ حَدَّثَنَا فُلَيْحُ بْنُ سُلَيْمَانَ عَنْ عُثْمَانَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عُثْمَانَ التَّيْمِيِّ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُصَلِّي الْجُمُعَةَ حِينَ تَمِيلُ الشَّمْسُ. البخارى

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Suraij bin An Nu'man berkata, telah menceritakan kepada kami Fulaih bin Sulaiman dari 'Utsman bin 'Abdurrahman bin 'Utsman At Taimi dari Anas bin Malik RA, bahwa Nabi SAW melaksanakan salat Jum'at ketika matahari sudah tergelincir." (HR. Bukhari, no. 853).

 

Melalui hadis tadi jelaslah ketika hendak melaksanakan salat Jum’at di hari Jum’at itu dilaksanakan ketika matahari sudah tergelincir. Ketika hendak melaksanakan salat Jum’at secara berjamaah, biasanya diawali dengan khotbah. Adapun khotbah Jum’at merupakan diantaranya ibadah ghairu mahdlah yang secara umum mengandung maslahat umat dan dapat diwakilkan oleh orang lain. Bentuk dan macam ibadah ghairu mahdlah tidak ditentukan secara terperinci. Khotbah adalah pidato yang disampaikan untuk menunjukan kepada pendengar mengenai pentingnya suatu pembahasan. Sementara khotbah Jum’at merupakan diantaranya macam khotbah yang dilaksanakan sebelum ditegakkannya salat Jum’at secara berjamaah. Adapun ketika khotbah, khatib diantaranya memperhatikan beberapa hal berikut.

 

1. Mengucap Salam

Khatib biasanya mengucap salam ketika naik mimbar dan hendak khotbah. Mengucap salam tersebut sebagaimana hadis berikut.

 

Hadis Kedua

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ خَالِدٍ حَدَّثَنَا ابْنُ لَهِيعَةَ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ زَيْدِ بْنِ مُهَاجِرٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ الْمُنْكَدِرِ عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا صَعِدَ الْمِنْبَرَ سَلَّمَ. ابن ماجه

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Yahya berkata, telah menceritakan kepada kami Amru bin Khalid berkata, telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah dari Muhammad bin Zaid bin Muhajir dari Muhammad bin Munkadir dari Jabir bin Abdullah berkata, "Nabi SAW apabila naik mimbar selalu mengucapkan salam." (HR. Ibnu Majah, no. 1099).

Keterangan: hadis tersebut dlaif karena dalam sanadnya ada perawi Ibnu Lahi’ah yang nama aslinya Abdullah bin Lahi'ah. Ia dikatakan dlaif oleh Adz Dzahabi dan Muhammad bin Sa’d. Hadis tersebut juga diriwayatkan oleh Baihaqi dalam Sunan Baihaqi Kabir jilid 3 halaman 204 hadis nomor 5951 dan jilid 3 halaman 298 hadis nomor 6432.

 

Melalui hadis tadi yang dlaif dapat dimengerti bahwa mengucap salam ketika khotbah (naik mimbar) bukanlah suatu hal wajib yang melekat dalam khotbah. Namun sebagai kelaziman ketika seseorang menyampaikan salam kepada orang banyak.

 

2. Setelah mengucapkan salam, khatib duduk dan muazin mengumandangkan azan hingga selesai

Azan dikumandangkan ketika khatib mengucap salam dan kemudian duduk. Hal tersebut sebagaimana hadis berikut.

 

Hadis Ketiga

حَدَّثَنَا آدَمُ قَالَ حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي ذِئْبٍ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ السَّائِبِ بْنِ يَزِيدَ قَالَ، كَانَ النِّدَاءُ يَوْمَ الْجُمُعَةِ أَوَّلُهُ إِذَا جَلَسَ الْإِمَامُ عَلَى الْمِنْبَرِ عَلَى عَهْدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا فَلَمَّا كَانَ عُثْمَانُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ وَكَثُرَ النَّاسُ زَادَ النِّدَاءَ الثَّالِثَ عَلَى الزَّوْرَاءِ. قَالَ أَبُو عَبْد اللَّهِ الزَّوْرَاءُ مَوْضِعٌ بِالسُّوقِ بِالْمَدِينَةِ. البخارى

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Adam berkata, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Dzi'b dari Az Zuhri dari As Sa'ib bin Yazid berkata, "Azan panggilan salat Jum'at pada mulanya dilakukan ketika imam sudah duduk di atas mimbar. Hal ini dipraktekkan sejak zaman Nabi SAW, Abu Bakar dan 'Umar RA. Ketika masa 'Utsman (bin ‘Affan) RA dan manusia sudah semakin banyak, maka dia menambah azan ketiga di Az Zaura'." Abu 'Abdullah berkata, "Az Zaura' adalah bangunan yang ada di pasar di Kota Madinah." (HR. Bukhari, no. 861).

Keterangan: Azan ketiga adalah azan yang dilakukan sebelum khatib berada di atas mimbar. Dikatakan azan ketiga (seruan ketiga) karena sebelum masa khalifah ‘Utsman sudah ada dua seruan. Seruan pertama yaitu azan ketika imam sudah duduk di mimbar. Seruan kedua yaitu iqamah ketika khothib sudah turun dari mimbar akan dilaksanakan salat Jum’at.

 

3. Khotbah dengan berdiri

Ketika khotbah, khatib menyampaikan dengan posisi berdiri. Hal tersebut sebagaimana hadis berikut.

 

Hadis Keempat

حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ الْقَوَارِيرِيُّ قَالَ حَدَّثَنَا خَالِدُ بْنُ الْحَارِثِ قَالَ حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ عَنْ نَافِعٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ، كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْطُبُ قَائِمًا ثُمَّ يَقْعُدُ ثُمَّ يَقُومُ كَمَا تَفْعَلُونَ الْآنَ. البخارى

Artinya: Telah menceritakan kepada kami 'Ubaidullah bin 'Umar Al Qawariri berkata, telah menceritakan kepada kami Khalid bin Al Harits berkata, telah menceritakan kepada kami 'Ubaidullah bin 'Umar dari Nafi' dari Ibnu 'Umar RA, ia berkata, "Rasulullah SAW berkhotbah sambil berdiri, kemudian duduk lalu berdiri kembali seperti yang kalian lakukan di zaman sekarang ini." (HR. Bukhari, no. 869).

 

Melalui hadis tersebut diketahui bahwa Rasulullah SAW berkhotbah dengan berdiri, kemudian duduk. Setelah itu berdiri kembali. Hal tersebut menerangkan bahwa khotbah yang dilakukan adalah sambil berdiri.

 

4. Khatib mengawali (membuka) khotbahnya dengan mengucapkan pujian

Ketika membuka khotbah, hendaknya memulai dengan mengucapkan pujian (tahmid) dan menyanjung Allah SWT. Hal tersebut sebagaimana hadis berikut.

 

Hadis Kelima

أَخْبَرَنَا عُتْبَةُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ أَنْبَأَنَا ابْنُ الْمُبَارَكِ عَنْ سُفْيَانَ عَنْ جَعْفَرِ بْنِ مُحَمَّدٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ، كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ فِي خُطْبَتِهِ يَحْمَدُ اللَّهَ وَيُثْنِي عَلَيْهِ بِمَا هُوَ أَهْلُهُ ثُمَّ يَقُولُ مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلَا هَادِيَ لَهُ إِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ وَأَحْسَنَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ وَشَرُّ الْأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلُّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ وَكُلُّ ضَلَالَةٍ فِي النَّارِ ثُمَّ يَقُولُ بُعِثْتُ أَنَا وَالسَّاعَةُ كَهَاتَيْنِ وَكَانَ إِذَا ذَكَرَ السَّاعَةَ احْمَرَّتْ وَجْنَتَاهُ وَعَلَا صَوْتُهُ وَاشْتَدَّ غَضَبُهُ كَأَنَّهُ نَذِيرُ جَيْشٍ يَقُولُ صَبَّحَكُمْ مَسَّاكُمْ ثُمَّ قَالَ مَنْ تَرَكَ مَالًا فَلِأَهْلِهِ وَمَنْ تَرَكَ دَيْنًا أَوْ ضَيَاعًا فَإِلَيَّ أَوْ عَلَيَّ وَأَنَا أَوْلَى بِالْمُؤْمِنِينَ. النسائى

Artinya: Telah mengabarkan kepada kami 'Utbah bin 'Abdullah dia berkata; telah memberitakan kepada kami Ibnul Mubarak dari Sufyan dari Ja'far bin Muhammad dari Bapaknya dari Jabir bin 'Abdullah dia berkata; "Apabila Rasulullah SAW berkhotbah, maka beliau memuji dan menyanjung Allah dengan hal-hal yang menjadi hak-Nya, kemudian bersabda: 'Barangsiapa telah diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak ada yang bisa menyesatkannya. Barangsiapa telah disesatkan oleh Allah, maka tidak ada yang bisa memberikan petunjuk kepadanya. Sebenar-benar perkataan adalah kitabullah (Alquran), sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad SAW, dan sejelek jelek perkara adalah hal-hal yang baru, setiap hal yang baru adalah bid'ah dan setiap bid'ah adalah sesat, dan setiap kesesatan di dalam neraka'. Kemudian beliau bersabda lagi, 'Ketika aku diutus, jarak antara aku dan hari Kiamat seperti jarak dua jari ini'. Bila beliau menyebutkan hari Kiamat maka kedua pipinya memerah, suaranya meninggi, dan amarahnya bertambah, seolah-olah beliau memperingatkan pasukan. Beliau bersabda: 'Hati-hati pada pagi kalian dan sorenya'. Barangsiapa meninggalkan harta, maka itu buat keluarganya dan barangsiapa meninggalkan utang atau sesuatu yang hilang maka itu tanggunganku. Aku adalah wali bagi orang-orang yang beriman '." (HR. Nasa’i, no. 1560).

 

5. Membaca syahadat

Sering kali kita mendengar khotbah yang di dalamnya terdapat syahadat. Membaca syahadat ketika khotbah sebagaimana hadis berikut.

 

Hadis Keenam

حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ وَمُوسَى بْنُ إِسْمَعِيلَ قَالَا حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَاحِدِ بْنُ زَيِادٍ حَدَّثَنَا عَاصِمُ بْنُ كُلَيْبٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ كُلُّ خُطْبَةٍ لَيْسَ فِيهَا تَشَهُّدٌ فَهِيَ كَالْيَدِ الْجَذْمَاءِ. ابوداود

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Musaddad dan Musa bin Isma'il keduanya berkata; telah menceritakan kepada kami Abdul Wahid bin Ziyad berkata, telah menceritakan kepada kami Ashim bin Kulaib dari Bapaknya dari Abu Hurairah dari Nabi SAW, beliau bersabda: "Setiap khotbah yang tidak ada syahadatnya seperti tangan tangan yang terpotong." (HR. Abu Daud, no. 4201).

Keterangan: Hadis tersebut hasan karena dalam sanadnya ada perawi yang bernama Ashim bin Kulaib bin Syihab bin Al Majnun. Ahmad bin Hanbal mengomentarinya la ba`sa bih,  Ibnu Hajar Al Asqalani bahwa ia shaduuq, tertuduh murjiah. Hadis tersebut juga diriwayatkan oleh Tirmidzi nomor 1024, Ahmad nomor 8162, Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannaf Ibnu Abi Syaibah jilid 5 halaman 339 hadis nomor 26681, Ibnu Hibban jilid 7 halaman 36 hadis nomor 2796, dengan jalur berbeda dan semuanya bersumber dari Ashim bin Kulaib bin Syihab bin Al Majnun.

 

6. Membaca selawat kepada Nabi SAW

Berbagai keterangan yang ditemukan menunjukkan bahwa dalam tahmid (memuji Allah pertanda memulai khotbah) disertakan bacaan selawat, baik sebelum atau sesudahnya. Setelah penulis terus mencoba mencari tahu tentang hal itu, didapatkan beberapa riwayat yang menerangkan tentang disertakannya selawat kepada Nabi SAW di dalam tahmid itu. Berikut ini adalah hadis yang menerangkan tentang membuka khotbah dengan tahmid dan kemudian diikuti dengan selawat.

 

Hadis Ketujuh

حدثنا محمد بن عمر بن خزر بن الفضل بن الموفق الزاهد بهمذان حدثنا إبراهيم بن محمد بن الحسن الطيان الاصبهاني حدثنا الحسين ابن القاسم الزاهد الاصبهاني حدثنا إسماعيل بن ابي زياد الشامي عن يونس ابن يزيد عن الزهري عن ابي سلمة عن ابي هريرة قال كل أمر لم يبدأ فيه بحمد الله والصلاة علي فهو أقطع أبتر ممحوق من كل بركة. وحدثنا محمد بن إسحاق الكيساني وجماعة قالوا حدثنا ابو الحسن احمد بن محمد بن ميمون الكاتب قال وجدت في كتاب جدي ميمون بن عون الكاتب عن إسماعيل بن ابي زياد عن يونس بن يزيد عن الزهري مثله سواء وحديث الاوزاعي عن قرة مشهور رواه الكبار عن الاوزاعي الوليد ابن مسلم وأبو المغيرة وعبيد الله بن موسى وابن المبارك عن الاوزاعي والمعول عليه ولا يعتمد على رواية إسماعيل عن يونس. أبو يعلى

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Umar bin Khazar bin Al Fadl bin Muwwafaq Az Zahid Bahmadzan, telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Muhammad bin Al Hasan Ath Thayyan Al Ashbahani, telah menceritakan kepada kami Al Hasan bin Qasim Az Zahid  Al Ashbahani, telah menceritakan kepada kami Ismail bin Abi Ziyad Asy Syami, dari Yunus bin Yazid, dari Az Zuhri, dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah, ia berkata: Setiap urusan yang tidak dimulai dengan memuji Allah dan selawat kepadaku, maka terputus, kosong, dan terhapus dari barakah. Dan telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ishaq Al Kisani dan Jamaah berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Al Hasan Ahmad bin Muhammad bin Maimun Al Katib berkata, dan aku menemukan dalam buku kakekku Maimun bin Aun Al Katib, dari Ismail bin Abi Ziyad, dari Yunus bin Yazid, dari Az Zuhri semisalnya. Dan hadis Al Awza’i dari Qurra terkenal diriwayatkan oleh Al Kabir, dari Al Awza’i Al Walid bin Muslim dan Abu Mughirah dan Abdillah bin Musa dan  Ibnu Al Mubarak, dari Al Awza’i dapat dipercaya dan tidak bergantung pada riwayat Ismail dari Yunus. (HR. Abu Ya’la, no. 119).

Keterangan: Hadis tersebut mauquf karena redaksi hadis tersebut bukanlah sabda Nabi SAW melainkan pernyataan yang disandarkan kepada seorang sahabat, yaitu Abu Hurairah dan tanpa menyebutkan bahwa itu merupakan sabda Nabi SAW. Selain itu pada sanadnya terdapat perawi bernama Ismail bin Abu Ziad Asy Syami yang dinyatakan matruk (diduga kuat pemalsu hadis) oleh ad Daraquthni. Sementara riwayat Al Awza’i tidak diterangkan hingga sampai Abu Hurairah.

 

Selain itu juga terdapat hadis yang menerangkan bahwa Abu Bakar ketika berkhotbah dengan pujian (tahmid) tanpa selawat kepada Nabi SAW. Hadis yang dimaksud adalah sebagai berikut.

 

Hadis Kedelapan

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ نُمَيْرٍ وَأَبُو أُسَامَةَ عَنْ إِسْمَعِيلَ بْنِ أَبِي خَالِدٍ عَنْ قَيْسِ بْنِ أَبِي حَازِمٍ قَالَ قَامَ أَبُو بَكْرٍ فَحَمِدَ اللَّهَ وَأَثْنَى عَلَيْهِ ثُمَّ قَالَ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّكُمْ تَقْرَءُونَ هَذِهِ الْآيَةَ {يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا عَلَيْكُمْ أَنْفُسَكُمْ لَا يَضُرُّكُمْ مَنْ ضَلَّ إِذَا اهْتَدَيْتُمْ} وَإِنَّا سَمِعْنَا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ النَّاسَ إِذَا رَأَوْا الْمُنْكَرَ لَا يُغَيِّرُونَهُ أَوْشَكَ أَنْ يَعُمَّهُمْ اللَّهُ بِعِقَابِهِ قَالَ أَبُو أُسَامَةَ مَرَّةً أُخْرَى فَإِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ. ابن ماجه

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Numair dan Abu Usamah, dari Isma'il bin Abu Khalid, dari Qais bin Abu Hazim dia berkata, "Abu Bakar berdiri (berkhotbah) sambil bersyukur kepada Allah dan memuji-Nya, kemudian dia berkata, "Wahai sekalian manusia, kalian membaca ayat ini '(Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu, tiadalah orang yang sesat itu akan memberi mudlarat kepadamu apabila kamu telah mendapat petunjuk)' (QS. Al Maidah: 105), dan sesungguhnya kami mendengar Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya manusia apabila melihat kemungkaran, kemudian mereka tidak merubahnya dikhawatirkan Allah akan meratakan azab-Nya kepada mereka." Sekali waktu Abu Usamah menyebutkan, "Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah SAW bersabda." (HR. Ibnu Majah, no. 3995).

 

Pada hadis lain menerangkan tentang membuka khotbah dengan tahmid dan kemudian diikuti dengan selawat adalah sebagai berikut. Adapun hadis yang dimaksud berasal dari Umar bin Khaththab.

 

Hadis Kesembilan

حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ عَبْدَةَ، وَأَبُو بَكْرِ بْنُ خَلَّادٍ، وَاللَّفْظُ لِأَبِي بَكْرٍ، وَأَكْثَرُ كَلَامِ هَذَا الْحَدِيثِ لِأَبِي بَكْرِ بْنِ خَلَّادٍ قَالَا: نا سُفْيَانُ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُتْبَةَ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: كُنْتُ أُقْرِئُ عَبْدَ الرَّحْمَنِ بْنَ عَوْفٍ فِي آخِرِ خِلَافَةِ عُمَرَ آخِرِ حَجَّةٍ حَجَّهَا وَنَحْنُ بِمِنًى أَتَانَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَوْفٍ فَقَالَ: لَوْ شَهِدْتَ أَمِيرَ الْمُؤْمِنِينَ الْيَوْمَ وَأَتَاهُ رَجُلٌ فَقَالَ : إِنِّي سَمِعْتُ فُلَانًا يَقُولُ: لَوْ مَاتَ أَمِيرُ الْمُؤْمِنِينَ لَبَايَعْنَا فُلَانًا، فَقَالَ عُمَرُ: لَأَقُومَنَّ الْعَشِيَّةَ فِي النَّاسِ فَلَأُحَذِّرَنَّهُمْ هَؤُلَاءِ الرَّهْطَ الَّذِينَ يُرِيدُونَ أَنْ يَغْتَصِبُوا النَّاسَ أُمُورَهُمْ، فَقُلْتُ: يَا أَمِيرَ الْمُؤْمِنِينَ إِنَّ الْمَوْسِمَ يَجْمَعُ رَعَاعَ النَّاسِ وَهُمُ الَّذِينَ يَغْلِبُونَ عَلَى مَجْلِسِكَ فَلَوْ أَخَّرْتَ ذَلِكَ حَتَّى تَقْدَمَ الْمَدِينَةَ فَتَقُولَ مَا تَقُولُ وَأَنْتَ مُتَمَكِّنًا فَيَعُونَهَا عَنْكَ وَيَضَعُونَهَا مَوْضِعَهَا، قَالَ: فَقَدِمْنَا الْمَدِينَةَ وَجَاءَتِ الْجُمُعَةُ وَذَكَرْتُ مَا حَدَّثَنِي بِهِ عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَوْفٍ فَهَجَرْتُ إِلَى الْمَسْجِدِ فَوَجَدْتُ سَعِيدَ بْنَ زَيْدِ بْنِ عَمْرِو بْنِ نُفَيْلٍ قَدْ سَبَقَنِي بِالتَّهْجِيرِ فَجَلَسْتُ إِلَى جَنْبِهِ تَمَسُّ رُكْبَتِي رُكْبَتَهُ فَلَمَّا زَالَتِ الشَّمْسُ وَدَخَلَ عُمَرُ، قُلْتُ لِسَعِيدِ بْنِ زَيْدٍ: لَيَقُولَنَّ أَمِيرُ الْمُؤْمِنِينَ الْيَوْمَ مَقَالَةً لَمْ تُقَلْ قَبْلَهُ، فَغَضِبَ سَعِيدٌ وَقَالَ: وَأَيُّ مَقَالَةٍ يَقُولُهَا لَمْ تُقَلْ قَبْلَهُ؟ فَلَمَّا صَعِدَ عُمَرُ الْمِنْبَرَ أَخَذَ الْمُؤَذِّنُ فِي أَذَانِهِ فَلَمَّا فَرَغَ قَامَ فَحَمِدَ اللَّهَ وَأَثْنَى عَلَيْهِ وَصَلَّى عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ قَالَ: أَمَّا بَعْدُ... . البزار

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin ‘Abdah, dan Abu Bakar bin Khallad, dan lafaznya adalah untuk Abu Bakar, sebagian besar hadis ini diriwayatkan oleh Abu Bakar bin Khallad, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Az Zuhri, dari Ubaidillah bin Abdillah bin Utbah, dari Ibnu Abbas, ia berkata: Saya membacakan kepada Abdurrahman bin Auf pada akhir kekhalifahan Umar  ... . Ketika Umar naik mimbar muazin mulai berazan, ketika ia selesai, Umar berdiri lalu memuji kepada Allah, menyanjung-Nya dan berselawat atas Nabi SAW kemudian berkata, ‘Amma ba’du’… (HR. Al Bazzar, Musnad Bazzar jilid 1 halaman 299).

Keterangan: Hadis tersebut terdapat kegoncangan. Dikatakan demikian karena diantaranya goncang dalam matan hadis. Adapun hadis tersebut menyalahi riwayat lainnya yang masyhur bahwa Umar bin Khaththab pada saat itu berkhotbah tanpa membaca selawat kepada Nabi (terdapat dalam hadis riwayat Ahmad nomor 368). Padahal hal tersebut sama-sama Umar bin Khatab yang berkhotbah. Hadis tersebut bersumber dari Az Zuhri (Muhammad bin Muslim bin 'Ubaidillah bin 'Abdullah bin Syihab/ Ibnu Syihab), dari Ubaidillah bin Abdillah bin Utbah, dari Ibnu Abbas.

 

Hadis lain menjelaskan bahwa Umar tidak membaca selawat ketika berkhotbah. Hadis yang dimaksud adalah hadis riwayat Ahmad nomor 368 sebagai berikut.

 

Hadis Kesepuluh

حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ عِيسَى الطَّبَّاعُ حَدَّثَنَا مَالِكُ بْنُ أَنَسٍ حَدَّثَنِي ابْنُ شِهَابٍ عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُتْبَةَ بْنِ مَسْعُودٍ أَنَّ ابْنَ عَبَّاسٍ أَخْبَرَهُ، أَنَّ عَبْدَ الرَّحْمَنِ بْنَ عَوْفٍ رَجَعَ إِلَى رَحْلِهِ قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ وَكُنْتُ أُقْرِئُ عَبْدَ الرَّحْمَنِ بْنَ عَوْفٍ فَوَجَدَنِي وَأَنَا أَنْتَظِرُهُ وَذَلِكَ بِمِنًى فِي آخِرِ حَجَّةٍ حَجَّهَا عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَوْفٍ إِنَّ رَجُلًا أَتَى عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ فَقَالَ إِنَّ فُلَانًا يَقُولُ لَوْ قَدْ مَاتَ عُمَرُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ بَايَعْتُ فُلَانًا فَقَالَ عُمَرُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ إِنِّي قَائِمٌ الْعَشِيَّةَ فِي النَّاسِ فَمُحَذِّرُهُمْ هَؤُلَاءِ الرَّهْطَ الَّذِينَ يُرِيدُونَ أَنْ يَغْصِبُوهُمْ أَمْرَهُمْ قَالَ عَبْدُ الرَّحْمَنِ فَقُلْتُ يَا أَمِيرَ الْمُؤْمِنِينَ لَا تَفْعَلْ فَإِنَّ الْمَوْسِمَ يَجْمَعُ رَعَاعَ النَّاسِ وَغَوْغَاءَهُمْ وَإِنَّهُمْ الَّذِينَ يَغْلِبُونَ عَلَى مَجْلِسِكَ إِذَا قُمْتَ فِي النَّاسِ فَأَخْشَى أَنْ تَقُولَ مَقَالَةً يَطِيرُ بِهَا أُولَئِكَ فَلَا يَعُوهَا وَلَا يَضَعُوهَا عَلَى مَوَاضِعِهَا وَلَكِنْ حَتَّى تَقْدَمَ الْمَدِينَةَ فَإِنَّهَا دَارُ الْهِجْرَةِ وَالسُّنَّةِ وَتَخْلُصَ بِعُلَمَاءِ النَّاسِ وَأَشْرَافِهِمْ فَتَقُولَ مَا قُلْتَ مُتَمَكِّنًا فَيَعُونَ مَقَالَتَكَ وَيَضَعُونَهَا مَوَاضِعَهَا فَقَالَ عُمَرُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ لَئِنْ قَدِمْتُ الْمَدِينَةَ سَالِمًا صَالِحًا لَأُكَلِّمَنَّ بِهَا النَّاسَ فِي أَوَّلِ مَقَامٍ أَقُومُهُ فَلَمَّا قَدِمْنَا الْمَدِينَةَ فِي عَقِبِ ذِي الْحِجَّةِ وَكَانَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ عَجَّلْتُ الرَّوَاحَ صَكَّةَ الْأَعْمَى فَقُلْتُ لِمَالِكٍ وَمَا صَكَّةُ الْأَعْمَى قَالَ إِنَّهُ لَا يُبَالِي أَيَّ سَاعَةٍ خَرَجَ لَا يَعْرِفُ الْحَرَّ وَالْبَرْدَ وَنَحْوَ هَذَا فَوَجَدْتُ سَعِيدَ بْنَ زَيْدٍ عِنْدَ رُكْنِ الْمِنْبَرِ الْأَيْمَنِ قَدْ سَبَقَنِي فَجَلَسْتُ حِذَاءَهُ تَحُكُّ رُكْبَتِي رُكْبَتَهُ فَلَمْ أَنْشَبْ أَنْ طَلَعَ عُمَرُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ فَلَمَّا رَأَيْتُهُ قُلْتُ لَيَقُولَنَّ الْعَشِيَّةَ عَلَى هَذَا الْمِنْبَرِ مَقَالَةً مَا قَالَهَا عَلَيْهِ أَحَدٌ قَبْلَهُ قَالَ فَأَنْكَرَ سَعِيدُ بْنُ زَيْدٍ ذَلِكَ فَقَالَ مَا عَسَيْتَ أَنْ يَقُولَ مَا لَمْ يَقُلْ أَحَدٌ فَجَلَسَ عُمَرُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَلَى الْمِنْبَرِ فَلَمَّا سَكَتَ الْمُؤَذِّنُ قَامَ فَأَثْنَى عَلَى اللَّهِ بِمَا هُوَ أَهْلُهُ ثُمَّ قَالَ أَمَّا بَعْدُ ... . احمد

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Ishaq Bin Isa Ath Thabba' Telah menceritakan kepada kami Malik Bin Anas Telah menceritakan kepadaku Ibnu Syihab dari 'Ubaidillah Bin Abdullah Bin 'Utbah Bin Mas'ud bahwa Ibnu Abbas telah mengabarkan kepadanya, bahwa Abdurrahman Bin Auf kembali ke kendaraannya. Ibnu Abbas berkata; "Aku akan bertamu kepada Abdurrahman Bin Auf, dan dia menjumpaiku ketika aku menunggunya. Peristiwa itu terjadi di Mina pada musim haji terakhir yang dilaksanakan oleh Umar Bin Al Khaththab. Abdurrahman berkata; "Sesungguhnya seorang lelaki mendatangi Umar Bin Al Khaththab kemudian berkata; "Seandaianya Umar telah meniggal dunia, maka aku akan membai'at si fulan". Umar menjawab; "Aku masih hidup di tengah orang-orang, maka aku peringatkan mereka yang hendak merebut kepemimpinan orang-orang." Abdurrahman Bin Auf berkata; aku berkata; "Wahai Amirul Mukminin, jangan kamu lakukan hal itu! Karena musim haji ini telah berkumpul kalangan bawah dan kaum bodoh dari mereka, dan sesungguhnya merekalah yang mendominasi di majlismu, jika kamu berdiri di tengah orang-orang, aku khawatir kamu akan mengatakan suatu perkataan yang karenanya mereka akan lalai, sehingga mereka tidak dapat memahaminya dan tidak pula menempatkannya pada tempatnya, akan tetapi (tangguhkanlah apa yang hendak kamu katakan) itu sampai tiba di Madinah, sesungguhnya Madinah adalah tempat Hijrah dan Sunnah, dan kamu dapat menyelesaikan (masalah ini) dengan para ulama dan orang-orang terhormat mereka, sehingga kamu dapat mengatakan apa yang akan kamu katakan dengan tenang, kemudian mereka memahami perkataanmu dan menempatkannya sesuai pada tempatnya." Kemudian Umar berkata; "Apabila aku tiba di Madinah dalam keadaan selamat dan sehat, pasti akan aku sampaikan hal itu kepada orang-orang di tempat pertama kali aku menginjakkan kakiku." Maka ketika kami sampai di Madinah menjelang bulan Dzulhijah dan bertepatan dengan hari Jum'at, aku (Abdurrahman) segera pergi Shakkatul A'ma", -aku bertanya kepada Malik; "Apa maksudnya Shakkatul A'ma?" Dia menjawab; "Maksudnya dia tidak perduli pada waktu apa pergi, tidak perduli waktu panas atau dingin dan yang semisalnya".- kemudian aku mendapati Sa'id Bin Zaid telah mendahuluiku berada di sisi kanan mimbar, lalu aku duduk dihadapannya sambil menempelkan lututku kepada lututnya, tidak lama kemudian Umar muncul, ketika aku melihatnya aku berkata; "Sore ini pasti akan disampaikan di atas mimbar ini suatu perkataan yang belum pernah sebelumnya seorangpun mengatakannya." Abdurrahman Bin Auf berkata; "Sa'id Bin Zaid mengingkari (perkataanku) itu, lalu dia berkata; "Apa? Kamu berharap dia mengatakan suatu perkataan yang tidak pernah dikatakan oleh seorangpun?" Kemudian Umar duduk di atas mimbar, dan setelah muazin diam (selesai mengumandangkan azan), dia (Umar) berdiri lalu memuji Allah dengan pujian yang layak bagi-Nya, kemudian berkata; "Amma ba'du, ... . (HR. Ahmad, no. 368).

Keterangan: hadis tersebut pada matannya tidak menyebutkan berselawat atas Nabi SAW, tetapi setelah memuji memuji Allah dengan pujian yang layak bagi Allah, kemudian berkata amma ba'du.

 

Selain hadis yang berasal dari Umar bin Khaththab maupun Abu Bakar terkait ada tidaknya selawat dalam khotbah, ada juga hadis yang bersumber dari Ali bin Abi Thalib. Hadis yang dimaksud adalah sebagai berikut.

 

Hadis Kesebelas

حَدَّثَنَا عَبْد اللَّهِ حَدَّثَنَا مَنْصُورُ بْنُ أَبِي مُزَاحِمٍ حَدَّثَنَا خَالِدٌ الزَّيَّاتُ حَدَّثَنِي عَوْنُ بْنُ أَبِي جُحَيْفَةَ قَالَ، كَانَ أَبِي مِنْ شُرَطِ عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ وَكَانَ تَحْتَ الْمِنْبَرِ فَحَدَّثَنِي أَبِي أَنَّهُ صَعِدَ الْمِنْبَرَ يَعْنِي عَلِيًّا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ فَحَمِدَ اللَّهَ تَعَالَى وَأَثْنَى عَلَيْهِ وَصَلَّى عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَالَ خَيْرُ هَذِهِ الْأُمَّةِ بَعْدَ نَبِيِّهَا أَبُو بَكْرٍ وَالثَّانِي عُمَرُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ وَقَالَ يَجْعَلُ اللَّهُ تَعَالَى الْخَيْرَ حَيْثُ أَحَبَّ. احمد

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abdullah, Telah menceritakan kepada kami Manshur Bin Abi Muzahim Telah menceritakan kepada kami Khalid Az Zayyat Telah menceritakan kepadaku Aun Bin Abi Juhaifah dia berkata; "Bapakku (Wahab bin 'Abdullah) adalah termasuk dari pasukan Ali, dan dia berada di bawah mimbar, kemudian Bapakku bercerita kepadaku, bahwa dia (maksudnya Ali) naik mimbar, seraya memuji Allah dan mensucikannya serta berselawat kepada Nabi SAW kemudian dia berkata; "Sebaik baik umat ini setelah Nabinya adalah Abu Bakar, dan yang kedua adalah Umar", lalu dia berkata; "Allah Ta'ala menjadikan kebaikan menurut yang dikehendak-Nya." (HR. Ahmad, no. 796).

Keterangan: Hadis tersebut hasan karena dalam sanadnya ada perawi yang bernama Khalid bin Zayyat. Ia dikatakan laisa bihi ba’s oleh Ahmad bin Hanbal dan Abu Hatim Ar Rozy.

 

Melalui hadis yang ada, terdapat riwayat Abu Bakar dan Umar yang berkhotbah tanpa selawat kepada Nabi. Kemudian di sisi lain ada pula riwayat Ali bin Abi Thalib yang menggunakan selawat kepada Nabi dalam khotbahnya. Khotbah Ali pada hadis kesebelas di atas, disampaikan di Kufah setelah usai perang Nahrawan (melawan kaum Khawarij) yang terjadi pada tahun 38 H/ 658 M atau 2 tahun sebelum Ali meninggal dunia (tahun 40 H/ 660 M). Oleh karena itu dapat dipahami bahwa selawat kepada Nabi ketika khotbah bukanlah suatu keharusan karena diterangkan pada riwayat Abu Bakar dan Umar bin Khaththab tidak menyertakan selawat kepada Nabi. Selain itu, hadis yang menyatakan bahwa setiap urusan yang tidak dimulai dengan memuji Allah dan selawat kepada Nabi, maka terputus, kosong, dan terhapus dari barakah merupakan hadis mauquf. Adapun hadis tersebut bila semua perawinya tsiqah itu merupakan perkataan Abu Hurairah. Namun demikian dalam sanadnya ada perawi yang bernama Ismail bin Abu Ziad Asy Syami yang dinyatakan matruk (diduga kuat pemalsu hadis) oleh ad Daraquthni. Sementara riwayat Al Awza’i tidak diterangkan hingga sampai Abu Hurairah.

 

7. Wasiat takwa, membaca beberapa ayat Alquran, menyampaikan taushiyah

Kathib ketika memaparkan khotbah hendaknya menyisipkan ajakan takwa, membaca ayat Alquran dan menyampaikan taushiyah. Hal tersebut sebagaimana hadis berikut.

 

Hadis Keduabelas

و حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى وَحَسَنُ بْنُ الرَّبِيعِ وَأَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ قَالَ يَحْيَى أَخْبَرَنَا و قَالَ الْآخَرَانِ حَدَّثَنَا أَبُو الْأَحْوَصِ عَنْ سِمَاكٍ عَنْ جَابِرِ بْنِ سَمُرَةَ قَالَ، كَانَتْ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خُطْبَتَانِ يَجْلِسُ بَيْنَهُمَا يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيُذَكِّرُ النَّاسَ. مسلم

Artinya: Dan Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya dan Hasan bin Rabi' dan Abu Bakar bin Abu Syaibah. Yahya berkata, telah mengabarkan kepada kami, sementara dua orang yang lain berkata, telah menceritakan kepada kami Abul Ahwash dari Simak dari Jabir bin Samurah ia berkata; "Nabi SAW melakukan khotbah Jum'at dua kali, di mana beliau duduk di antara keduanya. Dalam khotbahnya beliau membaca Alquran dan memberi peringatan kepada jamaah." (HR. Muslim, no. 1426).

 

8. Khotbah disampaikan dengan ringkas dan jelas, khotbah tidak terlalu panjang

Kathib ketika memaparkan khotbah hendaknya tidak terlalu panjang, atau bisa dikatakan sedang-sedang saja. Hal tersebut sebagaimana hadis berikut.

 

Hadis Ketigabelas

حَدَّثَنَا حَسَنُ بْنُ الرَّبِيعِ وَأَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ قَالَا حَدَّثَنَا أَبُو الْأَحْوَصِ عَنْ سِمَاكٍ عَنْ جَابِرِ بْنِ سَمُرَةَ قَالَ، كُنْتُ أُصَلِّي مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَكَانَتْ صَلَاتُهُ قَصْدًا وَخُطْبَتُهُ قَصْدًا. مسلم

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Hasan bin Rabi' dan Abu Bakar bin Abu Syaibah keduanya berkata, Telah menceritakan kepada kami Abul Ahwash dari Simak dari Jabir bin Samurah ia berkata; Saya pernah salat (Jum'at) bersama Rasulullah SAW, lama salat dan khotbah beliau pertengahan (tidak terlalu panjang atau terlalu pendek). (HR. Muslim, no. 1433).

 

9. Khtobah Jum’at sebanyak dua kali

Khotbah jumat dliaksanakan sebanyak dua kali. Hal tersebut sebagaimana hadis berikut.

 

Hadis Keempatbelas

حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ قَالَ حَدَّثَنَا بِشْرُ بْنُ الْمُفَضَّلِ قَالَ حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ عَنْ نَافِعٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ، كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْطُبُ خُطْبَتَيْنِ يَقْعُدُ بَيْنَهُمَا. البخارى

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Musaddad berkata, telah menceritakan kepada kami Bisyir bin Al Mufadldlal berkata, telah menceritakan kepada kami 'Ubaidullah bin 'Umar dari Nafi' dari 'Abdullah bin 'Umar RA, ia berkata, "Nabi SAW berkhothbah dengan dua kali khothbah dan duduk di antara keduanya." (HR. Bukhari, no. 876).

 

10. Berdoa menggunakan isyarat jari telunjuk

Ketika khotbah terdapat bagian untuk berdoa. Adapun kaifiyat berdoa seorang khatib ketika berkhotbah adalah dengan isyarat jari telunjuk. Hal tersebut sebagaimana hadis berikut.

 

Hadis Kelimabelas

و حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ إِدْرِيسَ عَنْ حُصَيْنٍ عَنْ عُمَارَةَ بْنِ رُؤَيْبَةَ قَالَ رَأَى بِشْرَ بْنَ مَرْوَانَ عَلَى الْمِنْبَرِ رَافِعًا يَدَيْهِ فَقَالَ قَبَّحَ اللَّهُ هَاتَيْنِ الْيَدَيْنِ. لَقَدْ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا يَزِيدُ عَلَى أَنْ يَقُولَ بِيَدِهِ هَكَذَا وَأَشَارَ بِإِصْبَعِهِ الْمُسَبِّحَةِ. و حَدَّثَنَاه قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ عَنْ حُصَيْنِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ قَالَ رَأَيْتُ بِشْرَ بْنَ مَرْوَانَ يَوْمَ جُمُعَةٍ يَرْفَعُ يَدَيْهِ فَقَالَ عُمَارَةُ بْنُ رُؤَيْبَةَ فَذَكَرَ نَحْوَهُ. مسلم

Artinya: Dan telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Idris dari Hushain dari Umarah bin Ru`aibah bahwa suatu ketika ia melihat Bisyra bin Marwan mengangkat kedua tangannya di atas mimbar, maka ia pun berkata; Semoga Allah menjelekkan kedua tangan ini. Sungguh, saya telah melihat Rasulullah SAW, beliau tidak menambah lagi setelah memberikan isyarat dengan tangannya seperti ini, ia pun memberi isyarat dengan jari telunjuknya. Dan telah menceritakannya kepada kami Qutaibah bin Sa'id telah menceritakan kepada kami Abu Awanah dari Hushain bin Abdurrahman ia berkata; Saya melihat Bisyra bin Marwan pada hari Jum'at mengangkat kedua tangannya, maka Umarah bin Ru`aibah pun berkata. Kemudian ia pun menyebutkan hadis semisal (HR. Muslim, no. 1443).

 

11. Mengangkat dua tangan ketika berdoa mohon hujan (Istisqa’)

Ketika hendak memohon hujan (istisqa’), khatib ketika khotbah berdoa dengan cara mengangkat kedua tangan. Hal tersebut sebagaimana hadis berikut.

 

Hadis Keenambelas

حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ قَالَ حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ عَنْ عَبْدِ الْعَزِيزِ بْنِ صُهَيْبٍ عَنْ أَنَسٍ وَعَنْ يُونُسَ عَنْ ثَابِتٍ عَنْ أَنَسٍ قَالَ، بَيْنَمَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْطُبُ يَوْمَ الْجُمُعَةِ إِذْ قَامَ رَجُلٌ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ هَلَكَ الْكُرَاعُ وَهَلَكَ الشَّاءُ فَادْعُ اللَّهَ أَنْ يَسْقِيَنَا فَمَدَّ يَدَيْهِ وَدَعَا. البخارى

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Musaddad berkata, telah menceritakan kepada kami Hammad bin Zaid dari 'Abdul 'Aziz bin Shuhaib dari Anas dan dari Yunus dari Tsabit dari Anas berkata, "Ketika Nabi SAW sedang menyampaikan khotbah pada hari Jum'at, tiba-tiba ada seorang laki-laki berdiri dan berkata, "Wahai Rasulullah, telah binasa binatang ternak (unta) dan telah binasa kehidupan (telah menjadi sulit), maka berdo'alah kepada Allah agar menurunkan air untuk kami." Rasulullah lalu menengadahkan kedua telapak tangan dan berdo'a." (HR. Bukhari, no. 880).

 

12. Setelah selesai, khatib turun dari mimbar dan kemudian muazin mengumandangkan iqamah untuk mendirikan salat Jum’at

Adapun terkait khatib selesai berkhotbah kemudian muazin mengumandangkan iqamah sebagaimana hadis berikut.

 

Hadis Ketujuhbelas

أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الْأَعْلَى قَالَ حَدَّثَنَا الْمُعْتَمِرُ عَنْ أَبِيهِ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ السَّائِبِ بْنِ يَزِيدَ قَالَ، كَانَ بِلَالٌ يُؤَذِّنُ إِذَا جَلَسَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى الْمِنْبَرِ يَوْمَ الْجُمُعَةِ فَإِذَا نَزَلَ أَقَامَ ثُمَّ كَانَ كَذَلِكَ فِي زَمَنِ أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا. النسائى

Artinya: Telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin 'Abdul A'la dia berkata; telah menceritakan kepada kami Al Mu'tamir (Mu'tamir bin Sulaiman bin Thurkhan) dari Bapaknya dari Az Zuhri dari As Saib bin Yazid dia berkata; "Bilal mengumandangkan azan saat Rasulullah SAW telah duduk diatas mimbarnya, pada hari Jum'at. Bila beliau turun (dari mimbar sesudah selesai khotbah), ia (Bilal) melakukan iqamah, begitu pula pada zaman Abu Bakar dan Umar RA." (HR. Nasa’i, no. 1377).

 

Demikianlah diantaranya hadis yang menerangkan tentang Rasulullah SAW pernah berkhotbah. Melalui hadis yang ada menunjukkan bahwa berbagai hal terkait khotbah Jum’at bukan dikatakan sebagai keharusan yang ada pada salat Jum’at. Hal tersebut dikarenakan perlu adanya dalil yang sharih mengenai hal tersebut. Hadis yang ada diketahui bahwa mengucap salam ketika hendak memulai khotbah (hadis kedua) itu derajatnya dlaif. Hadis terkait mengucap selawat kepada Nabi ketika khotbah adalah mauquf dan bahkan lemah (hadis ketujuh), dan diriwayatkan Abu Bakar dan Umar bin Khaththab tidak memakai selawat kepada Nabi, sementara diriwayatkan Ali bin Abi Thalib memakai. Hal tersebut menunjukkan tidak adanya keharusan berselawat kepada Nabi ketika khotbah Jum’at. Namun demikian pada dasarnya perilaku Rasulullah SAW yang melaksanakan khotbah secara terus-menerus itu tidak berarti wajib. Hal tersebut sebagaimana pendapat Ibnu Hazm bahwa menyelenggarakan khotbah Jum’at itu adalah tidak wajib. Ibnu Hazm menjelaskan pendapatnya tersebut dalam Kitab Al-Muhalla juz 3 (versi terjemah terdapat pada jilid 5 halaman 112). Selain itu juga terdapat riwayat bahwa suatu ketika tidak dilaksanakan salat Jum’at secara berjamaah. Riwayat yang dimaksud sebagaimana hadis berikut.

 

Hadis Kedelapanbelas

و حَدَّثَنِي عَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ السَّعْدِيُّ حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ عَنْ عَبْدِ الْحَمِيدِ صَاحِبِ الزِّيَادِيِّ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الْحَارِثِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبَّاسٍ أَنَّهُ قَالَ لِمُؤَذِّنِهِ فِي يَوْمٍ مَطِيرٍ: إِذَا قُلْتَ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ، فَلَا تَقُلْ حَيَّ عَلَى الصَّلَاةِ قُلْ: صَلُّوا فِي بُيُوتِكُمْ، قَالَ فَكَأَنَّ النَّاسَ اسْتَنْكَرُوا ذَاكَ فَقَالَ أَتَعْجَبُونَ مِنْ ذَا قَدْ فَعَلَ ذَا مَنْ هُوَ خَيْرٌ مِنِّي إِنَّ الْجُمُعَةَ عَزْمَةٌ وَإِنِّي كَرِهْتُ أَنْ أُخْرِجَكُمْ فَتَمْشُوا فِي الطِّينِ وَالدَّحْضِ. مسلم

Artinya: Dan telah menceritakan kepadaku Ali bin Hujr As Sa'di, telah menceritakan kepada kami Ismail, dari Abdul Hamid kawan Az Ziyadi, dari Abdulah bin Al Harits, dari Abdullah bin Abbas, dia mengatakan kepada muazinnya ketika turun hujan, jika engkau telah mengucapkan Asyhadu an laa ilaaha illallaah, asyhadu anna Muhammadan Rasulullah, maka janganlah kamu mengucapkan "Hayya alash shalaah," namun ucapkanlah shalluu fii buyuutikum (salatlah kalian di rumahmu masing-masing)." Abdullah bin Abbas berkata; "Ternyata orang-orang sepertinya tidak menyetujui hal ini,” lalu ia berkata; "Apakah kalian merasa heran terhadap ini kesemua? Padahal yang demikian pernah dilakukan oleh orang yang lebih baik dariku. Salat Jum'at itu ‘Azmah (hukum asal), dan aku tidak suka jika harus membuat kalian keluar sehingga kalian berjalan di lumpur dan becek." (HR. Muslim, no. 1128).

 

Melalui hadis riwayat Muslim nomor 1128 dapat diketahui bahwa suatu ketika karena hujan lebat, salat Jum’at tidak diaksanakan secara berjamaah. Maksud dari orang yang lebih baik dalam hadis tadi adalah Nabi Muhammad SAW. Sebagaimana disampaikan di awal bahwa khotbah Jum’at merupakan ibadah ghairu mahdlah karena sarat dengan maslahat umat. Khotbah Jum’at bersisi pesan-pesan keagamaan, pelajaran tentang agama, beserta berbagai informasi lainnya yang pada intinya adalah mengajak manusia ke jalan keselamatan, yakni dinul Islam. Khotbah Jum’at termasuk kategori ibadah ghairu mahdlah karena dalam pelaksanaannya tidak dijelaskan secara terperinci sebagaimana salat yang termasuk ibadah mahdlah. Apabila khotbah Jum’at dikatakan sebagai ibadah mahdlah, semestinya tidak disampaikan dengan bahasa selain bahasa Arab. Namun demikian, ada saudara muslim yang tetap memahami khotbah Jum’at harus dilaksanakan dengan bahasa Arab seluruhnya, ada juga yang memahami bahwa khotbah Jum’at harus disampaikan dengan bahasa Arab pada bagian-bagian tertentu saja. Selain itu, apabila khotbah Jum’at dikatakan ibadah mahdlah, setidaknya terdapat berbagai dalil yang berisi aturan tentang khotbah Jum’at, baik di dalam Alquran yang pasti benar dan/ atau hadis setidaknya memiliki derajat hasan lidzatihi. Adapun apabila dikatakan khotbah Jum’at merupakan syarat sah salat Jum’at, setidaknya mesti ada dalil sharih yang menjelaskan hal tersebut sebagaimana syarat sah salat adalah dengan bersuci. Hadis yang menerangkan tentang bersuci adalah syarat sah salat adalah sebagai berikut.

 

Hadis Kesembilanbelas

حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ مَنْصُورٍ وَقُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ وَأَبُو كَامِلٍ الْجَحْدَرِيُّ وَاللَّفْظُ لِسَعِيدٍ قَالُوا حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ عَنْ سِمَاكِ بْنِ حَرْبٍ عَنْ مُصْعَبِ بْنِ سَعْدٍ قَالَ، دَخَلَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ عَلَى ابْنِ عَامِرٍ يَعُودُهُ وَهُوَ مَرِيضٌ فَقَالَ أَلَا تَدْعُو اللَّهَ لِي يَا ابْنَ عُمَرَ قَالَ إِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَا تُقْبَلُ صَلَاةٌ بِغَيْرِ طُهُورٍ وَلَا صَدَقَةٌ مِنْ غُلُولٍ. وَكُنْتَ عَلَى الْبَصْرَةِ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى وَابْنُ بَشَّارٍ قَالَا حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ ح و حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا حُسَيْنُ بْنُ عَلِيٍّ عَنْ زَائِدَةَ ح قَالَ أَبُو بَكْرٍ وَوَكِيعٌ عَنْ إِسْرَائِيلَ كُلُّهُمْ عَنْ سِمَاكِ بْنِ حَرْبٍ بِهَذَا الْإِسْنَادِ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمِثْلِهِ. مسلم

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Sa'id bin Manshur dan Qutaibah bin Sa'id serta Abu Kamil al-Jahdari sedang lafal milik Said, mereka berkata, telah menceritakan kepada kami Abu 'Awanah dari Simak bin Harb dari Mush'ab bin Sa'd dia berkata, "Abdullah bin Umar menemui Ibnu Amir untuk menjenguknya yang saat itu sedang sakit. Ibnu Amir lalu berkata, 'Tidakkah engkau mendoakanku wahai Ibnu Umar'. Ibnu Umar menjawab, 'Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: "Tidak diterima salat yang dilakukan tanpa bersuci, dan tidak diterima sedekah yang dilakukan dengan harta yang diperoleh dari jalan khianat', dan kamu ketika itu berada di Bashrah." Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin al-Mutsanna dan Ibnu Basysyar keduanya berkata, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja'far telah menceritakan kepada kami Syu'bah. (dalam riwayat lain disebutkan) Dan telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami Husain bin Ali dari Zaidah. (dalam riwayat lain disebutkan) Abu Bakar dan Waki' berkata dari Israil, semuanya dari Simak bin Harb dengan isnad ini dari Nabi SAW dengan hadis yang semisalnya." (HR. Muslim, no. 329).

Keterangan: Hadis tadi menyatakan, bahwa tidak sah (tidak diterima) salat seseorang yang tidak suci, dan demikian pula tidak akan diterima amal sedekah yang menggunakan harta yang haram.

 

Demikianlah diantaranya dalil sekitar khotbah Jum’at. Semoga menambah khazanah keilmuan kita tentang agama sehingga kita senantiasa dikaruniai hidayah dan keselamatan oleh Allah SWT.
 

 

No comments:

Post a Comment