Monday, September 4, 2023

Puasa Menyambut Ramadan


 

Puasa disyariatkan bagi umat Islam. Berbagai puasa diperintahkan maupun dianjurkan bagi umat Islam. Kita sebagai umat Islam hendaknya mengetahui kapan kita berpuasa dan kapan kita hendaknya tidak berpuasa. Hal tersebut tentunya berdasarkan petunjuk dalam Agama Islam. Di antara yang menjadi perhatian kita adalah puasa menyambut bulan Ramadan. Agar lebih jelas lagi, maka akan diulas mengenai: (a) pengertian puasa menyambut Ramadan; (b) hukum puasa menyambut Ramadan; dan (c) penjelasan singkat.

 

A. Pengertian Puasa Menyambut Ramadan

Kata puasa disebutkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah meniadakan makan, minum, dan sebagainya dengan sengaja (terutama bertalian dengan keagamaan). Puasa juga berarti salah satu rukun Islam berupa ibadah menahan diri atau berpantang makan, minum, dan segala yang membatalkannya mulai terbit fajar sampai terbenam matahari. Adapun Ramadan menurut KBBI artinya adalah  bulan ke-9 tahun Hijriah (29 atau 30 hari), pada bulan ini orang Islam diwajibkan berpuasa. Oleh sebab itu, pengertian puasa menyambut Ramadan adalah puasa yang dikerjakan dalam rangka menyambut Ramadan yang diwajibkan berpuasa di bulan tersebut.

 

B. Hukum Puasa Menyambut Ramadan

Puasa ada yang hukumnya adalah puasa wajib maupun puasa sunah. Selain itu, ada juga berbagai puasa haram atau puasa yang dilarang. Di antara puasa yang dilarang adalah puasa menyambut Ramadan. Hal tersebut sebagaimana diterangkan dalam hadis-hadis berikut.

 

Hadis Ke-1

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ مُحَمَّدٍ عَنْ الْعَلَاءِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِذَا بَقِيَ نِصْفٌ مِنْ شَعْبَانَ فَلَا تَصُومُوا. قَالَ أَبُو عِيسَى حَدِيثُ أَبِي هُرَيْرَةَ حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ لَا نَعْرِفُهُ إِلَّا مِنْ هَذَا الْوَجْهِ عَلَى هَذَا اللَّفْظِ وَمَعْنَى هَذَا الْحَدِيثِ عِنْدَ بَعْضِ أَهْلِ الْعِلْمِ أَنْ يَكُونَ الرَّجُلُ مُفْطِرًا فَإِذَا بَقِيَ مِنْ شَعْبَانَ شَيْءٌ أَخَذَ فِي الصَّوْمِ لِحَالِ شَهْرِ رَمَضَانَ وَقَدْ رُوِيَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا يُشْبِهُ قَوْلَهُمْ حَيْثُ قَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَقَدَّمُوا شَهْرَ رَمَضَانَ بِصِيَامٍ إِلَّا أَنْ يُوَافِقَ ذَلِكَ صَوْمًا كَانَ يَصُومُهُ أَحَدُكُمْ وَقَدْ دَلَّ فِي هَذَا الْحَدِيثِ أَنَّمَا الْكَرَاهِيَةُ عَلَى مَنْ يَتَعَمَّدُ الصِّيَامَ لِحَالِ رَمَضَانَ. الترمذي

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Qutaibah, telah menceritakan kepada kami 'Abdul 'Aziz bin Muhammad dari Al 'Ala' bin Abdurrahman dari Bapaknya dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Apabila bulan Syakban tinggal separuh, maka janganlah kalian berpuasa.” Abu 'Isa berkata: hadis Abu Hurairah merupakan hadis hasan shahih, kami tidak mengetahui kecuali melalui jalur ini dengan lafal seperti di atas. Arti dari hadis di atas menurut sebagian ulama ialah jika seseorang tidak terbiasa berpuasa kemudian ketika masuk pada pertengahan bulan Syakban baru ia mulai berpuasa karena (menyambut) bulan Ramadan. Telah diriwayatkan dari Abu Hurairah dari Nabi SAW seperti makna yang diterangkan oleh mereka, yaitu beliau SAW bersabda: "Janganlah kalian berpuasa beberapa hari menjelang bulan Ramadan kecuali jika bertepatan hari puasa yang biasa kalian lakukan." Hadis ini menunjukan larangan bagi orang yang sengaja berpuasa menjelang datangnya puasa Ramadan. (HR. Tirmidzi, no. 669).

 

Hadis Ke-2

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَأَبُو كُرَيْبٍ قَالَ أَبُو بَكْرٍ حَدَّثَنَا وَكِيعٌ عَنْ عَلِيِّ بْنِ مُبَارَكٍ عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي كَثِيرٍ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَقَدَّمُوا رَمَضَانَ بِصَوْمِ يَوْمٍ وَلَا يَوْمَيْنِ إِلَّا رَجُلٌ كَانَ يَصُومُ صَوْمًا فَلْيَصُمْهُ. و حَدَّثَنَاه يَحْيَى بْنُ بِشْرٍ الْحَرِيرِيُّ حَدَّثَنَا مُعَاوِيَةُ يَعْنِي ابْنَ سَلَّامٍ ح و حَدَّثَنَا ابْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنَا أَبُو عَامِرٍ حَدَّثَنَا هِشَامٌ ح و حَدَّثَنَا ابْنُ الْمُثَنَّى وَابْنُ أَبِي عُمَرَ قَالَا حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَهَّابِ بْنُ عَبْدِ الْمَجِيدِ حَدَّثَنَا أَيُّوبُ ح و حَدَّثَنِي زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا حُسَيْنُ بْنُ مُحَمَّدٍ حَدَّثَنَا شَيْبَانُ كُلُّهُمْ عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي كَثِيرٍ بِهَذَا الْإِسْنَادِ نَحْوَهُ. مسلم

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah dan Abu Kuraib. Abu Bakar berkata: telah menceritakan kepada kami Waki' dari Ali bin Mubarak dari Yahya bin Abu Katsir dari Abu Salamah dari Abu Hurairah RA, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda, “Janganlah kalian mendahului Ramadan dengan puasa sehari atau dua hari sebelumnya, kecuali bagi orang yang melakukan puasa (tidak untuk menyambut Ramadan), bolehlah ia berpuasa." Telah menceritakannya kepada kami Yahya bin Bisyr Al Hariri, telah menceritakan kepada kami Mu'awiyah, anaknya Sallam. Dalam jalur lain, telah menceritakan kepada kami Ibnul Mutsanna, telah menceritakan kepada kami Abu Amir, telah menceritakan kepada kami Hisyam. Dalam jalur lain, telah menceritakan kepada kami Ibnul Mutsanna dan Ibnu Abu Umar, keduanya berkata: telah menceritakan kepada kami Abdul Wahhab bin Abdul Majid, telah menceritakan kepada kami Ayyub. Dalam jalur lain, telah menceritakan kepadaku Zuhair bin Harb, telah menceritakan kepada kami Husain bin Muhammad, telah menceritakan kepada kami Syaiban, semuanya dari Yahya bin Abu Katsir dengan isnad ini, hadis semisalnya. (HR. Muslim, no. 1812).

 

C. Penjelasan Singkat

Melalui hadis-hadis yang ada dapat dipetik pelajaran bahwa menyambut Ramadan dengan berpuasa adalah dilarang. Hal tersebut sebagaimana zahir hadis yang melarang puasa dalam rangka menyambut Ramadan. Puasa sunah sebelum Ramadan adalah puasa Syakban. Puasa Syakban ini tidak ada ketentuan jumlah hari dan tanggal-tanggalnya, hanya yang biasa dilakukan oleh Rasulullah SAW adalah kurang dari satu bulan. Puasa tersebut tidak dilaksanakan sebulan penuh. Adapun penjelasan mengenai puasa Syakban dapat disimak dengan cara klik di sini. Sementara itu pada bulan Ramadan, umat Islam diwajibkan berpuasa. Hal itu dapat diperoleh hikmah bahwa hendaknya tidak menyambung suatu puasa dengan puasa Ramadan.

 

Demikianlah berbagai dalil ataupun pelajaran yang bisa menjadi acuan kita dalam ibadah puasa. Dalil yang kita gunakan untuk beribadah adalah dalil dari Al-Qur’an yang sudah pasti benar dan/ atau hadis shahih atau setidaknya hasan lidzatihi. Adapun selain dalil yang ada, tidak menutup kemungkinan terdapat dalil yang shahih maupun sharih lainnya yang bisa kita gunakan sebagai landasan hukum ibadah. Semoga kita semuanya mampu melaksanakan puasa dengan baik dan istiqamah sebagai upaya kita meraih kesempurnaan amal salih. Aamiin.

 

No comments:

Post a Comment