السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
· ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ ٱلَّذِى هَدَىٰنَا لِهَـٰذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِىَ لَوْلَآ أَنْ هَدَىٰنَا ٱللَّهُ، هُوَ الَّذِى اَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِاْلهُدَى وَ دِيْنِ اْلحَقّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدّيْنِ كُلّهِ وَ لَوْ كَرِهَ اْلمُشْرِكُوْنَ. وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه. اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْدُ.
Ma'asyiral muslimin wal muslimat rahimakumullah
Syukur alkhamdulillah senantiasa kita haturkan kepada Allah SWT yang telah menunjukkan kita segala kenikmatan. Kita tidak akan mendapat petunjuk sekiranya Allah tidak memberi petunjuk kepada kita. Selawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW yang telah membawa risalah Agama Islam kepada umatnya. Melalui ajaran Rasulullah Muhammad SAW, manusia dapat membedakan mana yang hak dan mana yang batil. Semoga kita semuanya tergolong umat Rasulullah Muhammad SAW yang terhindar dari sifat-sifat kemusyrikan dan bahkan kekafiran dalam diri kita.
Ma'asyiral muslimin wal muslimat rahimakumullah
Tidak terasa kita semuanya sudah hampir di penghujung bulan Ramadan. Harapannya selepas bulan Ramadan, kita semua mampu meningkatkan amal saleh yang kita kerjakan. Bulan Ramadan juga dikatakan sebagai bulan tarbiyah, yang maksudnya kita dididik selama sebulan penuh untuk memperdalam ilmu Agama dan memerbanyak amal saleh. Hampir di setiap saat di bulan Ramadan kita mendengar tausiyah yang pada intinya mengajak kepada jalan keselamatan, yakni dinul Islam. Kita suka mendengar tausiyah merupakan suatu modal untuk mengarah kepada kebaikan. Suatu hadis meriwayatkan,
عَنْ اَبِى بَكْرَةَ عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ: اُغْدُ عَالِمًا اَوْ مُتَعَلِّمًا اَوْ مُسْتَمِعًا اَوْ مُحِبًّا لَا تَكُنِ اْلخَامِسَ فَتَهْلِكَ. البيهقى فى شعب الايمان 2: 265، رقم: 1709
Artinya: Dari Abu Bakrah dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Jadilah kamu orang yang pandai (mengetahui), atau orang yang belajar, atau orang yang mendengarkan, atau orang yang senang (cinta), janganlah kamu menjadi orang yang kelima, maka kamu akan celaka”. (HR. Baihaqi dalam kitab Syu’abul Iimaan, juz 2, hal, 265, no, 1709)
Melalui hadis tadi, ada lima macam kelompok, empat diantaranya selamat dan satu diantaranya celaka. Kelompok pertama adalah orang yang pandai ilmu agama, kelompok dua adalah orang yang belajar ilmu agama, kelompok tiga adalah yang suka mendengarkan ceramah/ tausiyah, kelompok empat adalah orang yang senang dengan pengajian. Empat kelompok ini akan selamat karena mereka mengarah pada kebaikan. Namun sebaliknya, kelompok kelima akan celaka, karena jangankan ia pandai dalam ilmu agama, senang/ cinta dengan pengajian pun tidak. Artinya, kelompok yang kelima itu tidak senang dengan berbagai aktivitas yang intinya mendekatkan diri kepada Allah melalui ilmu Agama. Padahal, apabila sudah punya modal suka/ cinta pada pengajian, maka harapannya bisa terus meningkat hingga termasuk kelompok yang pertama, yakni orang-orang yang pandai akan ilmu Agama. Orang tidak akan baik tanpa ilmu Agama. Suatu hadis meriwayatkan,
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ: مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّيْنِ. الترمذى 4: 137، رقم: 2783، هذا حديث حسن صحيح
Artinya: Dari Ibnu 'Abbas, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang Allah menghendaki kebaikan kepadanya, maka Allah akan memberinya kefahaman dalam agama". (HR. Tirmidzi juz 4, hal. 137, no. 2783, ia berkata: Ini hadis hasan shahih)
Seseorang tidak akan menjadi baik tanpa ilmu Agama. Mungkin orang yang tidak beragama Islam mampu berbuat baik, tetapi tidak terhitung sebagai amal saleh. Sebab dengan ilmu Agama, kita bisa beramal sebagaimana ajaran ilmu Agama Islam.
Ma'asyiral muslimin wal muslimat rahimakumullah
Sampai di sini timbul banyak pertanyaan, bagaimana mau paham ilmu Agama bila cinta dengan kajian/ tausiyah/ ceramah pun tidak? Bagaimana mau beramal tetapi tidak tahu ilmu Agama? Padahal ketika seseorang beramal di dunia, kelak pendengaran, penglihatan, dan hati, akan ditanya pertanggungjawaban. Ilmu Agama yang dikerjakan/ diamalkan itu diperoleh dari mana. Jangan-jangan ketika beramal hanya berdasarkan angan-angan saja. Ketoke apik, ketoke patut, ketoke ganjarane akeh, ning adoh soko tuntunane Allah lan Rasulullah. Nek mung nuruti ketoke-ketoke ngono, ngapa Allah ndadak ngutus Rasulullah nggawa wahyu Al-Quran? Apa ya bisa slamet wong sing ora ngerti ilmu agomo? Seneng utawa ngrungokne wae ora, opo meneh mudeng? Hal ini tentu menjadi bahan renungan.
Sebisa mungkin kita mempersiapkan diri dengan menimba banyak ilmu Agama Islam. Bila kita kaji ilmu Agama, umur kita tidak akan cukup untuk mekhatamkannya. Oleh karena itu, marilah tidak hanya mencukupkan diri pada ilmu Agama yang sudah kita peroleh. Terlebih-lebih saat ini masih di bulan Ramadan, kita tadzaburi ayat-ayat Allah maupun sunnah Rasulullah.
Kita amalkan apa-apa yang sudah kita ketahui. Ketika di bulan Syawal, kita jadikan sarana bulan peningkatan amal saleh, sebagaimana ajaran-ajaran ilmu Agama Islam yang kita peroleh di bulan Ramadan. Jangan sampai kita abai pada ilmu Agama, padahal para kyai, alim ulama, ustadz maupun da’i sudah menyampaikan ajaran agama Islam. Jangan sampai pepatah Arab tersemat pada diri kita (يَدَاكَ أَوْكَتَا وَفُوكَ نَفَخَ) yang artinya tanganmu sendiri yang mengikat dan mulutmu sendiri yang meniup.
Ma'asyiral muslimin wal muslimat rahimakumullah
Pada kesempatan kali ini, kurang lebihnya demikian yang bisa saya sampaikan. Semoga bisa menjadi pengingat, peringatan, dan nasihat bagi diri saya, dan bila ada manfaatnya dihaturkan kepada jamaah semuanya. Mohon maaf apabila banyak tutur kata yang kurang berkenan. Alkhamdulillahirabbil’alamin.
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Penyampai: Revolusi Prajaningrat Saktiyudha, S.Si., M.Pd.
No comments:
Post a Comment