Sunday, July 5, 2020

Kultum: Aktualisasi Takwa di Kehidupan Sehari-hari




Ma’asyiral muslimin wal muslimat rakhimakumullah.

Orang yang mengaku beragama Islam mestinya tunduk dan patuh terhadap ketetapan Allah dan Rasulullah. Memang tidak ada paksaan dalam memeluk Agama Islam. Namun apabila seseorang sudah membulatkan tekad beragama Islam, maka seseorang itu harus tunduk dan patuh kepada ketetapan Allah dan Rasulullah. Berbagai ketetapan Allah termaktub dalam Alquran dan ketetapan Rasulullah ada di dalam sunnahnya. Allah SWT berfirman,

وَلِلّٰهِ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِۗ وَلَقَدْ وَصَّيْنَا الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَاِيَّاكُمْ اَنِ اتَّقُوا اللّٰهَ ۗوَاِنْ تَكْفُرُوْا فَاِنَّ لِلّٰهِ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِۗ وَكَانَ اللّٰهُ غَنِيًّا حَمِيْدًا. النساء: 131
Dan milik Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi, dan sungguh, Kami telah memerintahkan kepada orang yang diberi Kitab suci sebelum kamu dan (juga) kepadamu agar bertakwa kepada Allah. Tetapi jika kamu ingkar maka (ketahuilah), milik Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi dan Allah Maha Kaya, Maha Terpuji. [QS. An-Nisa’: 131]

Melalui Surat An Nisa’ ayat 131 tadi bisa kita pahami bahwa keterangan وَلِلّٰهِ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِ (Dan milik Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi) menunjukkan bahwa semua yang ada di langit yang meliputi benda-benda angkasa dan di bumi beserta isinya adalah kepunyaan Allah SWT. Kemudian dilanjutkan وَلَقَدْ وَصَّيْنَا الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَاِيَّاكُمْ اَنِ اتَّقُوا اللّٰهَ (dan sungguh, Kami telah memerintahkan kepada orang yang diberi Kitab suci sebelum kamu dan (juga) kepadamu agar bertakwa kepada Allah) merupakan penekanan agar mempelajari Alquran yang sudah diturunkan kepada kaum sebelum kita hingga sampai pada kita. Tujuan mempelajari dan melaksanakan perintah Allah SWT supaya menjadi orang yang bertakwa. Lalu diteruskan dengan وَاِنْ تَكْفُرُوْا فَاِنَّ لِلّٰهِ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِ (tetapi jika kamu ingkar maka (ketahuilah), milik Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi) itu mengingatkan bahwa segala sesuatu adalah milik Allah. Oleh karenanya marilah kita bersama-sama mempelajari Alquran supaya menjadi orang yang bertakwa. Pada ayat ini ditutup dengan  وَكَانَ اللّٰهُ غَنِيًّا حَمِيْدًا(dan Allah Maha Kaya, Maha Terpuji) menegaskan bahwa Allah Maha Kaya dan Segala Kebaikan ada pada-Nya sehingga Allah tidaklah butuh apa-apa dari kita.

Ma’asyiral muslimin wal muslimat rakhimakumullah.

Sebagaimana Alquran Surat An Nisa’ ayat 131 tadi, sudah menjadi perintah bahwa kaum muslim diharuskan mengikuti apa yang diperintahkan Allah. Kita sebagai umat muslim mentaati perintah Allah yang terdapat di dalam Alquran supaya mencapai derajat takwa. Fungsi Alquran adalah sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang akan bertakwa. Adapun pengertian takwa adalah takut kepada murka Allah, takut kepada hukuman Allah, takut kepada nerakanya Allah, kemudian mendekatkan diri kepada Allah, tunduk patuh kepada Allah, menjalankan perintah-perintah Allah, dan menjauhi larangan-larangan Allah.

Para ustadz/ da’i juga sering kali menyampaikan gambaran orang bertakwa sebagaimana Alquran Surat Al Baqarah ayat 2-4, Surat Al Baqarah 177, dan Surat Ali Imran ayat 133-136. Pada ayat-ayat tersebut dapat dimaknai bahwa takwa itu keseluruhan sikap yang terdiri dari aspek keimanan, ibadah, dan akhlak. Sehingga dapat diidentifikasi bahwa takwa berakar pada empat pilar, yakni: (1) pilar kesadaran ketuhanan yaitu sadar akan pengawasan Allah SWT; (2) pilar semangat ibadah dan ketaatan meliputi taat beribadah sesuai dengan ketetapan ajaran Agama Islam; (3) pilar semangat kemanusiaan dan kesalehan sosial karena iman kepada Allah SWT melahirkan kebaikan dan kesalehan; (4) pilar kualitas moral serta budi pekerti (akhlak karimah) yang merupakan puncak dari pilar-pilar yang lain. Sehingga bisa dikatakan, takwa secara lahiriah merupakan akumulasi yang tampak dari nilai-nilai kebaikan berakar dari empat pilar. Empat pilar tadi menunjukkan adanya keterkaitan antara takwa dan akhlak karimah. Sementara itu, ada konsekuensi yang akan dihadapi seseorang agar mencapai derajat takwa.

Ma’asyiral muslimin wal muslimat rakhimakumullah.

Konsekuensi logis bagi orang bertakwa adalah harus melaksanakan perintah Allah, sekalipun nantinya menghadapi banyak tantangan dan rintangan. Bahkan bisa jadi berlawanan dengan kehendak diri sendiri. Berbagai upaya tadi merupakan aktualisasi takwa seorang muslim. Aktualisasi takwa tidak mungkin terjadi apabila tanpa dilandasi kesadaran tinggi dan keyakinan yang bulat bahwa kita adalah hamba Allah SWT. 
Oleh karenanya, kita perlu memohon perlindungan kepada Allah supaya mampu lulus dan mencapai derajat takwa. Adapun salah satu contoh permohonan perlindungan kepada Allah sebagaimana hadis berikut:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: كَانَ مِنْ دُعَاءِ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ جَارِ السُّوءِ، وَمِنْ زَوْجٍ تُشَيِّبُنِي قَبْلَ الْمَشِيبِ، وَمِنْ وَلَدٍ يَكُونُ عَلَيَّ رِبًا، وَمِنْ مَالٍ يَكُونُ عَلَيَّ عَذَابًا، وَمِنْ خَلِيلٍ مَاكِرٍ عَيْنَهُ تَرَانِي، وَقَلْبُهُ تَرْعَانِي، إِنْ رَأَى حَسَنَةً دَفَنَهَا، وَإِذَا رَأَى سَيِّئَةً أَذَاعَهَا . الطبرانى
Dari Abu Hurairah RA, ia berkata: Diantara do’a Rasulullah SAW adalah, “Allaahumma inni a’uudzubika min jaaris suu’i, wa min zaujin tusyayyibuniy qablal masyiibi, wa min waladin yakuunu ‘alayya rabban, wa min maalin yakuunu ‘alayya ‘adzaaban, wa min khaliilin maakirin ‘ainahu taraaniy wa qalbuhu tar’aaniy, in ra’aa hasanata dafanahaa, wa idzaa ra’aa sayyi’ata adzaa’ahaa (Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari tetangga yang buruk, dari pasangan yang membuat rambutku memutih sebelum waktunya memutih, dari anak yang menjadi tuan bagiku, dari harta yang menjadi azab bagiku, dari teman ahli makar yang matanya melihatku namun hatinya menjelekkanku, jika ia melihat kebaikan maka ia menyimpannya dan jika ia melihat keburukan maka ia menyebarkannya).” [HR. Thabarani]

Ma’asyiral muslimin wal muslimat rakhimakumullah.

Hadis ini diriwayatkan secara marfu’ oleh Thabarani dalam Ad-Du’aa’: Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Ahmad bin Hanbal: Telah menceritakan kepada kami Al-Hasan bin Hammaad Al-Hadlramiy: Telah menceritakan kepada kami Abu Khalid Al-Ahmar, dari Muhammad bin ‘Ajlan, dari Sa’id Al-Maqburiy, dari Abu Hurairah RA, ia berkata: Diantara do’a Rasulullah SAW.

Hadis tersebut tidak shahih karena ada perawi yang bernama Muhammad bin ‘Ajlan atau Ibnu ‘Ajlan. Ahmad bin Hanbal dan Ad-Daruquthni menganggap periwayatan Muhammad bin ‘Ajlan dari Sa’id Al-Maqburiy itu bermasalah. Namun Ibnu Hajar mendudukkannya pada kualitas shaduq (jujur). Selain itu terdapat perawi Abu Khaalid Al-Ahmar yang bernama asli Sulaiman bin Hayyan. Ibnu Hajar mendudukkannya pada kualitas shaduq yukhti (jujur tetapi sering keliru) sehingga ada kemungkinan hadis tadi adalah salah satu yang Abu Khaalid Al-Ahmar keliru dalam periwayatannya. Meskipun hadis marfu’ tadi tidak shahih, tetapi isinya baik.

Ma’asyiral muslimin wal muslimat rakhimakumullah.

Pada dasarnya kita berdoa apa saja boleh-boleh saja asalkan isinya baik. Termasuk doa dalam hadis tadi. Paling tidak ada pelajaran yang ada pada isi doa hadis tadi, supaya terhindar dari lima musibah. Pelajaran yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1.      Tetangga yang jelek atau buruk. Tentu bukan wajah atau fisiknya yang jelek atau buruk, akan tetapi perangai dan kerusakan yang ditimbulkannya baik terhadap kita. Maka dari itu sebagai seorang muslim, marilah kita saling berlaku baik kepada tetangga. Sebab berlaku baik adalah salah satu ciri orang Islam. Selain itu marilah bersyukur apabila tetangga kita adalah orang-orang yang baik.
2.      Pasangan hidup (suami/ istri) yang menyusahkan sehingga pasangannya menjadi cepat tua, beruban banyak tetapi tidak sesuai dengan umurnya. Menyusahkan disini diantaranya suka mencela satu dengan yang lain. Padahal kita tahu mencela itu bukan sifat orang beriman. Maka dari itu apabila ada kekeliruan atau kesalahan diantara suami/ istri marilah diantara suami/ istri itu saling mengingatkan maupun saling menasehati. Oleh karenanya, patut disyukuri bila memiliki suami yang saleh atau istri yang salehah.
3.      Anak yang memperbudak dua orang tuanya. Hal tersebut merupakan perilaku anak yang durhaka terhadap kedua orang tua. Supaya menghindari musibah tersebut, maka mari mendidik anak-anak dengan ilmu agama sedari kecil. Sehingga kelak anak-anak yang dididik dengan ilmu agama akan menjadi pribadi yang saleh atau salehah. Sebab syarat menjadi orang baik adalah paham ilmu agama. Suatu kenikmatan yang harus disyukuri apabila memiliki anak-anak yang saleh salehah.
4.      Harta yang menjadi azab karena tidak ada keberkahan di dalamnya. Oleh karenanya agar terhindar dari azab tersebut, marilah pandai dalam mengelola harta. Diantaranya kita mesti membedakan antara gengsi dan fungsi. Maka dari itu, mari kita gunakan harta kita sebaik-baiknya. Janganlah sampai kita tidak menunaikan infak, baik zakat maupun sedekah. Janganlah kita berlaku boros. Sebab orang boros adalah saudara setan. Tidak layak bagi orang Islam itu berlaku boros.
5.      Teman ahli makar adalah teman dekat yang jahat, teman yang selalu mencari-cari kesalahan. Pada pandangannya persahabatan, tapi hatinya penuh selidik mencari aib. Kebaikan yang kita lakukan dilupakan, tapi kejelekan yang ada pada kita diumbar kemana-mana. Senang ketika melihat kita kesusahan dan susah melihat apabila kita senang. Oleh karenanya, perlu kesadaran kita bersama bahwa wong kang saleh kumpulana, artinya bertemanlah dengan orang-orang yang saleh agar terhindar dari teman ahli makar. Orang saleh tidak akan menzolimi saudaranya sesama muslim.

Pelajaran dari lafal doa tadi marilah kita wujudkan. Doa tadi tidak hanya sampai diucapkan di lisan, tetapi kita upayakan dalam perilaku di kehidupan sekari-hari. Kita tahu bahwa seorang muslim terhadap saudara muslim lainnya itu haram darahnya, haram hartanya, dan haram kehormatannya. Artinya kita tidak boleh membunuh orang sesama muslim, kita tidak boleh mengambil/ mencuri harta sesama saudara muslim, dan kita tidak boleh merendahkan kehormatan sesama saudara muslim. Begitu kompleks Islam mengatur umatnya, diantaranya berbuat baik kepada tetangga, kewajiban dan hak seorang suami terhadap istri atau sebaliknya, perintah berbakti kepada kedua orang tua, kewajiban orang tua terhadap anak, membelanjakan harta di jalan Allah, dan lain sebagainya. Sumber aturan-aturan Islam adalah Alquran dan sunnah. Sami’na wa atha’na terhadap ketetapan Allah dan Rasulullah adalah aktualisasi takwa seorang muslim di kehidupan sehari-hari. Sehingga ketakwaan akan tercermin pada akhlak seorang muslim. Wallahu a’lam bish-shawab.

Penyampai: Revolusi Prajaningrat Saktiyudha, S.Si., M.Pd.

No comments:

Post a Comment