Monday, October 27, 2025

Serial Fikih Menutup Aurat: Hindari Mengulurkan Pakaian Hingga Lantai dan Menutup Mulut Ketika Salat

Orang yang memeluk agama Islam tidak terlepas dari syariat Islam. Di antara syariat Islam adalah menutup aurat. Perintah menutup aurat bagi anak Adam atau manusia itu datangnya dari Allah. Hal tersebut sebagai penanda pembeda antara manusia dengan makhluk lainnya. Lalu bagaimana pembahasannya? Oleh karenanya pada kesempatan kali ini membahas mengenai hindari mengulurkan pakaian hingga menyentuh lantai dan menutup mulut ketika salat.

 

A. Riwayat Tentang Larangan Mengulurkan Pakaian Hingga Lantai

Terdapat beberapa riwayat yang menerangkan mengenai ketentuan untuk menghindari mengulurkan pakaian hingga menyentuh lantai atau bumi. Ketentuan tersebut terdapat dalam beberapa riwayat yang ada sebagai berikut.

 

Hadis Ke-1

سنن أبي داوود ٥٤٨: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْعَلَاءِ وَإِبْرَاهِيمُ بْنُ مُوسَى عَنْ ابْنِ الْمُبَارَكِ عَنْ الْحَسَنِ بْنِ ذَكْوَانَ عَنْ سُلَيْمَانَ الْأَحْوَلِ عَنْ عَطَاءٍ قَالَ إِبْرَاهِيمُ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى عَنْ السَّدْلِ فِي الصَّلَاةِ وَأَنْ يُغَطِّيَ الرَّجُلُ فَاهُ. قَالَ أَبُو دَاوُد رَوَاهُ عِسْلٌ عَنْ عَطَاءٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى عَنْ السَّدْلِ فِي الصَّلَاةِ.

Artinya: Sunan Abu Daud nomor 548: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al 'Ala` dan Ibrahim bin Musa dari Ibnu Al Mubarak dari Al Hasan bin Dzakwan dari Sulaiman Al Ahwal dari 'Atha` berkata Ibrahim dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah SAW melarang as-sadl (menjulurkan pakaian hingga menyentuh bumi) dalam salat dan melarang seseorang menutupi mulutnya (dengan kain). Abu Dawud berkata: Diriwayatkan oleh 'Isl dari 'Atha` dari Abu Hurairah bahwasanya Nabi SAW melarang menjulurkan pakaian ketika salat.

Keterangan: Rawi yang bernama Al Hasan bin Dzakwan merupakan tabi'in tidak jumpa sahabat. Komentar ulama tentangnya di antaranya Yahya bin Ma'in mengatakan: dla'if; Abu Hatim mengatakan: dla'if; Ibnu Hibban mengomentari: disebutkan dalam 'ats tsiqaat; Ibnu Hajar Al 'Asqalani mengatakan: shaduq yuhti; An Nasa'i mengatakan: laisa bi qowi. Namun demikian Imam Bukhari meriwayatkan darinya satu hadis dengan satu rantai sanad. Selain itu ada rawi yang bernama Isil bin Sufyan yang merupakan tabi'in tidak jumpa sahabat. Komentar ulama tentangnya di antaranya Yahya bin Ma'in mengatakan: dla'if; An Nasa'i: laisa bi qowi; Abu Hatim mengatakan: mungkarul hadits; Al Bukhari mengatakan: fihi nazhar; Ibnu Saad mengatakan: fihi nazhar.

 

Hadis Ke-2

سنن الترمذي ٣٤٥: حَدَّثَنَا هَنَّادٌ حَدَّثَنَا قَبِيصَةُ عَنْ حَمَّادِ بْنِ سَلَمَةَ عَنْ عِسْلِ بْنِ سُفْيَانَ عَنْ عَطَاءِ بْنِ أَبِي رَبَاحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: نَهَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ السَّدْلِ فِي الصَّلَاةِ. قَالَ وَفِي الْبَاب عَنْ أَبِي جُحَيْفَةَ قَالَ أَبُو عِيسَى حَدِيثُ أَبِي هُرَيْرَةَ لَا نَعْرِفُهُ مِنْ حَدِيثِ عَطَاءٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ مَرْفُوعًا إِلَّا مِنْ حَدِيثِ عِسْلِ بْنِ سُفْيَانَ وَقَدْ اخْتَلَفَ أَهْلُ الْعِلْمِ فِي السَّدْلِ فِي الصَّلَاةِ فَكَرِهَ بَعْضُهُمْ السَّدْلَ فِي الصَّلَاةِ وَقَالُوا هَكَذَا تَصْنَعُ الْيَهُودُ و قَالَ بَعْضُهُمْ إِنَّمَا كُرِهَ السَّدْلُ فِي الصَّلَاةِ إِذَا لَمْ يَكُنْ عَلَيْهِ إِلَّا ثَوْبٌ وَاحِدٌ فَأَمَّا إِذَا سَدَلَ عَلَى الْقَمِيصِ فَلَا بَأْسَ وَهُوَ قَوْلُ أَحْمَدَ وَكَرِهَ ابْنُ الْمُبَارَكِ السَّدْلَ فِي الصَّلَاةِ.

Artinya: Sunan Tirmidzi nomor 345: Telah menceritakan kepada kami Hannad berkata: telah menceritakan kepada kami Qabishah dari Hammad bin Salamah dari Isl bin Sufyan dari 'Atha` bin Rabah dari Abu Hurairah ia berkata: "Rasulullah SAW melarang dari malakukan as-sadl (menurunkan kain hingga menyentuh bumi) dalam salat." Ia berkata: "Dalam bab ini juga ada riwayat dari Abu Juhaifah." Abu Isa berkata: "Hadis Abu Hurairah, kami tidak mengetahuinya dari hadis 'Atha`, dari Abu Hurairah yang marfuk kecuali dari hadis Isl bin Sufyan. Para ulama berselisih pendapat tentang hukum as-sadl (menurunkan kain hingga menyentuh bumi) dalam salat, sebagian mereka memakruhkannya, mereka mengatakan, "Itu adalah perbuatan orang-orang Yahudi." Sedangkan sebagian ulama yang lain memakruhkan hal itu jika ia tidak mempunyai kain kecuali hanya satu. Adapun jika ia melakukan as-sadl di atas kemeja maka tidak apa-apa." Ini adalah pendapat yang diambil oleh Ahmad. Sedangkan Ibnu Al Mubarak memakruhkan sadl dalam salat."

Keterangan: Ada rawi yang bernama Isil bin Sufyan yang merupakan tabi'in tidak jumpa sahabat. Komentar ulama tentangnya di antaranya Yahya bin Ma'in mengatakan: dla'if; An Nasa'i: laisa bi qowi; Abu Hatim mengatakan: mungkarul hadits; Al Bukhari mengatakan: fihi nazhar; Ibnu Saad mengatakan: fihi nazhar.

 

Hadis Ke-3

مسند أحمد ٧٥٩٣: حَدَّثَنَا يَزِيدُ وَأَبُو كَامِلٍ قَالَا حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ عَنْ عِسْلِ بْنِ سُفْيَانَ عَنْ عَطَاءٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ نَهَى عَنْ السَّدْلِ فِي الصَّلَاةِ.

Artinya: Musnad Ahmad nomor 7593: Telah menceritakan kepada kami Yazid dan Abu Kamil, mereka berkata: telah menceritakan kepada kami Hammad bin Salamah dari 'Isl bin Sufyan dari 'Atha` dari Abu Hurairah dari Nabi SAW, bahwasanya beliau melarang malakukan as-sadl (menurunkan kain hingga menyentuh bumi) dalam salat.

Keterangan: Ada rawi yang bernama Isil bin Sufyan yang merupakan tabi'in tidak jumpa sahabat. Komentar ulama tentangnya di antaranya Yahya bin Ma'in mengatakan: dla'if; An Nasa'i: laisa bi qowi; Abu Hatim mengatakan: mungkarul hadits; Al Bukhari mengatakan: fihi nazhar; Ibnu Saad mengatakan: fihi nazhar.

 

Hadis Ke-4

مسند أحمد ٨٢٢٧: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا سَعِيدٌ يَعْنِي ابْنَ أَبِي عَرُوبَةَ عَنْ عِسْلٍ عَنْ عَطَاءٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى عَنْ السَّدْلِ.

Artinya: Musnad Ahmad nomor 8227: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja'far, telah menceritakan kepada kami Sa'id,-yaitu Ibnu Abi 'Arubah, dari 'Isl dari Atha` dari Abu Hurairah, bahwasannya Rasulullah SAW melarang malakukan as-sadl (menurunkan kain hingga menyentuh bumi).

Keterangan: Ada rawi yang bernama Isil bin Sufyan yang merupakan tabi'in tidak jumpa sahabat. Komentar ulama tentangnya di antaranya Yahya bin Ma'in mengatakan: dla'if; An Nasa'i: laisa bi qowi; Abu Hatim mengatakan: mungkarul hadits; Al Bukhari mengatakan: fihi nazhar; Ibnu Saad mengatakan: fihi nazhar.

 

Hadis Ke-5

سنن ابن ماجه ٩٥٦: حَدَّثَنَا أَبُو سَعِيدٍ سُفْيَانُ بْنُ زِيَادٍ الْمُؤَدِّبُ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ رَاشِدٍ عَنْ الْحَسَنِ بْنِ ذَكْوَانَ عَنْ عَطَاءٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: نَهَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يُغَطِّيَ الرَّجُلُ فَاهُ فِي الصَّلَاةِ.

Artinya: Sunan Ibnu Majah nomor 956: Telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id Sufyan bin Ziyad Al Mu`addib berkata: telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Rasyid dari Al Hasan bin Dzakwan dari 'Atha` dari Abu Hurairah ia berkata: "Rasulullah SAW melarang seseorang menutup mulutnya ketika salat."

Keterangan: Rawi yang bernama Al Hasan bin Dzakwan merupakan tabi'in tidak jumpa sahabat. Komentar ulama tentangnya di antaranya Yahya bin Ma'in mengatakan: dla'if; Abu Hatim mengatakan: dla'if; Ibnu Hibban mengomentari: disebutkan dalam 'ats tsiqaat; Ibnu Hajar Al 'Asqalani mengatakan: shaduq yuhti; An Nasa'i mengatakan: laisa bi qowi. Namun demikian Imam Bukhari meriwayatkan darinya satu hadis dengan satu rantai sanad.

 

Hadis Ke-6

صحيح ابن حبان ٢٣٥٣: أَخْبَرَنَا الْحَسَنُ بْنُ سُفْيَانَ، قَالَ‏:‏ حَدَّثَنَا حِبَّانُ بْنُ مُوسَى، قَالَ‏:‏ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللهِ، عَنِ الْحَسَنِ بْنِ ذَكْوَانَ، عَنْ سُلَيْمَانَ الأَحْوَلِ، عَنْ عَطَاءٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى عَنِ السَّدْلِ فِي الصَّلاَةِ، وَأَنْ يُغَطِّيَ الرَّجُلُ فَاهُ‏.‏

Artinya: Shahih Ibnu Hibban nomor 2353: Telah mengabarkan kepada kami Al Hasan bin Sufyan, ia berkata: telah menceritakan kepada kami Hibban bin Musa, ia berkata: telah menceritakan kepada kami Abdullah, dari Al Hasan bin Dzakwan, dari Sulaiman Al Ahwal, dari Atha', dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah melarang as-sadl (memanjangkan pakaian hingga menyeret tanah) dalam salat, dan juga melarang seorang (laki-laki) menutup mulut (ketika salat)."

Keterangan: Rawi yang bernama Al Hasan bin Dzakwan merupakan tabi'in tidak jumpa sahabat. Komentar ulama tentangnya di antaranya Yahya bin Ma'in mengatakan: dla'if; Abu Hatim mengatakan: dla'if; Ibnu Hibban mengomentari: disebutkan dalam 'ats tsiqaat; Ibnu Hajar Al 'Asqalani mengatakan: shaduq yuhti; An Nasa'i mengatakan: laisa bi qowi. Namun demikian Imam Bukhari meriwayatkan darinya satu hadis dengan satu rantai sanad.

 

B. Penjelasan Singkat

Kitab Mukhtasar Nailul Authar jilid 1 halaman 359 menerangkan bahwa Pensyarah Rahimahullah Ta'ala mengatakan: Ucapan perawi (As-Sadl), Abu Ubaidah dalam kitab Gharib-nya menyebutkan, "Yaitu seseorang mengulurkan pakaiannya karena tidak menyatukan ujung-ujungnya pada pundaknya, tapi bila telah menyatukannya, maka tidak termasuk kategori ini." Penulis An-Nihayah menyebutkan, "Yaitu melipatkan pakaiannya dan memasukkan kedua tangannya di dalam, lalu melakukan rukuk dan sujud dengan kondisi seperti itu." Ia juga mengatakan, "Ini bisa juga terjadi pada gamis dan pakaian lainnya." Hadis ini menujukkan haramnya as-sadl di dalam salat, karena yang tersirat adalah larangan yang sebenarnya. Namun Ibnu Umar, Mujahid, Ibrahim An-Nakha'i dan Asy-Syafi'i menganggapnya makruh, baik di dalam salat maupun lainnya. Sementara Ahmad menyatakan makruh di dalam salat.

 

Ucapan perawi (dan menutup mulutnya), Ibnu Hibban mengatakan, karena cara itu merupakan cara berpakaian kaum Majusi. Hadis ini sebagai dalil makruhnya salat dengan cara berpakaian seperti itu sebagaimana yang dinyatakan oleh penulis kitab.

 

C. Menyikapi Permasalahan Sadl dan Menutup Mulut

Era modern seperti sekarang ini, kebutuhan pokok akan sandang cukup melimpah. Rasa-rasanya sudah jarang sekali masyarakat yang kekurangan sandang sehingga tidak mampu menutupi bagian tubuh. Oleh sebab itu, kemudahan akan sandang di era modern yang Allah berikan itu kita syukuri dengan menutup aurat. Cara menutup aurat juga tidak berlebihan sehingga kain menyentuh bumi (As-sadl). Selain itu juga hendaknya tidak menutup mulut, karena hal itu dipahami makruh. As-Sadl sendiri ada yang memahami makruh dan bahkan terlarang/ haram. Baik as-sadl maupun menutup mulut adalah berdasar dari hadis yang ada. Hadis tersebut ada yang melalui Al Hasan bin Dzakwan, ia sendiri dikatakan dla’if oleh Yahya bin Main dan Abu Hatim. Namun Imam Bukhari mengeluarkan satu hadis dengan pembahasan lain melalui Al Hasan bin Dzakwan. Terlepas status derajat hadis yang ada, hadis-hadis tersebut setidaknya bisa dijadikan pelajaran supaya tidak berlebihan dalam berpakaian. Dikatakan berlebihan dalam teks hadis karena mengenakan pakaian panjang hingga menyentuh bumi dan/ atau menutup mulut dengan kain. Sebagaimana teks hadis, as-sadl adalah cara berpakaian orang Yahudi. Sedangkan menurut penulis kitab, menutup mulut dengan kain adalah cara berpakaian orang Majusi. Wallahu a’lam.

 

Demikian beberapa pelajaran yang bisa dipetik dari beberapa dalil mengenai pembahasan fikih menutup aurat. Hal tersebut sebagai upaya taat kepada Allah dan Rasulullah. Semoga pelajaran mengenai fikih menutup aurat yang sudah diperoleh dapat dipraktekkan di dalam kehidupan sehari-hari. Aamiin.

 




Friday, October 24, 2025

Khotbah Jum’at: Menjadi Mukmin Sejati

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَ بَرَكَاتُهُ

الْحَمْدُ لِلّهِ الَّذِيْ خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيٰوةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا. وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ. اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَرَسُولِكَ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ. رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِي يَفْقَهُوا قَوْلِي. اللَّهُمَّ لَا سَهْلَ إِلَّا مَا جَعَلْتَهُ سَهْلًا وَأَنْتَ تَجْعَلُ الحَزْنَ إِذَا شِئْتَ سَهْلًا. أَمَّا بَعْدُ. فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ، أُوْصِيْنِيْ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللَّهُ تَعَالَى فِى كِتَابِهِ الْكرِيْم: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ {آل عمران: 102}. وَ قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَّفْسٍ وَّاحِدَةٍ، وَّخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا، وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيْرًا وَّنِسَاۤءً. وَاتَّقُوا اللّٰهَ الَّذِيْ تَسَاۤءَلُوْنَ بِهٖ وَالْاَرْحَامَ. اِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا {النساۤء: ١} وَ قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيْدًا، يُّصْلِحْ لَكُمْ اَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ. وَمَنْ يُّطِعِ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا. {الاحزاب: ٧٠ – ٧١} وَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَاَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَـمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ. وَ قَالَ: لَا يُؤْمِنُ اَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِاَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ.. مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ رَحِمَكُمُ اللهُ،

Syukur alkhamdulillah selalu kita haturkan kepada Allah SWT yang menciptakan kematian dan kehidupan untuk menguji hamba-Nya, siapakah yang paling baik amalnya. Selawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW yang telah membawa ajaran Agama Islam untuk dipedomani dan diamalkan umatnya. Mengamalkan ajaran-ajaran agama merupakan bagian amanat sila pertama Pancasila, dan Undang Undang Dasar 1945 Pasal 29 ayat 2. Selanjutnya dari mimbar ini saya serukan kepada diri saya sendiri dan umumnya kepada jamaah salat Jum’at agar senantiasa menjaga, mempertahankan, dan terus berusaha meningkatkan iman dan takwa. Pada kesempatan kali ini, nasihat ditujukan kepada diri saya sendiri dan apabila ada manfaatnya dihaturkan kepada jamaah semuanya.

Ma'asyiral muslimin rahimakumullah.

Orang beriman meyakini rukun iman yang enam. Orang mengaku beriman berusaha membuktikan pengakuan iman dengan beramal salih. Adapun pokok amal salih terangkum dalam rukun Islam. Orang yang beragama Islam memulai dengan syahadat, salat, puasa, hingga kesanggupannya membayar zakat dan menunaikan haji. Islam sendiri maknanya paling tidak mencakup 5 hal, yaitu: (1) Al-Khusyuk; (2) Al-Khudu’; (3) Ath-Tha’at; (4) Al-Istislam; dan (5) Al-Inqiyad.

Al-Khusyuk merupakan keyakinan dalam hati bahwa kelak akan kembali kepada Allah sehingga senantiasa berbuat kebaikan. Al-Khudu’ merujuk pada dorongan untuk tetap berlaku tunduk patuh. Ath-Tha'at adalah tetap taat pada ketetapan Allah. Al-Istislam merupakan penyerahan diri secara total kepada Allah. Al-Inqiyad merupakan kepatuhan yang sepenuhnya kepada Allah. Oleh sebab itu, kita senantiasa berusaha beragama Islam secara menyeluruh atau kaffah. Allah berfirman,

﴿ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا ادْخُلُوْا فِى السِّلْمِ كَاۤفَّةً ۖوَّلَا تَتَّبِعُوْا خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِۗ اِنَّهٗ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ ٢٠٨ ﴾ ( البقرة/2:208)

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, masuklah ke dalam Islam (kedamaian) secara menyeluruh dan janganlah ikuti langkah-langkah setan! Sesungguhnya ia musuh yang nyata bagimu. (QS. Al-Baqarah/2: 208).

Tafsir Lengkap Kementerian Agama Republik Indonesia menerangkan bahwa ayat ini menekankan agar orang-orang mukmin, baik yang baru saja masuk Islam seperti halnya seorang Yahudi yang bernama Abdullah bin Salam, maupun orang munafik yang masih melakukan hal-hal yang bertentangan dengan ajaran Islam agar mereka taat melaksanakan ajaran Islam sepenuhnya, jangan setengah-setengah, jangan seperti mengerjakan ibadah puasa pada bulan Ramadan tetapi salat lima waktu ditinggalkan, dan jangan bersifat sebagaimana yang digambarkan Allah di dalam Al-Quran Surat Al-Baqarah ayat 85 yang mana orang Yahudi iman pada sebagian isi kitab dan mengingkari sebagian isi yang lain. Hal ini merupakan pelajaran besar sehingga jangan sampai kita tidak mengupayakan beragama Islam secara menyeluruh.

Ma'asyiral muslimin rahimakumullah.

Marilah kita semuanya berusaha beragama Islam secara menyeluruh dan tidak setengah-setengah. Syariat Islam sudah diterangkan sehingga kita mesti berusaha belajar mengenai syariat Islam dan mengamalkannya. Hal ini adalah sebagai bukti tindakan atas apa yang diikrarkan dalam syahadat. Oleh sebab itu, ketika mengerti tentang syariat Islam hendaknya jangan sampai seperti orang fasik. Mereka melanggar ketentuan-ketentuan Allah baik secara ucapan atau tindakan. Allah berfirman,

﴿ الَّذِيْنَ يَنْقُضُوْنَ عَهْدَ اللّٰهِ مِنْۢ بَعْدِ مِيْثَاقِهٖۖ وَيَقْطَعُوْنَ مَآ اَمَرَ اللّٰهُ بِهٖٓ اَنْ يُّوْصَلَ وَيُفْسِدُوْنَ فِى الْاَرْضِۗ اُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْخٰسِرُوْنَ ٢٧ ﴾ ( البقرة/2:27)

Artinya: (Orang fasik yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah setelah (perjanjian) itu diteguhkan, memutuskan apa yang diperintahkan Allah untuk disambungkan (silaturahmi), dan berbuat kerusakan di bumi. Mereka itulah orang-orang yang rugi. (QS. Al-Baqarah/2: 27)

Sebagaimana ayat diterangkan bahwa orang fasik adalah orang yang melanggar perjanjian Allah setelah perjanjian itu diteguhkan. Oleh sebab itu, orang fasik adalah orang yang melakukan dosa yang besar. Orang fasik tidak akan pernah bahagia, mereka akan rugi.

Ma'asyiral muslimin rahimakumullah.

Kita hendaknya senantiasa bermuhasabah, apakah ada sifat-sifat kefasikan dalam diri kita. Kita segera memperbaiki diri sehingga terhindar dari sifat-sifat kefasikan. Kita yang sudah mengaku beriman berusaha menjadi mukmin sejati. Namun demikian, mukmin ada dua. Mukmin yang taat pada Allah adalah mereka yang beruntung. Mukmin yang pasti celaka adalah orang-orang fajir. Adapun orang-orang fajir adalah orang yang terus menerus bermaksiat sehingga tenggelam dalam kemaksiatannya. Hal tersebut jangan sampai terjadi pada diri kita.

Ma'asyiral muslimin rahimakumullah.

Marilah kita sebagai orang yang mengaku beriman untuk senantiasa belajar agama Islam secara maksimal. Oleh karenanya kita akan mengerti apa yang diperintahkan Allah dan Rasulullah. Selain itu kita juga mengetahui apa yang menjadi larangan Allah dan Rasulullah. Ketika mengetahui rambu-rambu agama Islam, jangan sampai kita menerjangnya. Itu semua dilakukan supaya menjadi mukmin sejati. Semoga nasihat ini bisa menjadi pengingat bagi diri saya dan umumnya bermanfaat bagi jamaah semuanya. Mohon maaf apabila terdapat tutur kata yang kurang berkenan.

أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ. بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. وَٱلْعَصْرِ. إِنَّ ٱلْإِنسَـٰنَ لَفِى خُسْرٍ. إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّـٰلِحَـٰتِ وَتَوَاصَوْا۟ بِٱلْحَقِّ وَتَوَاصَوْا۟ بِٱلصَّبْرِ. وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ.

***

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَ اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ الَّذِى لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ. وَ الصَّلاَةُ وَ السَّلاَمُ عَلَى اَشْرَفِ اْلاَنْبِيَاءِ وَ اْلمُرْسَلِيْنَ وَ عَلَى آلِهِ وَ اَصْحَابِهِ اَجْمَعِيْنَ.  اَمَّا بَعْدُ.

فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ، اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ.

أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ. اِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِىْ، يَاَ يُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ:

                اَللّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّـيْتَ عَلَى آلِ اِبـْرَاهِيْمَ. وَ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ اِبـْرَاهِيْمَ، فِى اْلعَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

                اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، أَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ.

                رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا، وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِالْإِيْمَانِ، وَلَا تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا، غِلًّا لِلَّذِيْنَ آمَنُوا، رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ

                رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ، وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ إِمَامًا.

                رَبَّنَا اجْعَلْ هَٰذَا بَلَدًا ءَامِنًا وَّارْزُقْ أَهْلَهُۥ مِنَ الثَّمَرَٰتِ.

                رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً، وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

                سُبْحَانَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.

                وَأَقِمِ الصَّلَاةَ.

Penyampai: Revolusi Prajaningrat Saktiyudha, S.Si., M.Pd., S.Pd., Gr.