Meneladani
Musyawarah Nabi Ibrahim AS
Oleh: Revolusi Prajaningrat Saktiyudha, S.Si., S.Pd., M,Pd.
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَ بَرَكَاتُهُ
الْحَمْدُ لِلّهِ الَّذِيْ خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيٰوةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا. نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ. اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَرَسُولِكَ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ. رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِي يَفْقَهُوا قَوْلِي. اللَّهُمَّ لَا سَهْلَ إِلَّا مَا جَعَلْتَهُ سَهْلًا وَأَنْتَ تَجْعَلُ الحَزْنَ إِذَا شِئْتَ سَهْلًا. أَمَّا بَعْدُ. فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ، أُوْصِيْنِيْ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللَّهُ تَعَالَى فِى كِتَابِهِ الْكرِيْم: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ {آل عمران: 102}. لَنْ يَّنَالَ اللّٰهَ لُحُوْمُهَا وَلَا دِمَاۤؤُهَا وَلٰكِنْ يَّنَالُهُ التَّقْوٰى مِنْكُمْ، كَذٰلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْ، وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِيْنَ {الحج: 37}. وَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَاَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَـمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ. اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ، وَاللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ ولِلَّهِ الْحَمْدُ. مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ رَحِمَكُمُ اللهُ،
Syukur alkhamdulillah senantiasa kita haturkan kepada Allah SWT yang menjadikan mati dan hidup. Hanya Allah yang mampu menciptakan kematian dan kehidupan. Allah menciptakan kematian dan kehidupan untuk menguji manusia, siapa diantara mereka yang beriman dan beramal saleh. Selawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW yang telah membawa risalah Agama Islam kepada umatnya. Semoga kita semuanya tergolong umat Rasulullah Muhammad SAW yang senantiasa melaksanakan ajaran-ajaran Agama Islam di semua sendi-sendi kehidupan kita. Melalui ajaran-ajaran agama Islam yang kita laksanakan semaksimalnya di dalam kehidupan kita, harapannya kita semua bisa selamat di dunia maupun di akhirat. Aamiin.
Selanjutnya dari mimbar ini saya serukan kepada diri saya sendiri dan umumnya kepada jamaah salat Idul Adha agar senantiasa menjaga, mempertahankan, dan terus berusaha meningkatkan iman dan takwa. Iman dengan mengimani rukun iman yang enam dan takwa dengan mentaati segala perintah Allah dan Rasulullah, serta menjauhi apa-apa yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya. Marilah saling menasehati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.
اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ، وَاللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ ولِلَّهِ الْحَمْدُ. مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ رَحِمَكُمُ اللهُ،
Banyak cara mendekatkan diri kepada Allah. Cara mendekatkan diri kepada Allah sudah tertuang dalam ajaran Agama Islam. Salah satu cara mendekatkan diri kepada Allah adalah dengan menjalankan ibadah nusuk kurban. Kedudukan hukum nusuk kurban adalah sunah muakaddah (sunah yang dianjurkan). Secara pengertian, kurban adalah pendekatan diri kepada Allah dengan cara menyembelih binatang ternak dan dilaksanakan dengan tuntunan dalam rangka mencari rida Allah SWT. Dalil pelaksanaan kurban sebagaimana tertuang dalam Al-Qur’an Surat Al Hajj ayat 37. Allah berfirman,
لَنْ يَّنَالَ اللّٰهَ لُحُوْمُهَا وَلَا دِمَاۤؤُهَا وَلٰكِنْ يَّنَالُهُ التَّقْوٰى مِنْكُمْۗ كَذٰلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْ ۗ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِيْنَ. الحج: 37
Artinya: Daging (hewan kurban) dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaanmu. Demikianlah Dia menundukkannya untukmu agar kamu mengagungkan Allah atas petunjuk yang Dia berikan kepadamu. Berilah kabar gembira kepada orang-orang yang muhsin. (QS. Al Hajj: 37).
Ibadah kurban tidak terlepas dari kisah Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS. Kisah tersebut terdapat dalam Al-Qur’an Surat As Saffat ayat 102 sampai dengan 107. Peristiwa kala itu Nabi Ibrahim mengabarkan tentang mimpinya kepada anaknya, yaitu Ismail. Nabi Ibrahim berkata,
يَـٰبُنَىَّ إِنِّىٓ أَرَىٰ فِى ٱلْمَنَامِ أَنِّىٓ أَذْبَحُكَ فَٱنظُرْ مَاذَا تَرَىٰ.
Artinya: “Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!”
Mendengar pertanyaan sang bapak, Ismail pun menjawab,
يَـٰۤأَبَتِ ٱفْعَلْ مَا تُؤْمَرُ، سَتَجِدُنِىۤ إِن شَاۤءَ ٱللَّهُ مِنَ ٱلصَّـٰبِرِينَ.
Artinya: “Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; Insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.”
Ismail merupakan anak yang dicintai Nabi Ibrahim, anak yang selama ini menjadi salah satu kesenangan hidup Nabi Ibrahim di dunia, seorang anak yang kehadirannya dinanti untuk melanjutkan risalah dakwahnya. Hingga tiba waktunya, mereka pun melaksanakan apa yang diperintahkan Allah.
Saat keduanya berserah diri dan siap melaksanakan perintah Allah, lalu Allah pun melarang Nabi Ibrahim menyembelih Ismail. Kemudian untuk meneruskan kurban, Allah menggantinya dengan seekor sembelihan yang besar. Peristiwa ini menjadi dasar disyariatkannya ibadah nusuk kurban yang dilaksanakan pada Hari Raya Idul Adha/ Haji. Peristiwa tersebut senantiasa menjadi pelajaran bagi umat di akhir zaman untuk senantiasa berusaha mendekatkan diri kepada Allah. Semua yang diupayakan seorang hamba adalah semata-mata untuk mengharap rida Allah SWT.
اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ، وَاللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ ولِلَّهِ الْحَمْدُ. مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ رَحِمَكُمُ اللهُ،
Kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail mensiratkan bangunan musyawarah antara Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail dalam mengambil keputusan yang terbaik. Bisa saja Nabi Ibrahim selaku bapak dari Ismail berlaku otoriter dengan memaksa anaknya harus patuh pada Nabi Ibrahim. Namun yang dilakukan Nabi Ibrahim sebailkya, yaitu mengajak anaknya untuk bermusyawarah. Hal tersebut menunjukkan kebolehan berpendapat yang merupakan cerminan demokrasi. Begitu mulia Nabi Ibrahim yang merupakan bapak para nabi mengajarkan nilai-nilai musyawarah. Hal tersebut menjadikan pelajaran bagi kita sebagai bapak/ pemimpin keluarga supaya senantiasa mengedepankan nilai-nilai musyawarah dalam memimpin keluarga. Setiap anggota keluarga memiliki hak untuk mengutarakan pendapat. Kebolehan berpendapat artinya merdeka dalam mengutarakan buah pemikiran. Melalui berbagai pendapat yang ada, diambil keputusan yang terbaik sebagai mufakat, yang juga tentunya keputusan tersebut masih berada di rel kebenaran Al-Qur’an dan As-Sunah. Allah berfirman,
وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍۢ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى ٱللَّهُ وَرَسُولُهُۥٓ أَمْرًا أَن يَكُونَ لَهُمُ ٱلْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ، وَمَن يَعْصِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَـٰلًۭا مُّبِينًۭا. الأحزاب: 36.
Artinya: Tidaklah pantas bagi mukmin dan mukminat, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketentuan, akan ada pilihan (yang lain) bagi mereka tentang urusan mereka. Siapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, sungguh dia telah tersesat dengan kesesatan yang nyata. (QS. Al Ahzab: 36).
اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ، وَاللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ ولِلَّهِ الْحَمْدُ. مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ رَحِمَكُمُ اللهُ،
Hendaknya kita tidak mendahului ketetapan Allah. Kita serahkan semua ketetapan kepada Allah. Hal tersebut sebagaimana kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail yang bermusyawarah untuk memperoleh keputusan terbaik. Keputusan tersebut tentu dilandasi dengan kepasrahan dan hati yang bening untuk memperoleh rida Allah SWT. Marilah kita semua mencintai Allah dengan penuh ketaatan, serta mendekatkan diri kepada-Allah dengan mengikuti perintah Nabi-Nya, serta membersihkan diri dengan amal saleh. Melalui upaya tersebut, harapannya Allah mengampuni dosa-dosa kita semua. Demikian yang bisa saya sampaikan pada kesempatan hari ini. Semoga bisa menjadi pengingat bagi diri saya dan umumnya bermanfaat bagi jamaah semuanya. Kebenaran datangnya dari Allah, sementara kesalahan datangnya dari diri saya pribadi. Saya beristigfar memohon ampun kepada Allah, dan mohon maaf apabila terdapat tutur kata yang kurang berkenan. Mari kita tutup khotbah ini dengan berdoa.
وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، أَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ. رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِى ٱلدُّنْيَا حَسَنَةًۭ وَفِى ٱلْـَٔاخِرَةِ حَسَنَةًۭ وَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ. وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. وَبِاللهِ التَّوْفِيْقُ والهِدَايَةُ، وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَ بَرَكَاتُهُ.
~ooOoo~