Monday, June 5, 2023

Sahur Puasa


 

Ketika melaksanakan ibadah puasa, hendaknya kita sahur sebelum terbit fajar. Waktu sahur bukan sekadar kita melakukan aktivitas makan dan minum saja, tetapi memiliki keutamaan lain yang penuh keberkahan. Oleh karena itu dalam tulisan ini akan mengulas: (a) pengertian sahur; (b) hikmah sahur; dan (c) waktu sahur; dan (d) tata cara sahur.

 

A. Pengertian Sahur

Sahur ialah makanan yang dimakan pada waktu sahar. Adapun “sahar” menurut bahasa adalah “nama bagi akhir suku malam dan permulaan suku siang.” Lawannya ialah “ashil” yang berarti akhir suku siang. Menurut Az-Zamakhsyari, dinamai waktu sahar dengan sahar karena merupakan waktu berlalunya malam dan datangnya siang. Oleh sebab itu, sahar bukanlah satu atau dua jam sebelum terbit fajar, tetapi yang dimaksud adalah nama waktu pergantian siang dan malam. Bisa disimpulkan bahwa apabila kita makan pada jam 24.00 (jam 12 malam) atau sedikit setelah itu tidaklah dapat dinamakan “Bersahur (mengerjakan makan Sahur).” Adapun yang dinamakan makan Sahur adalah sebagaimana yang dilakukan Rasulullah SAW pada riwayat berikut.

 

Hadis Pertama

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا وَكِيعٌ عَنْ هِشَامٍ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ أَنَسٍ عَنْ زَيْدِ بْنِ ثَابِتٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: تَسَحَّرْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ قُمْنَا إِلَى الصَّلَاةِ. قُلْتُ: كَمْ كَانَ قَدْرُ مَا بَيْنَهُمَا؟ قَالَ: خَمْسِينَ آيَةً. و حَدَّثَنَا عَمْرٌو النَّاقِدُ حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ أَخْبَرَنَا هَمَّامٌ ح و حَدَّثَنَا ابْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنَا سَالِمُ بْنُ نُوحٍ حَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ عَامِرٍ كِلَاهُمَا عَنْ قَتَادَةَ بِهَذَا الْإِسْنَادِ. مسلم

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah, telah mengabarkan kepada kami Waki' dari Hisyam dari Qatadah dari Anas dari Zaid bin Tsabit RA, ia berkata, "Kami pernah bersahur bersama Rasulullah SAW kemudian kami mengerjakan salat (Subuh)." Aku (Anas) bertanya kepada Zaid. "Berapa tempo antara keduanya?" Zaid menjawab, "Sekadar membaca 50 ayat Al-Qur'an." Dan telah menceritakan kepada kami Amru An Naqid, telah menceritakan kepada kami Yazid bin Harun, telah mengabarkan kepada kami Hammam. Dalam jalur lain, telah menceritakan kepada kami Ibnul Mutsanna, telah menceritakan kepada kami Salim bin Nuh, telah menceritakan kepada kami Umar bin Amir keduanya dari Qatadah dengan isnad ini. (HR. Muslim, no. 1837).

 

B. Hikmah Sahur

Terdapat berbagai hikmah sahur. Di antara hikmah sahur yaitu: (1) sahur suatu berkah; dan (2) pembeda puasa dengan puasanya ahli kitab.

 

1. Sahur suatu berkah

Hendaknya tidak meninggalkan sahur ketika hendak berpuasa. Hal tersebut karena sahur adalah suatu berkah. Hal tersebut sebagaimana hadis berikut.

 

Hadis Kedua

حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ عَنْ هِشَامٍ الدَّسْتُوَائِيِّ قَالَ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ أَبِي كَثِيرٍ عَنْ أَبِي رِفَاعَةَ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: السَّحُورُ أَكْلُهُ بَرَكَةٌ فَلَا تَدَعُوهُ وَلَوْ أَنْ يَجْرَعَ أَحَدُكُمْ جُرْعَةً مِنْ مَاءٍ فَإِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى الْمُتَسَحِّرِينَ. أحمد

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Isma'il dari Hisyam Ad Dustuwa`i, ia berkata: telah menceritakan kepada kami Yahya bin Abu Katsir dari Rifa'ah dari Abu Sa'id Al Khudri, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: Sahur itu suatu berkah. Maka janganlah kalian meninggalkannya, walaupun hanya dengan meneguk seteguk air, karena sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya berselawat atas orang-orang yang bersahur. (HR. Ahmad, no. 10664).

 

2. Pembeda Puasa dengan Puasanya Ahli Kitab

Sahur menjadi ciri khas muslim bagaimana mereka hendak melaksanakan puasa. Hal tersebut sebagaimana hadis berikut.

 

Hadis Ketiga

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا لَيْثٌ عَنْ مُوسَى بْنِ عُلَيٍّ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي قَيْسٍ مَوْلَى عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ عَنْ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: فَصْلُ مَا بَيْنَ صِيَامِنَا وَصِيَامِ أَهْلِ الْكِتَابِ أَكْلَةُ السَّحَرِ. و حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى وَأَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ جَمِيعًا عَنْ وَكِيعٍ ح و حَدَّثَنِيهِ أَبُو الطَّاهِرِ أَخْبَرَنَا ابْنُ وَهْبٍ كِلَاهُمَا عَنْ مُوسَى بْنِ عُلَيٍّ بِهَذَا الْإِسْنَادِ. مسلم

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id, telah menceritakan kepada kami Laits dari Musa bin Ulay dari Bapaknya (Ali bin Rabbah bin Qumair) dari Abu Qais Maula Amru bin Al Ash, dari Amru bin Al Ash bahwa Rasulullah SAW bersabda: Yang membedakan antara puasa kita dengan puasa ahli kitab ialah makan sahur. Dan telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya dan Abu Bakar bin Abu Syaibah semuanya dari Waki'. Dalam jalur lain, dan telah menceritakannya kepadaku Abu Thahir, telah mengabarkan kepada kami Ibnu Wahb, keduanya dari Musa bin Ulayy dengan isnad ini. (HR. Muslim, no. 1836).

 

C. Waktu Sahur

Sahur dilaksanakan sebelum datangnya waktu salat subuh. Jarak antara sahur dan salat Subuh adalah sekitar lima puluh ayat. Hal tersebut sebagaimana hadis berikut.

 

Hadis Keempat

حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ عَاصِمٍ قَالَ حَدَّثَنَا هَمَّامٌ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ زَيْدَ بْنَ ثَابِتٍ حَدَّثَهُ أَنَّهُمْ تَسَحَّرُوا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ قَامُوا إِلَى الصَّلَاةِ قُلْتُ كَمْ بَيْنَهُمَا قَالَ قَدْرُ خَمْسِينَ أَوْ سِتِّينَ يَعْنِي آيَةً. البخاري

Artinya: Telah menceritakan kepada kami 'Amru bin 'Ashim berkata: telah menceritakan kepada kami Hammam dari Qatadah dari Anas bin Malik bahwa Zaid bin Tsabit telah menceritakan kepadanya, bahwa mereka pernah sahur bersama Nabi SAW, kemudian mereka berdiri untuk melaksanakan salat. Aku bertanya: "Berapa jarak antara sahur dengan salat subuh?" Dia menjawab: "Antara lima puluh hingga enam puluh ayat." (HR. Bukhari, no. 541).

 

Hadis Kelima

حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ مُوسَى حَدَّثَنَا أَبُو دَاوُدَ الطَّيَالِسِيُّ حَدَّثَنَا هِشَامٌ الدَّسْتُوَائِيُّ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ عَنْ زَيْدِ بْنِ ثَابِتٍ قَالَ: تَسَحَّرْنَا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ قُمْنَا إِلَى الصَّلَاةِ قَالَ قُلْتُ كَمْ كَانَ قَدْرُ ذَلِكَ قَالَ قَدْرُ خَمْسِينَ آيَةً. حَدَّثَنَا هَنَّادٌ حَدَّثَنَا وَكِيعٌ عَنْ هِشَامٍ بِنَحْوِهِ إِلَّا أَنَّهُ قَالَ قَدْرُ قِرَاءَةِ خَمْسِينَ آيَةً قَالَ وَفِي الْبَاب عَنْ حُذَيْفَةَ قَالَ أَبُو عِيسَى حَدِيثُ زَيْدِ بْنِ ثَابِتٍ حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ وَبِهِ يَقُولُ الشَّافِعِيُّ وَأَحْمَدُ وَإِسْحَقُ اسْتَحَبُّوا تَأْخِيرَ السُّحُورِ. الترمذي

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Musa, telah menceritakan kepada kami Abu Daud At Thayalisi, telah menceritakan kepada kami Hisyam Ad Dastuwa'i dari Qatadah dari Anas bin Malik dari Zaid bin Tsabit, ia berkata: “Kami pernah sahur bersama Rasulullah SAW, kemudian kami salat (subuh) berjama'ah.” Anas berkata: “Saya bertanya, berapa lama jarak antara sahur dan salat?” Dia (Zaid) menjawab, kira-kira lima puluh ayat. Telah menceritakan kepada kami Hannad, telah menceritakan kepada kami Waki' dari Hisyam seperti hadis di atas, tetapi didalamnya dia berkata: kira-kira selama membaca lima puluh ayat. (Perawi) berkata: dalam bab ini ada juga riwayat dari dari Hudzaifah. Abu 'Isa berkata: hadis Zaid bin Tsabit adalah hadis hasan shahih dan juga merupakan pendapatnya Syafi'i, Ahmad, dan Ishaq, semuanya lebih menyukai untuk mengakhirkan sahur. (HR. Tirmidzi, no. 638).

 

Selain itu, Rasulullah diriwayatkan biasanya menyegerakan berbuka dan mengakhirkan sahur. Hal tersebut sebagaimana hadis berikut.

 

Hadis Keenam

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ سُلَيْمَانَ قَالَ سَمِعْتُ خَيْثَمَةَ يُحَدِّثُ عَنْ أَبِي عَطِيَّةَ قَالَ قُلْنَا لِعَائِشَةَ، إِنَّ فِينَا رَجُلَيْنِ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَحَدُهُمَا يُعَجِّلُ الْإِفْطَارَ وَيُؤَخِّرُ السُّحُورَ وَالْآخَرُ يُؤَخِّرُ الْإِفْطَارَ وَيُعَجِّلُ السُّحُورَ قَالَ فَقَالَتْ عَائِشَةُ أَيُّهُمَا الَّذِي يُعَجِّلُ الْإِفْطَارَ وَيُؤَخِّرُ السُّحُورَ قَالَ فَقُلْتُ هُوَ عَبْدُ اللَّهِ فَقَالَتْ كَذَا كَانَ يَصْنَعُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. أحمد

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja'far, telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari Sulaiman berkata: Saya mendengar Khaitsamah menceritakan dari Abu Athiyyah, dia berkata: Kami berkata kepada Aisyah: "Sesungguhnya di antara kami ada dua orang laki-laki dari sahabat Nabi SAW, salah satunya menyegerakan berbuka dan mengakhirkan sahur, sedangkan yang satunya mengakhirkan berbuka dan menyegerakan sahur." Dia berkata: Aisyah berkata: "Siapa di antara keduanya yang menyegerakan berbuka dan mengakhirkan sahur?" Dia berkata: saya berkata: "Dia adalah Abdullah." Aisyah berkata: "Seperti itulah yang dilakukan oleh Rasulullah SAW." (HR. Ahmad, no. 24230).

 

Apabila seseorang ragu apakah telah habis waktu sahur ataukah belum, maka ia diperbolehkan makan dan minum hingga nyata-nyata baginya bahwa waktu sahur telah habis dan masuk waktu Subuh. Hal tersebut sebagaimana firman Allah SWT berikut ini.

 

Dalil Al-Qur’an Pertama

اُحِلَّ لَكُمْ لَيْلَةَ الصِّيَامِ الرَّفَثُ اِلٰى نِسَاۤىِٕكُمْ ۗ هُنَّ لِبَاسٌ لَّكُمْ وَاَنْتُمْ لِبَاسٌ لَّهُنَّ ۗ عَلِمَ اللّٰهُ اَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَخْتَانُوْنَ اَنْفُسَكُمْ فَتَابَ عَلَيْكُمْ وَعَفَا عَنْكُمْ ۚ فَالْـٰٔنَ بَاشِرُوْهُنَّ وَابْتَغُوْا مَا كَتَبَ اللّٰهُ لَكُمْ ۗ وَكُلُوْا وَاشْرَبُوْا حَتّٰى يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الْاَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الْاَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِۖ ثُمَّ اَتِمُّوا الصِّيَامَ اِلَى الَّيْلِۚ وَلَا تُبَاشِرُوْهُنَّ وَاَنْتُمْ عٰكِفُوْنَۙ فِى الْمَسٰجِدِ ۗ تِلْكَ حُدُوْدُ اللّٰهِ فَلَا تَقْرَبُوْهَاۗ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللّٰهُ اٰيٰتِهٖ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُوْنَ. البقرة: 187

Artinya: Dihalalkan bagimu pada malam puasa bercampur dengan istrimu. Mereka adalah pakaian bagimu dan kamu adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwa kamu tidak dapat menahan dirimu sendiri, tetapi Dia menerima tobatmu dan memaafkanmu. Maka, sekarang campurilah mereka dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah bagimu. Makan dan minumlah hingga jelas bagimu (perbedaan) antara benang putih dan benang hitam, yaitu fajar. Kemudian, sempurnakanlah puasa sampai (datang) malam. Akan tetapi, jangan campuri mereka ketika kamu (dalam keadaan) beriktikaf di masjid. Itulah batas-batas (ketentuan) Allah. Maka, janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia agar mereka bertakwa. (QS. Al Baqarah: 187).

 

Melalui Al-Qur’an Surat Al Baqarah ayat 187 di atas banyak terdapat pelajaran yang dapat dipetik. Salah satu diantaranya adalah Allah memperkenankan makan dan minum, sehingga nyata benar terbitnya fajar.

 

D. Tata Cara Sahur

Tata cara sahur secara umum sebagaimana adab ketika makan ataupun minum. Hendaknya memulai makan dengan berdoa menyebut nama Allah dan diakhiri dengan doa setelah makan. Selain itu, hendaknya ketika makan dan minum memperhatikan adab-adab makan yang lainnya sepertihalnya makan atau minum dengan tangan kanan, tidak meniup makanan, makan dan minum secukupnya sebelum perut terisi penuh (sepertiga bagian mananan, sepertiga bagian air, dan sepertiga lainnya adalah udara). Pembahasan singkat adab makan bisa disimak dengan cara klik di sini. Namun demikian, kita sebagai umat Islam ketika hendak menjalankan puasa setidaknya kita sahur meskipun hanya seteguk air.

 

Demikianlah berbagai dalil ataupun pelajaran yang bisa menjadi acuan kita dalam ibadah puasa. Dalil yang kita gunakan untuk beribadah adalah dalil dari Al-Qur’an yang sudah pasti benar dan/ atau hadis shahih atau setidaknya hasan lidzatihi. Adapun selain dalil yang ada, tidak menutup kemungkinan terdapat dalil yang shahih maupun sharih lainnya yang bisa kita gunakan sebagai landasan hukum ibadah. Semoga kita semuanya mampu melaksanakan puasa dengan baik dan istiqamah sebagai upaya kita meraih kesempurnaan amal salih. Aamiin.

 

No comments:

Post a Comment