Ada kalanya manusia dalam mengarungi romantika kehidupan menjumpai banyak kendala. Berbagai kendala yang menjadi permasalahan merupakan bahan ujian. Inti dari ujian diantaranya adalah mampu atau tidaknya seseorang hamba mengatasi suatu permasalahan/ urusan. Tentu seseorang yang memang mengarah kepada kebaikan akan senantiasa mampu mengatasi segala permasalahan. Supaya mengarah kepada kebaikan, ada kalanya muncul berbagai pilihan alternatif baik yang membuat seseorang merasa kesulitan untuk mengambil pilihan mana yang terbaik diantara pilihan terbaik. Sebagai solusi hal tersebut, agama Islam menawarkan jawaban supaya mampu mengambil keputusan mana yang terbaik diantara pilihan yang terbaik. Jawaban yang dimaksud adalah salat istikharah. Pembahasan ini meliputi: (a) pengertian salat istikharah; (b) hukum salat istikharah; (c) waktu dan tempat pelaksanaan salat istikharah; dan (d) tata cara salat istikharah.
A. Pengertian Salat Istikharah
Salat Istikharah adalah salat yang dilakukan untuk memohon petunjuk kepada Allah atau dipilihkan antara beberapa pilihan yang paling baik untuk dilaksanakan. Salat istikharah merupakan salah satu ibadah yang ditetapkan bagi setiap muslim ketika dihadapkan pada beberapa pilihan. Salat ini sangat penting untuk dilaksanakan dikarenakan manusia adalah makhluk yang lemah dan sangat butuh pertolongan Allah dalam setiap urusannya. Setinggi apapun ilmu yang dimiliki, manusia tidak akan mengetahui perkara yang gaib. Manusia juga tidak mengetahui manakah kejadian yang baik dan buruk pada masa yang akan datang. Oleh karena itu dapat ditarik pengertian bahwa salat istikharah ialah salat yang dilakukan ketika hendak mengerjakan sesuatu pekerjaan yang penting untuk memohon petunjuk ke arah kebaikan.
B. Hukum Salat Istikarah
Tuntunan salat istikharah didasarkan pada hadis sahih yang bersumber dari sahabat Jabir bin ‘Abdullah. Hal tersebut sebagaimana hadis berikut.
Hadis Pertama
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ قَالَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ أَبِي الْمَوَالِي عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ الْمُنْكَدِرِ عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُعَلِّمُنَا الِاسْتِخَارَةَ فِي الْأُمُورِ كُلِّهَا كَمَا يُعَلِّمُنَا السُّورَةَ مِنْ الْقُرْآنِ يَقُولُ: إِذَا هَمَّ أَحَدُكُمْ بِالْأَمْرِ فَلْيَرْكَعْ رَكْعَتَيْنِ مِنْ غَيْرِ الْفَرِيضَةِ، ثُمَّ لِيَقُلْ: اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْتَخِيرُكَ بِعِلْمِكَ وَأَسْتَقْدِرُكَ بِقُدْرَتِكَ وَأَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ الْعَظِيمِ فَإِنَّكَ تَقْدِرُ وَلَا أَقْدِرُ وَتَعْلَمُ وَلَا أَعْلَمُ وَأَنْتَ عَلَّامُ الْغُيُوبِ اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا الْأَمْرَ خَيْرٌ لِي فِي دِينِي وَمَعَاشِي وَعَاقِبَةِ أَمْرِي أَوْ قَالَ عَاجِلِ أَمْرِي وَآجِلِهِ فَاقْدُرْهُ لِي وَيَسِّرْهُ لِي ثُمَّ بَارِكْ لِي فِيهِ وَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا الْأَمْرَ شَرٌّ لِي فِي دِينِي وَمَعَاشِي وَعَاقِبَةِ أَمْرِي أَوْ قَالَ فِي عَاجِلِ أَمْرِي وَآجِلِهِ فَاصْرِفْهُ عَنِّي وَاصْرِفْنِي عَنْهُ وَاقْدُرْ لِي الْخَيْرَ حَيْثُ كَانَ ثُمَّ أَرْضِنِي قَالَ وَيُسَمِّي حَاجَتَهُ. البخاري
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Qutaibah berkata: telah menceritakan kepada kami 'Abdurrahman bin Abu Al Mawaliy dari Muhammad bin Al Munkadir dari Jabir bin 'Abdullah RA berkata: Rasulullah SAW mengajari kami salat istikharah dalam setiap urusan yang kami hadapi sebagaimana Beliau mengajarkan kami Al Qur'an, yang Beliau bersabda: "Apabila seorang dari kalian menghadapi masalah maka rukuklah (salat) dua rakaat yang bukan salat wajib kemudian berdo'alah: "Allahumma inniy astakhiiruka bi 'ilmika wa astaqdiruka biqudratika wa as-aluka min fadl-likal 'adhim, fa innaka taqdiru wa laa aqdiru wa ta'lamu wa laa a'lamu wa anta 'allaamul ghuyuub. Allahumma in kunta ta'lamu anna haadzal amra khairul liy fiy diiniy wa ma'aasyiy wa 'aaqibati amriy" atau Beliau berkata: "'Aajili amriy wa aajilihi faqdurhu liy wa yassirhu liy tsumma baarik liy fiihi. Wa in kunta ta'lamu anna haadzal amra syarrul liy fiy diiniy wa ma'aasyiy wa 'aaqibati amriy" atau Beliau berkata: "fiy 'aajili amriy wa aajilihi fashrifhu 'anniy washrifniy 'anhu waqdurlil khaira haitsu kaana tsumma ardliniy." (Ya Allah aku memohon pilihan kepada-Mu dengan ilmu-Mu dan memohon kemampuan dengan kekuasaan-Mu dan memohon kepada-Mu dengan karunia-Mu yang Agung, karena Engkau Maha berkuasa sedang aku tidak berkuasa, Engkau Maha Mengetahui sedang aku tidak mengetahui karena Engkaulah yang Maha Mengetahui perkara yang gaib. Ya Allah bila Engkau mengetahui bahwa urusan ini baik untukku, bagi agamaku, kehidupanku dan kesudahan urusanku ini. Atau Beliau bersabda: Di waktu dekat atau di masa nanti maka takdirkanlah buatku dan mudahkanlah kemudian berikanlah berkah padanya. Namun sebaliknya, ya Allah bila Engkau mengetahui bahwa urusan ini buruk untukku, bagi agamaku, kehidupanku, dan kesudahan urusanku ini. Atau Beliau bersabda: Di waktu dekat atau di masa nanti maka jauhkanlah urusan dariku dan jauhkanlah aku darinya dan tetapkanlah buatku urusan yang baik saja dimanapun adanya kemudian paskanlah hatiku dengan ketetapan-Mu itu). Beliau bersabda: "Dan sebutlah keperluannya." (HR. Bukhari, no. 6841).
Sebagaimana hadis riwayat Bukhari nomor 6841 dijelaskan bahwa salat dua rakaat yang dimaksud adalah salat yang bukan salat wajib. Salat istikharah bukan termasuk amalan wajib (fardu), melainkan dianjuran (mustahab/ sunah). Hal tersebut didasarkan pada sabda Nabi Muhammad SAW pada hadis tersebut.
C. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Salat Istikharah
Salat istikharah dapat dilakukan kapan saja, baik siang maupun malam hari. Pelaksanaan salat istikharah tidak terikat dengan waktu tertentu, tetapi dilakukan ketika seseorang telah berniat atau bertekad melakukan suatu pekerjaan tertentu. Sementara itu, salat istikharah dapat dilaksanakan di mana saja asalkan tempat tersebut suci atau terhindar dari najis dan memungkinkan untuk melaksanakan salat di tempat tersebut.
D. Tata Cara Salat Istikharah
Salat istikharah dilakukan sebanyak dua rakaat. Adapun tata caranya dilakukan sebagaimana tata-cara salat yang lain, baik yang meliputi bacaan maupun gerakan salat. Pelaksanaan salat istikharah dengan dibaca sirr (suara lembut). Perbedaan salat istikharah dengan salat pada umumnya adalah pada bacaan doa setelah selesai salat. Hal tersebut sebagaimana hadis berikut.
Hadis Kedua
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ قَالَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ أَبِي الْمَوَالِي عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ الْمُنْكَدِرِ عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُعَلِّمُنَا الِاسْتِخَارَةَ فِي الْأُمُورِ كُلِّهَا كَمَا يُعَلِّمُنَا السُّورَةَ مِنْ الْقُرْآنِ يَقُولُ: إِذَا هَمَّ أَحَدُكُمْ بِالْأَمْرِ فَلْيَرْكَعْ رَكْعَتَيْنِ مِنْ غَيْرِ الْفَرِيضَةِ ثُمَّ لِيَقُلْ: اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْتَخِيرُكَ بِعِلْمِكَ وَأَسْتَقْدِرُكَ بِقُدْرَتِكَ وَأَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ الْعَظِيمِ. فَإِنَّكَ تَقْدِرُ وَلَا أَقْدِرُ وَتَعْلَمُ وَلَا أَعْلَمُ. وَأَنْتَ عَلَّامُ الْغُيُوبِ. اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا الْأَمْرَ خَيْرٌ لِي فِي دِينِي وَمَعَاشِي وَعَاقِبَةِ أَمْرِي، أَوْ قَالَ عَاجِلِ أَمْرِي وَآجِلِهِ، فَاقْدُرْهُ لِي وَيَسِّرْهُ لِي، ثُمَّ بَارِكْ لِي فِيهِ. وَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا الْأَمْرَ شَرٌّ لِي فِي دِينِي وَمَعَاشِي وَعَاقِبَةِ أَمْرِي، أَوْ قَالَ فِي عَاجِلِ أَمْرِي وَآجِلِهِ، فَاصْرِفْهُ عَنِّي وَاصْرِفْنِي عَنْهُ وَاقْدُرْ لِي الْخَيْرَ حَيْثُ كَانَ ثُمَّ أَرْضِنِي. قَالَ وَيُسَمِّي حَاجَتَهُ. البخاري
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Qutaibah berkata: telah menceritakan kepada kami 'Abdurrahman bin Abu Al Mawaliy dari Muhammad bin Al Munkadir dari Jabir bin 'Abdullah RA berkata: Rasulullah SAW pernah mengajarkan kepada kami istikharah dalam urusan-urusan penting sebagaimana beliau mengajarkan Al-Qur'an kepada kami. Beliau bersabda, "Apabila seseorang diantara kalian akan mengerjakan suatu perkara hendaklah ia salat 2 rakaat yang bukan salat fardu, kemudian hendaklah berdoa: "Allahumma inniy astakhiiruka bi 'ilmika wa astaqdiruka biqudratika wa as-aluka min fadl-likal 'adhim, fa innaka taqdiru wa laa aqdiru wa ta'lamu wa laa a'lamu wa anta 'allaamul ghuyuub. Allahumma in kunta ta'lamu anna haadzal amra khairul liy fiy diiniy wa ma'aasyiy wa 'aaqibati amriy" atau beliau berkata: "'Aajili amriy wa aajilihi faqdurhu liy wa yassirhu liy tsumma baarik liy fiihi. Wa in kunta ta'lamu anna haadzal amra syarrul liy fiy diiniy wa ma'aasyiy wa 'aaqibati amriy" atau beliau berkata: "fiy 'aajili amriy wa aajilihi fashrifhu 'anniy washrifniy 'anhu waqdurlil khaira haitsu kaana tsumma ardliniy” (Ya Allah, sesungguhnya aku mohon Engkau pilihkan yang baik dengan pengetahuan-Mu, aku mohon Engkau memberi kekuatan dengan kekuasaan-Mu, dan aku mohon karunia-Mu yang agung, karena sesungguhnya Engkau berkuasa sedang aku tidak berkuasa, dan Engkau mengetahui sedangkan aku tidak mengetahui. Engkau yang amat mengetahui perkara-perkara yang ghaib. Ya Allah, kalau Engkau ketahui bahwa perkara ini baik bagiku, agamaku, penghidupanku dan hari penghabisanku,” atau beliau mengatakan “baik cepat maupun lambat,” maka berikanlah dia kepadaku dan mudahkanlah (urusannya) untukku dan berkahilah aku dengannya. Dan jika memang Engkau ketahui bahwa perkara ini tidak baik bagiku, bagi agamaku, penghidupanku dan hari penghabisanku,” atau beliau mengatakan “baik cepat maupun lambat,” maka jauhkanlah dia dariku dan jauhkanlah aku darinya. Dan berikanlah kepadaku kebaikan itu walau dimanapun adanya, serta jadikanlah aku orang yang rida akan (pemberian) itu)." Beliau bersabda: "Dan sebutlah keperluannya." (HR. Bukhari, no. 1096).
Sebagaimana hadis riwayat Bukhari nomor 1096 disebutkan bahwa tata cara salat istikharah adalah dengan mendirikan salat dua rakaat kemudian berdoa sebagaimana doa dalam hadis. Doa salat istikharah yang lebih tepat dibaca setelah salat dan bukan di dalam salat. Terkait lafal doa terdapat beberapa versi sebagaimana hadis riwayat Bukhari nomor 6841 maupun hadis riwayat Bukhari nomor 1096. Namun demikian tidak menutup kemungkinan terdapat lafal doa istikharah yang terdapat pada hadis shahih lainnya. Seseorang setelah melakukan salat istikharah, hendaknya ia memilih untuk mengerjakan apa yang hendak dilakukan dari urusan yang ingin dikerjakan. Apabila urusan itu merupakan kebaikan, maka dia insya Allah akan dimudahkan oleh Allah SWT. Namun apabila urusan itu merupakan kejelekan, maka Allah akan memalingkannya dari urusan tersebut. Wallahu a’lam bishshawwab.
Demikianlah berbagai dalil ataupun pelajaran yang bisa menjadi acuan kita dalam ibadah salat istikharah. Dalil yang kita gunakan untuk beribadah adalah dalil dari Al-Qur’an yang sudah pasti benar dan/ atau hadis shahih atau setidaknya hasan lidzatihi. Adapun selain dalil yang ada, tidak menutup kemungkinan terdapat dalil yang shahih maupun sharih lainnya yang bisa kita gunakan sebagai landasan hukum ibadah. Semoga kita semuanya mampu melaksanakan salat dengan baik dan istiqamah sebagai upaya kita meraih kesempurnaan amal salih. Aamiin.
No comments:
Post a Comment