Thursday, August 11, 2022

Perempuan Boleh Menjadi Imam Salat

Imam dalam salat merupakan salah satu syarat bagi terlaksananya salat yang dilakukan secara berjamaah. Tanpa imam, salat berjamaah tidak akan terselenggara dengan baik. Oleh karena itu, untuk kelancaran salat berjamaah perlu ada imam tetap atau imam pengganti. Penetapan seseorang menjadi imam, baik imam tetap maupun imam pengganti terdapat beberapa kriteria atau syarat yang harus dijadikan acuan. Adapun terkait kebolehan perempuan menjadi imam disebutkan dalam berbagai dalil. Berbagai dalil yang ada berupa hadis dari Ummu Waraqah, Aisyah, dan Ummu Salamah. Hal tersebut sebagaimana berbagai dalil berikut.

 

1. Hadis dari Ummu Waraqah

Riwayat hadis berdasarkan dari Ummu Waraqah adalah sebagai berikut.

 

Hadis Pertama

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرٍ النَّيْسَابُورِيُّ، ثنا أَحْمَدُ بْنُ مَنْصُورٍ، ثنا أَبُو أَحْمَدَ الزُّبَيْرِيُّ، ثنا الْوَلِيدُ بْنُ جَمِيعٍ، حَدَّثَتْنِي جَدَّتِي، عَنْ أُمِّ وَرَقَةَ وَكَانَتْ تَؤُمُّ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَذِنَ لَهَا أَنْ تَؤُمَّ أَهْلَ دَارِهَا. الدارقطني

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar An-Naisaburi, telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Manshur, telah menceritakan kepada kami Abu Ahmad Az- Zubairi, telah menceritakan kepada kami Al Walid bin Jumai', telah menceritakan kepadaku Nenekku (Laila binti Malik), dari Ummu Waraqah yang pernah mengimami (kaum wanitanya), bahwasannya Rasulullah SAW pernah memberi izin kepadanya untuk mengimami salat keluarganya (HR. Daruquthni, no. 1491).

Keterangan: Terkait perawi Laila binti Malik memiliki nasab al-Anshariyyah. Ia berada pada tabaqah al-washati min al-tabi’in. Majdi bin Manshur bin Sayyid berkata: Neneknya Al Walid adalah Laila binti Malik, ia tidak diketahui kredibilitasnya, At-Taqrib (2/634).

 

Hadis Kedua

أَخْبَرَنَا أَبُو عَبْدِ اللَّهِ مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ الصَّفَّارُ ، ثنا أَحْمَدُ بْنُ يُونُسَ الضَّبِّيُّ ، ثنا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ دَاوُدَ الْخُرَيْبِيُّ ، ثنا الْوَلِيدُ بْنُ جُمَيْعٍ ، عَنْ لَيْلَى بِنْتِ مَالِكٍ ، وَعَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ خَالِدٍ الأَنْصَارِيِّ ، عَنْ أُمِّ وَرَقَةَ الأَنْصَارِيَّةِ ، أَنّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُولُ : انْطَلِقُوا بِنَا إِلَى الشَّهِيدَةِ فَنَزُورُهَا. وَأَمَرَ أَنْ يُؤَذَّنَ لَهَا وَتُقَامَ ، وَتَؤُمَّ أَهْلَ دَارِهَا فِي الْفَرَائِضِ. قَدِ احْتَجَّ مُسْلِمٌ بِالْوَلِيدِ بْنِ جُمَيْعٍ وَهَذِهِ سُنَّةٌ غَرِيبَةٌ لا أَعْرِفُ فِي الْبَابِ حَدِيثًا مُسْنَدًا غَيْرَ هَذَا، وَقَدْ رَوِينَا عَنْ أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّهَا كَانَتْ تُؤَذِّنُ ، وَتُقِيمُ ، وَتَؤُمُّ النِّسَاءَ. الحاكم فى المستدرك

Artinya: Telah mengabarkan kepada kami Abu Abdillah Muhammad bin Abdillah Ash-Shaffar, telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Yunus Adl-Dlabbiy, telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Dawud Al-Khuraibiy, telah menceritakan kepada kami Al-Walid bin Jumai, dari Laila binti Malik, dan Abdurrahman bin Khalid Al Anshari, dari Ummu Waraqah Al Anshariyah, bahwasanya dahulu Rasulullah SAW bersabda (kepada para sahabat), “Marilah kita berkunjung kepada Syahidah.” Dan Rasulullah SAW menyuruh supaya diazankan untuk Syahidah dan diiqamati, dan beliau menyuruh Syahidah untuk mengimami penghuni rumahnya pada salat wajib.” Seorang Muslim memprotes Al-Walid bin Jumai. Dan ini adalah sunnah gharibah. Tidak diketahui dalam bab ini hadis dengan isnad selain ini. Dan telah diriwayatkan dari Ummul Mukminin  Aisyah RA bahwasanya ia biasa mengumandangkan azan, berwudu, dan menjadi imam para wanita (dalam salat). (HR. Hakim dalam Al-Mustadrak, no. 683).

Ket Keterangan: Terkait perawi Laila binti Malik memiliki nasab al-Anshariyyah. Ia berada pada tabaqah al-washati min al-tabi’in. Majdi bin Manshur bin Sayyid berkata: Neneknya Al Walid adalah Laila binti Malik, ia tidak diketahui kredibilitasnya, At-Taqrib (2/634).

 

Hadis Ketiga

ثنا نَصْرُ بْنُ عَلِيٍّ، نا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ دَاوُدَ، عَنِ الْوَلِيدِ بْنِ جَمِيعٍ، عَنْ لَيْلَى بِنْتِ مَالِكٍ، عَنْ أَبِيهَا، وَعَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ خَلَّادٍ، عَنْ أُمِّ وَرَقَةَ، أَنَّ نَبِيَّ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُولُ: انْطَلِقُوا بِنَا نَزُورُ الشَّهِيدَةَ، وَأَذِنَ لَهَا أَنْ تُؤَذِّنَ لَهَا، وَأَنْ تَؤُمَّ أَهْلَ دَارِهَا فِي الْفَرِيضَةِ، وَكَانَتْ قَدْ جَمَعَتِ الْقُرْآنَ. ابن خزيمة

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Nasr bin Ali, telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Daud, dari Al Walid bin Jumai', dari Laila binti Malik, dari Bapaknya, dari Abdurrahman bin Khalad, dari Ummu Waraqah bahwasanya Nabiyullah SAW bersabda (kepada para sahabat), “Marilah kita berkunjung kepada Syahidah.” Dan beliau mengizinkan kepadanya untuk diazankan, dan ia mengimami penghuni rumahnya dalam salat wajib. Dan ia adalah wanita yang hafal Al-Qur’an. (HR. Ibnu Khuzaimah dalam shahihnya, no. 1674).

 

2. Hadis dari Aisyah

Riwayat hadis berdasarkan dari Aisyah adalah sebagai berikut.

                                                                                          

Hadis Keempat

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرٍ النَّيْسَابُورِيُّ، ثنا أَحْمَدُ بْنُ مَنْصُورٍ، ثنا يَزِيدُ بْنُ أَبِي حَكِيمٍ، أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ، حَدَّثَنِي مَيْسَرَةُ بْنُ حَبِيبٍ النَّهْدِيُّ، عَنْ رَيْطَةَ الْحَنَفِيَّةِ، قَالَتْ: أَمَّتْنَا عَائِشَةُ فَقَامَتْ بَيْنَهُنَّ فِي الصَّلَاةِ الْمَكْتُوبَةِ. الدارقطني

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar An-Naisaburi, telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Manshur, telah menceritakan kepada kami Yazid bin Abu Hakim, telah mengabarkan kepada kami Sufyan, telah menceritakan kepadaku Maisarah bin Habib An-Nahdi, dari Raithah Al Hanafiyyah, ia mengatakan: ‘Aisyah pernah mengimami kami (para wanita) pada salat wajib, dan ia berdiri diantara mereka.” (HR. Daraquthni, no. 1492).

 

Hadis Kelima

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرٍ النَّيْسَابُورِيُّ ، ثنا أَحْمَدُ بْنُ مَنْصُورٍ ، ثنا يَزِيدُ بْنُ أَبِي حَكِيمٍ ، أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ ، حَدَّثَنِي مَيْسَرَةُ بْنُ حَبِيبٍ النَّهْدِيُّ ، عَنْ رَيْطَةَ الْحَنَفِيَّةِ ، قَالَتْ : أَمَّتْنَا عَائِشَةُ ، فَقَامَتْ بَيْنَهُنَّ فِي الصَّلاةِ الْمَكْتُوبَةِ. الدارقطني

Artinya: Telah menceritakan pada kami Abu Bakr Al Naisaburiy, telah menceritakan pada kami Ahmad bin Manshur, telah menceritakan pada kami Yazid bin Abi Hakim, telah mengkabarkan pada kami Sufyan, telah menceritakan padaku Maisarah bin Habib Al-Nahdiy, dari Raithah Al Hanafiyah ia berkata: “Aisyah (pernah) mengimami kami dan beliau berdiri di antara (saf) mereka dalam salat fardu.” (HR. Al-Daruquthni, no. 1317)

 

Hadis Keenam

حَدَّثَنَا وَكِيْعٌ ، عَنِ ابْنِ أَبِيْ لَيْلى ، عَنْ عَطَاءٍ ، عَنْ عَائِشَةَ ، أَنَّهَا كَانَتْ تَؤُمُّ النِّسَاءَ تَقُوْمُ مَعَهُنَّ فِي الصَّفِّ. ابن ابي شيبة

Artinya: Telah menceritakan pada kami Waki’, dari Ibnu Abi Laila, dari Atha’, dari Aisyah bahwasanya ia pernah mengimami para wanita dan ia berdiri bersama mereka di dalam saf (HR. Ibnu Abi Syaibah, no. 315).

 

Hadis Ketujuh

عَنِ ابْنِ جُرَيْجٍ، قَالَ : أَخْبَرَنِي يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ، أَنَّ عَائِشَةَ كَانَتْ تَؤُمُّ النِّسَاءَ فِي التَّطَوُّعِ، تَقُومُ مَعَهُنَّ فِي الصَّفِّ. عبد الرزاق

Artinya: Dari Ibnu Juraij, ia berkata: Telah mengabarkan kepadaku Yahya bin Sa’id, bahwasanya dahulu 'Aisyah pernah mengimami para wanita pada salat sunah dan ia berdiri bersama mereka di dalam saf (HR. Abdur Razzaaq, no. 4945).

 

Hadis Kedelapan

وَأَخْبَرَنَا أَبُو عَبْدِ اللَّهِ الْحَافِظُ ، ثنا أَبُو الْعَبَّاسِ مُحَمَّدُ بْنُ يَعْقُوبَ ، ثنا أَحْمَدُ بْنُ عَبْدِ الْجَبَّارِ ، ثنا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ إِدْرِيسَ ، عَنْ لَيْثٍ ، عَنْ عَطَاءٍ ، عَنْ عَائِشَةَ ، أَنَّهَا كَانَتْ تُؤَذِّنُ وَتُقِيمُ وَتَؤُمُّ النِّسَاءَ ، وَتَقُومُ وَسَطَهُنَّ. البيهقي

Artinya: Dan telah mengabarkan kepada kami Abu Abdillah Al Hafidz, telah menceritakan kepada kami Abu Al Abbas Muhammad bin Ya’qub, telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Abdil Jabbar, telah menceritakan kepada kami Abdillah bin Idris, dari Laits, dari Atha, dari Aisyah bahwasanya dahulu ia pernah berazan, iqamah, dan mengimami para wanita, dan ia berdiri di tengah-tengah mereka (HR. Baihaqi, no. 4928).

Keterangan: Terkait perawi Ahmad bin Abdil Jabbar, ia di-dlaif-kan Ibnu Adi Al Jurjani.

 

3. Hadis dari Ummu Salamah

Riwayat hadis berdasarkan dari Ummu Salamah sebagai berikut.

 

Hadis Kedelapan

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرٍ ، قَالَ : حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ ، عَنْ عَمَّارٍ الدُّهْنِيِّ ، عَنِ امْرَأَةٍ مِنْ قَوْمِهِ اسْمُهَا حُجَيْرَةُ ، قَالَتْ : أَمَّتْنَا أُمُّ سَلَمَةَ قَائِمَةً وَسَطَ النِّسَاءِ. ابن أبي شيبة

Artinya: Telah mengkabarkan pada kami Abu Bakr, ia berkata: telah menceritakan kepada kami Sufyan bin Uyainah, dari Ammar Ad-Duhni, dari seorang perempuan dari kaumnya yang bernama Hujairah, ia berkata: “Ummu Salamah pernah mengimami kami (para wanita), dan ia berdiri di tengah-tengah para wanita.” (HR. Ibnu Abi Syaibah, no. 4816)

 

Hadis Kesembilan

عَنِ الثَّوْرِيِّ ، عَنْ عَمَّارٍ الدُّهْنِيِّ ، عَنْ حُجَيْرَةَ بِنْتِ حُصَيْنٍ ، قَالَتْ : أَمَّتْنَا أُمُّ سَلَمَةَ فِي صَلاةِ الْعَصْرِ قَامَتْ بَيْنَنَا. عبد الرزاق

Artinya: Dari Ats-Tsauri, dari Ammar Ad-Duhni, dari Hujairah binti Hushain, ia ia berkata, “Ummu Salamah pernah mengimami kami (para wanita) pada salat ‘Asar, dan ia berdiri diantara kami.” (HR. Abdur Razzaaq, no. 4940).

 

Hadis Kesepuluh

أَخْبَرَكُمْ أَبُو الْقَاسِمِ ، أنا أَبُو بَكْرٍ ، قَالَ : حَدَّثَنِي إِبْرَاهِيمُ بْنُ هَانِئٍ ، نا عَفَّانُ ، نا هَمَّامٌ ، عَنْ قَتَادَةَ ، عَنْ أُمِّ الْحَسَنِ ، أَنَّ أُمَّ سَلَمَةَ كَانَتْ تُصَلِّي بِهِنَّ فَتَقُومُ مَعَهُنَّ فِي الصَّفِّ. المزني

Artinya: Telah mengabarkan kepada kalian Abu Al Qasim, telah menceritakan kepada kami Abu Bakr, ia berkata: Telah menceritakan kepadaku Ibrahim bin Hani’i, telah menceritakan kepada kami ‘Affan, telah menceritakan kepada kami Hammam, dari Qatadah, dari Ummu Hasan, bahwasannya Ummu Salamah biasa salat bersama mereka dan ia berdiri bersama mereka di dalam saf (HR. Al Muzani, no. 62).

 

PENJELASAN SINGKAT

Melalui riwayat-riwayat yang ada, bisa kita ambil pengertian bahwa perempuan boleh mengimami salat bagi jamaah perempuan. Adapun tentang letaknya/ berdirinya imam tersebut ditemui tiga pendapat, yaitu: (1) Imam wanita berada di tengah-tengah saf pertama sebagaimana zahir riwayat yang ada; (2) Imam wanita berada di saf pertama, tetapi agak maju sedikit dari saf tersebut; (3)  Imam wanita berada di depan para jamaah salat sebagaimana aturan saf yang berlaku pada jamaah laki-laki. Alasan pendapat ini karena tidak adanya perintah yang jelas dan tegas dari Nabi SAW tentang letak berdirinya imam wanita. Sedangkan riwayat-riwayat di atas kalaupun betul, itupun hanya perbuatan sahabat yang tidak didukung dengan perintah dari Nabi SAW. Oleh sebab itu mereka mengembalikan tentang berdirinya imam bagi wanita itu pada keumumam aturan salat berjamaah. Wallahu a’lam.

 

No comments:

Post a Comment