Sunday, November 18, 2018

Kultum: Sejarah Singkat Kelahiran Nabi Muhammad SAW Hingga Menjadi Rasul




Ma'asyiral muslimin wal muslimat rahimakumullah.

Sebagai kaum muslimin dan muslimat yang baik, kita sudah semestinya ittiba’ atau meneladani dan mencontoh Rasulullah SAW. Bagian ittiba’ yang bisa kita lakukan pada tahap awal-awal adalah dengan mempelajari sejarah Rasulullah SAW. Nabi Muhammad SAW merupakan nabi sekaligus rasul penutup. Nabi Muhammad-lah yang menjadi panutan bagi kaum muslim di seluruh dunia, termasuk kita. Sebagai seorang muslim kita juga diwajibkan untuk menuntut ilmu, termasuk diantaranya adalah di bidang tarikh. Allah SWT telah berfirman didalam Surat An Nisa’ ayat 115:

وَمَن يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِن بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَىٰ وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّىٰ وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ ۖ وَسَاءَتْ مَصِيرًا. النسآء: 115

115. Dan barangsiapa menentang Rasul (Muhammad) setelah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan dia dalam kesesatan yang telah dilakukannya itu dan akan Kami masukkan dia ke dalam neraka Jahanam, dan itu seburuk-buruk tempat kembali.  [QS. An Nisa’: 115]

Dari beberapa hal yang menegaskan kepada kita, sudah semestinya kita menunaikan kewajiban menuntut ilmu dan ittiba’ kepada Rasulullah secara sukarela.

Ma'asyiral muslimin wal muslimat rahimakumullah.

Silsilah Nabi Muhammad SAW baik dari ayahnya maupun ibunya yang ada sandaran adalah sampai kepada ‘Adnan. Pada kenyataannya, ‘Adnan adalah keturunan Nabi Ismail AS, putra Nabi Ibrahim AS. Namun dari Nabi Ismail sampai ke ‘Adnan secara rinci satu per satu tidak tercatat secara jelas dalam kitab-kitab tarikh.

Menurut silsilah pribadi Nabi Muhammad SAW, dari pihak ayah dan ibunya ada suatu silsilah yang bila dirunut sampai pada nenek yang kelima dari pihak ayah. Beliau adalah Kilab bin Murrah yang mempunyai dua anak lelaki. Kedua putra Kilab bin Murrah bernama Qushayyi dan Zuhrah. Qushayyi yang kelak menurunkan Abdullah dan Zuhrah yang kelak menurunkan Aminah. Maka dapat disimpulkan bahwa Abdullah dan Aminah berasal dari satu bangsa Quraisy, dari satu Negeri Hijaz, dan dalam keturunan yang dekat sekali.

Ma'asyiral muslimin wal muslimat rahimakumullah.

Pada waktu Abdullah belum dilahirkan, ayahandanya yakni Abdul Muththalib pernah bernazar kepada berhalanya bahwa ia akan mengorbankan anak lelakinya yang ke sepuluh kepada berhalanya. Sampai waktunya telah tiba, lahirlah putra Abdul Muththalib yang ke sepuluh. Putra yang ke sepuluh ini diberi nama berbeda dengan putra-putra sebelumnya seperti Abdul Uzza yang berarti “hamba berhala Uzza”, atau Abdul Manaf yang berarti “hamba berhala Manaf”. Namun putra yang ke sepuluh ini diberi nama Abdullah yang berarti “hamba Allah”. 

Setelah beberapa tahun, Abdul Muththalib mendapat tanda-tanda untuk menyempurnakan nazarnya. Sebelum dilaksanakan, ia mengumpulkan kesepuluh putranya, lalu dilakukan undian untuk menentukan siapa yang akan dikorbankan. Jatuhlah undian itu kepada Abdullah putra kesayangannya. Karena undian sudah jatuh ke putra kesayangannya, mau tidak mau ia harus melaksanakannya. 

Seketika kabar tersebut tersiar ke seluruh penjuru Mekah sehingga datanglah seorang kepala agama penjaga Ka’bah untuk menghalangi perbuatan Abdul Muththalib. Kepala agama penjaga Ka’bah melarang Abdul Muththalib supaya kelak perbuatan Abdul Muththalib yang menyembelih anaknya itu tidak dicontoh oleh orang banyak. Masukan itu kemudian diterima Abdul Muththalib dan nazarnya diganti dengan penyembelihan 100 ekor unta.

Ma'asyiral muslimin wal muslimat rahimakumullah.

Diri pribadi Abdullah bin Abdul Muththalib adalah sebaik-baik pemuda dari bangsa Quraisy pada waktu itu. Abdullah merupakan pemuda yang terbagus wajahnya dari bangsa Quraisy sehinga tidak sedikit gadis-gadis mencoba menggodanya, tetapi kesopanan Abdullah tetap terjaga. Pada masa itu juga tidak ada gadis bangsa Quraisy yang parasnya cantik dan paling terkenal kemuliaan budi pekertinya selain Aminah. Secara singkat dapat diceritakan bahwa Abdul Muththalib dan Wahbin semufakat untuk mengawinkan Abdullah dan Aminah yang keduanya berusia kurang dari dua puluh tahun.

Kurang lebih setelah tiga bulan setengah perkawinan Abdullah dengan Aminah, Abdullah pergi ke negeri Syam untuk berdagang seperti biasanya. Pada saat itu Aminah tengah tampak hamil. Ketika perjalanan pulang dari negeri Syam dan mencapai kota Yatsrib (Madinah), Abdullah mendadak jatuh sakit. 

Kawan-kawan Abdullah yang pulang dari negeri Syam sudah sampai di kota Mekah, tetapi Abdullah tidak ikut serta dalam kafilah tersebut. Abdul Muththalib yang tahu anaknya tidak ada dalam kafilah tersebut bertanya mengapa anaknya tidak ada didalam kafilah tersebut. Teman-teman Abdullah pun menjawab bahwa Abdullah mendadak demam di kota Yatsrib dan Abdullah tinggal di rumah salah satu bangsa Quraisy dari Bani ‘Ady. Seketika Abdul Muththalib menyuruh anaknya yang sulung yang bernama Harits untuk menjemput Abdullah. Ketika Harits sampai di Yatsrib terkejut bahwa Abdullah ternyata sudah meninggal dan dimakamkan beberapa hari yang lalu. Ketika itu Nabi SAW tengah berada di kandungan ibunya, yakni Aminah kurang lebih tiga bulan.

Ma'asyiral muslimin wal muslimat rahimakumullah.

Setelah cukup sembilan bulan mengandung, Aminah melahirkan pada waktu subuh, Hari Senin tanggal 12 bulan Rabiul Awal tahun Fiel ke I yang bertepatan tanggal 20 April tahun 571 Masehi. Pada waktu itu lahirlah Nabi Muhammad SAW dengan selamat di rumah ibunya di Kampung Bani Hasyim Kota Mekah. Ketika itu yang menjadi bidan untuk merawatnya adalah Sitti Syifa’ yang merupakan ibu sahabat Abdur Rahman bin ‘Auf RA. Ibu susunya adalah Tsuaibah lalu Halimah Binti Abi Dzuaib, kemudian yang merawat Nabi Muhammad pada waktu itu adalah Ummu Aiman.

Ketika Abdul Muththalib sedang thawaf disekeliling Ka’bah, tiba-tiba suruhan Aminah datang mengabarkan bahwa Aminah telah melahirkan bayi laki-laki. Seketika Abdul Muththalib datang ke rumah Aminah untuk melihat cucunya yang baru lahir. Setelah tujuh hari pasca kelahiran, akhirnya Abu Muththalib meng-khitan cucunya dan memberinya nama Muhammad.

Ma'asyiral muslimin wal muslimat rahimakumullah.

Ketika Nabi Muhammad berusia sekitar 5 tahun dipulangkan ke ibunya di Kota Mekah. Setelah beliau dalam perlindungan ibunya hingga menginjak usia sekitar 6 tahun, beliau menyaksikan langsung kematian ibunya (Aminah). Kemudian Nabi Muhammad diasuh oleh Abdul Muththalib. Nabi Muhammad begitu dicintai oleh Abdul Muththalib. Sesampainya beliau berusia 8 tahun, Abdul Muththalib yang merupakan kakeknya juga meninggal. Setelah Abdul Muththalib wafat, Nabi Muhammad diasuh oleh pamannya bernama Abdu Manaf yang bergelar Abu Thalib.

Abu Thalib sangat menyayangi Nabi Muhammad. Hingga menginjak usia 12 tahun, Nabi Muhammad memberanikan diri ikut pamannya ke Negeri Syam. Nabi Muhammad pergi ke Negeri Syam pertama kali pada tahun 583 Masehi. 

Ma'asyiral muslimin wal muslimat rahimakumullah.

Nabi Muhammad terkenal sebagai pemuda yang berbudi luhur, berperangai mulia, dan jujur sehingga beliau dijuluki “Al Amin” yang berarti orang yang dapat dipercaya. Ketika itu Nabi Muhammad berusia kurang lebih 25 tahun. Pada waktu itu juga ada seorang wanita yang terkenal akan kekayaannya, kebangsawanannya, kemuliaan budi pekerti, dan keluasan pemikirannya. Seorang wanita itu tergolong pedagang besar di Kota Mekah. Seorang wanita itu bernama Khadijah, putri Khuwailid dari keturunan Asad bin Abdul Uzza bin Qushayyi. Jadi silsilahnya dengan Nabi Muhammad sangatlah dekat. 

Khadijah pun mendengar bahwa ada pemuda yang dijuluki Muhammad Al Amin. Karena kasih sayang Abu Thalib, Abu Thalib menemui Khadijah agar keponakannya yakni Muhammad bisa menjadi pembawa barang sekaligus menjualkan dagangan Khadijah ke Negeri Syam. Abu Thalib berharap bahwa Muhammad bisa memperoleh mata pencaharian yang lebih baik. Khadijah pun menyetujuinya. Untuk meyakinkan apakah Nabi Muhammad dapat dipercaya, Khadijah meminta pelayannya yang bernama Maisarah untuk mengamati gerak-gerik Nabi Muhammad.

Setibanya di Negeri Syam, tepatnya di Kota Bushra, Nabi Muhammad seorang diri beristirahat dan berteduh di suatu pohon besar dekat pasar. Maisarah semenjak dari berangkat hingga tiba di Negeri Syam akhirnya memberanikan diri untuk meninggalkan Nabi Muhammad. Kemudian dalam perjalanan menuju rumah kenalannya, ia dihampiri oleh Pendeta Nasrani yang bernama Masthuraa. Lantas sang Pendeta menanyakan kepada Maisarah perihal siapa yang berani duduk dan bernaung dibawah pohon besar itu. Pendeta Nasrani itu memperoleh informasi bahwa Nabi Muhammad berasal dari tanah Haram (Mekah) dan di kedua mata Nabi Muhammad ada tanda merah. Informasi tersebut menguatkan bahwa itulah tanda-tanda kenabian Nabi Muhammad. Lalu Pendeta Nasrani itu menghampiri Nabi Muhammad kemudian menciumi kakinya lalu berkata kepada Nabi Muhammad bahwa Pendeta itu yakin bahwa Muhammad adalah Nabi dan Pesuruh Allah sesuai didalam Kitab Taurat.

Ma'asyiral muslimin wal muslimat rahimakumullah.

Ketika tiba saatnya pulang ke Mekah, Nabi Muhammad bersama-sama Maisarah mencarikan dan membelikan apa yang dipesan Khadijah. Setelah semua didapat, barulah kafilah Nabi Muhammad bertolak ke Kota Mekah. Setibanya di Kota Mekah, Nabi Muhammad diminta Maisarah untuk langsung menghadap Khadijah sebelum pulang ke rumahnya. Permintaan dari Maisarah itu agar Khadijah mengerti hasil usaha Nabi Muhammad. Khadijah pun kagum mengetahui peristiwa yang diluar dugaan itu dan barang-barang dagangannya telah habis terjual dan memperoleh laba yang besar.

Berbagai prestasi yang ditunjukkan Nabi Muhammad membuat Khadijah semakin kagum. Hingga pada suatu ketika Khadijah menyuruh Nafisah yang merupakan pelayannya untuk menyampaikan isi hati kepada Nabi Muhammad di rumah pamannya, yaitu Abu Thalib. Nabi pun menjawab bahwa belum bisa mengambil keputusan sebelum mendapat persetujuan dari pamannya. Kemudian pada suatu ketika Nafisah datang ke rumah Abu Thalib untuk menanyakan perihal besar itu dan Abu Thalib menyampaikan pesan ke Nafisah untuk disampaikan kepada Khadijah. 

Pada suatu ketika Abu Thalib bersama keponakannya, yakni Nabi Muhammad SAW, pergi ke rumah pamannya Khadijah yang bernama Amr Bin Al-Asad. Hal itu dilakukan karena ayahnya Khadijah telah wafat. Oleh Amr Bin Al-Asad diterima dengan baik dan tidak mempermasalahkan pernikahan Khadijah dan Muhammad asalkan kedua belah pihak sama-sama setuju.

Tidak berapa lama kemudian dilangsungkan pernikahan antara Nabi Muhammad dengan Khadijah. Pada waktu itu usia Nabi Muhammad adalah 25 tahun dan usia Khadijah adalah 40 tahun. Berkat pernikahan antara Nabi Muhammad dengan Khadijah melahirkan enam anak. Enam anak Nabi Muhammad bersama Khadijah antara lain, Al Qasim, Zainab, Abdullah, Ruqayyah, Ummu Kultsum, dan Fatimah.

Ma'asyiral muslimin wal muslimat rahimakumullah.

Sebagaimana yang kita ketahui bahwa Al Qasim dan Abdulah adalah putra Nabi Muhammad yang meninggal ketika masih muda. Maka dari itu Nabi Muhammad dan Khadijah merasa susah. Oleh sebab itu, ditawarkan kepada beliau seorang budak lelaki yang bernama Zaid Bin Haritsah. Beliau Nabi Muhammad mendesak istrinya untuk membelinya dan seketika sudah dibeli, lalu dimerdekakan budak tersebut dan diangkat menjadi anak angkat Nabi Muhammad dan Khadijah. Anak angkat tersebut kemudian terkenal dengan nama Zaid Bin Muhammad karena Nabi Muhammad memeliharanya sebagaimana anaknya sendiri.

Ma'asyiral muslimin wal muslimat rahimakumullah.

Setelah Nabi Muhammad berusia 40 tahun, maka kian hari kian mendalam hasratnya untuk menjauhkan diri dari masyarakat ramai. Maka dari itu beliau sering pergi meninggalkan keluarga dan rumah tangganya untuk mencari tempat ber-khalawat/ menyepi. Maksud beliau adalah untuk menjernihkan pikiran yang selanjutnya untuk mencari kebenaran yang hakiki.

Tak lama kemudian, beliau mendapatkan gunung yang ada goanya. Tempat itu tingginya kurang lebih 200 meter dan terkenal dengan nama “Jabal Hiraa” yang kemudian terkenal dengan nama “Jabal Nur”, dan goanya terkenal dengan goa Hiraa. Di tempat itulah Nabi Muhammad mendapatkan wahyu yang pertama kali. Aktivitas beliau di goa Hiraa adalah mengerjakan tahannuts (mengasingkan diri untuk menempa nafs). Di dalam tahannuts, ketika sedang tidur beliau bermimpi. Mimpi beliau tidak biasa karena mimpi tersebut adalah mimpi yang benar (Arru’yaa Ashshaadiqah).

Pada waktu malam 17 Ramadhan bertepatan dengan 6 Agustus tahun 610 Masehi, Nabi Muhammad tengah ber-tahannuts di goa Hiraa. Kemudian datanglah Malaikat Jibril AS membawa tulisan dan menyuruh Nabi Muhammad untuk membacanya. Katanya, “bacalah”. Dengan terperanjat Nabi Muhammad menjawab, “aku tidak bisa membaca”. Beliau direngkuh beberapa kali oleh Malaikat Jibril hingga nafasnya sesak, lalu dilepaskannya dan menyuruhnya untuk membacanya lagi. Tetapi Nabi Muhammad berkata bahwa beliau tidak bisa membaca. Peristiwa itu terulang sampai tiga kali. Hingga akhirnya Nabi SAW berkata, “apa yang kubaca?”. Lalu Malaikat Jibril menyampaikan Surat Al Alaq ayat 1 sampai 5. 

اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِى خَلَقَ {١} خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ {٢} اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ {٣} الَّذِى عَلَّمَ بِالْقَلَمِ {٤} عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ {٥} {العلق}

1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan,
2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Mulia.
4. Yang mengajar (manusia) dengan pena.
5. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.

Semenjak peristiwa itu, Nabi Muhammad telah diangkat menjadi Rasul. Beliaulah panutan kaum muslim diseluruh dunia.

Sunday, October 28, 2018

Pemuda Muslim Di Tengah Arus Globalisasi (Sebuah Refleksi Dalam Rangka Memperingati Hari Sumpah Pemuda)




Oleh: Ustadz Priyo Widodo
(MTA Cabang Pracimantoro)


Pada hari ini 90 tahun yang lalu, tepatnya tanggal 27-28 Oktober 1928 di Jakarta (dulu Batavia) diadakan Konggres Pemuda ke-2 yang diikuti oleh berbagai wakil organisasi pemuda yang ada pada waktu itu, seperti Jong Java, Jong Ambon, Jong Celebes, Jong Batak, Jong Sumatranen Bond, Jong Islamieten Bond, Sekar Rukun, Pemuda Kaum Betawi, dll. Konggres tersebut menghasilkan sebuah ikrar yang sangat penting bagi lahirnya Bangsa Indonesia, yaitu: Sumpah Pemuda. Keputusan Konggres Pemuda II tersebut menegaskan cita-cita akan ada tanah air Indonesia, Bangsa Indonesia, dan Bahasa Indonesia.


Sumpah pemuda merupakan salah satu tonggak utama dalam sejarah pergerakan perjuangan kemerdekaan Indonesia. Ikrar ini merupakan kristalisasi semangat untuk menegaskan cita-cita berdirinya Negara Indonesia. Rumusan keputusan Konggres Pemuda II tersebut ditulis oleh Mohammad Yamin, seorang pemuda muslim (waktu itu beliau berusia 25 tahun) yang merupakan sastrawan, sejarawan, budayawan, politikus, dan ahli hukum. Konggres Pemuda 1928 sendiri salah satunya dihadiri oleh organisasi Islam. Tidak hanya itu, sebagian besar peserta yang hadir pun beragama Islam. Walaupun dengan latar belakang pemikiran politik yang berbeda. Ini seharusnya bisa menjadi semangat sekaligus kebanggaan tersendiri bagi pemuda muslim saat ini. Bahwa sejak dulu, pemuda muslim selalu bisa berkontribusi penuh dalam membangun persatuan.


Pemberontakan pada zaman Kolonial Belanda banyak diprakarsai oleh pejuang muslim. Mulai dari Perang Diponegoro (1825 – 1830), Perang Paderi, Perang di Aceh, Banten (1888), Banjar, menentang penindasan yang dilakukan Belanda. Semua perlawanan itu selalu digerakkan oleh para ulama, kiyai, dan santri. Memasuki awal abad 20, perlawanan tidak lagi mengandalkan fisik. Perang intelektuallah yang dibutuhkan. Banyak organisasi-organisasi Islam lahir, walaupun dengan ciri yang berbeda, namun tetap dengan tujuan yang sama, untuk membebaskan Indonesia dari kekuasaan Belanda. Organisasi tersebut antara lain diawali Sarekat Islam (1911) oleh HOS Tjokroaminoto, Muhammadiyah (1912), Persatuan Islam (1923), Nahdhatul Ulama (1926), Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Perti), Persaudaraan Muslimin Indonesia (Permi), dan pergerakan-pergerakan serupa lainnya yang muncul di berbagai daerah. Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 juga dipelopori oleh generasi muda. Tumbangnya Rezim Orde Lama, Orde Baru, dan munculnya masa Reformasi tidak lepas dari peran besar generasi muda.


Kenyataan sejarah di atas meneguhkan bahwa pemuda memiliki andil yang sangat besar dalam sejarah kebangkitan bangsanya. Bahkan bisa dikatakan bahwa maju mundurnya sebuah bangsa ditentukan oleh kualitas para pemudanya. Generasi muda hari ini adalah para pemain utama di masa mendatang sehingga mereka adalah pondasi yang menopang masa depan bangsa ini. Jika pemudanya cerdas dan berakhlak mulia maka bangsa itu akan maju dan sejahtera. Namun sebaliknya, jika pemudanya bodoh dan memilki akhlak yang buruk maka dapat dipastikan masa depan bangsa itu akan hancur berantakan. Presiden Soekarno dalam ucapannya yang termasyur, “Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan aku cabut Semeru dari akarnya, berikan aku 1 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia”.


Karakteristik pemuda telah disebutkan dalam Al Qur’an dan hadis. Pemuda dalam Al Qur’an disebut dengan fatan. Misalnya pada Surat Al Anbiya (21) ayat 60 tentang pemuda Ibrahim.

قَالُوا۟ سَمِعْنَا فَتًى يَذْكُرُهُمْ يُقَالُ لَهُۥٓ إِبْرٰهِيمُ. الأنبياء:٦۰
60. mereka berkata: “Kami dengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim”. [QS. Al Anbiya: 60]


Al Qur’an juga mengisahkan tentang pemuda Ashhabul Kahfi, sekelompok anak muda yang memiliki integritas moral yang tinggi. Firman Allah dalam Surat Al Kahfi ayat 13:

نَّحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ نَبَأَهُم بِالْحَقِّ ۚ إِنَّهُمْ فِتْيَةٌ ءَامَنُوا۟ بِرَبِّهِمْ وَزِدْنٰهُمْ هُدًى. الكهف:١٣
13. Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk. [QS. Al Kahfi: 13]   


Selain itu, banyak ayat Al Qur’an yang mengisahkan para pemuda yang telah mengukir prestasi dalam berbagai keutamaan, antara lain adalah Ismail yang telah rela mengorbankan dirinya untuk dipotong lehernya karena taat pada Allah dengan penuh kesadaran. Allah berfirman di Surat Ash Shaaffaat (37) ayat 102:

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْىَ قَالَ يٰبُنَىَّ إِنِّىٓ أَرَىٰ فِى الْمَنَامِ أَنِّىٓ أَذْبَحُكَ فَانظُرْ مَاذَا تَرَىٰ ۚ قَالَ يٰٓأَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِىٓ إِن شَآءَ اللهُ مِنَ الصّٰبِرِينَ. الصافات:١۰٢
102. Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata, “Hai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!”, ia menjawab, “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”. [QS. Ash Shaaffaat: 102]


Kisah pemuda Yusuf juga menunjukkan tingginya kualitas akhlak dan ketaatan seorang pemuda. Ia diajak oleh seorang wanita yang teramat cantik untuk melakukan hubungan badan, yang seandainya ia maumelakukannya tidak akan ada sesuatupun yang dapat menghalanginya. Namun Nabi Yusuf menolak ajakan tersebut dan memilih hidup mendekam di penjara semata-mata karena ketakwaannya kepada Allah SWT. Firman Allah pada QS. Yusuf (12) ayat 23:

وَرٰوَدَتْهُ الَّتِى هُوَ فِى بَيْتِهَا عَن نَّفْسِهِۦ وَغَلَّقَتِ الْأَبْوٰبَ وَقَالَتْ هَيْتَ لَكَ ۚ قَالَ مَعَاذَ اللهِ ۖ إِنَّهُۥ رَبِّىٓ أَحْسَنَ مَثْوَاىَ ۖ إِنَّهُۥ لَا يُفْلِحُ الظّٰلِمُونَ. يوسف:٢٣
23. dan wanita (Zulaikha) yang Yusuf tinggal di rumahnya menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepadanya) dan dia menutup pintu-pintu, seraya berkata, “Marilah ke sini”. Yusuf berkata, “Aku berlindung kepada Allah, sungguh tuanku telah memperlakukan aku dengan baik”. Sesungguhnya orang-orang yang zalim tiada beruntung. [QS. Yusuf: 23]  


Mari kita teladani juga bagaimana Lukman membimbing anaknya agar menjadi pemuda baik yang terdapat pada Al Qur’an Surat Lukman (31) ayat 13, 14, dan 17:

وَإِذْ قَالَ لُقْمٰنُ لِابْنِهِۦ وَهُوَ يَعِظُهُۥ يٰبُنَىَّ لَا تُشْرِكْ بِاللهِ ۖ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ. لقمان:١٣
13. dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya, “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar”.

وَوَصَّيْنَا الْإِنسٰنَ بِوٰلِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُۥ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ وَفِصٰلُهُۥ فِى عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِى وَلِوٰلِدَيْكَ إِلَىَّ الْمَصِيرُ. لقمان:١٤
14. dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun, bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu-bapakmu, hanya kepada-Ku-lah kembalimu. [QS. Lukman (31): 13, 14]

يٰبُنَىَّ أَقِمِ الصَّلَوٰةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنكَرِ وَاصْبِرْ عَلَىٰ مَآ أَصَابَكَ ۖ إِنَّ ذٰلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ. لقمان:١٧
17. Hai anakku, dirikanlah salat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). [QS. Lukman: 17]


Selain itu juga banyak riwayat hadis yang menerangkan tentang pemuda. Hadis-hadis yang dimaksud antara lain:

عَنْ اَبـِى هُرَيـْرَةَ رض عَنِ النَّبِيِّ ص قَالَ: سَبْعَةٌ يُظِلُّـهُمُ اللهُ فِى ظِلِّهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ اِلاَّ ظِلُّهُ: َاْلاِمَامُ اْلعَادِلُ، وَ شَابٌّ نَـشَأَ فِى عِبَادَةِ اللهِ، وَ رَجُلٌ قَـلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِى اْلمَسَاجـِدِ،وَ رَجُلاَنِ تَحَابـَّا فِى اللهِ اجْتَمَعَا عَلَـيْهِ، وَ تَفَرَّقَا عَلَـيْهِ، وَ رَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَ جَمَالٍ، فَقَالَ: اِنــِّى اَخَافُ اللهَ، وَ رَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَـأَخْفَاهَا حَتَّى لاَ تَـعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُـنْفِقُ يَـمِيْنُهُ، وَ رَجُلٌ ذَكَرَ اللهَ خَالـِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ. البخارى و مسلم
Dari Abu Hurairah RA dari Nabi SAW, beliau bersabda : "Ada tujuh golongan yang Allah akan menaungi mereka di dalam naungan-Nya pada hari tidak ada naungan kecuali naungan-Nya, yaitu : 1. Imam yang adil, 2. Pemuda yang giat dalam beribadah kepada Allah, 3. Orang lelaki yang hatinya bergantung pada masjid-masjid, 4. Dua orang yang saling mengasihi karena Allah, keduanya berkumpul karena Allah dan berpisah karena Allah, 5. Orang laki-laki yang diajak berzina oleh wanita yang bangsawan, kaya lagi cantik molek, tetapi dia tidak mau dan mengatakan : "Aku takut kepada Allah", 6. Orang yang bersedekah dengan suatu sedekah dan ia menyembunyikannya sehingga tangan kirinya tidak tahu apa yang diberikan oleh tangan kanannya, dan 7. Orang yang mengingat Allah diwaktu sunyi sehingga mengalirlah air mata kedua matanya". [HR. Bukhari dan Muslim, At-Targhib wat Tarhib, Juz IV halaman 15-16]


Oleh karena itu,masa-masa muda harus diisi dengan berbagai aktivitas, baik keilmuan maupun keimanan. Seperti yang telah dipesankan oleh Rasulullah dalam sabda beliau:

   عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص لِرَجُلٍ وَ هُوَ يَعِظُهُ: اِغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ: شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ، وَ صِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ، وَ غِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ، وَ فَرَاغَكَ قَبْلَ شُغْلِكَ، وَ حَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ. البيهقى فى شعب الايمان 7: 263، رقم: 10248
Dari Ibnu Abbas, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda kepada seorang laki-laki, pada waktu itu beliau menasehatinya, “Gunakanlah lima (kesempatan) sebelum datangnya lima (kesempitan)
1. Gunakan masa mudamu sebelum datang masa tuamu,
2. Gunakan masa sehatmu sebelum datang masa sakitmu,
3. Gunaan masa kayamu sebelum datang masa faqir (miskin)mu,
4. Gunakan masa longgarmu sebelum datang masa sibukmu,
5. Gunakan masa hidupmu sebelum datang kematianmu”.
[HR. Baihaqiy dalam Syu'abul iimaan juz 7, hal. 263, no. 10248]


Hadis di atas menyebutkan pentingnya masa muda untuk dipergunakan dengan sebaik-baiknya sebelum masa muda itu berlalu dan kita menjadi tua. Masa muda merupakan masa sempurnanya pertumbuhan fisik dan kekuatan seorang manusia. Namun di sisi lain, masa muda juga masa yang penuh dengan gejolak untuk memperturutkan hawa nafsu. Pemuda yang sedang dalam masa pertumbuhan fisik maupun psikologis dan sedang mencari jati diri, banyak mengalami gejolak dalam pikiran maupun jiwanya. Hal ini menyebabkan pemuda rawan mengalami keguncangan dalam hidup. Oleh karena itu, generasi tua perlu membimbing dan mendampingi generasi muda agar mereka tidak salah memilih jalan. Agar lahir pemuda-pemuda cerdas nan tangguh dan berakhlak mulia, sehingga masa depan bangsa ini semakin berjaya.


Tantangan pemuda ditengah globalisasi:
a. Westernisasi: perilaku meniru gaya hidup orang-orang barat.
b. Konsumtif: boros
c. Hedonis: senang glamour/ bermewah-mewah
d. Pergaulan bebas
e. Narkoba
f. Atheisme
g. Individualis


Bagaimana menghadapi tantangan tersebut?
1. Hidup Berjamaah
Sebagaimana firman Allah pada Surat Ali Imran (3) ayat 103:

وَاعْتَصِمُوا۟ بِحَبْلِ اللهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا۟ ۚ وَاذْكُرُوا۟ نِعْمَتَ اللهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَآءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِۦٓ إِخْوٰنًا وَكُنتُمْ عَلَىٰ شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنْهَا ۗ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللهُ لَكُمْ ءَايٰتِهِۦ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ. آل عمران:١۰٣
103. dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. [QS. Ali Imran: 103]


2. Mengikuti Al Qur’an dan As Sunnah
Firman Allah pada Surat Al An’am (6) ayat 153:

وَأَنَّ هٰذَا صِرٰطِى مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ ۖ وَلَا تَتَّبِعُوا۟ السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَن سَبِيلِهِۦ ۚ ذٰلِكُمْ وَصَّىٰكُم بِهِۦ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ. الأنعام:١٥٣
153. dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus. Maka ikutilah Dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa. [QS. Al An’am: 153]
Sabda Rasulullah SAW:

اِنَّ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ: تَرَكْتُ فِيْكُمْ اَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوْا مَا مَسَكْتُمْ بـِهِمَا: كِتَابَ اللهِ وَسُنَّةَ نَبِيِّهِ. مالك، فى الموطأ 2: 899
Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda, "Kutinggalkan pada kamu sekalian dua perkara yang kalian tidak akan sesat apabila kalian berpegang teguh kepada keduanya, yaitu : Kitab Allah dan sunnah Nabi-Nya". [HR. Malik dalam Al-Muwaththa’ juz 2, hal. 899]

~~$$~~