Orang yang memeluk agama Islam tidak terlepas dari syariat Islam. Di antara syariat Islam adalah mendirikan salat. Pembeda antara orang tidak beragama Islam dan orang beragama Islam adalah dikerjakannya salat. Adapun supaya salat dinilai sah, maka perlu adanya taharah. Lalu bagaimana pembahasannya? Kesempatan kali ini akan membahas mengenai mandi janabat.
Mandi janabat merupakan bagian syariat Islam yang menjadi hal yang penting bagi kebutuhan ibadah maupun kebersihan diri seorang muslim. Adapun mandi janabat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) artinya adalah mandi untuk bersuci diri (sehabis bersetubuh atau keluar mani). Mandi janabat dilakukan guna untuk menghilangkan hadas besar maupun hadas kecil. Mandi janabat merupakan mandi yang disyariatkan oleh agama Islam bagi orang yang terutama berhadas besar apabila mereka akan salat. Mandi janabat di tengah-tengah masyarakat juga disebut dengan mandi besar, mandi keramas, mandi junub, ataupun mandi janabah. Mandi janabat menjadikan solusi bagi umat Islam yang sedang berhadas supaya bisa beribadah. Adapun sebab-sebab diharuskannya mandi janabat adalah sebagai berikut.
A. Sebab Hadas Besar
Terdapat beberapa hal yang menyebabkan seseorang berhadas besar. Adapun hal-hal yang termasuk hadas besar dan wajib mandi ialah sebagai berikut.
Dalil Al-Qur’an Ke-1
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قُمْتُمْ اِلَى الصَّلٰوةِ فَاغْسِلُوْا وُجُوْهَكُمْ وَاَيْدِيَكُمْ اِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوْا بِرُءُوْسِكُمْ وَاَرْجُلَكُمْ اِلَى الْكَعْبَيْنِۗ وَاِنْ كُنْتُمْ جُنُبًا فَاطَّهَّرُوْاۗ وَاِنْ كُنْتُمْ مَّرْضٰٓى اَوْ عَلٰى سَفَرٍ اَوْ جَاۤءَ اَحَدٌ مِّنْكُمْ مِّنَ الْغَاۤىِٕطِ اَوْ لٰمَسْتُمُ النِّسَاۤءَ فَلَمْ تَجِدُوْا مَاۤءً فَتَيَمَّمُوْا صَعِيْدًا طَيِّبًا فَامْسَحُوْا بِوُجُوْهِكُمْ وَاَيْدِيْكُمْ مِّنْهُ ۗمَا يُرِيْدُ اللّٰهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُمْ مِّنْ حَرَجٍ وَّلٰكِنْ يُّرِيْدُ لِيُطَهِّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهٗ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ. الماۤئدة: ٦
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu berdiri hendak melaksanakan salat, maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku serta usaplah kepalamu dan (basuh) kedua kakimu sampai kedua mata kaki. Jika kamu dalam keadaan junub, mandilah. Jika kamu sakit,202) dalam perjalanan, datang dari tempat buang air (kakus), atau menyentuh203) perempuan, lalu tidak memperoleh air, bertayamumlah dengan debu yang baik (suci); usaplah wajahmu dan tanganmu dengan (debu) itu. Allah tidak ingin menjadikan bagimu sedikit pun kesulitan, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu agar kamu bersyukur. (QS. Al-Ma'idah/5: 6)
Catatan:
202) Maksudnya, sakit yang membuatnya tidak boleh terkena air.
203) Lihat catatan kaki surah an-Nisā’ (4): 43.
Ayat tersebut sebenarnya sudah mencakup maksud hadas besar dan hadas kecil. “Datang dari tempat buang air” itu yang dimaksud ialah mengeluarkan sesuatu dari dua jalan kotoran, di mana biasanya seseorang mengeluarkannya di tempat buang air. Hal ini termasuk hadas kecil. “Menyentuh perempuan” yang dimaksud ialah bersetubuh sehingga hal ini menunjukkan hadas besar. Keduanya, baik berhadas kecil maupun berhadas besar bila tidak mendapatkan air untuk wudu/ mandi janabat, maka sebagai gantinya agama menuntunkan untuk bertayamum. Adapun terkait penyebab hadas besar, juga ada pada hadis-hadis berikut.
1. Sehabis Bersetubuh
Penyebab seseorang berhadas besar adalah bersetubuh. Hal tersebut baik mengeluarkan air mani maupun tidak. Adapun sebab tersebut termaktub dalam hadis-hadis berikut.
Hadis Ke-1
صحيح مسلم ٥٢٥: و حَدَّثَنِي زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ وَأَبُو غَسَّانَ الْمِسْمَعِيُّ ح و حَدَّثَنَاه مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى وَابْنُ بَشَّارٍ قَالُوا حَدَّثَنَا مُعَاذُ بْنُ هِشَامٍ قَالَ حَدَّثَنِي أَبِي عَنْ قَتَادَةَ وَمَطَرٌ عَنْ الْحَسَنِ عَنْ أَبِي رَافِعٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ نَبِيَّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: إِذَا جَلَسَ بَيْنَ شُعَبِهَا الْأَرْبَعِ ثُمَّ جَهَدَهَا فَقَدْ وَجَبَ عَلَيْهِ الْغُسْلُ. وَفِي حَدِيثِ مَطَرٍ وَإِنْ لَمْ يُنْزِلْ قَالَ زُهَيْرٌ مِنْ بَيْنِهِمْ بَيْنَ أَشْعُبِهَا الْأَرْبَعِ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَمْرِو بْنِ عَبَّادِ بْنِ جَبَلَةَ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَبِي عَدِيٍّ ح و حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنِي وَهْبُ بْنُ جَرِيرٍ كِلَاهُمَا عَنْ شُعْبَةَ عَنْ قَتَادَةَ بِهَذَا الْإِسْنَادِ مِثْلَهُ غَيْرَ أَنَّ فِي حَدِيثِ شُعْبَةَ ثُمَّ اجْتَهَدَ وَلَمْ يَقُلْ وَإِنْ لَمْ يُنْزِلْ.
Artinya: Shahih Muslim nomor 525: Dan telah menceritakan kepadaku Zuhair bin Harb dan Abu Ghassan al-Misma'i. Lewat jalur periwayatan lain, dan telah menceritakannya kepada kami Muhammad bin Al-Mutsanna dan Ibnu Basysyar, mereka berkata: telah menceritakan kepada kami Muadz bin Hisyam, dia berkata: telah menceritakan kepadaku Bapakku dari Qatadah dan Mathar dari Al-Hasan dari Abu Rafi' dari Abu Hurairah RA bahwa Nabi SAW bersabda, “Apabila (seorang diantara kamu) duduk antara anggota badan wanita yang empat (dua kaki dan dua tangannya) kemudian mereka menyetubuhinya, maka sungguh telah wajib mandi atasnya.” Dan dalam hadis Mathar, "Walaupun dia belum keluar mani." Zuhair berkata: "Duduk di antara mereka dan empat cabang wanita." Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Amr bin 'Abbad bin Jabalah, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abi 'Adi. Lewat jalur periwayatan lain, dan telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al-Mutsanna, telah menceritakan kepadaku Wahb bin Jarir, keduanya meriwayatkan dari Syu'bah dari Qatadah dengan isnad ini hadis semisalnya, hanya saja dalam hadis Syu'bah "Kemudian mereka menyetubuhinya", dan tidak mengatakan "Walaupun tidak keluar air mani."
Hadis Ke-2
صحيح مسلم ٥٢٦: و حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عِبْدِ اللَّهِ الْأَنْصَارِيُّ حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ حَسَّانَ حَدَّثَنَا حُمَيْدُ بْنُ هِلَالٍ عَنْ أَبِي بُرْدَةَ عَنْ أَبِي مُوسَى الْأَشْعَرِيِّ ح و حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنَا عَبْدُ الْأَعْلَى وَهَذَا حَدِيثُهُ حَدَّثَنَا هِشَامٌ عَنْ حُمَيْدِ بْنِ هِلَالٍ قَالَ وَلَا أَعْلَمُهُ إِلَّا عَنْ أَبِي بُرْدَةَ عَنْ أَبِي مُوسَى قَالَ: اخْتَلَفَ فِي ذَلِكَ رَهْطٌ مِنْ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ، فَقَالَ: الْأَنْصَارِيُّونَ لَا يَجِبُ الْغُسْلُ إِلَّا مِنْ الدَّفْقِ أَوْ مِنْ الْمَاءِ. وَقَالَ: الْمُهَاجِرُونَ بَلْ إِذَا خَالَطَ فَقَدْ وَجَبَ الْغُسْلُ. قَالَ قَالَ أَبُو مُوسَى فَأَنَا أَشْفِيكُمْ مِنْ ذَلِكَ فَقُمْتُ فَاسْتَأْذَنْتُ عَلَى عَائِشَةَ فَأُذِنَ لِي فَقُلْتُ لَهَا يَا أُمَّاهْ أَوْ يَا أُمَّ الْمُؤْمِنِينَ إِنِّي أُرِيدُ أَنْ أَسْأَلَكِ عَنْ شَيْءٍ وَإِنِّي أَسْتَحْيِيكِ فَقَالَتْ لَا تَسْتَحْيِي أَنْ تَسْأَلَنِي عَمَّا كُنْتَ سَائِلًا عَنْهُ أُمَّكَ الَّتِي وَلَدَتْكَ فَإِنَّمَا أَنَا أُمُّكَ قُلْتُ فَمَا يُوجِبُ الْغُسْلَ قَالَتْ عَلَى الْخَبِيرِ سَقَطْتَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا جَلَسَ بَيْنَ شُعَبِهَا الْأَرْبَعِ وَمَسَّ الْخِتَانُ الْخِتَانَ فَقَدْ وَجَبَ الْغُسْلُ.
Artinya: Shahih Muslim nomor 526: Dan telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al-Mutsanna, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abdullah al-Anshari, telah menceritakan kepada kami Hisyam bin Hassan, telah menceritakan kepada kami Humaid bin Hilal dari Abu Burdah dari Abu Musa Al-Asy'ari. Lewat jalur periwayatan lain, dan telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al-Mutsanna, telah menceritakan kepada kami Abdul A'la dan ini adalah hadisnya, Telah menceritakan kepada kami Hisyam dari Humaid bin Hilal dia berkata: "Dan saya tidak mengetahuinya melainkan dari riwayat Abu Burdah dari Abu Musa dia berkata: "Sejumlah Muhajirin dan Anshar berselisih dalam hal tersebut. Kaum Anshar berpendapat bahwa tidak wajib mandi kecuali disebabkan mengucurnya air mani atau keluarnya air mani. Sedangkan kaum Muhajirin berpendapat, 'Bahkan apabila seseorang telah mencampuri istrinya (sekalipun tidak keluar mani), maka dia telah wajib mandi.' Perawi berkata: "Abu Musa berkata: 'Aku adalah yang paling sehat dari pertikaian tersebut, lalu aku berdiri untuk meminta izin Aisyah, lalu dia memberikanku izin. Lalu aku berkata kepadanya, 'Wahai ibu atau wahai Ummul Mukminin, sesungguhnya aku berkeinginan untuk menanyakan kepadamu tentang sesuatu, dan sungguh aku malu kepadamu.' Lalu dia berkata: 'Janganlah kamu malu untuk bertanya kepadaku tentang sesuatu yang kamu dahulu pernah bertanya kepada ibumu yang melahirkanmu. Aku adalah ibumu.' Aku bertanya, 'Apa yang mewajibkan mandi? 'Dia (Aisyah) menjawab, 'Sungguh telah kau temukan manusia arif terhadap pertanyaan yang kau ajukan, Rasulullah SAW bersabda, “Apabila (seseorang di antara kamu) duduk antara anggota badan wanita yang empat (dua kaki dan dua tangannya), kemudian khitan menyentuh khitan, maka sungguh telah wajib mandi.”
Hadis Ke-3
سنن الترمذي ١٠٢: حَدَّثَنَا هَنَّادٌ حَدَّثَنَا وَكِيعٌ عَنْ سُفْيَانَ عَنْ عَلِيِّ بْنِ زَيْدٍ عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيِّبِ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِذَا جَاوَزَ الْخِتَانُ الْخِتَانَ وَجَبَ الْغُسْلُ. قَالَ أَبُو عِيسَى حَدِيثُ عَائِشَةَ حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ قَالَ وَقَدْ رُوِيَ هَذَا الْحَدِيثُ عَنْ عَائِشَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ غَيْرِ وَجْهٍ إِذَا جَاوَزَ الْخِتَانُ الْخِتَانَ فَقَدْ وَجَبَ الْغُسْلُ وَهُوَ قَوْلُ أَكْثَرِ أَهْلِ الْعِلْمِ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْهُمْ أَبُو بَكْرٍ وَعُمَرُ وَعُثْمَانُ وَعَلِيٌّ وَعَائِشَةُ وَالْفُقَهَاءِ مِنْ التَّابِعِينَ وَمَنْ بَعْدَهُمْ مِثْلِ سُفْيَانَ الثَّوْرِيِّ وَالشَّافِعِيِّ وَأَحْمَدَ وَإِسْحَقَ قَالُوا إِذَا الْتَقَى الْخِتَانَانِ وَجَبَ الْغُسْلُ.
Artinya: Sunan Tirmidzi nomor 102: Telah menceritakan kepada kami Hannad, ia berkata: telah menceritakan kepada kami Waki' dari Sufyan dari Ali bin Zaid dari Sa'id bin Al Musayyib dari 'Aisyah ia berkata: Nabi SAW bersabda: “Apabila khitan melewati khitan, maka wajib mandi.” Abu Isa berkata: "Hadis 'Aisyah ini derajatnya hasan shahih." Ia berkata: "Hadis ini telah diriwayatkan dari 'Aisyah dengan banyak jalur, yaitu hadis: “Apabila khitan melewati khitan, maka wajib mandi.” Ini adalah pendapat kebanyakan ulama dari kalangan sahabat Nabi SAW, seperti Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali dan 'Aisyah. Juga dari kalangan fukaha tabi'in dan orang-orang setelah mereka seperti Sufyan Ats Tsauri, Syafi'i, Ahmad dan Ishaq. Mereka berkata: "Apabila khitan bertemu dengan khitan maka telah wajib mandi."
Keterangan: Rawi yang bernama Ali bin Zaid bin 'Abdullah bin Jud'an merupakan kalangan tabi'in kalangan biasa. Ia wafat tahun 131 H. Komentar ulama tentangnya di antaranya Ahmad bin Hambal mengatakan: laisa bi qowi; Yahya bin Ma'in mengatakan: dla'if; Al 'Ajli mengatakan: laisa bi qowi; Abu Zur'ah mengatakan: laisa bi qowi; An Nasa'i mngatakan: dla'if; dan Ibnu Hajar mengatakan: dla'if. Imam Muslim meriwayatkan darinya sekitar 1 hadis.
Hadis Ke-4
صحيح مسلم ٥٢٧: حَدَّثَنَا هَارُونُ بْنُ مَعْرُوفٍ وَهَارُونُ بْنُ سَعِيدٍ الْأَيْلِيُّ قَالَا حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ أَخْبَرَنِي عِيَاضُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ أُمِّ كُلْثُومٍ عَنْ عَائِشَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَتْ: إِنَّ رَجُلًا سَأَلَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ الرَّجُلِ يُجَامِعُ أَهْلَهُ ثُمَّ يُكْسِلُ. هَلْ عَلَيْهِمَا الْغُسْلُ؟ وَعَائِشَةُ جَالِسَةٌ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنِّي لَأَفْعَلُ ذَلِكَ أَنَا وَهَذِهِ، ثُمَّ نَغْتَسِلُ.
Artinya: Shahih Muslim nomor 527: Telah menceritakan kepada kami Harun bin Ma'ruf dan Harun bin Sa'id al-Aili, keduanya berkata: telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahab, telah mengabarkan kepada kami 'Iyadh bin Abdullah dari Abu az-Zubair dari Jabir bin Abdullah dari Ummu Kultsum dari Aisyah, istri Nabi SAW dia berkata: Sesungguhnya ada seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah SAW tentang orang laki-laki yang mengumpuli istrinya, tetapi ia tidak keluar mani. Apakah keduanya wajib mandi? Pada waktu itu ‘Aisyah sedang duduk (di dekat Nabi SAW). Maka Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya aku pernah melakukannya yang demikian itu, aku dengan istriku ini, kemudian kami mandi.”
2. Mengeluarkan Mani Karena Mimpi Atau Lainnya
Syariat Islam menerangkan bagaimana sebab seseorang diharuskan mandi janabat ataukah tidak. Pada poin ini, seseorang laki-laki diwajibkan mandi janabat apabila keluar mani. Adapun hadis yang menerangkan sebagaimana hadis berikut.
Hadis Ke-5
سنن الترمذي ١٠٦: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَمْرٍو السَّوَّاقُ الْبَلْخِيُّ حَدَّثَنَا هُشَيْمٌ عَنْ يَزِيدَ بْنِ أَبِي زِيَادٍ ح قَالَ و حَدَّثَنَا مَحْمُودُ بْنُ غَيْلَانَ حَدَّثَنَا حُسَيْنٌ الْجُعْفِيُّ عَنْ زَائِدَةَ عَنْ يَزِيدَ بْنِ أَبِي زِيَادٍ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي لَيْلَى عَنْ عَلِيٍّ، قَالَ: سَأَلْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ الْمَذْيِ، فَقَالَ: مِنْ الْمَذْيِ الْوُضُوءُ وَمِنْ الْمَنِيِّ الْغُسْلُ قَالَ وَفِي الْبَاب عَنْ الْمِقْدَادِ بْنِ الْأَسْوَدِ وَأُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ. قَالَ أَبُو عِيسَى: هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ وَقَدْ رُوِيَ عَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ غَيْرِ وَجْهٍ مِنْ الْمَذْيِ الْوُضُوءُ وَمِنْ الْمَنِيِّ الْغُسْلُ وَهُوَ قَوْلُ عَامَّةِ أَهْلِ الْعِلْمِ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالتَّابِعِينَ وَمَنْ بَعْدَهُمْ وَبِهِ يَقُولُ سُفْيَانُ وَالشَّافِعِيُّ وَأَحْمَدُ وَإِسْحَقُ.
Artinya: Sunan Tirmidzi nomor 106: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin 'Amru As Sawwaq Al Balkhi, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Husyaim dari Yazid bin Abu Ziyad. Dan (At-Tirmidzi) berkata: Telah menceritakan kepada kami Mahmud bin Ghailan, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Husain Al Ju'fi dari Za`idah dari Yazid bin Abu Ziyad dari Abdurrahman bin Abu Laila dari Ali, ia berkata: Aku bertanya kepada Nabi SAW tentang mazi, maka beliau menjawab: “Mazi hanya mewajibkan wudu, dan (keluar) mani mewajibkan mandi.” Ia berkata: "Dalam bab ini juga ada riwayat dari Al Miqdad bin Al Aswad dan Ubai bin Ka'ab." Abu Isa berkata: "Hadis ini derajatnya hasan shahih. Hadis ini juga telah diriwayatkan dari Ali bin Abu Thalib, dari Nabi SAW dari jalur yang lain, yaitu hadis: "Keluarnya madzi itu mengharuskan wudu, dan keluarnya mani itu mengharuskan mandi." Ini adalah pendapat kebanyakan ahli ilmu dari kalangan sahabat Nabi SAW, tabi'in dan orang-orang setelah mereka. Pendapat ini juga diambil oleh Sufyan, Syafi'i, Ahmad dan Ishaq."
Perempuan yang bermimpi bersetubuh tidak diwajibkan mandi janabat bila tidak keluar mani sebagaimana laki-laki. Adapun laki-laki juga demikian, tidak wajib mandi janabat bila tidak keluar air mani. Hadis yang menerangkan hal tersebut sebagaimana berikut.
Hadis Ke-6
مسند أحمد ٢٦٠٤٩: حَدَّثَنَا وَكِيعٌ عَنْ سُفْيَانَ عَنْ عَلِيِّ بْنِ زَيْدِ بْنِ جُدْعَانَ عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ عَنْ خَوْلَةَ بِنْتِ حَكِيمٍ أَنَّهَا، سَأَلَتْ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ الْمَرْأَةِ تَرَى فِي مَنَامِهَا مَا يَرَى الرَّجُلُ، فَقَالَ: لَيْسَ عَلَيْهَا غُسْلٌ حَتَّى يَنْزِلَ الْمَاءُ كَمَا أَنَّ الرَّجُلَ لَيْسَ عَلَيْهِ غُسْلٌ حَتَّى يُنْزِلَ.
Artinya: Musnad Ahmad nomor 26049: Telah menceritakan kepada kami Waki' dari Sufyan dari Ali bin Yazid bin Jud'an dari Sa'id bin Musayyab dari Khaulah binti Hakim, bahwa dia bertanya kepada Nabi SAW tentang wanita yang bermimpi sebagaimana orang laki-laki bermimpi (bersetubuh), maka jawab Nabi SAW: “Wanita itu tidak wajib mandi sehingga ia keluar mani, sebagaimana laki-laki juga tidak wajib mandi sehingga ia keluar mani.”
Keterangan: Rawi yang bernama Ali bin Zaid bin 'Abdullah bin Jud'an merupakan kalangan tabi'in kalangan biasa. Ia wafat tahun 131 H. Komentar ulama tentangnya di antaranya Ahmad bin Hambal mengatakan: laisa bi qowi; Yahya bin Ma'in mengatakan: dla'if; Al 'Ajli mengatakan: laisa bi qowi; Abu Zur'ah mengatakan: laisa bi qowi; An Nasa'i mngatakan: dla'if; dan Ibnu Hajar mengatakan: dla'if. Imam Muslim meriwayatkan darinya sekitar 1 hadis.
Hadis Ke-7
سنن النسائي ١٩٨: أَخْبَرَنَا يُوسُفُ بْنُ سَعِيدٍ قَالَ حَدَّثَنَا حَجَّاجٌ عَنْ شُعْبَةَ قَالَ سَمِعْتُ عَطَاءً الْخُرَاسَانِيَّ عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ عَنْ خَوْلَةَ بِنْتِ حَكِيمٍ قَالَتْ: سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ الْمَرْأَةِ تَحْتَلِمُ فِي مَنَامِهَا فَقَالَ إِذَا رَأَتْ الْمَاءَ فَلْتَغْتَسِلْ.
Artinya: Sunan Nasa'i nomor 198: Telah mengabarkan kepada kami Yusuf bin Sa'id, dia berkata: Telah menceritakan kepada kami Hajaj dari Syu'bah, dia berkata: Saya mendengar Atha' Al Khurasani dari Sa'id bin Musayyab dari Khaulah bin Hakim dia berkata: Saya pernah bertanya kepada Rasulullah SAW tentang wanita yang bermimpi dalam tidurnya, maka jawab Rasulullah SAW: “Apabila wanita itu melihat air (mani) hendaklah ia mandi.”
Hadis Ke-8
سنن الترمذي ١٠٥: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مَنِيعٍ حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ خَالِدٍ الْخَيَّاطُ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ هُوَ الْعُمَرِيُّ عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ عَنْ الْقَاسِمِ بْنِ مُحَمَّدٍ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ الرَّجُلِ يَجِدُ الْبَلَلَ وَلَا يَذْكُرُ احْتِلَامًا، قَالَ: يَغْتَسِلُ. وَعَنْ الرَّجُلِ يَرَى أَنَّهُ قَدْ احْتَلَمَ وَلَمْ يَجِدْ بَلَلًا، قَالَ: لَا غُسْلَ عَلَيْهِ. قَالَتْ أُمُّ سَلَمَةَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ هَلْ عَلَى الْمَرْأَةِ تَرَى ذَلِكَ غُسْلٌ؟ قَالَ: نَعَمْ. إِنَّ النِّسَاءَ شَقَائِقُ الرِّجَالِ. قَالَ أَبُو عِيسَى وَإِنَّمَا رَوَى هَذَا الْحَدِيثَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ حَدِيثَ عَائِشَةَ فِي الرَّجُلِ يَجِدُ الْبَلَلَ وَلَا يَذْكُرُ احْتِلَامًا وَعَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ ضَعَّفَهُ يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ مِنْ قِبَلِ حِفْظِهِ فِي الْحَدِيثِ وَهُوَ قَوْلُ غَيْرِ وَاحِدٍ مِنْ أَهْلِ الْعِلْمِ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالتَّابِعِينَ إِذَا اسْتَيْقَظَ الرَّجُلُ فَرَأَى بِلَّةً أَنَّهُ يَغْتَسِلُ وَهُوَ قَوْلُ سُفْيَانَ الثَّوْرِيِّ وَأَحْمَدَ و قَالَ بَعْضُ أَهْلِ الْعِلْمِ مِنْ التَّابِعِينَ إِنَّمَا يَجِبُ عَلَيْهِ الْغُسْلُ إِذَا كَانَتْ الْبِلَّةُ بِلَّةَ نُطْفَةٍ وَهُوَ قَوْلُ الشَّافِعِيِّ وَإِسْحَقَ وَإِذَا رَأَى احْتِلَامًا وَلَمْ يَرَ بِلَّةً فَلَا غُسْلَ عَلَيْهِ عِنْدَ عَامَّةِ أَهْلِ الْعِلْمِ.
Artinya: Sunan Tirmidzi nomor 105: Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Mani', ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Hammad bin Khalid Al Khayyath dari Abdullah bin Umar, yaitu Al Umari, dari Ubaidullah bin Umar dari Al Qasim bin Muhammad dari 'Aisyah ia berkata: Rasulullah SAW pernah ditanya tentang orang laki-laki yang mendapati basah (keluar mani) tetapi ia tidak ingat bahwa ia bermimpi, maka jawab Rasulullah SAW, “(Orang itu wajib) mandi”. Dan Rasulullah SAW pernah ditanya tentang orang laki-laki yang bermimpi tetapi tidak mendapati basahan mani, maka jawab Rasulullah SAW, “Tidak wajib mandi atasnya.” Kemudian Ummu Sulaim bertanya (kepada Rasulullah SAW), “Ya Rasulullah, orang wanita kalau mimpi yang demikian itu apakah juga wajib mandi?” Jawab Rasulullah SAW, “Ya, hanyasanya wanita itu saudaranya laki-laki.” Abu Isa berkata: "Yang meriwayatkan hadis ini, yakni hadis 'Aisyah tentang seorang laki-laki yang mendapatkan sesuatu yang basah, tetapi ia tidak mengingat jika ia bermimpi, adalah Abdullah bin 'Umar dari Ubaidullah bin 'Umar. Namun Yahya bin Sa'id melemahkan Abdullah bin 'Umar dari sisi hafalan pada hadisnya. Ini adalah pendapat banyak ulama dari sahabat Nabi SAW dan tabi'in, bahwa seorang laki-laki apabila bangun lalu mendapatkan sesuatu yang basahan maka ia wajib mandi. Pendapat ini juga diambil oleh Sufyan Ats Tsauri dan Ahmad. Dan sebagian ulama dari kalangan tabi'in mengatakan bahwa seseorang wajib mandi jika basah itu berupa mani. Ini adalah pendapat Syafi'i dan Ishaq. Apabila seseorang bermimpi tetapi tidak melihat sesuatu yang basah (mani), maka ia tidak wajib mandi."
Hadis Ke-9
صحيح مسلم ٤٧١: و حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى التَّمِيمِيُّ أَخْبَرَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ زَيْنَبَ بِنْتِ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ قَالَتْ: جَاءَتْ أَمُّ سُلَيْمٍ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَتْ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنَّ اللَّهَ لَا يَسْتَحْيِي مِنْ الْحَقِّ، فَهَلْ عَلَى الْمَرْأَةِ مِنْ غُسْلٍ إِذَا احْتَلَمَتْ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: نَعَمْ إِذَا رَأَتْ الْمَاءَ. فَقَالَتْ أُمُّ سَلَمَةَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَتَحْتَلِمُ الْمَرْأَةُ؟ فَقَالَ: تَرِبَتْ يَدَاكِ، فَبِمَ يُشْبِهُهَا وَلَدُهَا؟ حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَزُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ قَالَا حَدَّثَنَا وَكِيعٌ ح و حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي عُمَرَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ جَمِيعًا عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ بِهَذَا الْإِسْنَادِ مِثْلَ مَعْنَاهُ وَزَادَ قَالَتْ قُلْتُ فَضَحْتِ النِّسَاءَ و حَدَّثَنَا عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ شُعَيْبِ بْنِ اللَّيْثِ حَدَّثَنِي أَبِي عَنْ جَدِّي حَدَّثَنِي عُقَيْلُ بْنُ خَالِدٍ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ أَنَّهُ قَالَ أَخْبَرَنِي عُرْوَةُ بْنُ الزُّبَيْرِ أَنَّ عَائِشَةَ زَوْجَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَخْبَرَتْهُ أَنَّ أُمَّ سُلَيْمٍ أُمَّ بَنِي أَبِي طَلْحَةَ دَخَلَتْ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمَعْنَى حَدِيثِ هِشَامٍ غَيْرَ أَنَّ فِيهِ قَالَ قَالَتْ عَائِشَةُ فَقُلْتُ لَهَا أُفٍّ لَكِ أَتَرَى الْمَرْأَةُ ذَلِكِ.
Artinya: Shahih Muslim nomor 471: Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya At-Tamimi, telah mengabarkan kepada kami Abu Muawiyah dari Hisyam bin Urwah dari Bapaknya dari Zainab binti Abi Salamah dari Ummu Salamah, dia berkata: Ummu Sulaim pernah datang kepada Nabi SAW. (Ummu Sulaim) berkata, “Ya Rasulullah, sesungguhnya Allah tidak malu menerangkan kebenaran. Apakah wanita wajib mandi apabila ia mimpi basah?” Maka jawab Rasulullah SAW, “Ya, apabila ia melihat air (mani).” Ummu Salamah bertanya, “Apakah wanita juga bermimpi (keluar mani)?”. Rasulullah SAW bersabda, “Berdebu kedua tanganmu, (kalau tidak mengeluarkan mani) maka dengan apa anaknya itu menyerupainya?” Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah dan Zuhair bin Harb, keduanya berkata: Telah menceritakan kepada kami Waki'. Dan diriwayatkan dari jalur lain, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Umar, telah menceritakan kepada kami Sufyan dari Hisyam bin 'Urwah dengan sanad dan maksud yang sama, dan dia menambahkan: "Ummu Salamah berkata: aku berkata: "Kamu telah membuka aib wanita." Dan telah menceritakan kepada kami Abdul Malik bin Syu'aib bin Al Laits, telah menceritakan kepadaku Bapakku dari Kakekku, telah menceritakan kepadaku 'Uqail bin Khalid dari Ibnu Syihab bahwa dia berkata: Telah mengabarkan kepadaku Urwah bin Az Zubair bahwa 'Aisyah istri Nabi SAW telah mengabarkan kepadanya, bahwa Ummu Sulaim yaitu Ummu Bani Thalhah menemui Rasulullah SAW" semakna dengan hadis Hisyam, tetapi dalam hadis Hisyam terdapat tambahan: 'Aisyah berkata: Lalu aku berkata kepadanya: "Cukup, apakah seorang wanita juga bermimpi seperti itu?"
3. Wanita Setelah Selesai Haid atau Nifas yang Hendak Salat
Bagi wanita selesai masa haid ataupun nifas yang akan melaksanakan salat hendaknya mandi janabat terslebih dahulu. Hal tersebut dilakukan karena mengeluarkan darah haid atau mengeluarkan darah nifas adalah hadas besar. Adapun hadas besar, cara bersucinya adalah dengan mandi janabat. Terdapat riwayat berikut yang menerangkan.
Hadis Ke-10
صحيح البخاري ٣٠٩: حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدٍ قَالَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ هِشَامٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ فَاطِمَةَ بِنْتَ أَبِي حُبَيْشٍ كَانَتْ تُسْتَحَاضُ فَسَأَلَتْ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: ذَلِكِ عِرْقٌ وَلَيْسَتْ بِالْحَيْضَةِ. فَإِذَا أَقْبَلَتْ الْحَيْضَةُ فَدَعِي الصَّلَاةَ، وَإِذَا أَدْبَرَتْ فَاغْتَسِلِي وَصَلِّي.
Artinya: Shahih Bukhari nomor 309: Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Muhammad berkata: Telah menceritakan kepada kami Sufyan dari Hisyam dari Bapaknya dari 'Aisyah bahwasanya Fathimah binti Abu Hubaisy dulu menderita istihadah, lalu ia bertanya kepada Nabi SAW. Maka Nabi SAW bersabda, “Yang demikian itu adalah (gangguan) urat, bukan darah haid. Karena itu apabila datang haid, tinggalkanlah salat dan apabila sudah selesai (haid itu), mandilah dan salatlah.”
Keterangan: Kata istihadah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) artinya adalah darah yang keluar dari faraj wanita yang tidak biasa seperti darah haid dan nifas (darah penyakit).
B. Tata Cara Mandi Janabat
Terkait tata cara mandi janabat, Rasulullah telah memberikan contoh. Adapun contoh tersebut terdapat dalam hadis. Secara garis besar melalui hadis-hadis yang ada, diperoleh rukun mandi janabat. Terdapat dua rukun mandi janabat, yaitu niat dan mengguyurkan air ke seluruh tubuh. Adapun ketetapan urutan tata cara mandi janabat secara umum adalah: (1) mencuci kedua tangan; (2) mencuci kemaluan; (3) berwudu; (4) menyiram kepala sebanyak tiga kali; (5) meratakan/ membasuh air keseluruh tubuh secara menyeluruh; (6) mencuci kedua kaki. Rinciannya bagi laki-laki ataupun perempuan adalah sebagai berikut.
1. Tata Cara Mandi Janabat Bagi Laki-laki
Terdapat dalil tata cara mandi janabat bagi laki-laki. Adapun urutannya sebagaimana yang disebutkan. Dalil yang dimaksud adalah sebagai berikut.
Hadis Ke-11
صحيح مسلم ٤٧٤: حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى التَّمِيمِيُّ حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا اغْتَسَلَ مِنْ الْجَنَابَةِ يَبْدَأُ فَيَغْسِلُ يَدَيْهِ ثُمَّ يُفْرِغُ بِيَمِينِهِ عَلَى شِمَالِهِ فَيَغْسِلُ فَرْجَهُ ثُمَّ يَتَوَضَّأُ وُضُوءَهُ لِلصَّلَاةِ ثُمَّ يَأْخُذُ الْمَاءَ فَيُدْخِلُ أَصَابِعَهُ فِي أُصُولِ الشَّعْرِ حَتَّى إِذَا رَأَى أَنْ قَدْ اسْتَبْرَأَ حَفَنَ عَلَى رَأْسِهِ ثَلَاثَ حَفَنَاتٍ ثُمَّ أَفَاضَ عَلَى سَائِرِ جَسَدِهِ ثُمَّ غَسَلَ رِجْلَيْهِ. و حَدَّثَنَاه قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ وَزُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ قَالَا حَدَّثَنَا جَرِيرٌ ح و حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ مُسْهِرٍ ح و حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْبٍ حَدَّثَنَا ابْنُ نُمَيْرٍ كُلُّهُمْ عَنْ هِشَامٍ فِي هَذَا الْإِسْنَادِ وَلَيْسَ فِي حَدِيثِهِمْ غَسْلُ الرِّجْلَيْنِ و حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا وَكِيعٌ حَدَّثَنَا هِشَامٌ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اغْتَسَلَ مِنْ الْجَنَابَةِ فَبَدَأَ فَغَسَلَ كَفَّيْهِ ثَلَاثًا ثُمَّ ذَكَرَ نَحْوَ حَدِيثِ أَبِي مُعَاوِيَةَ وَلَمْ يَذْكُرْ غَسْلَ الرِّجْلَيْنِ.
Artinya: Shahih Muslim nomor 474: Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya At-Tamimi, telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah dari Hisyam bin Urwah dari Bapaknya dari Aisyah dia berkata: “Adalah Rasulullah SAW apabila mandi janabat, beliau memulai dengan mencuci dua tangannya. Kemudian beliau menuangkan air dengan tangan kanannya pada tangan kirinya, lalu mencuci kemaluannya. Kemudian beliau berwudu seperti wudu untuk salat, lalu mengambil air (dengan tangan) dan memasukkan jari-jari beliau pada pangkal-pangkal rambut, sehingga apabila dirasanya sudah merata, barulah beliau menyiram kepala beliau tiga kali dengan kedua tangan. Kemudian beliau menyiram seluruh tubuhnya, lalu mencuci kedua kaki beliau.” Dan telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id dan Zuhair bin Harb, keduanya berkata: telah menceritakan kepada kami Jarir. Lewat jalur periwayatan lain, dan telah menceritakan kepada kami Ali bin Hujr, telah menceritakan kepada kami Ali bin Mushir. Lewat jalur periwayatan lain, dan telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah menceritakan kepada kami Ibnu Numair, semuanya dari Hisyam dalam sanad ini, dan dalam lafal mereka tidak ada ungkapan, 'Membasuh kedua kakinya', dan telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abi Syaibah, telah menceritakan kepada kami Waki', telah menceritakan kepada kami Hisyam dari Bapaknya dari Aisyah bahwa Nabi SAW mandi karena junub, maka beliau memulainya dengan mencuci kedua telapak tangannya tiga kali, kemudian menyebutkan sebagaimana hadis Abu Mu'awiyah, tetapi tidak menyebut, 'membasuh kedua kakinya.'
Hadis Ke-12
صحيح البخاري ٢٤٠: حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ قَالَ أَخْبَرَنَا مَالِكٌ عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَائِشَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا اغْتَسَلَ مِنْ الْجَنَابَةِ بَدَأَ فَغَسَلَ يَدَيْهِ ثُمَّ يَتَوَضَّأُ كَمَا يَتَوَضَّأُ لِلصَّلَاةِ ثُمَّ يُدْخِلُ أَصَابِعَهُ فِي الْمَاءِ فَيُخَلِّلُ بِهَا أُصُولَ شَعَرِهِ ثُمَّ يَصُبُّ عَلَى رَأْسِهِ ثَلَاثَ غُرَفٍ بِيَدَيْهِ ثُمَّ يُفِيضُ الْمَاءَ عَلَى جِلْدِهِ كُلِّهِ.
Artinya: Shahih Bukhari nomor 240: Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Yusuf berkata: telah mengabarkan kepada kami Malik dari Hisyam bin 'Urwah dari Bapaknya dari 'Aisyah istri Nabi SAW, ia berkata bahwasanya Nabi SAW apabila mandi janabat beliau memulai dengan membasuh kedua tangan beliau, kemudian berwudu sebagaimana beliau wudu untuk salat, kemudian memasukkan jari-jari beliau ke dalam air, lalu meratakannya dengan jari-jari beliau ke pangkal-pangkal rambut. Kemudian beliau menuangkan pada kepala beliau tiga kali cidukan dengan kedua tangan beliau, lalu menyiramkan air pada seluruh kulit (badan) beliau.
Sebagaimana hadis-hadis yang ada, dapat dimengerti tata cara mandi janabat. Pada beberapa riwayat tidak disebutkan diakhiri dengan mencuci kedua kaki. Hal ini menyebabkan ada yang berpendapat bahwa mencuci kaki ketika wudu sudah mencukupi. Mandi janabat seperti itu dipahami bila sudah selesai meratakan air ke seluruh tubuh, maka selesailah mandi janabat tersebut. Namun demikian Shahih Muslim nomor 474 menyebutkan dengan diakhiri dengan mencuci kedua kaki. Penulis dalam hal ini condong pada pengamalan di mana mandi janabat diakhiri dengan mencuci kedua kaki.
2. Mandi Janabat Bagi Perempuan
Tata cara mandi janabat bagi perempuan secara umum sama dengan tata cara mandi janabat bagi laki-laki. Sebab perempuan adalah saudaranya laki-laki. Namun demikian, mandi janabat bagi perempuan terdapat beberapa bagian yang berbeda dari laki-laki.
a. Keringanan Menyiram Kepala Tiga Kali Bagi Perempuan
Terdapat bagian keringanan dari tata cara mandi janabat bagi perempuan. Adapun keringan/ rukhsah yang dimaksud adalah bagian kepala cukup dengan disiram tiga kali, tanpa membuka sanggul rambutnya. Namun apabila hendak membuka sanggulnya juga boleh. Kemudian menyiramkan air ke seluruh tubuh hingga rata. Adapun hadis yang menerangkan adalah sebagai berikut.
Hadis Ke-13
صحيح مسلم ٤٩٧: حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَعَمْرٌو النَّاقِدُ وَإِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ وَابْنُ أَبِي عُمَرَ كُلُّهُمْ عَنْ ابْنِ عُيَيْنَةَ قَالَ إِسْحَقُ أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ عَنْ أَيُّوبَ بْنِ مُوسَى عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِي سَعِيدٍ الْمَقْبُرِيِّ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ رَافِعٍ مَوْلَى أُمِّ سَلَمَةَ عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ قَالَتْ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي امْرَأَةٌ أَشُدُّ ضَفْرَ رَأْسِي فَأَنْقُضُهُ لِغُسْلِ الْجَنَابَةِ؟ قَالَ: لَا، إِنَّمَا يَكْفِيكِ أَنْ تَحْثِيَ عَلَى رَأْسِكِ ثَلَاثَ حَثَيَاتٍ ثُمَّ تُفِيضِينَ عَلَيْكِ الْمَاءَ فَتَطْهُرِينَ. و حَدَّثَنَا عَمْرٌو النَّاقِدُ حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ و حَدَّثَنَا عَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ أَخْبَرَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ قَالَا أَخْبَرَنَا الثَّوْرِيُّ عَنْ أَيُّوبَ بْنِ مُوسَى فِي هَذَا الْإِسْنَادِ وَفِي حَدِيثِ عَبْدِ الرَّزَّاقِ فَأَنْقُضُهُ لِلْحَيْضَةِ وَالْجَنَابَةِ فَقَالَ لَا ثُمَّ ذَكَرَ بِمَعْنَى حَدِيثِ ابْنِ عُيَيْنَةَ و حَدَّثَنِيهِ أَحْمَدُ الدَّارِمِيُّ حَدَّثَنَا زَكَرِيَّاءُ بْنُ عَدِيٍّ حَدَّثَنَا يَزِيدُ يَعْنِي ابْنَ زُرَيْعٍ عَنْ رَوْحِ بْنِ الْقَاسِمِ حَدَّثَنَا أَيُّوبُ بْنُ مُوسَى بِهَذَا الْإِسْنَادِ وَقَالَ أَفَأَحُلُّهُ فَأَغْسِلُهُ مِنْ الْجَنَابَةِ وَلَمْ يَذْكُرْ الْحَيْضَةَ.
Artinya: Shahih Muslim nomor 497: Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abi Syaibah, Amr an-Naqid, Ishaq bin Ibrahim, dan Ibnu Abi Umar, semuanya meriwayatkan dari Ibnu Uyainah, Ishaq berkata: telah mengabarkan kepada kami Sufyan dari Ayyub bin Musa dari Sa'id bin Abi Sa'id Al-Maqburi dari Abdullah bin Rafi' budak Ummu Salamah dari Ummu Salamah dia berkata: Saya bertanya kepada Rasulullah SAW, “Ya Rasulullah, saya adalah seorang wanita yang memintal (nglabang) rambut saya, oleh karena itu apakah saya harus membukanya untuk mandi janabat?” Rasulullah SAW bersabda, “Tidak, cukup bagimu hanya dengan menyiram kepalamu tiga kali siraman, kemudian kamu menyiramkan air ke seluruh tubuhmu. Dengan begitu kamu sudah bersih.” Dan telah menceritakan kepada kami Amru An-Naqid, telah menceritakan kepada kami Yazid bin Harun dan telah menceritakan kepada kami 'Abd bin Humaid, telah mengabarkan kepada kami Abdurrazzaq, keduanya berkata: telah menceritakan kepada kami Ats-Tsauri dari Ayyub bin Musa dalam isnad ini, dan pada hadis Abdurrazzaq: “Apakah saya harus membukanya untuk mandi haid dan janabat?” Lalu beliau bersabda: "Jangan (kamu membukanya)." Kemudian dia menyebutkan dengan makna hadis Ibnu Uyainah. Dan telah menceritakannya kepadaku Ahmad Ad-Darimi, telah menceritakan kepada kami Zakariya' bin 'Adi, telah menceritakan kepada kami Yazid, yaitu Ibnu Zurai' dari Rauh bin Al-Qasim, telah menceritakan kepada kami Ayyub bin Musa dengan isnad ini, dan dia berkata: "Apakah aku harus membukanya, lalu aku mandi karena junub?" Dan dia tidak menyebutkan: "Haid."
Hadis Ke-14
صحيح مسلم ٤٩٨: و حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى وَأَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَعَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ جَمِيعًا عَنْ ابْنِ عُلَيَّةَ قَالَ يَحْيَى أَخْبَرَنَا إِسْمَعِيلُ ابْنُ عُلَيَّةَ عَنْ أَيُّوبَ عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ عَنْ عُبَيْدِ بْنِ عُمَيْرٍ، قَالَ: بَلَغَ عَائِشَةَ، أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَمْرٍو يَأْمُرُ النِّسَاءَ إِذَا اغْتَسَلْنَ أَنْ يَنْقُضْنَ رُءُوسَهُنَّ، فَقَالَتْ: يَا عَجَبًا لِابْنِ عَمْرٍو هَذَا يَأْمُرُ النِّسَاءَ إِذَا اغْتَسَلْنَ أَنْ يَنْقُضْنَ رُءُوسَهُنَّ أَفَلَا يَأْمُرُهُنَّ أَنْ يَحْلِقْنَ رُءُوسَهُنَّ. لَقَدْ كُنْتُ أَغْتَسِلُ أَنَا وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ إِنَاءٍ وَاحِدٍ وَلَا أَزِيدُ عَلَى أَنْ أُفْرِغَ عَلَى رَأْسِي ثَلَاثَ إِفْرَاغَاتٍ.
Artinya: Shahih Muslim nomor 498: Dan telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya, Abu Bakar bin Abi Syaibah dan Ali bin Hujr semuanya meriwayatkan dari Ibnu Ulayah, Yahya berkata: telah mengabarkan kepada kami Ismail bin Ulayah dari Ayyub dari Abu Az-Zubair dari Ubaid bin Umair dia berkata: “Telah sampai kabar kepada ‘Aisyah bahwasanya ‘Abdullah bin ‘Amr menyuruh para wanita apabila mandi supaya membuka (sanggul) rambutnya. Maka ‘Aisyah berkata, “Saya heran kepada Ibnu ‘Amr, dia menyuruh para wanita bila mandi supaya membuka (sanggul) rambutnya. Mengapa dia tidak menyuruh para wanita untuk mencukur rambutnya saja? Sungguh saya pernah mandi bersama Rasulullah SAW dari satu bejana, dan saya tidak lebih menyiram pada kepala saya dari tiga kali cidukan.”
b. Disunahkan Mengusap Bekas Darah Haid
Pada wanita/ perempuan disunahkan untuk mengusap bekas darah haid dengan menggunakan kapas yang diberi minyak kasturi (misk). Hal tersebut sebagaimana riwayat hadis berikut.
Hadis Ke-15
صحيح مسلم ٤٩٩: حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ مُحَمَّدٍ النَّاقِدُ وَابْنُ أَبِي عُمَرَ جَمِيعًا عَنْ ابْنِ عُيَيْنَةَ قَالَ عَمْرٌو حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ عَنْ مَنْصُورِ بْنِ صَفِيَّةَ عَنْ أُمِّهِ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: سَأَلَتْ امْرَأَةٌ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: كَيْفَ تَغْتَسِلُ مِنْ حَيْضَتِهَا؟ قَالَ: فَذَكَرَتْ أَنَّهُ عَلَّمَهَا كَيْفَ تَغْتَسِلُ ثُمَّ تَأْخُذُ فِرْصَةً مِنْ مِسْكٍ فَتَطَهَّرُ بِهَا. قَالَتْ: كَيْفَ أَتَطَهَّرُ بِهَا؟ قَالَ: تَطَهَّرِي بِهَا، سُبْحَانَ اللَّهِ، وَاسْتَتَرَ وَأَشَارَ لَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ بِيَدِهِ عَلَى وَجْهِهِ. قَالَ: قَالَتْ عَائِشَةُ: وَاجْتَذَبْتُهَا إِلَيَّ وَعَرَفْتُ مَا أَرَادَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقُلْتُ: تَتَبَّعِي بِهَا أَثَرَ الدَّمِ: و قَالَ ابْنُ أَبِي عُمَرَ فِي رِوَايَتِهِ فَقُلْتُ تَتَبَّعِي بِهَا آثَارَ الدَّمِ و حَدَّثَنِي أَحْمَدُ بْنُ سَعِيدٍ الدَّارِمِيُّ حَدَّثَنَا حَبَّانُ حَدَّثَنَا وُهَيْبٌ حَدَّثَنَا مَنْصُورٌ عَنْ أُمِّهِ عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ امْرَأَةً سَأَلَتْ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَيْفَ أَغْتَسِلُ عِنْدَ الطُّهْرِ فَقَالَ خُذِي فِرْصَةً مُمَسَّكَةً فَتَوَضَّئِي بِهَا ثُمَّ ذَكَرَ نَحْوَ حَدِيثِ سُفْيَانَ.
Artinya: Shahih Muslim nomor 499: Telah menceritakan kepada kami Amr bin Muhammad An-Naqid dan Ibnu Abi Umar, semuanya meriwayatkan dari Ibnu Uyainah. Berkata Amru, telah menceritakan kepada kami Sufyan bin Uyainah dari Manshur bin Shafiyyah dari Ibunya dari Aisyah dia berkata: Ada seorang wanita bertanya kepada Nabi SAW, “Bagaimana caranya seorang wanita mandi dari haidnya?” Perawi hadis berkata: Kemudian ‘Aisyah menyebutkan bahwa beliau mengajarkan cara mandi kepada wanita itu, “Kemudian (agar) ia mengambil kapas yang diberi kasturi (misk), lalu ia gunakan untuk bersuci. ”Wanita itu bertanya, “Bagaimana cara menggunakannya?” Beliau bersabda, “Kamu gunakan itu untuk bersuci. Maha Suci Allah.” Dan beliau berbisik, Sufyan bin ‘Uyainah memberi isyarat kepada kami dengan tangannya pada wajahnya. Perawi melanjutkan ceritanya : ‘Aisyah berkata, “Lalu aku tarik wanita itu, dan aku tahu apa yang dikehendaki Nabi SAW. Lalu aku berkata kepadanya, “Usaplah bekas darah haidmu dengan kapas itu.” Dan berkata Ibnu Abi Umar dalam riwayatnya, "Lalu aku berkata: 'Usaplah dengan kapas itu sisa-sisa darah'." Dan telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Sa'id Ad-Darimi, telah menceritakan kepada kami Habban, telah menceritakan kepada kami Wuhaib, telah menceritakan kepada kami Manshur dari Ibunya dari Aisyah bahwa seorang wanita bertanya kepada Nabi SAW, "Bagaimana (cara) aku mandi ketika bersuci?" Maka beliau bersabda, "Ambillah kapas yang diberi minyak kasturi (misk), lalu berwudulah dengannya." Kemudian dia menyebutkan semisal hadis Sufyan.
Hadis Ke-16
صحيح مسلم ٥٠٠: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى وَابْنُ بَشَّارٍ قَالَ ابْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ إِبْرَاهِيمَ بْنِ الْمُهَاجِرِ قَالَ سَمِعْتُ صَفِيَّةَ تُحَدِّثُ عَنْ عَائِشَةَ، أَنَّ أَسْمَاءَ سَأَلَتْ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ غُسْلِ الْمَحِيضِ، فَقَالَ: تَأْخُذُ إِحْدَاكُنَّ مَاءَهَا وَسِدْرَتَهَا فَتَطَهَّرُ فَتُحْسِنُ الطُّهُورَ ثُمَّ تَصُبُّ عَلَى رَأْسِهَا فَتَدْلُكُهُ دَلْكًا شَدِيدًا حَتَّى تَبْلُغَ شُؤُونَ رَأْسِهَا ثُمَّ تَصُبُّ عَلَيْهَا الْمَاءَ ثُمَّ تَأْخُذُ فِرْصَةً مُمَسَّكَةً فَتَطَهَّرُ بِهَا. فَقَالَتْ أَسْمَاءُ: وَكَيْفَ تَطَهَّرُ بِهَا؟ فَقَالَ: سُبْحَانَ اللَّهِ، تَطَهَّرِينَ بِهَا. فَقَالَتْ عَائِشَةُ كَأَنَّهَا تُخْفِي ذَلِكَ تَتَبَّعِينَ أَثَرَ الدَّمِ. وَسَأَلَتْهُ عَنْ غُسْلِ الْجَنَابَةِ. فَقَالَ: تَأْخُذُ مَاءً فَتَطَهَّرُ فَتُحْسِنُ الطُّهُورَ أَوْ تُبْلِغُ الطُّهُورَ ثُمَّ تَصُبُّ عَلَى رَأْسِهَا فَتَدْلُكُهُ حَتَّى تَبْلُغَ شُؤُونَ رَأْسِهَا ثُمَّ تُفِيضُ عَلَيْهَا الْمَاءَ. فَقَالَتْ عَائِشَةُ: نِعْمَ النِّسَاءُ نِسَاءُ الْأَنْصَارِ لَمْ يَكُنْ يَمْنَعُهُنَّ الْحَيَاءُ أَنْ يَتَفَقَّهْنَ فِي الدِّينِ. و حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ مُعَاذٍ حَدَّثَنَا أَبِي حَدَّثَنَا شُعْبَةُ فِي هَذَا الْإِسْنَادِ نَحْوَهُ وَقَالَ قَالَ سُبْحَانَ اللَّهِ تَطَهَّرِي بِهَا وَاسْتَتَرَ و حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى وَأَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ كِلَاهُمَا عَنْ أَبِي الْأَحْوَصِ عَنْ إِبْرَاهِيمَ بْنِ مُهَاجِرٍ عَنْ صَفِيَّةَ بِنْتِ شَيْبَةَ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ دَخَلَتْ أَسْمَاءُ بِنْتُ شَكَلٍ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ كَيْفَ تَغْتَسِلُ إِحْدَانَا إِذَا طَهُرَتْ مِنْ الْحَيْضِ وَسَاقَ الْحَدِيثَ وَلَمْ يَذْكُرْ فِيهِ غُسْلَ الْجَنَابَةِ.
Artinya: Shahih Muslim nomor 500: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al-Mutsanna dan Ibnu Basysyar, Ibnu Al-Mutsanna berkata: telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja'far, telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari Ibrahim bin Al-Muhajir dia berkata: Saya mendengar Shafiyyah menceritakan dari Aisyah bahwa Asma’ pernah bertanya kepada Nabi SAW tentang mandi sehabis haid. Beliau SAW bersabda, “Salah seorang di antara kamu mengambil air dan daun bidara, lalu bersuci dan membaguskan bersucinya, kemudian menuangkan air ke kepala dan menggosoknya dengan keras sampai ke pangkal rambutnya. Selanjutnya menyiramkan air (ke tubuhnya) lalu mengambil kapas yang diberi kasturi (misk), kemudian digunakannya untuk bersuci.” Asma’ bertanya, “Bagaimana cara bersuci dengan kapas itu?” Beliau bersabda, “Maha Suci Allah, kamu bersuci dengannya!” Kemudian ‘Aisyah berkata seakan-akan ia berbisik, “Kamu gunakan untuk mengusap bekas darah!” Asma’ bertanya lagi tentang mandi janabat, beliau bersabda, “(hendaklah) ia mengambil air lalu bersuci dengan cara yang bagus atau menyangatkan dalam bersuci. Setelah itu menyiram kepalanya, lalu menggosoknya sampai ke pangkal rambut, kemudian menyiram tubuhnya.” ‘Aisyah berkata, “Sebaik-baik wanita adalah wanita Anshar, mereka tidak malu memperdalam pengetahuan mereka tentang agama.” Dan telah menceritakan kepada kami Ubaidullah bin Muadz, telah menceritakan kepada kami Bapakku, telah menceritakan kepada kami Syu'bah dalam isnad ini hadis semisalnya, dan perawi berkata: Beliau bersabda, "Maha Suci Allah, bersucilah dengannya, dan beliau bersembunyi (karena malu)." Dan telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya dan Abu Bakar bin Abi Syaibah, keduanya meriwayatkan dari Abu Al-Ahwash dari Ibrahim bin Muhajir dari Shafiyyah binti Syaibah dari Aisyah dia berkata: "Asma' bintu Syakal mengunjungi Rasulullah SAW seraya berkata: 'Wahai Rasulullah, bagaimana cara salah seorang di antara kami mandi apabila dia ingin bersuci dari haid?'." Lalu dia membawakan hadis tersebut tanpa menyebutkan, "Mandi janabat."
Demikian beberapa pelajaran yang bisa dipetik dari beberapa dalil mengenai pembahasan taharah. Hal tersebut sebagai upaya menggapai kesempurnaan dalam beribadah mengingat salat didirikan dengan syarat terhindar dari najis dan hadas. Semoga pelajaran mengenai taharah yang sudah diperoleh dapat dipraktekkan di dalam kehidupan sehari-hari. Aamiin.
No comments:
Post a Comment